Anda di halaman 1dari 35

KARSINOMA BULI BULI

(A. Rasdiana, Anita A.J Asmal)

A. PENDAHULUAN

Sel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak.

Bekerja bergantung pada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak

bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah proses fisiologis

yang terjadi hampir pada semua jaringan tubuh manusia pada berbagai

keadaan sel untuk berkembang biak. Homeostasis antara proliferasi sel dan

kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan

untuk menyediakan integritas jaringan dan organ. 1

Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya

neoplasma sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis

sel. Jadi neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-

sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi

dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.1

Tumor traktus urogenitalia merupakan keganasan yang sering

dijumpai di tempat praktek yang mungkin terlewatkan. Keganasan

urogenitalia dapat tumbuh di seluruh organ urogenitalia mulai dari ginjal

beserta salurannya,ureter, buli,buli, prostat, uretra, testis dan penis.2

Karsinoma buli buli merupakan 2 % dari seluruh keganasan, dan

merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah

karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada

1
wanita.2 Di daerah industri, kejadian tumor ini meningkat tajam.

Berdasarkan American Cancer Society (ACS) terdapat sekitar 63.210 kasus

karsinoma buli di Amerika serikat pada tahun 2005 dan 12.700 diantaranya

meninggal akibat penyakit ini. Di Indonesia, mayoritas kasus kanker buli

merupakan jenis karsinoma sel transisional (KST) yang besarnya 78,8%

dari seluruh kasus tumor buli. Menurut data Globocan 2008, kanker buli

merupakan jenis kanker dengan jumlah insiden kesebelas tertingggi di

seluruh dunia, dengan angka insiden ASR (W) 5,3 per 100.000. Dari data

tersebut, 90 persen di antaranya merupakan kanker buli dengan jenis

karsinoma sel transisional.3

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS

Gambar 1.B : Anatomi Traktus Urogenitalia

2
1. Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak

retroperitoneal bagian atas.2 Letaknya setinggi vertebra Torakal 12

Lumbal 3. Ginjal kanan biasanya terletak lebih bawah dari ginjal kiri

karena ukuran hepar kanan yang besar. Ginjal kanan dipisahkan dengan

hepar kanan oleh fleksura hepatorenal. Ginjal kiri berhubungan dengan

lambung, limpa, pankreas, yeyunum, dan kolon desenden. Pada

cekungan batas medial ginjal terdapat hilus renal. Terdapat tiga

bangunan yang melewatinya yaitu arteri renalis, vena renalis, dan pelvis

renalis. Vena renalis terletak di anterior arteri renalis yang juga berada

di anterior pelvis renalis. Hilus renalis merupakan pintu masuk ke dalam

struktur ginjal yang disebut sinus renalis yang terdiri dari pelvis renalis,

kalises, pemuluh darah, saraf, dan lemak. Ginjal memiliki permukaan

anterior dan posterior, batas lateral dan medial, polus superior dan

inferior.4

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan

medulla ginjal. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya

terdapat berjuta-juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil

ginjal. Medulla ginjal yang terletak lebih profundus banyak terdapat

duktuli atau saluran kecil yang mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa

urine.2

3
Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis, yang

seratnya berjalan bersama dengan arteri renalis. Input dari sistem

simpatk menyebabkan vasokonstriksi yang menghambat aliran darah ke

ginjal. Ginjal diduga tidak mendapatkan persarafan parasimpatik.2

Fungsi ginjal yaitu menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan

toksin dari darah, serta mempertahankan homeostasis cairan dan

elektrolit tubuh, yang kemudian dibuang melalui urine. Fungsi tersebut

diantaranya :2

1. Mengontrol sekresi hormone aldosterone dan ADH (anti diuretic

hormone) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh

2. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D

3. Menghasilkan beberapa hormone, antara lain: eritropoetin yang

berperan dalam mengatur pembentukan sel darah merah,renin yang

berperan dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostaglandin

yang berguna dalam berbagai mekanisme tubuh.

2. Ureter

Merupakan sebuah saluran dengan dinding berupa lapisan otot,

panjang 25 30 cm, terletak retro peritoneal yang menghubungkan ginjal

dengan vesika urinaria. Bagian superiornya terletak di rongga abdomen

dan memasuki rongga pelvis melewati pelvis. Bagian pelvik dari ureter

berawal letika ureter menyilang bifurctio arteri iliaka komunis. Ureter

4
berjalan posteroinferior dinding lateral pelvis, anterior dari arteri iliaka

interna, dan eksternal dari peritoneum perietal pelvis. Ureter berjalan

memasuki vesika urinaria setelah melingkar anteromedial, superior dari

muskulus levator ani. Ureter berjalan secara oblik di dalam dinding otot

vesika urinaria. Pintu masuknya memberi kontur seperti valvula flap

yang akan bertindak seperti sfingter bila otot vesika urinaria berkontraksi

untuk mencegah refluks urin.2

Untuk kepentingan pembedahan, ureter dibagi menjadi dua

bagian yakni ureter pars abdominalis, yang membentang mulai dari

pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars pelvika yang

membentang dari persilangannya dengan vasa iliaka sampai muaranya di

dalam buli-buli. Di samping itu, secara radiologis, ureter di bagi dalam 3

bagian yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai

batas atas sacrum, (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sacrum

sampai pada batas bawah sacrum dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas

bawah sacrum sampai masuk ke buli-buli.2

5
3. Vesika Urinaria (Buli-buli)

Merupakan sebuah kantong dengan dinding berupa lapisan otot yang

tebal dan memiliki karakteristik dapat berdistensi. Lapisan otot detrusor

vesika uriaria yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam

adalah otot longitudinal, (2) di tengah merupakan otot sirkuler, dan (3)

paling luar merupakan otot longitudinal. Dalam keadaan kosong, vesika

urinaria terletak di dasar panggul, posterosuperior dari os pubis,

dipisahkan oleh ruang retropubik. Vesika urinaria terletak relatif bebas

dalam jaringan lemak subkutan keculai bagian lehernya yang pada

wanita difiksasi oleh ligamentum pubovesikalis, dan ligamentum

puboprostatika pada laki laki. Dalam keadaan kosong, bentuknya

menyerupai segi empatt tak beraturan yang terdiri dari apeks, corpus,

fundus, leher, dan uvula. 2

Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada

mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli,

6
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu

segitiga yang disebut trigonum buli-buli.2

Vesika urinaria berfungsi menampung urine dari ureter dan

kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi

(berkemih). Dalam menampung urine, vesika urinaria mempunyai

kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang

adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas vesika urinaria pada anak

menurut formula dari Koff adalah :2

Kapasitas buli-buli = [ Umur (tahun) + 2 ] x 30 ml

Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf

aferen dan mengaktifkan pusat miksi di medulla spinalis segmen sacral

S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya

leher buli-buli dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses

miksi.2

Buli-buli mendapat vaskularisasi dari cabang arteri iliaka interna,

yakni arteri vesikalis superior, yang menyilang di depan ureter. Sistem

vena dari buli-buli bermuara ke vena iliaka interna.2

4. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari

buli buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2

7
bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria organ ini

berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra dilengkapi

dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli

dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan

uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot

polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat buli-buli

penuh , sfingter ini terbuka. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm,

sedangka uretra pada pria dewasa kurang lebih 23-25 cm. perbedaan

panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine

lebih sering terjadi pada pria.2

C. DEFENISI

Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit

keganasan yang mana sel-sel yang melapisi kandung kemih kehilangan

kemampuan dalam mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel-selnya.

Suatu pertumbuhan yang abnormal ini akan menghasilkan suatu kelompok

sel-sel yang kemudian membentuk tumor. Karsinoma buli merupakan suatu

keganasan di bidang urologi yang banyak ditemui.5

D. KLASIFIKASI

Bentuk tumor

Tumor buli terdapat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in

situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan

infiltratif.2

8
Ada beberapa jenis karsinoma buli berdasar histopatologi, antara lain:

Karsinoma sel transisional (urothelial)

Sebagian besar ( 90%) karsinoma buli adalah karsinoma sel

transisional. Jenis ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di

saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu di

pielum, ureter, atau uretra posterior. Tumor ini biasanya berbentuk

papiler, lesi eksofitik, sesile atau ulcerasi. Carsinoma in situ

berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel membesar dan

nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi

oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar

adalah tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari

tumor papilari.2

Karsinoma sel skuamosa .

jenis karsinoma sel skuamosa terjadi pada 10% kasus. Jenis ini

terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel

epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas.

Rangsangan kronis ini dapat terjadi karena infeksi saluran kemih

kronis, batu buli-buli , kateter yang menetap dalam jangka waktu

lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli buli dan pemakaian

obat obatan siklofosfamid secara intravesika.2

Adenokarsinoma

9
Jenis adenokarsinoma terjadi sekitar 2% kasus. Terdapat 3 grup

adenokarsinoma pada buli-buli , di antaranya adalah :2

1. Primer terdapat pada buli buli, dan biasanya terdapat di dasar

dan di fundus buli buli. Pada beberapa kasus sistitis glandularis

kronis da ekstrofia vesika pada perjalanannya lebih lanjut dapat

mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma buli

buli.2

2. Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus Urakhus ) yang

mengalami degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.2

3. Tumor sekunder yang berasal dari focus metastasis dari organ

lain diantaranya adalah prostat, rectum, ovarium, lambung,

mamma dan endometrium. 2

E. ETIOLOGI

Keganasan buli buli terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak

terdapat di sekitar kita. Beberapa factor resiko yang mempermudah

seseorang menderita karsinoma buli buli adalah :2

1. Pekerjaan

Pekerja pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium,

pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur

rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin

aromatic (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).2

10
2. Perokok

Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli buli pada perokok adalah 2-

6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok

mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.2

3. Infeksi saluran kemih

Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus sp

menghasikan nitrosamine yang merupakan zat karsinogen.2

4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan.

Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung

sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang

diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat antituberkulosa INH

dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya

karsinoma buli-buli.2

F. PATOGENESIS

Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial.

Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria,

otot dan lemak vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan

sekitarnya. Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun

hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika,

obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis ; sedangkan penyebaran

hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.2

G. DIAGNOSIS

1. PEMERIKSAAN KLINIS

11
a. Anamnesis

pasien datang dengan keluhan hematuri yang bersifat :2

(1) tanpa disertai rasa nyeri (painless),2

(2) kambuhan (intermittent),

(3) dan terjadi pada seluruh proses miksi (total).

Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala

disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah

mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi

buli-buli, antara lain disuria, frekwensi dan urgensi dengan 20-

30% pasien.2

Hematuri dapat menimbulkan keluhan retensi bekuan darah.

Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa : gejala

obstruksi saluran kemih bagian atas atau adanya edema tungkai.

Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran

limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar

di daerah pelvis.2

b. Pemeriksaan Fisis

Hal ini berguna untuk memeriksa keberadaan tumor dengan

ukuran yang cukup besar. Dengan melakukan palpasi bimanual

yag dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli buli

rileks) pada saat sebeum dan sesudah reseksi tumor buli buli.

Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina

12
sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah

suprasimfisis untuk memperkirakan infiltrasi tumor.2

Derajat invasi (stadium)

Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM atau

berdasarkan penentuan stadium dari Marshal adalah sebagai

berikut: 2

TNM Marshal Uraian

Tis 0 Karsinoma in situ

Ta 0 Tumor papilari non invasif

T1 A Invasi submukosa

T2 B1 Invasi otot superfisial

T3a B2 Invasi otot profunda

T3b C Invasi jaringan lemak prevesika

T4 D1 Invasi ke organ sekitar

13
N1-3 D1 Metastasis ke limfonoduli regional

M1 D2 Metastasis homogen

Tabel 1. stadium karsinoma buli sesuai system TNM dan stadium

menurut Marshal.2

Berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) stadium

untuk karsinoma buli terdiri dari Stage 0 Stage IV, antara lain : 5

Stage 0 : kanker superfisial atau karsinoma in situ

Stage I : sel kanker sudah masuk di bawah jaringan mukosa kandung

kemih, namun belum menginvasi otot kandung kemih

Stage II : sel kanker sudah menginvasi jaringan otot kandung kemih

Stage III : sel kanker sudah menyebar melewati lapisan otot menuju

jaringan di sekitar kandung kemih, seperti prostat (pada pria)

atau uterus (pada wanita)

Stage IV : sel kanker telah meluas hingga ke rongga abdomen, dan

dapat menyebar ke jaringan limph organ lainnya di dalam

tubuh

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Pemeriksaan IVU

14
Dapat mendeteksi adanya tumor buli buli berupa filling defect

dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di

ureter atau pielum. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis

merupakan saah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau

muara ureter.2

Gambar 2.1: tampak filling defect disertai hidronefrosis dan

hidroureter 6

b. USG

USG berguna dalam menentukan tumor buli dan dapat

menunjukkan perluasan ke ruang perivesikal atau organ yang

berdekatan. USG abdominal dapat mendeteksi tumor buli lebih

dari 95%, tetapi sering kesulitan dalam mendeteksi tumor buli

yang berukuran < 5mm, lokasi tumor dekat leher buli, pada kubah

buli, pada dinding anterior dan pada buli yang tidak bisa distensi

baik, USG transabdominal mempunyai akurasi sebesar 80%

dalam menentukan staging karsinoma buli. 7

15
Gambar 2.2 : tampak lesi multiple polypoidal pada vesika urinaria dengan

kalsifikasi. 6

c. CT Scan

Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.

CT scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang

menunjukkan potongan-potongan tubuh yaitu axial,sagittal dan

coronla yang mana tidak ditunjukkan oleh sinar x-ray

konvensional. 8

16
Gambar 2.3 : Gambaran CT Scan potongan axial dimana tampak

penebalan dinding dengan massa endophytic (panah biru)

sepanjang dinding anterior vesika urinaria.6

d. MRI

(MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang cukup

akurat dan noninvasive dalam mendiagnosa tumor buli, terutama

dalam mengevaluasi perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi

tumor dengan ukuran 1,5 cm. Walaupun dikatakan bahwa MRI

konvensional kurang akurat untuk mendeteksi suatu karsinoma

insitu dan membedakan antara invasi mukosa, submukosa dan

muskularis superfisial, hal ini dapat diatasi dengan pemberian

kontras (Gadolinium-enhanced dynamic MRI).9

17
Gambar 2.4 : gambaran MRI potongan coronal tampak polypoid

T2 massa isointens di vesicoureteric junction kanan. Menginvasi

lapisan muscular dan perivesical fat. 6

3. Pemeriksaan lain untuk memastikan diagnosis

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat digunakan anatara lain

darah rutin, kimia darah, urin mikroskopis dan deteksi bakteri

di dalam urin. sitology urin yaitu pemeriksaan sel sel urotelium

yang terlepas bersama urin, Antigen permukaan sel (cell

surface antigen) dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya

kelainan kromosom sel-sel urotelium. 2

Sistoskopi (atau disebut juga sistouretroskopi)

Suatu pemeriksaan yang mana alat ini dimasukkan sepanjang

uretra untuk memeriksa kandung kemih dan traktus urinarius

untukmelihat adanya suatu abnormalitas struktural atau

obstruksi , seperti tumor atau batu. Contoh jaringan kandung

18
kemih (biopsi) dapat diambil melalui sistoskop untuk kemudian

diperiksa dengan menggunakan mikroskop.2

H. DAIGNOSIS BANDING

1. Tumor Ureter

a. Defenisi

Tumor ureter dengan kejadian yang jarang dengan prevalensi 1 %

dari keganasan pada traktus urogenital. Dua kali Lebih sering pada

laki laki dibanding perempuan dan kebanyakan pasien pada usia 60

atau 70 tahun baru terdiagnosa paling banyak ditemukan pada ureter

bagian distal (70% kasus). 2

b. Etiologi

Karsinoma ureter beresiko pada perokok, peminum kopi, dan pada

pekerja yang berkaitan dengan bahan tekstil. Dengan paparan

karsinogenik dapat meningkatkan kejadian karsinoma ureter lebih

cepat. 2

c. Pathogenesis dan patologi

Banyak tumor ureter dengan jenis karsinoma sel transisional

(93%), dan selebihnya jenis squamous cell carcinoma. Tipe

adenokarsinoma sangat jarang. Bila tipeadenokarsinoma diemukan

di ureter maka sangat besar kemungkinannya untuk bermetastasis ke

traktus gastrointestinal, cervix uteri, paru paru, atau prostat. Dengan

penyebaran secara limfogen .2

19
d. Gejala klinis :

Paling sering ditemukan adalah hematuria, dengan 59-99 %,

nyeri 20-50%, gejala iritasi vesika urinaria (frekuensi, urgensi dan

dysuria)10 -25%. Dapat juga ditemukan edema kaki. Dapat

ditemukan massa pada palpasi oleh karena obstruksi ureter dan

menimbulkan hidronfrosis. Jika terjadi infeksi ginjal massa ginjal

dapat teraba.2

e. Pemeriksaan klinis :2

1) Laboratorium : anemia dapat ditemukan jika terjadi perdarahan

yang lama. Hematuria mikroskopik atau makroskopik biasa

ditemukan. Tanda tanda infeksi pada urinalisis dapat muncul.

2) Radiologi :

X ray : Urogram dapat memperlihatkan intraluminal filling defect

dan hidronefrosis dengan atau tanpa hidroureter.

CT Scan

Gambar : ureter sinistra dilatasi dan striktur di bagian segmen

distal. Ini menunjukkan area penebalan dinding. 6

20
3) Sistoskopi

Dapat ditemukan tumor ureter yang terlihat pada 6-18% pasien.

2. Karsinoma Prostat

a. Defenisi

Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria

berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun.

Penyebab kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun

beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara diet

tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon testosteron. Pada bagian

lain, Rindiastuti (2007) menyimpulkan bahwa usia lanjut mengalami

penurunan beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan

vitamin D.

b. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Prostat

Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan

faktor resiko kanker prostat adalah sebagai berikut.2

1) Usia

Resiko menderita kanker prostat dimulai saat usia 50 tahun pada

pria kulit putih, dengan tidak ada riwayat keluarga menderita kanker

prostat. Sedangkan pada pria kulit hitam pada usia 40 tahun dengan

riwayat keluarga satu generasi sebelumnya menderita kanker

prostat.2

2) Ras dan tempat tinggal

21
Penderita prostat tertinggi ditemukan pada pria dengan ras

Afrika Amerika.Pria kulit hitam memiliki resiko 1,6 kali lebih

besar untuk menderita kanker prostat dibandingkan dengan pria

kulit putih.2

3) Riwayat keluarga

Carter dkk menunjukkan bahwa kanker prostat didiagnosa pada

15% pria yang memiliki ayah atau saudara lelaki yang menderita

kanker prostat, bila dibandingkan dengan 8% populasi kontrol yang

tidak memiliki kerabat yang terkena kanker prostat Pria yang satu

generasi sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 2 -

3 kali lipat lebih besar menderita kanker prostat dibandingkan

dengan populasi umum. Sedangkan untuk pria yang 2 generasi

sebelumnya menderita kanker prostat memiliki resiko 9 - 10 kali

lipat lebih besar menderita kanker prostat. 10

4) Faktor hormonal

Testosteron adalah hormon pada pria yang dihasilkan oleh sel

Leydig pada testis yang akan ditukar menjadi bentuk metabolit,

berupa dihidrotestosteron (DHT) di organ prostat oleh enzim 5 -

reduktase. Beberapa teori menyimpulkan bahwa kanker prostat

terjadi karena adanya peningkatan kadar testosteron pada pria, tetapi

hal ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Beberapa penelitian

menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada penderita

kanker prostat. Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT

22
pada penderita prostat, tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar

testosteron. 10

5) Pola makan

Pola makan diduga memiliki pengaruh dalam perkembangan

berbagai jenis kanker atau keganasan. Pengaruh makanan dalam

terjadinya kanker prostat belum dapat dijelaskan secara rinci karena

adanya perbedaan konsumsi makanan pada rasa atau suku yang

berbeda, bangsa, tempat tinggal, status ekonomi dan lain sebagainya.

c. Gejala Klinis Kanker Prostat

Secara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala

khas. Karena itu, sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada

umumnya sama dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu buang air

kecil tersendat atau tidak lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang

dan gangguan saraf. Dua keluhan itu muncul bila sudah ada penyebaran

ke tulang belakang Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker

prostat umumnya tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik.

Pada tahap berikutnya (locally advanced) didapati obstruksi sebagai

gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga hematuria

yakni urin yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa

nyeri saat berkemih. Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah

mengalami metastase di tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat

23
jarang menhgalami kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai

karena kompresi korda spinalis.10

d. Pencitraan

Dalam melakukan pencitraan, ada beberapa jenis pencitraan yang biasa di

pakai dalam mendiagnosis kanker prostat diantaranya yaitu : 10

1) Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS)

Transrectal Ultrasound Scanning (TRUSS) adalah pemeriksaan yang

digunakan untuk menentukan lokasi kanker prostat yang lebih akurat

dibandingkan dengan DRE, juga merupakan panduan klinisi untuk

melakukan biopsi prostat sehingga TRUSS juga sering dikatakan

sebagai a biopsy guidence. Selain untuk panduan biopsi, TRUSS

juga digunakan untuk mengukur besarnya volume prostat yang diduga

terkena kanker. Transrectal Ultrasound juga digunakan dalam

tindakan cryosurgery dan brachytherapy. Untuk temuan DRE yang

normal namun ada peningkatan kadar PSA (biasanya lebih dari 4)

dapat juga digunakan TRUSS untuk melihat apakah ada kemungkinan

terjadi keganasan pada prostat.

2) Endorectal Magnetic Resonance Imaging (MRI)

3) Axial Imaging (CT MRI)

Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat apakah pasien

penderita kanker prostat menderita metastase ke tulang pelvis atau

kelenjar limfe sehingga klinisi bias menetukan terapi yang tepat bagi

pasien. Namun perlu diingat juga bahwa penncitraan ini cukup

24
memakan biaya dan sensitivitasnya juga terbatas hanya sekitar 30

40%.10

Gambar : T2 lesi hipointens, dengan bentuk lentiform. 6

I. PENATALAKSANAAN

Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-

buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR Buli-buli. Pada tindakan

ini dapat sekaligus ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya

tergantung pada stadiumnya antara lain (1) tidak perlu terapi lanjutan akan

tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and see, (2) instilasi

intravesika dengan obat-obat Mitomisin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,

siklofosfamid, Doksorubisin atau dengan interferon, (3) Sisktektomi

radikal, parsial, atau total, (4)radiasi eksterna, dan (5) terapi ajuvan dengan

kemoterapi sistemik antara lain regimen Sisplatinum-Metotreksat (MTX)-

Vinblastin (CMV) atau regimen Metotreksat-Vinblastin-Doksorubisin-

Sisplatinum (MVAC).2,11

25
Alternatif Terapi Setelah TUR Buli-buli 2,11

Tingkat TNM Tindakan

Tis TUR buli

Ta

T1 TUR buli, kemoterapi intravesika

T2 Sistektomi total dan limfadenektomi

T3a Sistektomi total dan limfadenektomi

T4 Sistektomi total dan limfadenektomi

N+ Sistektomi radikal, terapi paliatif,

kemoterapi sistemik

M+ Kemoterapi sistemik

J. PROGNOSIS

Karsinoma buli-buli yang tidak ditangani akan meningkatkan morbiditas,

termasuk :12

Hematuria

Dysuria

Gejala iritasi buli buli

Retensi urin

Inkontinensia urin

26
Obstruksi ureter

Nyeri pelvis

Derajat kekambuhan pada transitional cell carcinoma (TCC ) superfisial itu

tinggi. Pada 80 % pasien akan ada yang mengalami kekambuhan. Pada

karsinoma buli buli non muscle invasive mempunyai prognosis yang baik

dengan 5 tahun kehidupan yaitu 82-100%. Makin tinggi derajat maka

makin menurun angka kehidupannya seperti :12

Ta, T1, CIS 82-100%

T2 63-83%

T3a 67-71 %

T3b 17-57%

T4 0-22%

Prognosis untuk pasien dengan metastasis kanker urothelial yaitu buruk,

hanya 5-10% pasien yang hidup selama 2 tahun setelah didiagnosis.12

Prognosis karsinoma in situ (CIS)

CIS berhubungan dengan T1 tumor papilar denga prognosis buruk.

Angka kekambuhan 63-92% dan angka progresi menjadi kanker buli buli

invasi 50-75%.11

Prognosis squamous cell carcinoma

Pada SCC, angka kehidupan atau survive lebih baik dengan operasi

radikal daripada terapi radiasi dan atau kemoterapi. 12

Prognosis small cell carcinoma

27
Prognosis paling buruk dengan angka rata-rata kehidupan hanya 1,7

tahun.12

K. KAJIAN ISLAM

Karsinoma buli buli erat kejadiannya pada perokok, kebiasaan

mengkonsumsi kopi, orang orang yang sering terpapar denga bahan kimia

dan infeksi saluran kemih.

Dalam islam, kita dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri, menghindari

makanan atau perilaku gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok. Sesuai

dengan tuntunan Rasulullah saw yaitu menerapkan gaya hidup sehat dan

senantiasa menjaga kebersihan diri.13

1. Kebersihan diri

Pentingnya thaharah dalam Islam ini sesuai dengan firman Allah yaitu

Q.S. Al-Baqarah:222

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat

dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.13

Kebersihan juga sangat dianjurkan oleh masyarakat secara umum

apapun agamanya, seperti yang disebutkan dalam ungkapan bersih

pangkal sehat yang mengandung arti bahwa kesehatan dapat dicapai

dengan menjaga kebersihan yang di dalam Islam kebersihan dapat

dilakukan dengan thaharah. 13

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan

lingkungannya dari segala yang kotor dan keji. 13

28
Hal itu sudah diisyaratkan dalam berbagai hadis, seperti dalam

hadis:

Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan, Mahabersih

dan mencintai kebersihan, Mahamulia dan mencintai kemuliaan. Karena

itu,bersihkanlah rumah dan (HR at-Tirmidzi dan Abu Yala).13

Perilaku merokok dalam pandangan halaman kalian, dan janganlah

kalian menyerupai orang-orang Yahudi

2. Perilaku merokok dalam pandangan Islam

Dalam QS. Al Baqarah ayat 195 Q.S Al-Baqarah ayat 195: 14

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan.

Q.S An-Nisa ayat 29:

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.

Dalam Hadist Nabi saw: Tidak boleh melakukan perbuatan yang

membuat mudharat bagi orang lain baik permulaan ataupun balasan.

(HR. Ibnu Majah. Hadis ini di shahihkan oleh Albani).14

29
Beberapa pendapat ulama muslim mengenai rokok yaitu :14

a. Syaikh Muhammad bin Ibrahim : Rokok haram karena di dalamnya ada

racun. Al-Quran menyatakan, Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik,

dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk (kotoran). (al-Araf: 157).

Rasulullah juga melarang setiap yang memabukkan dan melemahkan,

sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu

Salamah ra. Merokok juga termasuk melakukan pemborosan yang tidak

bermanfaat. Selanjutnya, rokok dan bau mulut perokok bisa mengganggu

orang lain, termasuk pada jamaah shalat.14

b. Ulama Mesir, Syria, Saudi Rokok haram alias terlarang, dengan alasan

membahayakan. Di antara yang mendukung dalil ini adalah Syaikh Ahmad

as-Sunhawy al-Bahuty al-Anjalaby dan Syaikh Al-Malakiyah Ibrahim al-

Qaani dari Mesir, An-Najm al-Gazy al-Amiry as-Syafii dari Syria, dan

ulama Mekkah Abdul Malik al-Ashami.14

c. Dr. Yusuf Qardhawi Rokok haram karena membahayakan. Demikian

disebut dalam bukunya Halam & Haram dalam Islam. Menurutnya, tidak

boleh seseorang membuat bahaya dan membalas bahaya, sebagaimana

sabda Nabi yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Qardhawi

menambahkan, selain berbahaya, rokok juga mengajak penikmatnya untuk

buang-buang waktu dan harta. Padahal lebih baik harta itu digunakan untuk

yang lebih berguna, atau diinfaqkan bila memang keluarganya tidak

membutuhkan.14

30
Dari pendapat ulama-ulama di atas, tidak ada alasan rokok itu baik untuk

kesehatan, baik bagi perokoknya maupun bagi orang yang tidak merokok

tapi ikut terkena asap rokok. Islam sangat memperhatikan kesehatan. Hal-

hal yang berdampak buruk bagi kesehatan dilarang dalam Islam. Oleh

karena itu, Anda dapat mengambil kesimpulan sendiri mengenai hukum

rokok.14

3. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thoyyib

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik

/ Halalan Thoyyiban. Dalam Al Quran, Surat Al Maidah : 88 yang artinya:15

dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang

telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu

beriman kepada-Nya

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan

cuma halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan

tubuh kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah,

sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan jelas. Perintah ini juga

ditegaskan dalam ayat yang lain, seperti yang terdapat pada Surat Al

Baqarah : 168 yang artinya:15

Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata

bagimu

31
Pertama kita ketahui, halal itu bukan sekedar halal makanannya, tapi

juga dari sumber bagaimana mendapatkannya pun harus halal. Selain halal,

makanan juga harus baik. Meski halal tapi jika tidak baik, hendaknya tidak

kita makan. Di antara kriteria makanan yang baik adalah:15

a. Bergizi tinggi15

b. Makanan lengkap dan berimbang. Waktu SD kita belajar makanan

4 sehat 5 sempurna seperti nasi/jagung, lauk/pauk, sayuran, buah-

buahan, dan terakhir susu. Semua makanan tersebut mengandung

karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh

tubuh kita. Ada baiknya ditambah dengan herbal seperti madu,

pasak bumi, habbatus saudah, minyak zaitun, dan sebagainya agar

tubuh kita sehat.15

c. Tidak mengandung zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan

kita, misalnya kolesterol tinggi atau bisa memicu asam urat kita.15

d. Alami. Tidak mengandung berbagai zat kimia seperti pupuk kimia,

pestisida kimia, pengawet kimia (misalnya formalin), pewarna

kimia, perasa kimia (misalnya biang gula/aspartame, MSG, dsb)15

e. Masih segar. Tidak membusuk atau basi sehingga warna, bau, dan

rasanya berubah.15

f. Tidak berlebihan. Makanan sebaik apa pun jika berlebihan, tidak

baik.15

32
L. KESIMPULAN

Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit keganasan yang

mana sel-sel yang melapisi kandung kemih kehilangan kemampuan dalam

mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel-selnya. Karsinoma buli buli

merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah

karsinoma prostat.

Keganasan buli buli terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak

terdapat di sekitar kita dan beberapa factor resiko seperti perokok, infeksi

saluran kemih, dan pekerjaan tertentu yang erat dengan bahan karsinogenik.

Jenis karsinoma buli buli yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional.

Adapaun penatalaksanaanya yang pertama kali dilakukan pada pasien

karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR Buli-buli.

Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya. Prognosis masing masing

juga tergantung dengan stadium dan jenis dari tumor tersebut.

33
DAFTAR PUSTAKA

th
1. Robbins SL, Kumar VK. Neoplasia in Basic Pathology. 7 edition.

Philadelphia: Saunders.2003

2. Purnomo BB. Dasar dasar Urologi. Edisi ketiga. Sagung Seto. Malang:

2011

3. Tiera Hery, Umbas Rainy. Pemeriksaan Rapid Urinary Bladder Cancer

Antigen untuk Deteksi Karsinoma Sel Transisional Buli pada Populasi

Indonesia (Penelitian Awal). Bagian Urologi Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo Fakultas Kedoktekteran Universitas Indonesia, Jakarta.

2013.

4. Moore, Keith,L., et al. Clinically Oriented Anatomy. Lippincott Williams

& Wilkins. Baltimore, Maryland, USA: 1999.

5. Irwana Olva. Hematuria pada Karsinoma Buli. Universitas Riau. 2009

6. Bladder Cancer. http://www.radiopaedia.org. [diakses 7 Agustus 2016]

7. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI.

Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.

8. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta:2005

9. Tekes, Aylin et al. Dynamic MRI of Bladder Cancer : Evaluation of Staging

Accuracy. American Journal Radiology. American Roentgen Ray Society,

Baltimore, USA : 2010

10. Karsinoma prostat. http://www.repository.usu.ac.id [diakses 7 Agustus

2016]

34
11. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Tumor kandung kemih. BukuAjar Ilmu Bedah.

Edisi ke 2. Jakarta : EGC. 2004. 780-782

12. Steinberg GD, et al. Bladder cancer. http://www.emedicine.medscape.com

[diakses 5 Agustus 2016]

13. Fajrin WS. Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam. Universitas

Airlangga. 2012

14. Pendapat Ulama Fikih tentang Hukum Rokok.

http://www.hukumIslam.com [diakses 7 Agustus 2016]

15. Makanan yang Halal dan Baik (Halalan Thayyiban). http://www.media-

islam.or.id [diakses 7 Agustus 2016]

35

Anda mungkin juga menyukai