OLEH :
MONA SILVIA
MUTYA ALDILLA
DOSEN PEMBIMBING :
NUR FADJRI NILAKESUMA, S.Keb,Bd
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan, sehingga makalah tugas etika profesi kebidanan ini dapat terselesaikan. Dalam
penulisan tugas ini kami tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orangtua yang telah memberi semangat dan berbagai fasilitas sehingga lancarnya pengerjaan
tugas ini.
2. Ibu Hj.Ulvi Mariati,S.Kp,M.Kes dan ibu Nur Fadjri,S.Keb,Bd. sebagai dosen mata kuliah pada
tugas etika profesi kebidanan ini.
3. Bapak dan Ibu dosen di STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG ini yang telah memberi
penjelasan dalam materi ini.
4. Teman-teman angkatan 2011 atas kekompakan dan saling memotivasi antar kita selama
penulisan tugas ini.
Kiranya ALLAH SWT berkenan membalas semua yang telah diberikan kepada kami.
Padang, Oktober 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang..
Perumusan masalah.
Tujuan..
BAB II PEMBAHASAN.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah
(Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang berhubungan dengan
hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai dengan
peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan.
Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang harus mempunyai
pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika
yang berhubungan dengan ibu dan bayi. Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik
sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai.
Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan
misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi
Kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan di
tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang
dilakukuannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi
dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hokum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak
otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir
logis dan sitematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktek kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus-menerus ditingkatkan mutunya melalui:
3. Akreditasi
4. Sertifikasi
5. Registrasi
6. Uji kompetensi
7. Lisensi
1. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi sendiri
a. Mandiri
b. Peningkatan kompetensi
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta butuh perlindungan
sebagai pengguna jasa profesi.
Ada beberapa hal yang menjadi sumber ketidak puasan pasien atau masyarakat yaitu:
4. Kesalahan prosedur
5. Saran kurang baik
6. Tidak adanya penjelasan atau bimbingan atau informasi atau pendidikan kesehatan.
Oleh karena itu di perlukan pembahasan mengenai aspek hokum praktek bidan , disiplin
hokum serta kasus yang berkaitan dengan pembahasan ini.
RUMUSAN MASALAH
b. Disiplin hukum
TUJUAN
Mengetahui semua aspek hukum kebidanan, disiplin hukum dan peristilahan hukum dan
kasusnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya dalam praktik sehari hari, pasien yang datang untuk berobat ke tempat
praktik dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan tindakan tindakan rutin
seperti pemeriksaan fisik. Akan tetapi, untuk tindakan yang lebih kompleks biasanya dokter akan
memberikan penjelasan terlebih dahulu untuk mendapatkan kesediaan dari pasien, misalnya
kesediaan untuk dilakukan suntikan.
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi.
Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam KEPMENKES RI No.
369/MENKES/SK/III/2007 yang berisi mengenai latar belakang kebidanan. Berbagai defenisi
dalam pelayanan kebidanan. Berbagai defenisi dalam pelayanan kebidanan, falsafah kebidanan,
paradigma kebidanan, ruang lingkup kebidanan, standar praktek kebidanan, dan kode etik bidan
di Indonesia.
PelayananKebidanan
Adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Falsafah Kebidanan
a. Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai pandangan hidup pancasila, seorang bidan
menganut filosofi yang mempunyai keyakinan di dalam dirinya bahwa semua manusia adalah
makhluk bio psiko sosio kultural dan spiritual yang unik
b. Manusia terdiri dari pria dan wanita yang kemudian kedua jenis individu itu berpasangan
menikah membentuk keluarga yang mempunyai anak
c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya
d. Persalinan adalah satu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah
dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
e. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat untuk itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya behak mendapatkan pelayanan yang berkualitas
f. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan
persiapan
g. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kesehatan
Paradigma Kebidanan
Kebidanan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma
berupa pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan.
a. Wanita
Wanita/ manusia adalah makhluk biopsiko sosial kultural dan spiritual yang utuh dan unik,
mempunyai kebutuhan dasar yang bemacam-macam sesual dengan tingkat perkembangannya.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada
waktu melaksanakan aktifitasnya.
c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan.
d. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
e. Keturunan
Kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu
yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan wanita sebelum perkawinan, masa kehamilan, masa
kelahiran dan masa nifas.
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa negara atau
pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh
masyarakat.
1. peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
2. undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat.
3. patokan (kaidah, ketentuan).
4. keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
1. ETIKA
Karena Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab, dengan pengertian masing masing, sebagai berikut :
a. Pengertian Benar
b. Pengertian Salah
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau
bahagia ( Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif ).
d. Pengertian Buruk
Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma
masyarakat yang berlaku.
Sesuatu yang harus dilakukan sesuai dengan kewajiban dan dimensi waktu.
Benar, salah, baik, dan buruk sendiri terkait dengan aturan / hukum dan nilai nilai yang
berlaku di masyarakat ( norma ) maka jelaslah ada keterkaitan diantara etika, norma, dan hukum.
Etika juga menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari
perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena
mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri dan jika kita
mencuri, maka akan di kenai sanksi sesuai dengan hukum yang ada.
2. NORMA
Tetapi dalam kehidupan masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang
disebut norma, tanpa atau dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu
norma, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang
terjadi, misalnya sebagai berikut:
Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan tamu atau
orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap tidak sopan
walaupun merokok itu tidak dilarang.
Seseorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harusdiantar sampai di muka pintu
rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan karena dianggap sombong
dan tidak menghormati tamunya.
Dalam hukum pidana dikenal, 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran,
kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga
bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri,
membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya ( inilah contoh tindakan tindakan yang
bukan hanya menyimpang hukum tetapi juga menyimpang norma dan etika ).
Filsafat hukum membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan
moral (etika).
Disiplin Hukum
1. Ilmu Hukum
a. kaidah hukum (validitas sebuah hukum)
b. kenyataan hukum (sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi,
c. pengertian hukum
2.Filsafat Hukum
Sistem ajaran yang pada hakikatnya menjadi kerangka utama dari segala ilmu hukum dan hukum
itu sendiri beserta segala unsur penerapan dan pelaksanaan.
3. Politik Hukum
Arah atau dasar kebijakan yang menjadi landasan pelaksanaan dan penerapan hukum yang
bersangkutan.
Disiplin Hukum merupakan suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau realita hukum.
Disiplin Hukum mencakup paling sedikit tiga bidang, yakni ilmu-ilmu hukum, politik hukum
dan filsafat hukum. Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa filsafat hukum mencakup kegiatan
perenungan nilai-nilai, perumusan nilai-nilai dan penyerasian nilai-nilai yang berpasangan, akan
tetapi tidak akan bersitegang.
Peristilahan Hukum
1. Legislasi (Lieberman, 1970)Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang
yang berhubungan erat dengan tindakan.
2. Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang dan untuk meyakinkan klien.
4. Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan
keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5. Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus per kasus.
Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnnya.
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalm
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik atau buruk.
Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang
di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan
segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah sebagai berikut:
3. Transplantasi organ.
Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan adalah
berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Agama / kepercayaan.
4. Kebenaran.
5. Pengambilan keputusan.
6. Pengambilan data.
7. Kematian.
8. Kerahasiaan.
9. Aborsi.
10. AIDS.
Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan profesional.
Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan buruk
yang mempengaruhi siakap seseorang.
Kesadaran tentang adanya baik buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan
pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dll. Hali ini yang disebut kesadaran
moral.
Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berhubungan
dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan
kebidanan.
1. Kasus abortus.
2. Euthanansia.
4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari,
seperti yang menyangkut konflik dan perang.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional,yaitu:
1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau klien.
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian [omission], disertai
ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
3. Konflik moral menurut Johnson adalh bahwa konflik atau dilema pada dasarnya sama ,
kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering menyebabkan
dilema.
Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.
KASUS
ibu postpartum
2. Seorang ibu PP masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan
anamnesa dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Sekarang ini pasen tersebut berada dalam
kala II dan kala II yang berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Perineum masih kaku dan
tebal. Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya.
Sementara waktu berjalan terus dan bjj mulai menunjukkan keadaan yang tidak stabil/fetal
distress dan ini mengharuskan bidan untuk mempertimbangkan melakukan episiotomi, tetapi ibu
tersebut tidak menggubrisnya. Bidan berharap bayinya selamat. Sementara itu ada bidan yang
memberitahukan bahwa dia pernah melakukan hal ini tanpa persetujuan pasen untuk melindungi
bayinya. Jika bidan melakukan episiotomi tanpa persetujuan pasen, maka bidan akan dihadapkan
kepada sederetan tuntutan.
C. Macam-macam Hukum
Hukum itu dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber, tempat
berlaku, isi dan cara mempertahankannya.
hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-undangan. Contoh : hukum pidana
dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan pada KUHPerdata.
Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan dan
yang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut dibukukan dalam lembaran
negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut hukum tertulis yang dikodifikasi.
Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan
hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak
dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak maju.
Hukum yang dapat diabaikan bila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.
2). Hukum yang memaksa
1.Hukum Undang-Undang
Hukum yang terbentuk karena keputusan hakim di masa yang lampau dalam perkara yang
sama.
4. Hukum Traktat
Hukum yang terbentuk karena adanya perjanjian antara negara yang terlibat di dalamnya.
Menurut tempat berlakunyanya, hukum itu dibagi menjadi :
1. Hukum Nasional
Hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dan orang yang lain. Dapat dikatakan
hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan warganegara. Contoh: Hukum
Perdata dan Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil disebut juga hukum perdata.
2. Hukum Negara (Hukum Publik)
Hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan alat perlengkapan negara.
c. Hukum Administrasi Negara
Hukum yang mengatur hubungan antar alat perlengkapan negara, hubungan pemerintah pusat
dengan daerah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu hokum
2. Falsafah hokum
3. Politik hokum
1. Bentuk
2. Sifat
3. Isi
4. Sumber
5. Tempat terjadinya.
SARAN
Sebagai calon tenaga kesehatan hendak nya kita bisa memahami lebih dalam apa yang
jadi dasar pada aspek hokum praktek kebidanan serta kaitan hokum terhadap etika dan moral
disini guna nya kita untuk menindak lanjuti pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Blogspot.com/p/aspek-hukum-praktek-kebidanan.html
http://sitinurhalimah178.blogspot.com/p/aspek-hukum-dan-keterkaitannya-dengan.html
http://ferriyantirini600.blogspot.com/p/masalah- masalah-etik-moral-yang
muncul.html
http://rossalita.blogspot.com/p/aspek-hukum-praktek-kebidanan.