Anda di halaman 1dari 3

MASALAH AQIDAH

1. Sikap Rahman dan Rahim Allah


Tanya : Bagaimana yang dimaksud dengan sifat RAHMAN dan RAHIM ALLAH SWT? Kita
meilhat anak kecil terbakar, terkena penyakit berat, bahkan ada yang buta sejak kecil,
bukankah itu siksaan? Bagaimana sebenarnya?
Jawab : Allah menciptakan alam semesta atas Iradah-Nya dan Qodrat Nya, bukan keliru dan
sekedar main-main tetapi mempunyai misi (S. Al-Anbiya ayat 16). Manusia akan
dikembalikan pada Allah untuk diminta tanggung jawab amalnya (S. Al-Mukminun ayat 115
dan S. Adz-Dzariat 56).
Kesemuaanya itu dan ayat-ayat lain, menunjukan akan kekuasaan Allah sebagai Kaliq dan
manusia sebagai makhluk yang naif yang tiada kewajiban kecuali tunduk dan patuh menurut
kemampuannya, dalam arti berbuat baik menurut kemampuannya dengan berusaha dan
penuh pengharapan kepada Allah sebagai realisasi keyakinan manusia akan kekuasaan Allah
di samping menerima apa yang diberikan kepadanya. Yakin apa yang diberikan oleh Allah
kepadanya setelah berusaha dan berdoa adalah termasuk Rahman dan Rahim dan takdir
Allah juga.
Perlu diketahui bahwa manusia harus mengetahui dan yakin bahwa Allah mempunyai sifat-
sifat yang harus sekaligus berada dan berlaku bagi-Nya. Di antara sifat-sifat itu adalah
Rahman dan Rahim dan sifat-sifat lain seperti tersebut pada surat Al Hasyar ayat 22 dan 23.
Lebih jauh dari itu bahwa pemberian Allah yang berupa kehidupan dan mati bagi manusia
hanyalah suatu ujian untuk diambil nilai kebaikan dan keburukan manusia tentang sikap dan
amalnya, dan itulah yang akan dinilai, bukan ketundukan secara fisik, tetapi dan sikap
menyeran dah ridhanya terhadap apa yang diberikan Allah Kepadanya.
Karena penyerahan manusia secara fisik itu pasti, seperti tersebut pada ayat 15 surat Ar
Raad. Hanya yang akan dinilai itu ketaatan dengan hati yang penuh penyerahan kepada-Nya.
Apa yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah manifestasi dan sifat Allah yang
ditunjukkan pada manusia, yang dapat diterima sebagai rahmat sekaligus sebagai siksaan.
Ada pula pemberian Allah yang berupa lahirnya kenikmatan tetapi di balik itu sebagai siksaan
yang akan mendatangkan kesengsaraan. Sebaliknya ada yang lahirnya pemberian Allah
sebagai penderitaan tetapi justru itu yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan. Wal
hasil kesemuanya yang dari Allah merupakan ujian, periksa ayat 15 dan 16 surat Al Fajr.
Pemberian Allah kepada manusia kesemuanya merupakan kebijaksanaan Allah dalam rangka
pelajsanaan Rahman dan Rahim Allah dan sifat-sifat yang lain untuk diterima dengan baik,
dalam arti yang menyenangkan harus disyukuri dan yang menyusahkan harus dijadikan
sarana peningkatan untuk lebih dapat meningkatkan perbuatannya lebih baik lagim di
samping sebagai dorongan untuk berusaha lebih baik dengan penuh kesabaran dan tawakal.
Tawakal bukan berarti menyerah tetapi juga berusaha dan usaha yang didasarkan hati
Tawakal itu pula yang akan dinilai, yang kesemuanya itu dalam rangka arti beribadah dalam
arti luasnya. Banyak Hadis yang menjelaskan hal ini; antara lain riyawat Bukhari dan Muslim
dari Anas bin malik, yang artinya, Saya mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah
telah beriman: kalau Kucoba hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya ia berasabar,
pastilah aku ganti kedua matanya itu dengan sorga. Demikian termasuk Rahman dan Rahim
Allah.
Dan barangkali kalau tidak Allah memberi penyakit pada manusia, belum juga ditemukan
obat terhadap penyakit itu. Itu juga termasuk Rahman dan Rahim Allah bagi umat manusia,
di samping Qodrat dan Iradah serta sifat Maha Kuasa dan Bijaksana-Nya bukan ditunjukan
kepada perorannya tetapi kepada umat manusia keseluruhannya. Di samping ada pula yang
ditunjukan kepada perorangan khusus bagi yang memohon untuk dikabulkan atau ditolak
dalam rangka Rahman dan Rahim Allah. Allah-lah yang lebih tahu untuk kepentingan
manusia, untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.
Barangkali kita dapat menyatakan orang tuan yang tidak sayang pada anak kalau terhadap
anaknya yang masih belum cukup umur dibelikan kendaraan bermotor yang akan
mendatangkan bahaya anak itu sendiri di jalan raya.Ini sekedar contoh.

2. Fungsi hadis
Tanya : Apakah Hadis itu dan apa fungsinya?
Jawab : Menurut para ahli dibidang Hadis, Hadis ialah apa yang disandarkan atau apa yang
disangkut-pautkan kepada Nabi, baik perkataan, perbuatan maupun sesuatu
ketentuan/ketetapan Nabi Muhammad saw.
Maksud ketentuan itu ialah sesuatu yang diperbuat oleh seorang sedangkan Nabi melihat
tetapi tidak memberi reaksi apa-apa, hal itu dinamakan Hadis berdasarkan ketentuan istilah
yang dalam ilmu Hadis disebut Taqrir. Karena Nabi adalah Penyampai/mubaligh yang berasal
dari Allah, maka Nabi menyampaikan berita gembira dan peringatan kepada umat manusia
yang apa diterimanya dari Allah ialah wahyu yang berupa Al-Quran sebagai sumber agama
Islam.
Al-Quran sebagai sumber agama Islam untuk dapat dilaksanakan secara penuh memerlukan
tuntunan pelaksanaan. Tuntunan pelaksanaan itu diberikan oleh Nabi sebagai utusan Allah,
seperti bagaimana cara melakukan shalat, melaksanakan keadilan dalam keluarga dan
masyarakat serta lain-lain.
Dalam pengertian memberikan tuntunan cara pelaksanaan itu Nabi bersabda dan berbuat.
Dalam pengertian perbuatan juga termasuk diamnya Nabi adalah dinilai sebagai perbuatan
yang dapat dijadikan sumber agama yang kedua setelah Al-Quran, menurut perumusan fiqih
dan ahli Ushul Fiqhi.
Fungsi hadis juga ada yang disebut sebagai sunnah ialah :
a. Mengulangi ketetapan yang telah ada dalam Al-Quran
b. Merinci ketetapan dalam Al-Quran yang mempunyai sifat mujmal atau garis besar atau
mengkhususkan sesuatu yang masih umum, atau menjelaskan yang masih muskil (sukar
dipahami) yang tersebut dalam Al-Quran.
c. Menambah ketetapan yang belum disebutkan dalam Al-Quran , seperti larangan orang
mengawini anak kemenakan bersama dengan saudara ibu atau ayah kemenakan,
sedangkan dalam Al-Quran yang disebut hanyalah istri dan calon istri itu saudara
perempuan (haram dimadu), juga larangan mengawini atau meminang wanita sedang
ihram.
3. Siapakah ahli sunnah wal jamaah?
Tanya : Saya belum begitu mengetahui tuntunan Muhammadiyah dalam melaksanakan
ibadah. Oleh teman saya, saya dikatakan bukan Ahli Sunnah wal jamaah, karena saya
melaksanakan shalat tarawih 8 rakaat dan shalat subuh tanpa doa qunut. Mohon penjelasan
Jawab : untuk mempelajari tuntunan ibadah menurut Muhammadiyah, sebaiknya membaca
buku Himpunan Keputusan Tarjih, atau buku-buku yang disusun untuk pelajaran agama di
sekolah-sekola Muahammadiyah.
Sedang untuk mengetahui tentang masalah Ahli sunnah wal Jamaahm bacalah buku yang
ditulis oleh H.Djarmawi Hadikusuma dengan judul Ahli Sunnah wal Jamaah, Bidah,
Khurofat. Buku ini ditulis oleh orang Muhammadiyah. Sebagai perbandingan, berikut ini
saya kutipkan beberapa ungkapan yang disampaikan oleh seorang tokoh di luar
Muhammadiyah, yaitu DR. Tolchah Mansyur, SH, dalam makalah yang berjudul Ardhun
aamun haula Ahlis Sunnati wal Jamaati.
Antara lain dalam makalah itu disebutkan Nahdatul Ulama sejak mula berdiri telah
menyatakan jelas dan tegas akan asasnya, yaitu islam menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Dalam perkembangannya hal ini mendapat tantanganm apakah Islam yang dimaksud itu
sama dengan Islam yang dikehendaki Allah, dan Nabi Muhammad saw. Tentu saja, sama!
Bahkan Ahlus Sunnah wal Jamaah itulah yang Islam. Mengapa? Sebab Islam itu tidak lain
bersendikan kepada Al-Quran dan As Sunnah Rasul saw. Serta Jamaah Islam yang berpegang
kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul saw.
Melihat pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti itum tentu Muhammadiyah tidak bisa
lain kecuali juga termasuk pengertian Ahlu Sunnah wal Jamaah. Lebih jauh dapat
dikemukakan pula dalam makalah itu yang dimuat majalah Bangkit no.3 dan 4 tahun 1980,
dinukilkan tulisan Asy Syikh Ali bin Abu As Sunnah Saqqaf, setelah menyebut 72 golongan
yang termasuk Ahlul bidah menyatakan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai