Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
PENDAHULUAN
soegondo (2010) Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
menjadi 2 tipe yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Melitus) jika insulin tidak aktif ,glukosa masuk ke dalam sel dengan
akibat glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadar
glukosa dalam darah meningkat. Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 atau NIDDM
lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sensitif. Reseptor insulin ini diibaratkan sebagai lubang-lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah sel beta berkurang
hingga 50-60 % dari normal dan jumlah sel alfa meningkat baik pada diabetes
melitus tipe 1 maupun diabetes mellitus tipe 2 kadar glukosa darah jelas
meningkat dan bila kdar itu melewati batas ambang ginjal, glukosa tersebut akan
keluar melalui urin. Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan mengalami
penurunan dengan cepat, biasanya akan mengalami penurunan nutrisi kurang dari
4,1%), Kenya (4,6%), Nigeria (19,1%), dan Iran (20%) (Desalu et al, 2011)
kulit, getaran, dan hilangnya reflex lutut pada lutut penderita, hal ini merupakan
3 tahun pada penderita DMyang mengalami amputasi adalah 50% (Stephen and
harus menjalani amputasi pada organ kaki yang memiliki luka diabetik
masuknya kuman atau bakteri pada permukaan luka. Banyak faktor yang
tahun, laki-laki perokok aktif, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol,
teratur,penggunaan alas kaki yang tidak tepat, hal-hal tersebut dapat menjadi
faktor pemicu timbunya luka sebesar 99,9% dari kasus yang ditimbulkan
(Hartini,2010).
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum :
b. Tujuan khusus :
kesehatan keluarga
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
RI ( 1988 )
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu
ibu
suami
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
keluarga
masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
2. Non-Tradisional
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
c. Commune family
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pernikahan
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
i. Foster family
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
j. Homeless family
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
k. Gang
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
a. Mempertahankan kesehatan
anak-anak
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :
dan pendapatan
A. DEFINISI
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
B. KLASIFIKASI
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
gangguan endokrin.
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
C. ETIOLOGI
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
c. Faktor lingkungan
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. PATOFISIOLOGI
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
1. Diabetes Tipe I
hiperglikemia berpuasa
2. Diabetes Tipe II
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl,
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
infeksi luka.
G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk
dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau
koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
(HHNC/ HONK).
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN
banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 150
mEq per liter kalium bervariasi. Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam
pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 8 liter per 12 jam.
Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati hati yang diberikan adalah
insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 5 unit per jam
dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan
ekstraseluler keintraseluler.
2. Komplikasi kronik
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
1) Diet
yaitu:
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Indriastuti, Na. 2009. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Alumni
Dinkes Klaten. Profil kesehatan tahun 2013 dinas kesehatan kabupaten Klaten.
http://klatenkab.go.id/id/
Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar 2013. 2013 [Diakses tanggal 5 Febuari 2017]
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 :
1220).
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana)
didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau
diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1
sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini
sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2
ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90
% hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling
sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin
Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),
yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Beberapa
penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis
selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh
dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang
cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak
akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat
membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam
darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014
: 75-76).
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak
fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab
utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh
pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya
menjadi energi.
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif
bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas
secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai
energi.
atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine
(glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
dieresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu
menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu
dengan kurangnya sel untuk mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang
membuat meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan
ureum meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang
panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala
penyakit DM
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun
tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar
gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan
makanan sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang
banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita.
Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa
didalam darah.
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering
dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan
kering
janin dalam kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah
setelah puasa.
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100
mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan
orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah
makan 2 jam.
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140
mg/dl.
Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang
Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa.
Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan
A1C memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan
hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai
Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti
kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi).
Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur
kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam satu beberapa minggu, maka kadar
HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan
hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan
mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345
Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan
6%. Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan
HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin
tinggi pula resiko timbulnya komplikasi, demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-
86).
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
106).
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada
perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah
abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan
bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus
selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system
pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50
mg/100ml lebih dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisensi insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan
(HHNK)
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa
minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi insulin namun
relative defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah
satu komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM
tipe 2. Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh
control glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun
serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah sering
terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan
diatas dapat mengakibatkaan iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien
dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi
perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit
oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya
retinopati diabetik.
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita DM
dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam pengelolaan
latihan jasmani dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan diabetes dapat dibagi atas
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. (Waspadji dan sukardji, 2004 : 5)
keluhan/ gejala diabetes sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan
nyaman.
susunan saraf (neurofati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortilitas.
mempertahankan control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya kadar
glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes adalah sebagai
berikut :
pengelolaan diabetes yang diberikan pada setiap pasien diabetes. Diasamping kepada
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak adalah
sebagai berikut :
batas-batas normal.
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan
Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :
terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang
<!--[endif]--><!--[if !mso]--><!--[endif]-->
Berat badan idaman = 90% X (tinggi badan dalam cm 100
) X 1kg
<!--[if!mso]--><!--[endif]--><!--[if !mso & !vml]--> <!--[endif]--><!--[if !vml]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso]--><!--[endif]-->
Beratbadan idaman : (tinggi badan dalam cm 100 ) X 1 kg
<!--[if!mso]--><!--[endif]--><!--[if !mso & !vml]-->
<!--[endif]-->
Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes :
laki
perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari
(lihat table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai
yang berat.
sebagai berikut :
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang
tampaknya lebih mudah. Tampak pada table itu bahwa seseorang dengan beerat badan
normal yang bekerja santai memerlukan 30 KKal/kg BB idaman. Yang kurus dan bekerja
berat memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman. Dengan cara ini perlu ditambah-tambahkan
lagi.
pegangan sbb:
Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama :..
DATA
TB :..cm BB ideal = 90% (TB 100) kg =..kg ..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB 100 kg)
BB aktual = ..kg Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = .kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg (b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b =x =..kalori (c)
Koreksi :
Umur . 40 thn -5% x c = -5% x = -...kalori
Aktivitas : ringan : + 20% x c= +20% x... = +..kalori
Sedang : +30% x c= +30% x . = + .kalori
Berat badan : gemuk -20% x c = -20% x .= .kalori
<!--[if !vml]--> <!--[endif]--
> Kurus +20% x c = +20% x=...kalori
Total kebutuhan =kalori
DIET : DM kalori
(Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)
Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang
berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang
lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi
secara terpisah
Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg / hr untuk
membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang
Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) dapat
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis dapat
dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut.
Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylitol,s
akarin, siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa dan fruktosa.
Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari. Yang lain tidak ada
atau sangat sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk karsinogenik pada binatang,
penggunaan sakarin dan siklamat sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih
dapat digunakan dalam jumlah terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya gula
dapat digunakan dalam bumbu masakan (Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).
yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani
diri
Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa istirahat
selama 30 menit.
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga
sedang.
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur; namun
pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik
baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan
utama pada pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko
hipoglikemik yang berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga
dihindari.
sesudah makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki ambilan
glukosa perifer, juga menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka
Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi. Efektif
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat badan
menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja utama insulin
yaitu menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik
dan terjadi penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji dan sukardji, Jakarta
2004 : 7-8)
Melitus
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey
1. Pengkajian
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh
dari pengkajian
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
masalah kesehatan. Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui
fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab
dan factor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
masalah.
yang dialami?
<!--[if !supportLists]-->4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah
(negative) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?
tenaga keshatan?
<!--[if !supportLists]-->8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan
yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
perawatannya)
<!--[if !supportLists]-->3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk
<!--[if !supportLists]-->5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :
masalah dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan
Maglaya, 1978.
Skoring
dengan bobot
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
3. Membuat Perencanaan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit DM, serta
Intervensi :
Diabetes Melitus.
yang tepat untuk mengatasi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga
tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari Penyakit
Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat mengambil
Intervensi:
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit
Diabetes Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit
Intervensi:
yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus.
Diabetes Melitus .
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap
penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes
Melitus .
Intervensi :
tangan.
dijelaskan.
keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
sehat.
Mellitus, yaitu :
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus.
Mellitus.
diet yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.
sarung tangan.
dijelaskan.
5. Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru
Mellitus adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes Melitus
dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1,
Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2,
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta