Anda di halaman 1dari 31

Start

Melakukan Pendataan Informasi


Mengenai Sistem di PT Bukit Asam

Memasukan Parameter-
Parameter yang dibutuhkan
didalam permodelan sistem
berkaitan dengan mode
Transient Analysis
Melakukan Pengelompokan Beban
Berdasarkan Prioritas Pelepasan

Melakukan Study Case Gangguan pada


Sistem Tenaga Listrik di PT Bukit Asam

Tidak

f<49.5

Ya

Melakukan perhitungan
frekuensi set point trip,waktu
pelepasan cb,dan jumlah beban
yang dilepas

Melakukan Pelepasan Beban


Berdasarkan Skala Prioritas

Tidak

49,5f50,5

Ya

Selesai
BAB 3

Simulasi Gangguan dan Pelepasan Beban PT Bukit Asam dengan Relay


Frekuensi Rendah(UFR)

3.1 Unit Bisnis PT Bukit Asam

PT Bukit Asam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan
berlokasi di Tanjung Enim,Kabupaten Muara Enim,Sumatera Selatan. PT Bukit Asam memiliki

3.2 Sistem Kelistrikan PT Bukit Asam

Sistem kelistrikan PT Bukit Asam terkinterkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV PLN
wilayah Sumatera. PLN merupakan penyedia suplai daya listrik terbesar yang digunakan oleh PT
Bukit Asam. PT Bukit Asam sendiri memiliki pembangkit sebesar 3x10 MW yang berfungsi
sebagai penyedia daya listrik tambahan bagi beban listrik di perusahaan tersebut. Sistem
kelistrikan PT Bukit Asam menggunakan standar International Electrotechnical Commission
(IEC), di mana frekuensi yang digunakan sama dengan frekuensi dari jaringan PLN, yaitu 50 Hz.
Sistem pada perusahan ini menggunakan nilai nominal tegangan 20 kV sebagai tegangan pada
distribusi primer. Selain itu, sistem perusahaan ini juga menggunakan tegangan 6 kV dan
tegangan 0.4 kV yang merupakan nilai tegangan pada distribusi sekunder. Umumnya motor-
motor listrik pada PT Bukit Asam menggunakan tegangan 6 kV, sedangkan beban-beban yang
merupakan beban motor listrik kecil seperti pompa pada fasilitas umum, perkantoran, maupun
perumahan menggunakan tegangan 0.4 kV
Gambar 3.1 Sistem Kelistrikan PT Bukit Asam
3.3 Sistem Pembangkitan Tenaga ListrikKonstanta inertia beloman

Pembangkit Listrik yang dimiliki oleh PT Bukit Asam merupakan jenis Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Batu Bara(PLTUBB) yang terdiri dari 3 Unit Generator dimana mempunyai
spesifikasi yang ditunjukan dengan tabel dibawah ini:

Generator Rating(MVA) pf Governor Daya Effisiensi Tegangan Konstanta


Aktif(MW) Mesin Keluaran Inertia
Generator 11.765 0.85 Droop 10 0.95 6.3 kV 4.407
1
Generator 11.765 0.85 Isochronus 10 0.95 6.3 kV 4.407
2
Generator 11.765 0.85 Isochronus 10 0.95 6 kV 4.407
3
Tabel 3.1 Spesifikasi Generator

Generator yang dimiliki oleh PT Bukit Asam berfungsi sebagai penyedia tambahan suplai
daya yang dibutuhkan oleh beban di PT Bukit Asam. Daya aktif yang dimiliki oleh ketiga
Generator tersebut sama yaitu 10 MW. Namun, kenyataanya daya aktif yang disuplai oleh ketiga
Generator tersebut berada dibawah nilai nominal ratingnya. Hal ini disebabkan karena beban-
beban yang terhubung pada kondisi normal sistem umumnya lebih banyak disuplai oleh PLN.
Tegangan keluaran terminal pada setiap pembangkit adalah 6.3 kV pada Generator 1 dan
Generator 2. Sedangkan generator 3 memiliki nilai tegangan keluaran terminal sebesar 6 kV.

Governor yang dimiliki oleh Generator 1 memiliki tipe Droop. Hal ini menunjukan bahwa
kecepatan putar generator selalu konstan walaupun terhadap perubahan fluktuasi permintaan
daya beban. Kecepatan putar generator yang konstan ini menghasilkan keluaran daya aktif yang
selalu sama dan tidak mengikuti fluktuasi permintaan daya beban di sistem. Sedangkan
Generator 2 dan Generator 3 memiliki Governor dengan spesifikasi Isochronus. Goverrnor tipe
isochronus ini menunjukan bahwa kecepatan putar Generator mengikuti fluktuasi beban.
Sehingga keluaran daya aktif yang disuplai mengikuti kebutuhan sistem.
3.3.1 Pengaturan Generator

Untuk menjalankan software Electrical Transient Analysis(ETAP) dengan mode Transient


Stability dibutuhkan spesifikasi mode operasi, jenis Exciter,dan Governor yang digunakan oleh
Generator. Ketiganya penting untuk ada di sistem agar dapat menghasilkan permodelan yang
identik dengan keadaan sistem, maupun hasil keluaran sistem apabila terjadi gangguan. Dibawah
ini merupakan pengaturan Generator yang digunakan pada simulasi penelitian ini

Generator Mode Operasi Exciter Tipe Governor


Generator 1 Mvar Control Fixed ST
Generator 2 Swing ST1A ST
Generator 3 Swing ST1A ST
Tabel 3.2 Pengaturan Generator Simulasi ETAP

Mode operasi yang digunakan oleh Generator 1 merupakan MVAR Control. Mvar Control
merupakan mode operasi pada Generator dimana keluaran daya aktif(P) dijaga konstan dengan
governor yang digunakan merupakan governor tipe Droop. Selain itu Exciter yang digunakan
pada mode operasi MVAR Control menggunakan tipe Fixed. Hal ini menjelaskan bahwa tidak
terdapat adanya Automatic Voltage Regulation(AVR) yang mengatur tegangan keluaran
Generator agar tetap stabil. Sedangkan mode operasi Generator 2 dan 3 adalah Swing. Mode
operasi Swing menunjukan bahwa Generator bersifat menyuplai daya mengikuti fluktuasi
permintaan daya di sistem. Sehingga Generator 2 dan 3 menggunakan Governor tipe isochronus
dan terdapat Automatic Voltage Regulation(AVR) yang mengatur tegangan keluaran Generator
selalu stabil tidak terpengaruh pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan
beban sangat mempengaruhi tegangan output generator.

3.4 Sistem Transmisi dan Distribusi PT Bukit Asam

PLN mentransmisikan daya listrik kepada PT Bukit Asam melalui dua saluran transmisi
bertegangan 150 kV. Daya listrik yang diterima sistem dari PLN dirubah level tegangannya
menjadi level tegangan sistem distribusi primer PT Bukit Asam yaitu 20 kV dengan
menggunakan Transformator Step Down. Dari sistem distribusi primer 20 kV ,daya listrik dapat
langsung dikirimkan ke beban listrik,yaitu motor-motor besar maupun diturunkan level
tegangannya menjadi 6 kV dan 0.4 kV pada sistem distribusi sekunder untuk kemudian dialirkan
ke beban-beban fasilitas umum,motor-motor,perumahan,dan perkantoran.

3.5 Jenis Beban PT Bukit Asam

Beban yang terdapat didalam PT Bukit Asam dengan menggunakan software Electrical
Transient Analysis(ETAP) digambarkan menjadi beberapa jenis beban,yaitu

Beban Motor Listrik


Beban motor listrik umumnya digunakan untuk keperluan produksi pertambangan PT Bukit
Asam,maupun sebagai pompa-pompa penunjang aktifitas pertambangan maupun fasilitas
umum. Pada PT Bukit Asam umumnya beban motor listrik yang digunakan berupa motor
induksi dengan spesfikasi tegangan yang digunakan dari 0,4 kV yaitu motor induksi sekala
kecil,6 kV motor induksi sekala menengah untuk keperluan yang lebih besar,hingga 20 kV.
Static Load
Static load merupakan jenis beban yang umumnya merupakan beban-beban yang bersifat
resistif,seperti untuk keperluan penerangan.
Lumped Load
Lumped load merupakan gabungan antara beban motor listrik dengan static load. Umumnya
lumped load digunakan untuk menggambarkan suatu beban kompleks,dengan mempunyai
ratio antara beban motor dengan beban statis yang berada di dalam lumped load itu sendiri.

3.6 Skema Gangguan Simulasi PT Bukit Asam


Pada penelitian ini, penulis menggunakan dua skema gangguan simulasi dengan
menggunakan software Electrical Transient Analysis Program (ETAP) ,yaitu
a) Gangguan beban lebih akibat hilangnya suplai daya PLN
b) Gangguan beban lebih akibat hilangnya suplai daya PLN dan PLTU yang
beroperasi sebanyak 2 unit
a. Gangguan beban lebih akibat hilangnya suplai daya PLN
Gambar 3.

Gangguan beban lebih dapat terjadi akibat hilangnya suplai daya yang besar di dalam sistem.
Hal ini bisa disebabkan oleh terputusnya saluran transmisi maupun lepasnya pembangkit yang
berkapasitas besar didalam sistem. Pada skema gangguan yang pertama suplai daya dari PLN
kepada PT Bukit Asam terputus. Hal ini membuat ketiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang
dimiliki oleh PT Bukit Asam harus menanggung kesemua beban yang berada di dalam sistem.
Jumlah daya beban yang berada di dalam sistem sebesar 36.425 MW, di mana Suplai daya yang
diberikan oleh PLN didalam keadaan normal sistem sebesar 24.566 MW ,dan sisanya
merupakan suplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap(PLTU).

Pembangkit listrik Tenaga Uap PT Bukit Asam mempunyai spesifikasi rating sebesar 3x10
MW,dengan effisiensi mesin dari ketiga PLTU tersebut sebesar 95% maka daya aktif yang dapat
disuplai oleh ketiga mesin itu maksimal adalah sebesar 28.500 MW. Apabila sistem hanya
ditunjang suplai daya melalui ketiga PLTU tersebut maka terjadi deficit daya permintaan beban
sebesar 7,925 MW,sehingga frekuensi di sistem akan mengalami penurunan akibat selisih daya
suplai dengan daya beban. Maka diperlukan pelepasan beban pada skema satu ini sebesar
besarnya selisih daya antara suplai dengan permintaan beban.
b. Gangguan beban lebih akibat hilangnya suplai daya PLN dan PLTU yang beroperasi
sebanyak 2 unit.

Gambar 3.

Pada skema kedua simulasi gangguan,suplai yang diberikan oleh PLTU terputus dan
Pembangkit yang beroperasi hanya berupa 2 unit didalam sistem. Daya efektif yang dapat
disuplai PLTU kepada sistem hanya sebesar 19 MW,sehingga terdapat defisit daya suplai dengan
daya permintaan beban sebesar 17.425 MW. Diperlukan pelepasan beban sebesar 17.425
didalam sistem dengan menggunakan skala prioritas agar kerugian yang terjadi didalam sistem
untuk produksi pertambangan maupun keperluan lainnya menjadi lebih sedikit.

3.7 Beban Prioritas

Beban-beban listrik dikelompokan kedalam klasifikasi dibawah ini,yaitu:

Pelanggan Reseidensial
Merupakan pelanggan rumah tangga biasa,atau masyarakat umum
Pelanggan Sosial
Merupakan golongan yang bersifat sebagai sarana sosial,contohnya tempat-
tempat ibadah atau rumah sakit.
Pelanggan Bisnis
Kelompok ini ditujukan oleh bangunan yang ditunjukan keperluannya untuk
kegiatan komersial seperti kantor,dan juga mall.
Pelanggan Industri
Pelanggan Industri merupakan penggunaan bangunan yang mampu menghasilkan
barang/jasa dan umumnya terdapat penggunaan komponen motor listrik baik
dengan skala kecil hingga besar
Pelanggan Publik
Pelanggan ini digunakan untuk keperluan sarana umum,seperti penerangan lamu
jalan,lampu lalu lintas,dan lain-lain.

Kelompok beban listrik diatas memiliki perbedaan terhadap tingkat sensitifitas


apabila terjadi gangguan didalam keberlangsungan aktifitasnya. Selain itu daya yang
disuplai kepada beban-beban diatas memiliki karakteristik yang berbeda dimana beban
yang membutuhkan daya yang besar umumnya berasal dari Beban Industri. Sementara
itu, beban yang tergolong membutuhkan daya rendah umumnya berasal dari pelanggan
residensial,pelanggan public,dan juga pelanggan sosial. Beban yang memiliki prioritas
pelayanan yang tinggi umumnya berasal dari beban-beban yang memiliki rating yang
besar dan juga pentingnya kebutuhan bagi sistem.

PT Bukit Asam menggunakan composite network untuk mengelompokan jenis-jenis


beban berdasarkan klasifikasi diatas,yang ditunjukan pada tabel dibawah ini:

Beban Composite Network Jenis Beban Bus KVA KW KVAR


Bukit Asam Utama
A01 Industri 2783 2576 1053

A03_Perum dan Kantor Residensial 291 243 161


Dinas
A04_Perkantoran Bisnis 1240 1035 683

A05_TAL Industri 2615 2351 1146

A08_TLS2 Industri 1653 1466 763

A09&A12_MSSLV Fasilitas Umum 146 123 78


16_Banko Barat Industri 8177 7510 3235
A18_MTBU Industri 8209 7456 3435
A19_OLC new line bawah Industri 2686 2448 1106
Shovel Mahayung Industri 3170 2867 1352
A20 Industri 1809 1673 690
B01_CDP Fasilitas Umum 47 40 25
B05&B06_Workshop dan Bisnis 480 384 288
adm
B07_Ch5 Industri 1460 1266 727
B11_WTP/KTT Industri 444 379 231
Tabel 3.3 Composite Network Bukit Asam

Beban berdasarkan daya yang diserap

Untuk menghitung persentase besarnya daya beban composite yang ditanggung trafo
sistem,digunakan perumusan dibawah ini :


x 100%

Contoh : Composite Network A20 memiliki daya semu beban yang ditanggung = 1809 kVA,
kapasitas toal trafo = 45.000 kVA,sehingga:

1809
x 100% = 4,02 %
45.000

Berdasarkan perhitungan diatas, urutan prioritasnya menjadi

Beban Composite Network Bukit Asam KVA Persentase Prioritas

A01 2783 6,184% 4

A03_Perum dan Kantor Dinas 291 0,64% 13

A04_Perkantoran 1240 2,75% 10

A05_TAL 2615 5,8% 6

A08_TLS2 1653 3,67% 8


A09&A12_MSSLV 146 0,32% 14
16_Banko Barat 8177 18,171% 2
A18_MTBU 8209 18,24% 1
A19_OLC new line bawah 2686 5,96% 5
Shovel Mahayung 3170 7,04% 3
A20 1809 4,02 7
B01_CDP 47 0,1% 15
B05&B06_Workshop dan adm 480 1,06% 11
B07_Ch5 1460 3,24% 9
B11_WTP/KTT 444 0,986% 12

Beban berdasarkan sensitifitas Ekonomi

Beban memiliki sensitifitas terhadap perekonomian dilihat berdasarkan tipe beban di sistem
tersebut,yang sudah diklasifikasi sebelumnya yaitu:

Beban Perumahan
Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa lampu untuk
penerangan, alat rumah tangga, seperti kipas angin, pemanas air,lemari es, penyejuk
udara, mixer, oven, motor pompa air dan sebagainya. Beban rumah tangga biasanya
memuncak pada malam hari.
Beban Indusri
Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala kecil banyak
beropersi di siang hari sedangkan industri besar sekarang ini banyak yang beroperasi
sampai 24 jam.
Beban Fasilitas Umum
Beban fasilitas umumnya terdiri dari beban penerangan untuk perjalanan,beban
pompa air saat terjadi banjir,beban bagi fasilitas yang ditunjukan untuk kebutuhan
sistem seperti pemadam kebakaran pada saat terjadi kondisi darurat kebakran.
Beban Bisnis ataupun perkantoran
Beban Bisnis pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas angin,
penyejuk udara dan alat alat listrik lainnya yang diperlukan untuk restoran. Beban
hotel juga diklasifikasikan sebagi beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran.
Beban ini secara drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan dan
menurun di waktu sore.

Dibawah ini merupakan hasil urutan prioritas berdasarkan sensitifitas terhadap


perekonomian :

Beban Composite Network Bukit Asam Prioritas

A01 6

A03_Perum dan Kantor Dinas 15

A04_Perkantoran 14

A05_TAL 8

A08_TLS2 10

A09&A12_MSSLV 2
16_Banko Barat 4
A18_MTBU 3
A19_OLC new line bawah 7
Shovel Mahayung 5
A20 9
B01_CDP 1
B05&B06_Workshop dan adm 13
B07_Ch5 11
B11_WTP/KTT 12
Beban berdasarkan Kulitas Pelayanan

Untuk aspek kualitas pelayanan dapat dikelompokan berdasarkan apakah beban tersebut
merupakan beban VIP,maupun beban dengan membutuhkan daya yang besar yang diurutkan
seperti dibawah ini:

Beban Composite Network Bukit Asam Prioritas

A01 6

A03_Perum dan Kantor Dinas 15

A04_Perkantoran 14

A05_TAL 8

A08_TLS2 10

A09&A12_MSSLV 2

16_Banko Barat 4

A18_MTBU 3

A19_OLC new line bawah 7

Shovel Mahayung 5

A20 9

B01_CDP 1

B05&B06_Workshop dan adm 13

B07_Ch5 11

B11_WTP/KTT 12

Sehingga dari ketiga aspek penilaian diatas maka dapat disimpulkan beban prioritas dan
beban non prioritas pada PT Bukit Asam dengan Tabel dibawah ini dimana nilai prioritas dengan
nilai terkecil merupakan beban yang diprioritaskan untuk dipertahankan didalam
kerberlangsungan sistem,dan juga apabila setelah hilangnya gangguan saat dilakukan starting ke
dalam sistem beban-beban tersebut tidak menimbulkan efek yang buruk bagi parameter tegangan
di sistem.
Composite Network Daya Sensitifitas Kualitas Jumlah Prioritas
Layanan Lepas
A01 4 6 6 16 12
A03_PERUM & KTR DINAS 13 15 15 43 1
A04_PERKANTORAN 10 14 14 34 4
A05_TAL 9 8 8 27 6
A08_TLS2 7 10 10 27 7
A09&A12_MSS LV 14 2 2 18 10
A16_BANKO BARAT 2 4 4 10 14
A18_MTBU 1 3 3 7 15
A19_OLC 5 7 7 19 9
Shovel Mahayung 3 5 5 13 13
A20 7 9 9 25 8
B01_CDP 15 1 1 17 11
B05&B06_Workshop dan 11 13 13 37 2
adm
B07_Ch5 9 11 11 31 5
B11_WTP/KTT 12 12 12 36 3

SAMPE SINI CHI BAWAHNYA ENGGAK NTAR


EDIT LAGI W

3.2.1 Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik

3.2.1.1 Pengaturan Generator

3.3 Sistem Transmisi dan Distribusi


3.4 Jenis Beban PT Bukit Asam

3.5 Skema Gangguan

3.6 Beban Prioritas

3.2 Flowchart Simulasi

3.3 Pembacaan Data Single Line Diagram PT Bukit Asam dengan studi Load Flow melalui
aplikasi ETAP

Gambar 3.2 Single Line Diagram PT Bukit Asam

Data pada Single Line Diagram PT Bukit Asam merepresentasikan kondisi real pada sistem
PT Bukit Asam dengan melakukan permodelan melalui simulasi menggunakan software ETAP .
Pada data Single Line Diagram PT Bukit Asam,suplai daya listrik berasal dari dua sumber yaitu
PLN sebagai Jala-Jala,dan Pembangkitan Internal yang berjenis Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Batu Bara(PLTU) sebanyak 3 unit . Beban-beban yang terdapat pada PT Bukit Asam umumnya
berupa Motor Induksi dan juga Beban kompleks(Lumped Load) yang merupakan gabungan
beban motor listrik dengan beban statis dalam hal ini beban penerangan. Untuk mengetahui
berapa besarnya daya listrik yang disuplai oleh PLN beserta PLTU dan jumlah kebutuhan daya
beban maka dilakukan suatu simulasi aliran daya(load flow).

Aliran daya(load flow) merupakan suatu peristiwa daya yang mengalir berupa daya aktif(P)
dan daya reaktif(Q) dari suatu sistem pembangkitan(sisi pengirim) melalui suatu saluran atau
jaringan transmisi hingga sampai ke sisi beban(sisi penerima). Dalam simulasi aliran daya pada
Single Line Diagram PT Bukit Asam diketahui besarnya besarnya daya yang disuplai oleh kedua
sumber PLN dan juga PLTU antara lain,ditunjukan dengan tabel dibawah ini:

Sumber Daya Aktif(MW) Daya Reaktif(MVAR)


PLNA 12.283 4.051
PLNB 12.283 4.051
PLTU 1 3.800 2.100
PLTU 2 4.094 1.992
PLTU 3 3.965 1.949
Total 36.425 14.143
Tabel 3.1 Suplai daya pada PT Bukit Asam

Terdapat perbedaan cukup besar besaran supplai pembangkitan internal dari PT Bukit Asam
dengan PLN. Hal ini dikarenakan pembangkit yang dimiliki oleh PT Bukit Asam ditunjukan
untuk menyuplai beban-beban tambahan sehingga pada bus yang menghubungkan suplai ke
beban,hanya terdapat beberapa beban yang disuplai oleh pembangkit internal.

Jumlah suplai daya aktif dari PLN dan pembangkit internal sesuai dengan besarnya beban.
Namun,pada suplai daya aktif yang diberikan oleh pembangkit internal,jumlah total daya aktif
yang dikirimkan ke beban-beban bersih sebesar 8,078 MW . Untuk beban dasar internal dari
ketiga pembangkit tersebut menyerap daya aktif sebesar 3,781 MW.

Ketiga pembangkit internal pada PT Bukit Asam memiliki nilai rating daya aktif yang sama.
Namun,terdapat perbedaan operasi kerjanya,yang dapat menyebabkan ketiga pembangkit
tersebut memiliki keluaran daya aktif dan daya reaktif yang berbeda yang ditunjukan dengan
tabel dibawah ini:
Pembangkit Internal Operasi Mode
Generator 1 MVAR Control
Generator 2 Swing
Generator 3 Swing
Tabel 3.2 Operasi Mode Generator PT Bukit Asam

Pada Generator 1 operasi kerja yang digunakan oleh pembangkit adalah merupakan MVAR
Control. Hal ini menunjukan bahwa Generator 1 bekerja dengan setting keluar daya aktif yang
konstan tidak tergantung dengan fluktuasi beban dikarenakan dengan pengaturan governor
merupakan mode droop dan mempunyai nilai eksitasi yang tetap. Generator 2 dan Generator 3
Bekerja dengan Mode Swing. Hal ini menunjukan bahwa Generator 1 bekerja memberikan
suplai daya yang sesuai dengan permintaan beban namun didalam batas ratingnya,untuk
pengaturan eksitasi dari generator dengan operasi mode swing mempunyai pengaturan exsitasi
yang mengikuti fluktuasi permintaan beban.

3.4 Memasukan Parameter-Parameter yang berkaitan dengan mode Transient Analysis

Didalam menjalankan Transient Analysis dibutuhkan suatu permodelan yang identik pada
sisi pembangkitan internal agar didapat hasil yang sesuai dengan respon transient yang diberikan
oleh sistem. Pada sisi pembangkitan internal,yaitu oleh generator dengan bahan bakar berupa
batu bara mempunyai settingan eksitasi dan governor yang spesifik,selain itu nilai konstanta
inertia juga sangat dibutuhkan untuk melakukan permodelan yang sesuai dengan kondisi sistem
disaat mengalami gangguan.

3.4.1 Governor

Utuk Setting pada Governor,pembangkit internal mempunyai governor jenis ST dimana


ST merupakan representasi dari Steam Turbine yang menunjukan bahwa Turbin yang digunakan
oleh generator dengan bahan bakar batu bara. Setting Governor pada simulasi ETAP ditunjukan
oleh gambar dibawah ini beserta blok diagram fungsi Governornya :
Gambar 3.3

Dimana : Droop = Steady State speed droop (%)

Fhp = (Shaft Capacity ahead of reheater)/(Total Shaft capacity) (pu)

Pmax = Maximum shaft power (rated MW) (MW)

Pmin = Minimun shaft power (>= 0 ) (MW)

Tc = Governor reet time constant (Sec)

Tch = Steam chest time constant (sec)

Trh = Reheater time constant (sec)

Tsr = Speed relay time constant (sec)


Gambar 3.4 Blog Diagram Turbine ST(10)

Nilai setting parameter dari Governor ST diatas merupakan yang tertera pada data awal di
dalam single line diagram PT Bukit Asam . Mode yang digunakan pada ketiga pembangkit
tersebut,ditunjukan dengan tabel dibawah ini:

Generator Mode
1 Droop
2 Isochronus
3 Isocrhonus
Tabel 3.3 Mode Governor

Mode yang dipakai pada generator 1 merupakan mode droop,mode droop mengatur besarnya
daya aktif yang disuplai ke beban selalu konstan dan tidak mengikuti fluktuasi beban. Generator
1 menggunakan mode droop karena pada pembangkit internal 1 mempunyai mode operasi
MVAR Control,yang berarti bahwa keluaran daya aktif yang dikeluarkan selalu sama tidak
bergantung kepada fluktuasi beban. Sedangkan pada Generator 2 dan 3 menggunakan mode
Isochronus dikarenakan Generator mempunyai mode operasi Swing. Mode operasi swing
mempunyai karakteristik operasi dimana jumlah daya yang disuplai bergantung terhadap
fluktuasi beban.
3.4.2 Konstanta Inertia

Konstanta Inertia merupakan salah satu parameter penting didalam studi analisa transient.
Pada Studi kasus beban lebih,konstanta inertia dari setiap pembangkit sangat berpengaruh
terhadap kurva kedalaman frekuensi yang jatuh. Konstanta inertia merupakan ratio dari energy
kinetic pada sebuah rotor dari mesin sinkron terhadap nilai rating dari mesin. Pada data awal
single line diagram PT Bukit Asam,nilai konstanta inertia dari pembangkit internal adalah 1.2 .
Hal ini dikarenakan pihak PT Bukit Asam tidak memiliki data konstanta inertia pada setiap
Generator sehingga dibutuhkan studi literature nilai konstanta inertia yang sesuai dengan
karakteristik dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara. Hasil studi literature menemukan nilai
konstantan inertia dari pembangkit listrik tenaga uap dengan karakteristik kecepatan putar 3000
rpm dan Condensing adalah bernilai 4.

Tabel 3.4 Konstanta Inertia (Khotari)

Selain dari sumber diatas penulis memperkuat informasi mengenai konstanta inertia
Generator Turbin Uap dengan studi literature lainnya.
3.4.3 Exciter belom masukin parameter dari etapnya

Exciter merupakan bagian pada Generator yang berfungsi untuk memberika suplai daya DC
kepada field winding sehingga menghasilkan medan magnet pada kumparan field winding yang
kemudian field winding yang berada pada rotor generator diputar sehingga dihasilkan medan
magnet yang berputar dan pada stator akan menghasilkan GGL(Gaya Gerak Listrik). Pada data
single line diagram PT Bukit Asam ketiga generator menggunakan tipe exciter JEUMONT
Industrie.

Jeumont Industrie Exciter terdiri dari sebuah blok diagram tegangan,sebuah blok diagram
arus,sebuah blok diagram voltage regulator,dan sebuah blok diagram eksitasi. Jeumont Industrie
Exciter menggunakan penyearah yang berputar(rotating rectifier) untuk sistem eksitasinya.
Dibawah ini merupakan blok diagram lengkap mengenai exciter JEUMONT Industrie

Gambar 3.5 Blok Diagram Exciter


Dimana
:
3.5 Study Case Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik di PT Bukit Asam

Untuk mengamati Kestabilan sistem pada PT Bukit Asam perlu dilakukan simulasi gangguan
pada sistem PT Bukit Asam. Gangguan pada penelitian ini merupakan gangguan beban lebih
akibat dari hilangnya suplai daya dari PLN. Hilangnya suplai dari PLN merupakan suatu
kehilangan yang besar karena PLN merupakan sumber utama pada sistem tenaga listrik di PT
Bukit Asam. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa kondisi sistem saat PLN tidak dapat
menyuplai PT Bukit Asam sehingga dapat diketahui kondisi sistem bila hanya ditopang melalui
ketiga pembangkit internal dan bagaimana kondisi frekuensi sistem pada perusahaan tersebut .

Gambar 3.6 Kondisi Awal Sistem

Pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa circuit breaker dari sisi PLN yaitu yang menuju bus
MSS_B-COS-1dengan tegangan bus 20 kV masih tersambung dengan bus sistem(close)
sehingga bus MSS_BB I dan MSS_BB II masih mendapat suplai daya dari PLN. Sedangkan
daya dari PLTU hanya dialirkan kepada bus MSS_BB III. Didalam menganalisa studi gangguan
pada PT Bukit Asam maka yang perlu dilakukan adalah melakukan simulasi kejadian saat
membuka(open) circuit breaker yang berasal dari PLN dan membuat bus MSS_B-COS-1 yang
terhubung juga dengan MSS_BBI dan MSS_BBII disuplai oleh PLTU dengan cara
menutup(close) circuit breaker PLTU ke bus MSS_B-COS-1. Waktu terbukanya circuit breaker
yang berasal dari suplai PLN adalah pada detik ke 7,sedangkan waktu menutupnya circuit
breaker dari suplai PLTU adalah 0.15 detik kemudian dengan spesifikasi dibawah ini[sertain
sumbernya]:

Relay pick up time : 50 ms


Breaker closing time : 100ms

Sehingga pada detik ke 7.15 PLTU menopang semua beban yang berada pada wilayah
perusahan PT Bukit Asam.

3.6 Melakukan perhitungan frekuensi set point trip,waktu pelepasan cb,dan jumlah beban
yang dilepas[sumber gers]

Beberapa aspek dibawah ini perlu diketahui didalam implementasi pelepasan beban sistem,yaitu:

Beban Maksimal yang dilepas

Kejadian hilangnya interkoneksi antara suplai dari jala-jala dan sistem internal industri
merupakan suatu permasalahan yang besar. Didalam kejadian ini,ketidakseimbangan antara
daya yang dibangkitkan dan beban dapat dikompensasi dengan melepas beban yang besarnya
menyesuaikan terhadap pembangkit sistem internal. Yang di gambarkan dengan perumusan
dibawah ini:

Total daya beban dari sistem Jumlah daya pembangkitan internal= Jumlah daya beban yang
akan dilepas

Frekuensi awal dari pelepasan beban

Pemutusan beban harus melalui tahap perencanaan yang baik,yaitu dengan mengetahui
nominal frekuensi kerja pemutus beban dimana besarnya nilai frekuensi yang ditentukan lebih
rendah dibandingkan dengan frekuensi sistem pada kondisi normal. Pada penelitian kali ini nilai
yang ditentukan untuk frekunsi awal dari pelepasan beban merupakan

The disconnection system should be set so that it will initiate operation at a value of frequency
below the normal working system frequency. Taking into account variations in frequency caused
by oscillations inherent in the public system, this value is normally selected at approximately
93% of nominal system frequency. However, if it is thought that there is a possibility of more
severe oscillations occurring in the system, then it is recommended that a supervisory control
arrangement using overcurrent relays that can detect the outages of circuits connecting the
industrial plant to the public system should be installed to avoid incorrect operations.

Frekuensi minimal yang diperbolehkan

Sebuah turbin uap didesign mempunyai batas kerja operasi yang diizinkan. Saat turbin
bekerja pada kecepatan mekanik nominal dan menghasilkan daya listrik pada frekuensi
nominal,maka getaran dan stress yang berlebih pada komponennya seperti resonansi pada sudu
turbin akan terhindarkan. Bagaimanapun saat turbin bekerja dibawah kecepatan nominal akibat
frekuensi sistem menurun,maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar akibat dari
getaran yang berlebih. Oleh karena itu diperlukan batasan frekuensi turbin yang ditunjukan oleh
tabel dibawah ini:

Tabel 3.5 frekuensi kerja turbin yang diperbolehkan

A steam turbine is designed so that, when operating at nominal mechanical speed and generating
at nominal system frequency, excessive vibrations and stresses in its components, e.g. resonance
of turbine blades, are avoided. However, when running below normal speed at a reduced system
frequency, cumulative damage could be produced by excessive vibration. It is recommended,
therefore, that the time limits given in Table 11.1 should not be exceeded. However, during
transient operation and with load below nominal, in the majority of cases reduction of frequency
down to 93% of rated frequency can be permitted without causing damage either to the turbine or
to the turbogenerator auxiliary lubrication and cooling systems.
Kriteria dari setting relay frekuensi

Penentuan dari setting frekuensi relay merupakan suatu proses yang penting didalam
pelepasan beban. Setting frekuensi relay harus memenuhi persyaratan akan kecepatan dan juga
koordinasi pada pelepasan beban. Didalam proses ini,koordinasi antara relay dan tahapan
frekuensi pelepasan beban harus dicek terlebih dahulu untuk memastikan berapa banyaknya
beban yang akan dilepas,bergantung akan nilai kondisi overload. Besarnya beban yang
berlebih(Overload) dapat menentukan penurunan frekuensi terhdap waktu yang digambarkan
oleh persamaan dibawah ini :

=( ) x f0
2..

Dimana : G= Rata-rata MVA pembangkit

H= Rata-rata Konstanta inertia pembangkit

Ps= Selisih permintaan beban dan daya yang disuplai Generator

f0= Frekuensi nominal sistem

Waktu Operasi Relay

Saat melakukan pengaturan waktu setting relay,dibutuhkan pertimbangan waktu interval


antara sistem frekuensi yang menurun pada nilai relay bekerja dan pada saat beban
benar-benar terputus. Relay pick up time termasuk didalamnya interval dan penjumlahan
dari waktu tunda dari relay dan operasi waktu breaker membuka. Nilai dibawah ini
merukapan nilai yang biasanya digunakan pada sistem industry :

Relay pick-up time: 50 ms


Waktu breaker membuka: 100 ms

Perhitungan waktu ini digunakan untuk menentukan perkiraan frekuensi akhir dimana
saat pelepasan beban dilakukan setelah frekuensi tertinggi untuk trip terdeteksi.
ttrip = tpick-up+tcb +trelay

f0f1
tpick-up=

Dengan f1 merupakan frekuensi acuan pelepasan beban

Penentuan dari variasi frekuensi pelepasan beban

Penentuan dari variasi frekuensi dibutuhkan untuk mengkalkulasikan setting relay


dengan menggunakan model mesin untuk sistem,dan daya konstan untuk beban. Hal ini
diasumsikan dengan beban yang terhubung kepada generator adalah sama saat sebelum
dan sesudah menggalami gangguan. Penentuan variasi frekuensi pelepasan beban
ditandai oleh rumus dibawah ini:


floadshedding =[ (ttrip)]

Dan variasi frekuensi pelepasan beban selanjutnya menggunakan perumusan yang sama
seperti persamaan diatas

Perhitungan Beban yang dilepaskan dan frekuensi harapan setelah dilepaskan


beban

Besar beban yang dilepaskan dari suatu sistem untuk memulihkan frekuensi generator
disesuaikan dengan tingkat frekuensi acuan yang telah diatur pada rele. Sebelum dapat
menentukan besarnya daya beban yang dilepaskan,terlebih dahulu diperlukan komponen
parameter yang berkaitan yaitu :

a. Frekuensi yang diharapkan setelah pelepasan beban


b. Waktu Pemulihan

Yang digambarkan dengan persamaan dibawah ini:


fn = fo + .t

Dengan fn= frekuensi yang diharapkan setelah pelepasan beban


f0= frekuensi generator ketika terjadi pelepasan beban

df/dt= laju kenaikan frekuensi yang diharapkan

t= Waktu pemulihan

Dengan mengetahui besarnya laju kenaikan yang diinginkan maka dengan persaman diatas
didapatkan nilai beban optimal yang harus dilepas

( )
= .fn
2

Dimana Pload shedding= besar beban yang harus dilepaskan

3.2.5 Melakukan Pelepasan Beban Berdasarkan Skala


Prioritas[http://resources.kohler.com/power/kohler/industrial/pdf/Load_Management_Part_2.pdf
]

Langkah awal untuk memprioritaskan urutan beban adalah dengan menentukan beban mana
yang paling sedikit memiliki pengaruhnya bila daya kepada beban tersebut diputus. Proses
didalam menentukan prioritas beban butuh waktu,dimana beban yang awalnya memiliki efek
paling sedikit kehilangan daya dapat menjadi berbahaya jika dibiarkan terputus daya terlalu
lama. Saat menentukan prioritas beban,diperlukan tiga tahapan utama yaitu:

a. Pengelempokkan
b. Prioritas
c. Review

3.2.5.1 Pengelempokkan

Pengelompokan beban berdasarkan faktor dari kemiripan. Beberapa contoh kemiripan yang menjadi
pertimbangan saat mengelompokan beban antara lain:

1. Interdependensi menetapkan prioritas berdasarkan system yang paling kritis.


2. Fungsi serupa beban dapat dikelompokan ke dalam kategori berdasarkan system yang
mereka dukung
3. Persyaratan daya saat memisahkan beban, cobalah untuk meminimalkan dampak
pelepasan suatu prioritas pada system agar tidak memerlukan muatan tambahan untuk
dilepaskan. Saat mengelompokkan muatan menjadi prioritas, seringkali berguna untuk
mencapai pelepasan minimum, seperti 20% dari rating masing-masing generator lainnya.
Jika muatan yang dikeluarkan melebihi 100% dari rating generator, mungkin perlu
dipecah menajadi dua prioritas beban. Jika tidak, system mungkin akan menghapus
muatan tambahan yang secara lain bisa bertenaga.
4. Jumlah prioritas yang tersedia jumalah prioritas yang didukung dalam manajemen
system muatan akan sering menentukan jumlah kategori yang dapat didukung dan
seberapa besar kategori seharusnya. Sementara antar system jumlahnya bisa bervariasi,
peraturan umumnya adalah dua prioritas muatan per generator. Beberapa manajemen
system muatan mungkin tidak mengizinkan konfigurasi muatan yang diharapkan untuk
setiap prioritas. Dalam kasus ini, muatan seharusnya tidak memberikan muatan arus
secara signifikan yang jauh lebih banyak daripada muatan tetap yang diharapkan per
prioritas.
5. Waktu pemadaman yang dapat diterima beberapa muatan dapat dengan mudah
dilepaskan selama beberapa jam, namun perlu beroperasi sesekali. Waktu pemadaman
yang dapat diterima dapat dikelola pada beberapa manajemen system muatan untuk
memungsikan siklus berkala prioritas pelepasan.

1. Interdependency assign priority based on most critically dependent system.

2. Similar function loads may be grouped into a category based on which systems they support.

3. Power requirements when segregating loads, try to minimize the impact of shedding a single
priority on the system to not require additional loads to be shed. When grouping loads into a priority, it
is often useful to achieve a minimum shed, such as 20% of the rating of each generator. If the load shed
exceeds 100% of the generator rating, it may be useful to split that into two load priorities. If not, the
system may remove additional loads that otherwise could have been powered.

4. Number of available priorities the number of supported priorities in a load management system will
often determine the number of categories that can be supported and how broad the categories should
be. While the number can vary between systems, a common rule of thumb is two load priorities per
generator. Some load management systems may not permit configuration of the expected load for each
priority. In these cases, the load should not provide significantly more inrush loading than the fixed
expected load per priority.

5. Acceptable outage time some loads can easily be shed for several hours, but are necessary to
operate occasionally. Acceptable outage time can be managed on some load management systems to
allow periodic cycling of shed priorities.
Prioritas

Setelah pengelompokan sudah ditentukan,dapat dikelompokan sebuah prioritas pada tiap hasil
pengelompokannya. Berikut merupakan faktor yang menjadi pertimbangan didalam memprioritaskan
beban:
a. Keselamatan Manusia

b. Kerugian terhadap produktifitas

c. Dampak terhadap konsumen

d. Pengasutan dalam starting

Review

Setelah mengelompokkan dan memprioritaskan beban,lalu dapat dilakukan sebuah review dan cek
beban yang dikelompokan untuk beberapa pembahasan. Beberapa pembahasan umum yang dapat
terjadi antara lain:

Kesalahan didalam mengidentifikasi kelompok dengan level pentingnya yang dapat


berubah berdasarkan lamanya durasi dari pemutusan beban
Panel distribusi yang dapat memiliki kedua macam beban prioritas dan non prioritas
Kesulitan didalam menjaga generator selama penambahan waktu sejak beban biasanya
dilepas dan generator dijaga tetap aktif

Jenis-jenis beban pada PT Bukit Asam

Nama Beban Penyulang Jumlah Daya Diserap Prioritas


A_16 Banko Barat 7,510 MW+ 3,435 MVAR
A_18 MTBU 7,456 MW+ 3,435 MVAR
A_19OLC NEW 5,315 MW+ 2,458 MVAR
LINE BAWAH
A01 2,576 MW+1,053 MVAR
A05_TAL 2,351 MW+1,146 MVAR
A20 1,673 MW+690 kVAR
A08_TLS2 1,456 MW+ 763 kVAR
A04_Perkantoran 1,278 NW+843 kVAR
+A03_Perum dan
kantor
B07_CHS 1,266 MW+727 kVAR
B11_WTP/KTT 379 Kw+231 kVAR
B05+B06_Workshop 384kw+ 288 kVAR
dan adm
A13_Back up TLS II 237 kw + 147 kVAR
B01_CGP 40 kw+25kVAR
Shovel Mahayung

Anda mungkin juga menyukai