Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu

negara. Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian

dari system keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang

demikian itu, maka suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari

otoritas moneter dari negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik"

masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja hanya dijaga oleh para

pemilik bank itu sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat nasional

dan global.

Untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia perekonomian global

maka bank perlu dinilai secara rutin yang disebut dengan penilaian kesehatan

bank untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang

berlaku. Kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan

seluruh kegiatan usah perbankan, baik dari kemampuan menghimpun dana dari

masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri, mengelola dana,

menyalurkan dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain,

pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari kesehatan bank ?

2. Apa saja Aturan kesehatan bank ?

3. Bagaimana Pelanggaran aturan kesehatan bank ?

4. Bagaimana Ketentuan Mengenai Aturan Kesehatan Bank ?

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa/I dapat mengerti dan memahami tentang kesehatan Bank.

2. Agar mahasiswa/I dapat mengerti dan memahami tentang aturan kesehatan

Bank

3. Agar mahasiswa/I dapat mengerti dan memahami tentang pelanggaran aturan

kesehatan Bank.

4. Agar mahasiswa/I dapat mengerti dan memahami tentang ketentuan mengenai

aturan Bank.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Bank

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Kasmir (2008:41) Tingkat kesehatan

bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank dapat diartikan sebagai

kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara

normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara

yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Veithzal Rivai (2007:118) Tingkat

kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan

baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat

menjalankan fungsi intermediasi, pemerintah dalam melaksanakan berbagai

kebijakan, terutama kebijakan moneter.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Budisantoso dan Triandaru (2005:51)

mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan

3
yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Selamet (2006:185) Tingkat kesehatan

bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan

saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesi.

Pengertian Kesehatan Bank Menurut Susilo dkk (2000:22-23), kesehatan suatu

bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasional perbankan secara normal dan maupun untuk memenuhi semua

kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:51), kegiatan tersebut meliputi :

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan modal

sendiri:

2. Kemampuan mengelola dana:

3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat:

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik

modal, dan pihak lain:

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

4
Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan yang sangat

luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut mencakup:

Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan

modal sendiri

Kemampuan mengelola dana

Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat

Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,

pemilik modal, dan pihak lain

Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat

kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas

manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang

berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan

prinsip kehati-hatian.

Undang-Undang tersebut menetapkan bahwa antara lain :

1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

5
2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan

melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang

tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan

dananya kepada bank.

3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan dan

penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

4. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan kesempatan bagi

pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib

memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran

dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank

yang bersangkutan.

5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala

maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan

akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan

pemeriksaan terhadap bank.

6. Bank wajib menyampaiakan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba

rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam waktu

dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan perhitungan

laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dulu diaudit oleh akuntan publik.

7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu

dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

6
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui

penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan

sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut

dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan

unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-

faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri

perbankan dan perekonomian nasional.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu

mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank.

Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan

sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan

datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana

penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat,

cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam

menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada reward system dengan nilai

kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini

bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup

sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas

7
dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank

tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh Bank

Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik bersifat

rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode

tertentu.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau

penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah,

karena itulah yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan

kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang terus menerus tidak sehat, mungkin

harus mendapatkan pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas

dan pembina bank-bank.

Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen,

merger, konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi keberadaannya. Bank akan

dilikuidasi apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi yang sangat parah atau

benar-benar tidak sehat.

B. Penilaian Terhadap Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek

yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui penilaian

faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan

sensitivitas terhadap risiko pasar.

8
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif

dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan

atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari

faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

Penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor

CAMELS yang terdiri dari:

1. Permodalan (Capital)

Penilaian Capital adalah dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank

yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian

tersebut didasarkan pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang ditetapkan BI,

yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

terhadap ketentuan yang berlaku;

2. komposisi permodalan trend ke depan/proyeksi KPMM;

3. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank;

4. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal

dari keuntungan (laba ditahan);

5. rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;

6. akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham

untuk meningkatkan permodalan Bank.

9
2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Kualitas Asset adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk

dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva

produktif;

2. debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit;

3. perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset

dibandingkan dengan aktiva produktif;tingkat kecukupan pembentukan

4. penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP);

5. kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;

6. sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;

7. dokumentasi aktiva produktif dan kinerja penanganan aktiva produktif

bermasalah.

3. Manajemen (Management)

Penilaian Management adalah untuk menilai kualitas manajemen akan

mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang

bersangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta

pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi.

10
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian

terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) manajemen umum;

2) penerapan sistem manajemen risiko; dan

3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada

Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian Earning adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan

keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau rasio laba

terhadap total asset dan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan

operasional (BOPO).

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

1) Return on Assets (ROA);

2) Return on Equity (ROE);

3) Net Interest Margin (NIM);

4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO);

5) Perkembangan laba operasional;

6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan;

11
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan

Prospek laba operasional.

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian Liquidity adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank

dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua

hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus

mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain

dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang

dari 1 bulan;

2. 1-month maturity mismatch ratio;

3. Loan to Deposit Ratio (LDR);

4. proyeksi cash flow 3 bulan mendatang;

5. ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti;

6. kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities

management/ALMA);

7. kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal,

atau sumber-sumber pendanaan lainnya dan stabilitas dana pihak ketiga

(DPK).

12
6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian rasio sensitivitas terhadap risiko pasar didasarkan pada Interest Rate

Risk Ratio (IRRR) yang proksi terhadap risiko pasar. IRRR menunjukkan

kemampuan bank dalam mengcover biaya bunga yang harus dikeluarkan dengan

pendapatan bunga yang dihasilkan

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko

pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen

sebagai berikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga

dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse

movement) suku bunga;

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar

dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse

movement) nilai tukar; dan

3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

Hasil dari analisi ini terdiri dari nasing-masing aspek ini kemudian akan

menghasilkan kondisi suatu bank. Hasil tersebut dituangkan kedalam bentuk

angka yang diberikan bobot sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Bobot nilai ini

diberikan sebagai nilai kredit. Dari bobot nilai ini dapat dipastikan kondisi suatu

bank.

13
Faktor yang menggugurkan penilaian tingkat kesehatan bank antara lain :

Perselisihan Intern

Campur Tangan Pihak Luar Bank

Window Dressing

Praktek Bank dalam Bank

Kesulitan yang Mengakibatkan pengunduran dalam Kliring

Praktek yang Membahayakan Usaha Bank

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh

pemerintah melalui Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai pengawasan dan

pembinaan bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan kalau perlu

dihentikan kegiatan operasinya. Perbaikan yang dilakukan antara lain perubahan

manajemen, melakukan penggabungan seperti merger, konsolidasi, akuisisi atau

malah dilikuidasi (pembubaran). Pertimbangan ini sangat tergantung pada kondisi

bank itu sendiri. Penilaian bank ini dilakukan setiap periode tertentu.

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolaannya, sejarahnya, pemiliknya.

Sisi kuantitatif dapat dilihat dari skor tertentu seperti rasio likuiditas, solvabilitas,

rentabilitas, dan Loan Deposit Ratio.

Tingkat kesehatan bank umum bisa dilihat dari dua sisi yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolanya, sejarahnya, pemiliknya.

Sisi kuantitatif dapat dilihat dari skor tertentu seperti rasio likuiditas, solvabilitas,

rentabilitas, dan loan deposit ratio.

14
1. Rasio likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengembalikkan (membayar)

utang jangka pendek

Semakin tinggi nilai rasio likuiditas menunjukkan kondisi kesehatan bank yang

semakin baik.

2. Rasio solvabilitas

Menujukkan kemampuan bank dalam mengembalikkan (membayar) utang jangka

panjang

3.Rasio profitabilitas

Menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan labaa. Ada dua pendekatan

yang bisa digunakan untuk mengentahui ukuran ini.

1) Return On Asset (ROA)

ROA mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membagi

laba sebelum pajak dengan aktiva.

2) Return On Equity (ROE)

ROE mengukur kemampuan bank untuk menghasilkn laba dengan

membandingkan laba sebelum pajak dengan equity.

4. Capital adequacy ratio (CAR)

Mengukur kecukupan modal dengan membandingkan capital dengan asset

beresiko.

15
5. Loan deposit ratio (LDR)

Mengukur kemampuan bank dalam mengelola dana dengan membandingkan

besarnya pinjaman yang diberikan olehh bank dengan besarnya simpanan.

C. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank Apabila terdapat penyimpangan terhadap

aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat mengambil tindakan-

tindakan tertentu dengan tujuan agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan

tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan yang

membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan

tindakan agar :

1. Pemegang saham menambah modal.

2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.

3. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.

4. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alis seluruh kewajiban.

5. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada

pihak lain.

6. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada

bank atau pihak lain.

16
D. Ketentuan Mengenai Aturan Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan BANK dinilai dengan atas berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap kondisi dan perkembangan suatu BANK, yang meliputi aspek
Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen, Rentabilitas, dan Likuiditas,
(CAMEL) serta mempertimbangkan faktor-faktor yang lain yang dapat
menurunkan dan atau menggugurkan TKS.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan
dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan
menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen,
rentabilitas dan likuiditas.

Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan
melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor
dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.

Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar
bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan
bank.

Tahap selanjutnya mengevaluasi kembali dengan memperhatikan informasi dan


aspek-aspek lain yang secara materiil seperti pelanggaran dan atau pelampauan
terhadap ketentuan BMPK, pelanggaran ketentuan Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah (KYC), pelanggaran ketentuan transparansi informasi produk BPR dan
penggunaan data pribadi nasabah.

Faktor-faktor yang dapat menggugurkan penilaian tingkat kesehatan BANK


menjadi Tidak Sehat yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar

17
manajemen BANK, window dressing, praktek Bank dalam bank (Bank in Bank),
kesulitan keuangan, praktek perbankan lain yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha BANK.

Pertimbangan tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing


faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan
predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan
Tidak Sehat.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Bank dapat dikatakan sehat

apabila Bank memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan

baik, dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan

mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Bank Indonesia sebagai bank sentral

mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan operasional bank

dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di

Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank

Indonesia dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank

yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan

secara umum.

19
B. Saran

Setelah selesainya penulisan makalah ini pastilah penulis banyak kekurangan

didalam pengkajian materi maupun didalam penyusunan materi, oleh sebab itu,

penulis mohon kritik dan saran kepada para pembaca, khususnya dosen

pembimbing untuk memberikan, saran atau masukan serta kritik. Yang bersifat

membangun guna untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.

20

Anda mungkin juga menyukai