Memasukan Parameter-
Parameter yang dibutuhkan
didalam permodelan sistem
berkaitan dengan mode
Transient Analysis
Melakukan Pengelompokan Beban
Berdasarkan Prioritas Pelepasan
Tidak
f<49.5
Ya
Melakukan perhitungan
frekuensi set point trip,waktu
pelepasan cb,dan jumlah beban
yang dilepas
Tidak
49,5f50,5
Ya
Selesai
BAB 3
PT Bukit Asam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan
berlokasi di Tanjung Enim,Kabupaten Muara Enim,Sumatera Selatan. PT Bukit Asam memiliki
Sistem kelistrikan PT Bukit Asam terkinterkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV PLN
wilayah Sumatera. PLN merupakan penyedia suplai daya listrik terbesar yang digunakan oleh PT
Bukit Asam. PT Bukit Asam sendiri memiliki pembangkit sebesar 3x10 MW yang berfungsi
sebagai penyedia daya listrik tambahan bagi beban listrik di perusahaan tersebut. Sistem
kelistrikan PT Bukit Asam menggunakan standar International Electrotechnical Commission
(IEC), di mana frekuensi yang digunakan sama dengan frekuensi dari jaringan PLN, yaitu 50 Hz.
Sistem pada perusahan ini menggunakan nilai nominal tegangan 20 kV sebagai tegangan pada
distribusi primer. Selain itu, sistem perusahaan ini juga menggunakan tegangan 6 kV dan
tegangan 0.4 kV yang merupakan nilai tegangan pada distribusi sekunder. Umumnya motor-
motor listrik pada PT Bukit Asam menggunakan tegangan 6 kV, sedangkan beban-beban yang
merupakan beban motor listrik kecil seperti pompa pada fasilitas umum, perkantoran, maupun
perumahan menggunakan tegangan 0.4 kV
Gambar 3.1 Sistem Kelistrikan PT Bukit Asam
3.3 Sistem Pembangkitan Tenaga ListrikKonstanta inertia beloman
Pembangkit Listrik yang dimiliki oleh PT Bukit Asam merupakan jenis Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Batu Bara(PLTUBB) yang terdiri dari 3 Unit Generator dimana mempunyai
spesifikasi yang ditunjukan dengan tabel dibawah ini:
Generator yang dimiliki oleh PT Bukit Asam berfungsi sebagai penyedia tambahan suplai
daya yang dibutuhkan oleh beban di PT Bukit Asam. Daya aktif yang dimiliki oleh ketiga
Generator tersebut sama yaitu 10 MW. Namun, kenyataanya daya aktif yang disuplai oleh ketiga
Generator tersebut berada dibawah nilai nominal ratingnya. Hal ini disebabkan karena beban-
beban yang terhubung pada kondisi normal sistem umumnya lebih banyak disuplai oleh PLN.
Tegangan keluaran terminal pada setiap pembangkit adalah 6.3 kV pada Generator 1 dan
Generator 2. Sedangkan generator 3 memiliki nilai tegangan keluaran terminal sebesar 6 kV.
Governor yang dimiliki oleh Generator 1 memiliki tipe Droop. Hal ini menunjukan bahwa
kecepatan putar generator selalu konstan walaupun terhadap perubahan fluktuasi permintaan
daya beban. Kecepatan putar generator yang konstan ini menghasilkan keluaran daya aktif yang
selalu sama dan tidak mengikuti fluktuasi permintaan daya beban di sistem. Sedangkan
Generator 2 dan Generator 3 memiliki Governor dengan spesifikasi Isochronus. Goverrnor tipe
isochronus ini menunjukan bahwa kecepatan putar Generator mengikuti fluktuasi beban.
Sehingga keluaran daya aktif yang disuplai mengikuti kebutuhan sistem.
3.3.1 Pengaturan Generator
Mode operasi yang digunakan oleh Generator 1 merupakan MVAR Control. Mvar Control
merupakan mode operasi pada Generator dimana keluaran daya aktif(P) dijaga konstan dengan
governor yang digunakan merupakan governor tipe Droop. Selain itu Exciter yang digunakan
pada mode operasi MVAR Control menggunakan tipe Fixed. Hal ini menjelaskan bahwa tidak
terdapat adanya Automatic Voltage Regulation(AVR) yang mengatur tegangan keluaran
Generator agar tetap stabil. Sedangkan mode operasi Generator 2 dan 3 adalah Swing. Mode
operasi Swing menunjukan bahwa Generator bersifat menyuplai daya mengikuti fluktuasi
permintaan daya di sistem. Sehingga Generator 2 dan 3 menggunakan Governor tipe isochronus
dan terdapat Automatic Voltage Regulation(AVR) yang mengatur tegangan keluaran Generator
selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan
beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.
PLN mentransmisikan daya listrik kepada PT Bukit Asam melalui dua saluran transmisi
bertegangan 150 kV. Daya listrik yang diterima sistem dari PLN dirubah level tegangannya
menjadi level tegangan sistem distribusi primer PT Bukit Asam yaitu 20 kV dengan
menggunakan Transformator Step Down. Dari sistem distribusi primer 20 kV ,daya listrik dapat
langsung dikirimkan ke beban listrik,yaitu motor-motor besar maupun diturunkan level
tegangannya menjadi 6 kV dan 0.4 kV pada sistem distribusi sekunder untuk kemudian dialirkan
ke beban-beban fasilitas umum,motor-motor,perumahan,dan perkantoran.
Beban yang terdapat didalam PT Bukit Asam dengan menggunakan software Electrical
Transient Analysis(ETAP) digambarkan menjadi beberapa jenis beban,yaitu
Gangguan beban lebih dapat terjadi akibat hilangnya suplai daya yang besar di dalam sistem.
Hal ini bisa disebabkan oleh terputusnya saluran transmisi maupun lepasnya pembangkit yang
berkapasitas besar didalam sistem. Pada skema gangguan yang pertama suplai daya dari PLN
kepada PT Bukit Asam terputus. Hal ini membuat ketiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang
dimiliki oleh PT Bukit Asam harus menanggung kesemua beban yang berada di dalam sistem.
Jumlah daya beban yang berada di dalam sistem sebesar 36.425 MW, di mana Suplai daya yang
diberikan oleh PLN didalam keadaan normal sistem sebesar 24.566 MW ,dan sisanya
merupakan suplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap(PLTU).
Pembangkit listrik Tenaga Uap PT Bukit Asam mempunyai spesifikasi rating sebesar 3x10
MW,dengan effisiensi mesin dari ketiga PLTU tersebut sebesar 95% maka daya aktif yang dapat
disuplai oleh ketiga mesin itu maksimal adalah sebesar 28.500 MW. Apabila sistem hanya
ditunjang suplai daya melalui ketiga PLTU tersebut maka terjadi deficit daya permintaan beban
sebesar 7,925 MW,sehingga frekuensi di sistem akan mengalami penurunan akibat selisih daya
suplai dengan daya beban. Maka diperlukan pelepasan beban pada skema satu ini sebesar
besarnya selisih daya antara suplai dengan permintaan beban.
b. Gangguan beban lebih akibat hilangnya suplai daya PLN dan PLTU yang beroperasi
sebanyak 2 unit.
Gambar 3.
Pada skema kedua simulasi gangguan,suplai yang diberikan oleh PLTU terputus dan
Pembangkit yang beroperasi hanya berupa 2 unit didalam sistem. Daya efektif yang dapat
disuplai PLTU kepada sistem hanya sebesar 19 MW,sehingga terdapat defisit daya suplai dengan
daya permintaan beban sebesar 17.425 MW. Diperlukan pelepasan beban sebesar 17.425
didalam sistem dengan menggunakan skala prioritas agar kerugian yang terjadi didalam sistem
untuk produksi pertambangan maupun keperluan lainnya menjadi lebih sedikit.
Pelanggan Reseidensial
Merupakan pelanggan rumah tangga biasa,atau masyarakat umum
Pelanggan Sosial
Merupakan golongan yang bersifat sebagai sarana sosial,contohnya tempat-
tempat ibadah atau rumah sakit.
Pelanggan Bisnis
Kelompok ini ditujukan oleh bangunan yang ditunjukan keperluannya untuk
kegiatan komersial seperti kantor,dan juga mall.
Pelanggan Industri
Pelanggan Industri merupakan penggunaan bangunan yang mampu menghasilkan
barang/jasa dan umumnya terdapat penggunaan komponen motor listrik baik
dengan skala kecil hingga besar
Pelanggan Publik
Pelanggan ini digunakan untuk keperluan sarana umum,seperti penerangan lamu
jalan,lampu lalu lintas,dan lain-lain.
Untuk menghitung persentase besarnya daya beban composite yang ditanggung trafo
sistem,digunakan perumusan dibawah ini :
x 100%
Contoh : Composite Network A20 memiliki daya semu beban yang ditanggung = 1809 kVA,
kapasitas toal trafo = 45.000 kVA,sehingga:
1809
x 100% = 4,02 %
45.000
Beban memiliki sensitifitas terhadap perekonomian dilihat berdasarkan tipe beban di sistem
tersebut,yang sudah diklasifikasi sebelumnya yaitu:
Beban Perumahan
Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa lampu untuk
penerangan, alat rumah tangga, seperti kipas angin, pemanas air,lemari es, penyejuk
udara, mixer, oven, motor pompa air dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanya
memuncak pada malam hari.
Beban Indusri
Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala kecil banyak
beropersi di siang hari sedangkan industri besar sekarang ini banyak yang beroperasi
sampai 24 jam.
Beban Fasilitas Umum
Beban fasilitas umumnya terdiri dari beban penerangan untuk perjalanan,beban
pompa air saat terjadi banjir,beban bagi fasilitas yang ditunjukan untuk kebutuhan
sistem seperti pemadam kebakaran pada saat terjadi kondisi darurat kebakran.
Beban Bisnis ataupun perkantoran
Beban Bisnis pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas angin,
penyejuk udara dan alat alat listrik lainnya yang diperlukan untuk restoran. Beban
hotel juga diklasifikasikan sebagi beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran.
Beban ini secara drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan dan
menurun di waktu sore.
A01 6
A04_Perkantoran 14
A05_TAL 8
A08_TLS2 10
A09&A12_MSSLV 2
16_Banko Barat 4
A18_MTBU 3
A19_OLC new line bawah 7
Shovel Mahayung 5
A20 9
B01_CDP 1
B05&B06_Workshop dan adm 13
B07_Ch5 11
B11_WTP/KTT 12
Beban berdasarkan Kulitas Pelayanan
Untuk aspek kualitas pelayanan dapat dikelompokan berdasarkan apakah beban tersebut
merupakan beban VIP,maupun beban dengan membutuhkan daya yang besar yang diurutkan
seperti dibawah ini:
A01 6
A04_Perkantoran 14
A05_TAL 8
A08_TLS2 10
A09&A12_MSSLV 2
16_Banko Barat 4
A18_MTBU 3
Shovel Mahayung 5
A20 9
B01_CDP 1
B07_Ch5 11
B11_WTP/KTT 12
Sehingga dari ketiga aspek penilaian diatas maka dapat disimpulkan beban prioritas dan
beban non prioritas pada PT Bukit Asam dengan Tabel dibawah ini dimana nilai prioritas dengan
nilai terkecil merupakan beban yang diprioritaskan untuk dipertahankan didalam
kerberlangsungan sistem,dan juga apabila setelah hilangnya gangguan saat dilakukan starting ke
dalam sistem beban-beban tersebut tidak menimbulkan efek yang buruk bagi parameter tegangan
di sistem.
Composite Network Daya Sensitifitas Kualitas Jumlah Prioritas
Layanan Lepas
A01 4 6 6 16 12
A03_PERUM & KTR DINAS 13 15 15 43 1
A04_PERKANTORAN 10 14 14 34 4
A05_TAL 9 8 8 27 6
A08_TLS2 7 10 10 27 7
A09&A12_MSS LV 14 2 2 18 10
A16_BANKO BARAT 2 4 4 10 14
A18_MTBU 1 3 3 7 15
A19_OLC 5 7 7 19 9
Shovel Mahayung 3 5 5 13 13
A20 7 9 9 25 8
B01_CDP 15 1 1 17 11
B05&B06_Workshop dan 11 13 13 37 2
adm
B07_Ch5 9 11 11 31 5
B11_WTP/KTT 12 12 12 36 3
3.3 Pembacaan Data Single Line Diagram PT Bukit Asam dengan studi Load Flow melalui
aplikasi ETAP
Data pada Single Line Diagram PT Bukit Asam merepresentasikan kondisi real pada sistem
PT Bukit Asam dengan melakukan permodelan melalui simulasi menggunakan software ETAP .
Pada data Single Line Diagram PT Bukit Asam,suplai daya listrik berasal dari dua sumber yaitu
PLN sebagai Jala-Jala,dan Pembangkitan Internal yang berjenis Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Batu Bara(PLTU) sebanyak 3 unit . Beban-beban yang terdapat pada PT Bukit Asam umumnya
berupa Motor Induksi dan juga Beban kompleks(Lumped Load) yang merupakan gabungan
beban motor listrik dengan beban statis dalam hal ini beban penerangan. Untuk mengetahui
berapa besarnya daya listrik yang disuplai oleh PLN beserta PLTU dan jumlah kebutuhan daya
beban maka dilakukan suatu simulasi aliran daya(load flow).
Aliran daya(load flow) merupakan suatu peristiwa daya yang mengalir berupa daya aktif(P)
dan daya reaktif(Q) dari suatu sistem pembangkitan(sisi pengirim) melalui suatu saluran atau
jaringan transmisi hingga sampai ke sisi beban(sisi penerima). Dalam simulasi aliran daya pada
Single Line Diagram PT Bukit Asam diketahui besarnya besarnya daya yang disuplai oleh kedua
sumber PLN dan juga PLTU antara lain,ditunjukan dengan tabel dibawah ini:
Terdapat perbedaan cukup besar besaran supplai pembangkitan internal dari PT Bukit Asam
dengan PLN. Hal ini dikarenakan pembangkit yang dimiliki oleh PT Bukit Asam ditunjukan
untuk menyuplai beban-beban tambahan sehingga pada bus yang menghubungkan suplai ke
beban,hanya terdapat beberapa beban yang disuplai oleh pembangkit internal.
Jumlah suplai daya aktif dari PLN dan pembangkit internal sesuai dengan besarnya beban.
Namun,pada suplai daya aktif yang diberikan oleh pembangkit internal,jumlah total daya aktif
yang dikirimkan ke beban-beban bersih sebesar 8,078 MW . Untuk beban dasar internal dari
ketiga pembangkit tersebut menyerap daya aktif sebesar 3,781 MW.
Ketiga pembangkit internal pada PT Bukit Asam memiliki nilai rating daya aktif yang sama.
Namun,terdapat perbedaan operasi kerjanya,yang dapat menyebabkan ketiga pembangkit
tersebut memiliki keluaran daya aktif dan daya reaktif yang berbeda yang ditunjukan dengan
tabel dibawah ini:
Pembangkit Internal Operasi Mode
Generator 1 MVAR Control
Generator 2 Swing
Generator 3 Swing
Tabel 3.2 Operasi Mode Generator PT Bukit Asam
Pada Generator 1 operasi kerja yang digunakan oleh pembangkit adalah merupakan MVAR
Control. Hal ini menunjukan bahwa Generator 1 bekerja dengan setting keluar daya aktif yang
konstan tidak tergantung dengan fluktuasi beban dikarenakan dengan pengaturan governor
merupakan mode droop dan mempunyai nilai eksitasi yang tetap. Generator 2 dan Generator 3
Bekerja dengan Mode Swing. Hal ini menunjukan bahwa Generator 1 bekerja memberikan
suplai daya yang sesuai dengan permintaan beban namun didalam batas ratingnya,untuk
pengaturan eksitasi dari generator dengan operasi mode swing mempunyai pengaturan exsitasi
yang mengikuti fluktuasi permintaan beban.
Didalam menjalankan Transient Analysis dibutuhkan suatu permodelan yang identik pada
sisi pembangkitan internal agar didapat hasil yang sesuai dengan respon transient yang diberikan
oleh sistem. Pada sisi pembangkitan internal,yaitu oleh generator dengan bahan bakar berupa
batu bara mempunyai settingan eksitasi dan governor yang spesifik,selain itu nilai konstanta
inertia juga sangat dibutuhkan untuk melakukan permodelan yang sesuai dengan kondisi sistem
disaat mengalami gangguan.
3.4.1 Governor
Nilai setting parameter dari Governor ST diatas merupakan yang tertera pada data awal di
dalam single line diagram PT Bukit Asam . Mode yang digunakan pada ketiga pembangkit
tersebut,ditunjukan dengan tabel dibawah ini:
Generator Mode
1 Droop
2 Isochronus
3 Isocrhonus
Tabel 3.3 Mode Governor
Mode yang dipakai pada generator 1 merupakan mode droop,mode droop mengatur besarnya
daya aktif yang disuplai ke beban selalu konstan dan tidak mengikuti fluktuasi beban. Generator
1 menggunakan mode droop karena pada pembangkit internal 1 mempunyai mode operasi
MVAR Control,yang berarti bahwa keluaran daya aktif yang dikeluarkan selalu sama tidak
bergantung kepada fluktuasi beban. Sedangkan pada Generator 2 dan 3 menggunakan mode
Isochronus dikarenakan Generator mempunyai mode operasi Swing. Mode operasi swing
mempunyai karakteristik operasi dimana jumlah daya yang disuplai bergantung terhadap
fluktuasi beban.
3.4.2 Konstanta Inertia
Konstanta Inertia merupakan salah satu parameter penting didalam studi analisa transient.
Pada Studi kasus beban lebih,konstanta inertia dari setiap pembangkit sangat berpengaruh
terhadap kurva kedalaman frekuensi yang jatuh. Konstanta inertia merupakan ratio dari energy
kinetic pada sebuah rotor dari mesin sinkron terhadap nilai rating dari mesin. Pada data awal
single line diagram PT Bukit Asam,nilai konstanta inertia dari pembangkit internal adalah 1.2 .
Hal ini dikarenakan pihak PT Bukit Asam tidak memiliki data konstanta inertia pada setiap
Generator sehingga dibutuhkan studi literature nilai konstanta inertia yang sesuai dengan
karakteristik dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Hasil studi literature menemukan nilai
konstantan inertia dari pembangkit listrik tenaga uap dengan karakteristik kecepatan putar 3000
rpm dan Condensing adalah bernilai 4.
Selain dari sumber diatas penulis memperkuat informasi mengenai konstanta inertia
Generator Turbin Uap dengan studi literature lainnya.
3.4.3 Exciter belom masukin parameter dari etapnya
Exciter merupakan bagian pada Generator yang berfungsi untuk memberika suplai daya DC
kepada field winding sehingga menghasilkan medan magnet pada kumparan field winding yang
kemudian field winding yang berada pada rotor generator diputar sehingga dihasilkan medan
magnet yang berputar dan pada stator akan menghasilkan GGL(Gaya Gerak Listrik). Pada data
single line diagram PT Bukit Asam ketiga generator menggunakan tipe exciter JEUMONT
Industrie.
Jeumont Industrie Exciter terdiri dari sebuah blok diagram tegangan,sebuah blok diagram
arus,sebuah blok diagram voltage regulator,dan sebuah blok diagram eksitasi. Jeumont Industrie
Exciter menggunakan penyearah yang berputar(rotating rectifier) untuk sistem eksitasinya.
Dibawah ini merupakan blok diagram lengkap mengenai exciter JEUMONT Industrie
Untuk mengamati Kestabilan sistem pada PT Bukit Asam perlu dilakukan simulasi gangguan
pada sistem PT Bukit Asam. Gangguan pada penelitian ini merupakan gangguan beban lebih
akibat dari hilangnya suplai daya dari PLN. Hilangnya suplai dari PLN merupakan suatu
kehilangan yang besar karena PLN merupakan sumber utama pada sistem tenaga listrik di PT
Bukit Asam. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa kondisi sistem saat PLN tidak dapat
menyuplai PT Bukit Asam sehingga dapat diketahui kondisi sistem bila hanya ditopang melalui
ketiga pembangkit internal dan bagaimana kondisi frekuensi sistem pada perusahaan tersebut .
Pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa circuit breaker dari sisi PLN yaitu yang menuju bus
MSS_B-COS-1dengan tegangan bus 20 kV masih tersambung dengan bus sistem(close)
sehingga bus MSS_BB I dan MSS_BB II masih mendapat suplai daya dari PLN. Sedangkan
daya dari PLTU hanya dialirkan kepada bus MSS_BB III. Didalam menganalisa studi gangguan
pada PT Bukit Asam maka yang perlu dilakukan adalah melakukan simulasi kejadian saat
membuka(open) circuit breaker yang berasal dari PLN dan membuat bus MSS_B-COS-1 yang
terhubung juga dengan MSS_BBI dan MSS_BBII disuplai oleh PLTU dengan cara
menutup(close) circuit breaker PLTU ke bus MSS_B-COS-1. Waktu terbukanya circuit breaker
yang berasal dari suplai PLN adalah pada detik ke 7,sedangkan waktu menutupnya circuit
breaker dari suplai PLTU adalah 0.15 detik kemudian dengan spesifikasi dibawah ini[sertain
sumbernya]:
Sehingga pada detik ke 7.15 PLTU menopang semua beban yang berada pada wilayah
perusahan PT Bukit Asam.
3.6 Melakukan perhitungan frekuensi set point trip,waktu pelepasan cb,dan jumlah beban
yang dilepas[sumber gers]
Beberapa aspek dibawah ini perlu diketahui didalam implementasi pelepasan beban sistem,yaitu:
Kejadian hilangnya interkoneksi antara suplai dari jala-jala dan sistem internal industri
merupakan suatu permasalahan yang besar. Didalam kejadian ini,ketidakseimbangan antara
daya yang dibangkitkan dan beban dapat dikompensasi dengan melepas beban yang besarnya
menyesuaikan terhadap pembangkit sistem internal. Yang di gambarkan dengan perumusan
dibawah ini:
Total daya beban dari sistem Jumlah daya pembangkitan internal= Jumlah daya beban yang
akan dilepas
Pemutusan beban harus melalui tahap perencanaan yang baik,yaitu dengan mengetahui
nominal frekuensi kerja pemutus beban dimana besarnya nilai frekuensi yang ditentukan lebih
rendah dibandingkan dengan frekuensi sistem pada kondisi normal. Pada penelitian kali ini nilai
yang ditentukan untuk frekunsi awal dari pelepasan beban merupakan
The disconnection system should be set so that it will initiate operation at a value of frequency
below the normal working system frequency. Taking into account variations in frequency caused
by oscillations inherent in the public system, this value is normally selected at approximately
93% of nominal system frequency. However, if it is thought that there is a possibility of more
severe oscillations occurring in the system, then it is recommended that a supervisory control
arrangement using overcurrent relays that can detect the outages of circuits connecting the
industrial plant to the public system should be installed to avoid incorrect operations.
Sebuah turbin uap didesign mempunyai batas kerja operasi yang diizinkan. Saat turbin
bekerja pada kecepatan mekanik nominal dan menghasilkan daya listrik pada frekuensi
nominal,maka getaran dan stress yang berlebih pada komponennya seperti resonansi pada sudu
turbin akan terhindarkan. Bagaimanapun saat turbin bekerja dibawah kecepatan nominal akibat
frekuensi sistem menurun,maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar akibat dari
getaran yang berlebih. Oleh karena itu diperlukan batasan frekuensi turbin yang ditunjukan oleh
tabel dibawah ini:
A steam turbine is designed so that, when operating at nominal mechanical speed and generating
at nominal system frequency, excessive vibrations and stresses in its components, e.g. resonance
of turbine blades, are avoided. However, when running below normal speed at a reduced system
frequency, cumulative damage could be produced by excessive vibration. It is recommended,
therefore, that the time limits given in Table 11.1 should not be exceeded. However, during
transient operation and with load below nominal, in the majority of cases reduction of frequency
down to 93% of rated frequency can be permitted without causing damage either to the turbine or
to the turbogenerator auxiliary lubrication and cooling systems.
Kriteria dari setting relay frekuensi
Penentuan dari setting frekuensi relay merupakan suatu proses yang penting didalam
pelepasan beban. Setting frekuensi relay harus memenuhi persyaratan akan kecepatan dan juga
koordinasi pada pelepasan beban. Didalam proses ini,koordinasi antara relay dan tahapan
frekuensi pelepasan beban harus dicek terlebih dahulu untuk memastikan berapa banyaknya
beban yang akan dilepas,bergantung akan nilai kondisi overload. Besarnya beban yang
berlebih(Overload) dapat menentukan penurunan frekuensi terhdap waktu yang digambarkan
oleh persamaan dibawah ini :
=( ) x f0
2..
Perhitungan waktu ini digunakan untuk menentukan perkiraan frekuensi akhir dimana
saat pelepasan beban dilakukan setelah frekuensi tertinggi untuk trip terdeteksi.
ttrip = tpick-up+tcb +trelay
f0f1
tpick-up=
floadshedding =[ (ttrip)]
Dan variasi frekuensi pelepasan beban selanjutnya menggunakan perumusan yang sama
seperti persamaan diatas
Besar beban yang dilepaskan dari suatu sistem untuk memulihkan frekuensi generator
disesuaikan dengan tingkat frekuensi acuan yang telah diatur pada rele. Sebelum dapat
menentukan besarnya daya beban yang dilepaskan,terlebih dahulu diperlukan komponen
parameter yang berkaitan yaitu :
fn = fo + .t
t= Waktu pemulihan
Dengan mengetahui besarnya laju kenaikan yang diinginkan maka dengan persaman diatas
didapatkan nilai beban optimal yang harus dilepas
( )
= .fn
2
Langkah awal untuk memprioritaskan urutan beban adalah dengan menentukan beban mana
yang paling sedikit memiliki pengaruhnya bila daya kepada beban tersebut diputus. Proses
didalam menentukan prioritas beban butuh waktu,dimana beban yang awalnya memiliki efek
paling sedikit kehilangan daya dapat menjadi berbahaya jika dibiarkan terputus daya terlalu
lama. Saat menentukan prioritas beban,diperlukan tiga tahapan utama yaitu:
a. Pengelempokkan
b. Prioritas
c. Review
3.2.5.1 Pengelempokkan
Pengelompokan beban berdasarkan faktor dari kemiripan. Beberapa contoh kemiripan yang menjadi
pertimbangan saat mengelompokan beban antara lain:
2. Similar function loads may be grouped into a category based on which systems they support.
3. Power requirements when segregating loads, try to minimize the impact of shedding a single
priority on the system to not require additional loads to be shed. When grouping loads into a priority, it
is often useful to achieve a minimum shed, such as 20% of the rating of each generator. If the load shed
exceeds 100% of the generator rating, it may be useful to split that into two load priorities. If not, the
system may remove additional loads that otherwise could have been powered.
4. Number of available priorities the number of supported priorities in a load management system will
often determine the number of categories that can be supported and how broad the categories should
be. While the number can vary between systems, a common rule of thumb is two load priorities per
generator. Some load management systems may not permit configuration of the expected load for each
priority. In these cases, the load should not provide significantly more inrush loading than the fixed
expected load per priority.
5. Acceptable outage time some loads can easily be shed for several hours, but are necessary to
operate occasionally. Acceptable outage time can be managed on some load management systems to
allow periodic cycling of shed priorities.
Prioritas
Setelah pengelompokan sudah ditentukan,dapat dikelompokan sebuah prioritas pada tiap hasil
pengelompokannya. Berikut merupakan faktor yang menjadi pertimbangan didalam memprioritaskan
beban:
a. Keselamatan Manusia
Review
Setelah mengelompokkan dan memprioritaskan beban,lalu dapat dilakukan sebuah review dan cek
beban yang dikelompokan untuk beberapa pembahasan. Beberapa pembahasan umum yang dapat
terjadi antara lain: