2. Fungsi hadis
Tanya : Apakah Hadis itu dan apa fungsinya?
Jawab : Menurut para ahli dibidang Hadis, Hadis ialah apa yang disandarkan atau apa yang
disangkut-pautkan kepada Nabi, baik perkataan, perbuatan maupun sesuatu
ketentuan/ketetapan Nabi Muhammad saw.
Maksud ketentuan itu ialah sesuatu yang diperbuat oleh seorang sedangkan Nabi melihat
tetapi tidak memberi reaksi apa-apa, hal itu dinamakan Hadis berdasarkan ketentuan istilah
yang dalam ilmu Hadis disebut Taqrir. Karena Nabi adalah Penyampai/mubaligh yang berasal
dari Allah, maka Nabi menyampaikan berita gembira dan peringatan kepada umat manusia
yang apa diterimanya dari Allah ialah wahyu yang berupa Al-Quran sebagai sumber agama
Islam.
Al-Quran sebagai sumber agama Islam untuk dapat dilaksanakan secara penuh memerlukan
tuntunan pelaksanaan. Tuntunan pelaksanaan itu diberikan oleh Nabi sebagai utusan Allah,
seperti bagaimana cara melakukan shalat, melaksanakan keadilan dalam keluarga dan
masyarakat serta lain-lain.
Dalam pengertian memberikan tuntunan cara pelaksanaan itu Nabi bersabda dan berbuat.
Dalam pengertian perbuatan juga termasuk diamnya Nabi adalah dinilai sebagai perbuatan
yang dapat dijadikan sumber agama yang kedua setelah Al-Quran, menurut perumusan fiqih
dan ahli Ushul Fiqhi.
Fungsi hadis juga ada yang disebut sebagai sunnah ialah :
a. Mengulangi ketetapan yang telah ada dalam Al-Quran
b. Merinci ketetapan dalam Al-Quran yang mempunyai sifat mujmal atau garis besar atau
mengkhususkan sesuatu yang masih umum, atau menjelaskan yang masih muskil (sukar
dipahami) yang tersebut dalam Al-Quran.
c. Menambah ketetapan yang belum disebutkan dalam Al-Quran , seperti larangan orang
mengawini anak kemenakan bersama dengan saudara ibu atau ayah kemenakan,
sedangkan dalam Al-Quran yang disebut hanyalah istri dan calon istri itu saudara
perempuan (haram dimadu), juga larangan mengawini atau meminang wanita sedang
ihram.
3. Siapakah ahli sunnah wal jamaah?
Tanya : Saya belum begitu mengetahui tuntunan Muhammadiyah dalam melaksanakan
ibadah. Oleh teman saya, saya dikatakan bukan Ahli Sunnah wal jamaah, karena saya
melaksanakan shalat tarawih 8 rakaat dan shalat subuh tanpa doa qunut. Mohon penjelasan
Jawab : untuk mempelajari tuntunan ibadah menurut Muhammadiyah, sebaiknya membaca
buku Himpunan Keputusan Tarjih, atau buku-buku yang disusun untuk pelajaran agama di
sekolah-sekola Muahammadiyah.
Sedang untuk mengetahui tentang masalah Ahli sunnah wal Jamaahm bacalah buku yang
ditulis oleh H.Djarmawi Hadikusuma dengan judul Ahli Sunnah wal Jamaah, Bidah,
Khurofat. Buku ini ditulis oleh orang Muhammadiyah. Sebagai perbandingan, berikut ini
saya kutipkan beberapa ungkapan yang disampaikan oleh seorang tokoh di luar
Muhammadiyah, yaitu DR. Tolchah Mansyur, SH, dalam makalah yang berjudul Ardhun
aamun haula Ahlis Sunnati wal Jamaati.
Antara lain dalam makalah itu disebutkan Nahdatul Ulama sejak mula berdiri telah
menyatakan jelas dan tegas akan asasnya, yaitu islam menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Dalam perkembangannya hal ini mendapat tantanganm apakah Islam yang dimaksud itu
sama dengan Islam yang dikehendaki Allah, dan Nabi Muhammad saw. Tentu saja, sama!
Bahkan Ahlus Sunnah wal Jamaah itulah yang Islam. Mengapa? Sebab Islam itu tidak lain
bersendikan kepada Al-Quran dan As Sunnah Rasul saw. Serta Jamaah Islam yang berpegang
kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul saw.
Melihat pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti itum tentu Muhammadiyah tidak bisa
lain kecuali juga termasuk pengertian Ahlu Sunnah wal Jamaah. Lebih jauh dapat
dikemukakan pula dalam makalah itu yang dimuat majalah Bangkit no.3 dan 4 tahun 1980,
dinukilkan tulisan Asy Syikh Ali bin Abu As Sunnah Saqqaf, setelah menyebut 72 golongan
yang termasuk Ahlul bidah menyatakan sebagai berikut: