html
ASKEP SIROSIS HEPATIS
A. Pengertian
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran empedu serta pus
sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang tidak berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut ( Brunner and Suddarth ).
Sirosis Hepatis adalah Ditandai dengan adanya lokus peradangan ,daerah daerah yang
beregenerasi dan penumpukan jaringan ikat yang di fus. (www.google.co.id) tanggal 15 Juli
2007.
Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati yang di karakteriskan oleh gangguan struktur dan
perubahan degenerasi gangguan fungsi selular dan selanjutnya aliran darah ke hati. ( Marillyn
E. Doengoes 1999 )
Sirosis Hepatis adalah Penyakit menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. ( Soeparman 1996 )
Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Sirosis Hepatis
adalah Penyakit kronis menahun ditandai dengan adanya gangguan struktur hati yaitu
timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut serta gangguan aliran darah ke hati.
B. Patofisiologi
Etiologi timbulnya Sirosis Hepatis melibatkan beberapa faktor penyebab yaitu konsumen
minuman alkohol,defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein ,Riwayat penyakit
Hepatitis dan peradangan pada saluran empedu, cholestasis kronik intra, obstruksi aliran vena
hepatic ( gagal jantung kanan ), kelainan metabolisme dan DM. Awal penyakit sirosis hepatis
adalah timbul peradangan hati , hati cenderung membesar menjadi keras dan timbul nyeri di
abdomen. Jika hal ini berlangung terus menerus ukuran hati akan berkurang akibatnya timbul
jaringan parut atau nekrosis hati. Dengan adanya nekrosis hati akan terjadi peningkatan
tekanan vena vortal yang menimbulkan dilatasi pada vena tubuh bagian atas dan ekstremitas
bawah seperti vena esopage, vena para umbilikalis, vena hemoroidalis sehingga darah akan
mengalir dan berkumpul pada vena vena tersebut. Jika hal ini terus berlanjut maka vena-
vena tersebut akan pecah dan terjadi pendarahan atau varises esofagus, hemoroid, Kaput
modusa atau penonjolon umbilikalis.
Adanya gangguan aliran darah balik vena tersebut maka dapat timbul tanda & gejala
yaitu:
1). Secara manifestasi dini seperti demam,nyeri timbul atau perasaan berat pada
kuadran kanan atas ( 50 % penderita ), hati keras dan mudah teraba, mual,
muntah dan tidak nafsu makan, penurunnan berat badan, kelemahan, diare,
konstipasi.
2). Manifestasi lanjut seperti kegagalan sel hati dan hpertensi vorta.
Serta terjadi penurunan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di hati
yang dapat menimbulkan ascites, splenomegali, hidrothork, edema, ikterus,
anemia serta feces berwarna pecat, perdarahan,impotensi, spide naevi, eritema
palmalis,ginekomastia. Jika penyakit ini terus berlanjutakan menimbulkan
komplikasi seperti Perdarahan gastrointestinal, hipertensi portal meimbulkan
varises oesopagus, koma hepatikum, ulkus peptikum, karsinoma
hepatosellural, infeksi, ensephalopati hepatika, ascites dan kematian.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien Sirosis Hepatis didasarkan pada gejala yang ada .
( Menurut Brunner and Suddarth 1999 dan Soeparman 1996 ).
1. Medis
a. Antasid : Untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan perdarahan gastroentestinal.
b. Vitamin & Suplemen nutrisi : Akan meningkatkan kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak
dan memperbaiki status gizi klien.
c. Preparat diuretik : Mempertahankan kalium (spironolaktum) untuk mengurangi ascites.
d. Preparat anti inflemasi ( Colchicine ) : Untuk mengobati gejala out.
e. Untuk pendarahan esofagus pemberian cairan dekstrose atau salin.Bila Hb dibawah 9 gr %
dan transfusi darah secukupnya. Vasopresin 2 amp 0.1 gr dalam D5 % selama 4 jam.
f. Pada klien esophalopati koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia,
mengurangi protein berikan DH I. Aspirasi cairan pada lambung yang mengalami pendarahan
pada varises esopagus, dilakukan klisma untuik mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan
pemberian dhipalae 2x2 sendok makan. Pemberian neomisin peroral dan untuk sterilisasi
usus dan pemberian antibiotik (Ampisilin atau Sefalosporin ).
Paracentesis : tergantung kondisi klien ( sesak nafas ) karena cairan asites mengandung
albumin.
Diuretik : aldosteron, lasix.
2. Keperawatan
a. Mendukung istirahat dan kenyamanan
b. Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT
c. Mencegah infeksi
d. Mencegah perdarahan
e. Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol, obat-obatan dan merokok.
3. Diit
a. Diit asupan protein, kalori dan lemak ( DH II-IV ) bila ensephalopati protein dikurangi (DH
I ) natrium.
b. Diit rendah garam 0,5 /hari dan total cairan 1.5 1/hari.
Ada beberapa macam tipe Sirosis Hepatis atau pembentukan jaringan parut dalam hati
1. Sirosis portal laenac ( Alkoholik,Nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal .
2. Sirosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis billier, Adanya jaringan parut pada hati di sekitar saluran empedu Sirosis billier terjadi
akibat obstruksi billier yang kronis dan infeksi.
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan sirosis hepatis menurut doengoes 1999.
1. Aktifitas / latihan
Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letergi, penurunan masa otot / tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat gagal ginjal kronik, perikarditis, penyakit jantung reumatik kanker (Malfungsi hati
menimbulkan gagal hati )Disritmia,distensi vena abdomen.
3. Eliminasi
Flatus, distensi abdomen (Hepatomegali, splenomegali, asites, Penurunan bising usus feces
warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
4. Makanan / cairan
Anorexia,tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual / muntah penurunan
berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas berbau
keton / Feor hepatikus.
5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,, penurunan mental, perubahan
mental, halusinasi, lambat bicara, asterik.
6. Nyeri / kenyamanan
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer, perilaku hati-hati,
pokus pada diri sendiri.
7. Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru
terbatas,hipoksia
8. Keamanan
Pruritus, demam (Lebih umum pada Sirosis alkoholik) ikterik, ikimosis petikie,angioma
spider .
9. Seksualitas
Gangguan menstruasi, impoten, altrofi, testis, ginekosmatia, kehilangan rambut (dada bawah
lengan, pubis ).
10. Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / empedu, hepatitis terpajan pada toksin ,trauma
hati, perdrahan GI atas, episode perdarahan varises esopagus, penggunaan obat yang
mempengaruhi fungsi hati.
Pemeriksaan diagnostik
a. Skan / biopsi hati : Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan, jaringan hati.
b. Kolesisitografi/ kolongiorafi : Memperlihatkan penyakit ductus empedu yang mungkin
sebagai faktor predisposisi.
c. Eofagoscofi : Dapat menunjukan varises esofagus
d. Portografi transhepatitis perkutaneus : Memperlihatkan struktur sistem vena portal.
e. Billirubin serum : Meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk
mengkonjugasi / obstruksi bilier.
f. AST ( SGOT ) / ALT ( SGPT ) LDH : Menigkat karena seluler dan mengeluarkan enzim.
g. Alkalin fosfatase : Meningkat karena penurunan ekskresi
h. Albumin serum : Menurun karena penekanan sintesis
i. Darah lengkap : Hb / Ht dan SD mungkin menurun karena pendarahan kerusakan SDM dan
anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi leukopenia mungkin ada sebagai
akibat hipersplenisme.
k. Masa protrombin / PTT : Memanjang ( Penurunan sintesis protrombin )
l. Anemia serum : Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia.
m. BUN : Meningkat menunjukan kerusakan darah / protein menjadi urea.
n. Fibrinogen : Menurun.
o. Glukosa serum : Hipokalemia diduga mengganggu glikogenesis
p. Elektrolit : Hipokalemia menunjukan peningkatan aldosteron, meskipun berbagai
ketidakseimbangan dapat terjadi.
q. Kalsium : Mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorpsi vitamin D.
r. Pemberian nutrien : Defisiensi vit A, B12, C, K , asam folat dan besi.
s. Urobilinogene urine : Ada / tidak ada. Bertindak sebagai penunjuk untuk membedakan
penyakit hati, penyakit hemolitik dan obstruksi bilier.
t. Urobilinogene fekal : Menurunkan ekskresi
u. Foto sinar X pada abdomen
Untuk mengetahui ukuran hati, udara dan kista pada hati dan traktus billier, kalsifikasi hati
dan aktifitas massif.
v. Radioisotop hati : Menunjukan guratan pada hati yang abnormal dan mengidentifikasi adanya
massa pada hati.
w. Pemriksaan angiografi : Untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.
E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doengoes 1999, Brunner and
Suddarth 2001 ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anorexia.
2. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap
Sirosis Hepatis
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap
kelemahan.
4. Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
5. Resiko tinggi terhadap proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi sekunder
terhadap peningkatan kadar amonia serum.
6. Resiko tinggi terhadap (hemoragi) cedera berhungan dengan hipertensi portal
7. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
9. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya informasi.
10. Resiko tinggi terhadap perdarahan berhubungan dengan hipertensi portal.
F. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan dan evaluasi
untuk setiap diagnosa keperawatan :
DX 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap Anorexia
Tujuan : kebutuhan nutri si terpenuhi
Kriteria evaluasi : 1) Bertambah berat badan, 2) Melaporkan peningkatan selera makan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi lebih lanjut, 4) Turut serta dalam upaya memelihara oral
hygiene, 5) Nilai laboratorium dalam batas normal.
Perencanaan : 1) Timbang berat badan, 2) Berikan makan sedikit tapi sering, 3) Berikan
perawatan mulut sering dan sebelum makan, 4) Awasi periksaan
laboratorium,
5) Konsul ahli diet, 6) Berikan obat sesuai indikasi, 7) Berikan makanan halus,hindari
makanan kasar sesuai indikasi.
DX 4 : Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan : Pola pernafasan efektif
Kriteria evaluasi : 1) Tidak edema, 2) nilai GDA dalam batas normal, 3) Tanda-tanda vital
dalam batas normal, 4) Tidak ada sianosis.
Perencanaan : ) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, 2) Ubah posisi dengan sering
3) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, 4) Berikan oksigen tambahan, 5) Siapkan untuk
prosedur parasintetis / pirauperitoneovena, 6)Auskultasi suara nafas, catat crakles,wheezing /
ronchi.
DX 5 : Resiko tinggi terhadap hemoragi cedera berhubungan dengan hipertensi portal
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria evaluasi : 1) Tidak menunjukan adanya perdarahan, 2) Nilai laboratorium dalam
batas normal (Hb,Ht ), 3) Tanda tanda vital dalam batas normal, 4) Haluaran urine dalam
batas normal, 5) Tidak ada memar dan hematom
Perencanaan : 1) Observasi warna dan konsistensi feces, 2) Awasi tanda tanda vital
3) Observasi adanya pechie,perdarahan dan ekimosis, 4) Awasi nilai laboratorium (Hb,Ht ),
5) Berikan obat sesuai indikasi, 6 ) catat adanya perubahan mental / tingkat kesdaran, 7)
Sarankan untuk memakai sikat gigi yang lembut. 8) Hindarkan pengguanaan obat yang
mengandung aspirin.
DX 7 : Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
Tujuan : Mempertahankan citra tubuh
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada,
2) Mengidentifikasi perasaan dan metoda koping terhadap persepsi diri negatif
Perencanaan : 1) Diskusikan situasi / dorong pernyataan takut, 2) Dukung / berikan
perawatan dengan positif, 3) Dorong keluarga untuk berpartisifasi pada perawatan, 4)
Rujuk ke pelanyanan konselor, 5) Kaji koping klien dan keluaraganya terhadap perubahan
penamplan.
Penatalaksanaan
Pelakasanaan menurut Patricia A.Potter ( 2005 ) adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Implementesi adalah Kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
disesuaikan ( Patricia A. Potter 2005 )
2. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan menurut Patricia A.Potter (2005)adalah
sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme bagi
perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah
intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah
berubah dan diagnosa keperawtan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.
Modifikasi rencana asuhan keperawatan yang telah ada mencakup beberapa langkah
1. Data dan kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan
terbaru klien
2. Diagnosa keperawatan direvisi diagnosa keperawtan yang tidak relevan dihapuskan dan
diagnosa keperawatn yang baru ditambahkan dan dibri tanggal.
3. Metode implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan diagnosa
keperawatan yang baru dan tuuan klien yang baru.
4. Perawat mengevaluasirespon klien terhadap tindakan keperawatn jika respon klien tidak
konsisten dengan hasil yang diharapkan diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana
asuhan .
Evaluasi
Evaluasi menurut Patricia A. Potter (2005 )
Evaluasi adalah membandingkan data subjek dan objek yang dikumpulkan dari klien,perawat
lain,dan keluarga untukmenentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang
diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatn dan kemajuan klien kearah tujuan . Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu
klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,mencegah kekambuhan darimaslah
potensialdan mempertahankan status sehat.Evaluasiterhadap asuhan menetukan apakah
tujuan ini telah terlaksana.
Aspek lain darievaluasi mencakuppengukuran kwalitas asuhan keperawatan yang diberikan
dalam lingkungan perawatan kesehatan. Ada tiga tipe indikatorkwalitas yaitu Struktu , proses
dan hasil. Evaluasi kapan saja perawat berhubungan dengan klienpenekananya kepada hasil
klien.
Jenis-jenis evaluasi
1. Evaluasi perawatan
Pemantauan indikatorkwalitas mengevaluasi apakah proses yang secara spesifikditetapkan
mencapai hasilyang di inginkan
2. Pemecahan masalah
Setelah mengevaluasi factor-factor pemberat pada masalah kwalitas staf mengembangkan
rencana tindakan untukmemperbaiki proses dan hasil yang diharapkan.
3. Evaluasi perbaikan
Setelah menerapkan suatu rencan tindakan untuk meningkatkan kwalitas keperawatanstaf
harus mengevaluasi keberhasilan rencana.
4. Komunikasi hasil
Hasil dari aktivitas Q1 harus di komunikasikan pada staf disemua bagian organisasi yang
sesuai.
Dokumentasi didefenisikan sebagai salah satu yang tertulis/teratur untuk diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.Catatan medis harus mendiskripsikan
tentang status dan kebutuhan klien yang komfrehensif juga diberikan untuk perawatan klien.
A. PENGERTIAN
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak
berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Willson, 2005, hal : 493).
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur
dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati
(Doenges, dkk, 2000, hal: 544).
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang intermiten. Adanya
pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati cenderung membesar dan
sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran
hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa
hati (kapsula glisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi portal dan asites. Semua darah
dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati.
Pasien juga cenderung menderita dyspepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara
berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangi ektasis,
atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering
dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises gastrointestinal.
Edema, gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
E. KOMPLIKASI
Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis, dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
a. Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
b. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena
esophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena kolateral dinding perut.
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan
berupa :
- Asites.
- Ensefalopati.
- Peritonitis bacterial spontan.
- Sindrom hepatorenal.
- Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom nomosister, hipokrom
mikrosister/hipokrom makrosister.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran
dari sel yang rusak, pemeriksaan billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat
pada sirosis inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin
yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan
sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan menunjukkan prognosis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila
ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom
hepatorenal.
f. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk
menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan.
G. PENATALAKSANAAN
Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan
keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya
komplikasi.
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan control yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan TKTP.
2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : alcohol, dan obat-obatan lain
dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alcohol akan mengurangi pemasukan protein ke
dalam tubuh. Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau
terapi kelasi (desperioxamine). Dilakukan vanaseksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama
setahun. Pada penyakit willson (penyakit metabolic yang diturunkan) diberikan D-
penicilamine 20 mg/kg BB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah
ekskresi melalui urine. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid, pada keadaan
lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
a. Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5 L/hari. Spirolakton
dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari, bila
perlu dikombinasi dengan furosemid.
b. Perdarahan varises esophagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan saluran
cerna. Pertama melakukan pemangan NGT, disamping melakukan aspirasi cairan lambung.
Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g% dilakukan pemberian
dekstrosa/salin dan tranfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500
cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali. Dilakukan
pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan varises. Dapat dilakukan skleroterapi
sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises.
Operasi pintas dilakukan pada child AB atau dilakukan transeksi esophagus (operasi
Tannerso). Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat probe.
Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol.
c. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi factor pencetus seperti pemberian KCL pada
hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises,
dilakukan klisma, pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan
transplantasi hati dengan menggunakan bahan Cadaveric Liver.
d. Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti cefotaxime 2 g/8 jam I.V. amoxicillin,
aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal/nefropati hepatic, terapinya adalah imbangan air dan garam diatur
dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antibiotic, dicoba melakukan parasentesis
abdominal dengan ekstra hati-hati untuk memperbaiki aliran vena cava, sehingga timbul
perbaikan pada curah jantung dan fungsi ginjal.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan/Kriteria Hasil: Status nutrisi baik.
Intervensi:
- Kaji intake diet, ukur pemasukan diet, timbang BB tiap minggu.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
- Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
- Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan cultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan,
maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
- Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan makanan lunak.
Rasional : Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena
pasien mengalami gangguan system pencernaan.
- Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan tinggi karbohidrat.
Rasional : Pengendalian asupan kalori total untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.
- Berikan obat sesuai dengan indikasi : tambahan vitamin, thiamin, besi, asam folat dan
enzim pencernaan.
Rasional : Hati yang rusak tidak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D dan K, juga
terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
- Kolaborasi pemberian antiemetic.
Rasional : Untuk menghilangkan mual/muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. MS DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
No. Register : OO7985
Ruang : Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS : 22 September 2012 (Jam 15.00)
Tanggal Pengkajian : 23 September 2012
Diagnosa Medis : Sirosis hepatis
1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. MS
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh di
perut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa sakitnya
apabila dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila pasien duduk
dan saat melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di atas tempat tidur
sepanjang hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak 2 minggu lalu tanggal
6 september 2012, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan lagi mulai tiga hari sebelum
masuk rumah sakit yakni tanggal 19 September 2012. Pasien juga mengeluh mual dan tidak
nafsu makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri pasien terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat
terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Nyeri muncul saat pasien bergerak dan
beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di tempat tidur. Nyeri itu muncul saat pasien
mulai kesulitan makan karena mual. Pasien juga mengatakan saat malam sering sesak napas
karena perutnya yang semakin membesar sehingga sulit digunakan untuk bernafas dan akan
berkurang jika pasien duduk dalam posisi semifowler. Sesak nafas itu selalu terjadi saat
malam hari dan sangat mengganggu aktifitas. Rasa sakitnya sangat dirasakan pasien terutama
di daerah dada dan paru-paru. Gejala di mulai sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk
rumah sakit atau tepatnya tanggal 6 september 2012.
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi klien stabil
b. Konsep Diri
ody Image :Klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya namun tetap kooperatif
Self Ideal :Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas dengan normal.
Self Esteam :Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat
Role :Klien merupakan seorang buruh
elf Identity :Klien seorang laki-laki berumur 41 tahun dan bekerja sebagai seorang buruh.
c. Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien lainnya
terjalin cukup baik.
d. Spiritual
Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring ditempat
tidur.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah = 100/60 mmHg
Suhu tubuh 375oC,
RR = 24X/menit
Nadi=96X/menit (regular)
BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB: 167cm, LILA :27 cm
d. Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok
Wajah
Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah
menyeringai dan meringgis karena kesakitan
Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal
Hidung
Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.
Mulut
Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering.
e. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f. Dada dan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris, dan napas dangkal
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru : sonor
Auskultasi : Terdapat ronchi
g. Abdomen
Inspeksi : Terdapat asites dan terlihat spider nevi
Auskultasi :bising usus 17x/menit
Palpasi :Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa
kenyal dan terdapat asites
Perkusi : Tympani
h. Ekstrimitas
Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki kanan
maupun kiri.
i. Genetalia
Fungsi genetalia baik dan terpasang kateter.
j. Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Gangguan IntegritasJangka Pendek: 1.Kaji warna urin dan warna kulit pasien.
kulit dan systemDalam 2x24 jam, mampu mengurangi 2.Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit
perkemihan (urinaria)kadar bilirubin pasien. 3.Lakukan perawatan yang sering pada
berhubungan denganJangka Panjang: menggunakan sabun dan melakukan mas
peningkatan kadarDalam 7x24 jam diupayakan mampupelembut (emolien).
bilirubin dalam darahmenormalkan kadar bilirubin dalam4. Jaga agar kuku pasien tetap pendek dan bers
akibat peradangan . tubuh pasien. 5. kolaborasi dengan tim medis
Kriteria Hasil:
-Integritas kulit dan sistem perkemihan
pasien dapat normal kembali.
-Warna dari kulit dan urin pasien
kembali ke keadaan normal.
EVALUASI