Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH MENGGUNAKAN


ALAT THEODOLIT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

Disusun oleh :

1. Rizka Fajri Utami 1211400018


2. Rahmat Prabowo 1211400020
3. Rudini 1211400024
4. Ivan Noor Megantara 1211400040
5. Riska Pebriyani 1211400042
6. Shelpia Herfinah 1211400053

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA (ITI)

Jl. Raya Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan 15320 Tel.(021)7561102, 7560545


2015
PEMETAAN

(MENGUKUR BEDA TINGGI TANAH DAN JARAK KONTUR)

A. TUJUAN
1. Mengukur beda tinggi dan jarak kontur dengan alat Teodolit.
2. Menanamkan kemampuan menggunakan alat Teodolit di lapangan.
3. Melatih cara mengukur beda tinggi dan jarak.
4. Mengolah data lapangan dari alat sifat datar untuk gambar profil lapangan.

B. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dengan menggunakan alat Teodolit.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat Teodolit di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi dan jarak.
4. Mahasiswa dapat mengolah data lapangan.

C. HARI, TANGGAL, TEMPAT

Hari, tanggal : Selasa, 22 September 2015

Tempat : Kampus ITI (Institut Teknologi Indonesia) (di halaman depan


Gedung G dan Gedung F)

D. DASAR TEORI
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang
hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa
sampai pada satuan sekon (detik). Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan
dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon,
pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90. Dengan adanya
teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam
pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-
siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk
menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
a. Teropong / Teleskope
b. Nivo tabung
c. Sekrup Okuler dan Objektif
d. Sekrup Gerak Vertikal
e. Sekrup gerak horizontal
f. Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
g. Nivo kotak
h. Sekrup pengunci teropong
i. Sekrup pengunci sudut vertical
j. Sekrup pengatur menit dan detik
k. Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical
2. Bagian Bawah terdiri dari :
a. Statif / Trifoot
b. Tiga sekrup penyetel nivo kotak
c. Unting unting
d. Sekrup repitisi
e. Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga
bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di maksud adalah
theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)

2. Theodolite Repitisi
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran
mendatarnya dapt diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya dari
konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan kearah
bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini
adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51
(Zeiss).
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis
dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala
lingkarana tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunakan
system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang
elektromagnetis). Hasil pertama system analog dan kemudian harus di transfer ke system
angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layar (LCD)
dalam angka decimal.

Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang


digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi
sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut
dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan
luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief
atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan
kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington
1997). Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787
dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal, yang
dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam
pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan
dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi,
theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.
E. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
1. Theodolit a. Pen
2. Rol meter/ meteran roda b. Pensil
3. Statif c. Penghapus
4. Rambu ukur d. Buku / kertas kerja
5. Triput/kaki tiga

F. CARA KERJA

1. Menentukan lokasi lapangan yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pengukuran.
3. Menentukan titik yang akan diukur beda tinggi dan jaraknya.
4. Mengukur dengan menggunakan rol meter sejauh 6 meter dan 5 meter.
5. Menyiapkan alat Teodolit dengan cara :
a. Menyiapkan perangkat teodolit.
b. Memasang rambu ukur.
c. Memasang triput/kaki tiga.
d. Memasang pesawat diatas kepala statif.
e. Menyetel nivo kotak dengan cara memutar scrub AB secara bersama hingga
gelembung nivo kearah garis scrub C.
f. Memutar scrub C ke kanan/kiri hingga gelembung nivo bergerak ke tengah.
g. Menyetel nivo tabung dengan srub penyetel nivo tabung.
h. Memfokuskan bidikan pada baak /rambu kemudian memutar scrub penguncinya.
6. Setelah itu membaca benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
7. Mencatat hasil dari pembacaan benang atas, benang tengan, dan benang bawah.
8. Melakukan secara berulang prosedur kerja di titik yang kedua dan titik ke tiga.
G. HASIL PEMBACAAN TEODOLIT

1. Data Titik Pertama (Gerbang belakang)


a. Ba : 1,084
Bt : 1,052
Bb : 1,020
Jarak : 6,381

2. Data Titik Kedua


a. Ba : 0,978
Bt : 0,955
Bb : 0,928
Jarak : 4,985

H. PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

Berdiri Tinggi Sudut Jurusan Sudut Miring Bacaan Rambu dm d V h X Y


Alat Target Alat

50 100 100

Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik BT BA BB

I 1 1,37 311 2 40 93 6 0 1,052 1,084 1,020 6,9 6,3 -0,3 49,9 95,1 104

2 1,37 255 6 50 93 6 0 0,955 0,978 0,928 4,9 4,9 -0,2 50,1 95,1 98,7
I. KESIMPULAN

Didapatkan hasil perhitungan data akhir :


a. Ba : 1,084
Bt : 1,052
Bb : 1,020
Sudut Miring : 93 6
Sudut Jurusan : 311 2 40

b. Ba : 0,978
Bt : 0,955
Bb : 0,928
Sudut Miring : 93 6
Sudut Jurusan : 255 6 50

Dari hasil percobaan alat diatas didapatkan hasil pembacaan data-data seperti
dilampirkan diatas dengan dua kali pembacaan rambu menggunakan alat Theodolit di
tempat yang sama dan didapatkan beda tinggi serta jarak yang berbeda. Dengan
ketinggian alat yang sama yaitu 1,37 meter, dua kali pembacaan rambu dengan hasil Ba,
Bt, Bb, Sudut Miring, Sudut Jurusan dan didapat hasil akhir adalah :
Target 1 dengan jarak (d) = 6,3 meter
Target 2 dengan jarak (d) = 4,9 meter

Anda mungkin juga menyukai