Anda di halaman 1dari 33

http://askep-hrlz.blogspot.co.id/2012/11/askep-sirosis-hati.

html
ASKEP SIROSIS HEPATIS

Asuhan Keperawatan Sirosis Hepatis

A. Pengertian

Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran empedu serta pus
sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang tidak berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut ( Brunner and Suddarth ).

Sirosis Hepatis adalah Ditandai dengan adanya lokus peradangan ,daerah daerah yang
beregenerasi dan penumpukan jaringan ikat yang di fus. (www.google.co.id) tanggal 15 Juli
2007.

Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati yang di karakteriskan oleh gangguan struktur dan
perubahan degenerasi gangguan fungsi selular dan selanjutnya aliran darah ke hati. ( Marillyn
E. Doengoes 1999 )

Sirosis Hepatis adalah Penyakit menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. ( Soeparman 1996 )

Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Sirosis Hepatis
adalah Penyakit kronis menahun ditandai dengan adanya gangguan struktur hati yaitu
timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubungan yang dikelilingi oleh
jaringan parut serta gangguan aliran darah ke hati.

B. Patofisiologi

Etiologi timbulnya Sirosis Hepatis melibatkan beberapa faktor penyebab yaitu konsumen
minuman alkohol,defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein ,Riwayat penyakit
Hepatitis dan peradangan pada saluran empedu, cholestasis kronik intra, obstruksi aliran vena
hepatic ( gagal jantung kanan ), kelainan metabolisme dan DM. Awal penyakit sirosis hepatis
adalah timbul peradangan hati , hati cenderung membesar menjadi keras dan timbul nyeri di
abdomen. Jika hal ini berlangung terus menerus ukuran hati akan berkurang akibatnya timbul
jaringan parut atau nekrosis hati. Dengan adanya nekrosis hati akan terjadi peningkatan
tekanan vena vortal yang menimbulkan dilatasi pada vena tubuh bagian atas dan ekstremitas
bawah seperti vena esopage, vena para umbilikalis, vena hemoroidalis sehingga darah akan
mengalir dan berkumpul pada vena vena tersebut. Jika hal ini terus berlanjut maka vena-
vena tersebut akan pecah dan terjadi pendarahan atau varises esofagus, hemoroid, Kaput
modusa atau penonjolon umbilikalis.
Adanya gangguan aliran darah balik vena tersebut maka dapat timbul tanda & gejala
yaitu:
1). Secara manifestasi dini seperti demam,nyeri timbul atau perasaan berat pada
kuadran kanan atas ( 50 % penderita ), hati keras dan mudah teraba, mual,
muntah dan tidak nafsu makan, penurunnan berat badan, kelemahan, diare,
konstipasi.
2). Manifestasi lanjut seperti kegagalan sel hati dan hpertensi vorta.
Serta terjadi penurunan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di hati
yang dapat menimbulkan ascites, splenomegali, hidrothork, edema, ikterus,
anemia serta feces berwarna pecat, perdarahan,impotensi, spide naevi, eritema
palmalis,ginekomastia. Jika penyakit ini terus berlanjutakan menimbulkan
komplikasi seperti Perdarahan gastrointestinal, hipertensi portal meimbulkan
varises oesopagus, koma hepatikum, ulkus peptikum, karsinoma
hepatosellural, infeksi, ensephalopati hepatika, ascites dan kematian.

C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien Sirosis Hepatis didasarkan pada gejala yang ada .
( Menurut Brunner and Suddarth 1999 dan Soeparman 1996 ).
1. Medis
a. Antasid : Untuk mengurangi distres lambung dan meminimalkan perdarahan gastroentestinal.
b. Vitamin & Suplemen nutrisi : Akan meningkatkan kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak
dan memperbaiki status gizi klien.
c. Preparat diuretik : Mempertahankan kalium (spironolaktum) untuk mengurangi ascites.
d. Preparat anti inflemasi ( Colchicine ) : Untuk mengobati gejala out.
e. Untuk pendarahan esofagus pemberian cairan dekstrose atau salin.Bila Hb dibawah 9 gr %
dan transfusi darah secukupnya. Vasopresin 2 amp 0.1 gr dalam D5 % selama 4 jam.
f. Pada klien esophalopati koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia,
mengurangi protein berikan DH I. Aspirasi cairan pada lambung yang mengalami pendarahan
pada varises esopagus, dilakukan klisma untuik mengurangi absorpsi bahan nitrogen dan
pemberian dhipalae 2x2 sendok makan. Pemberian neomisin peroral dan untuk sterilisasi
usus dan pemberian antibiotik (Ampisilin atau Sefalosporin ).

Paracentesis : tergantung kondisi klien ( sesak nafas ) karena cairan asites mengandung
albumin.
Diuretik : aldosteron, lasix.

2. Keperawatan
a. Mendukung istirahat dan kenyamanan
b. Mendukung asupan nutrisi dengan pemasangan NGT
c. Mencegah infeksi
d. Mencegah perdarahan
e. Menganjurkan klien untuk menghentikan penggunaan alkohol, obat-obatan dan merokok.

3. Diit
a. Diit asupan protein, kalori dan lemak ( DH II-IV ) bila ensephalopati protein dikurangi (DH
I ) natrium.
b. Diit rendah garam 0,5 /hari dan total cairan 1.5 1/hari.

Ada beberapa macam tipe Sirosis Hepatis atau pembentukan jaringan parut dalam hati
1. Sirosis portal laenac ( Alkoholik,Nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal .
2. Sirosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis billier, Adanya jaringan parut pada hati di sekitar saluran empedu Sirosis billier terjadi
akibat obstruksi billier yang kronis dan infeksi.

D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan sirosis hepatis menurut doengoes 1999.
1. Aktifitas / latihan
Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letergi, penurunan masa otot / tonus.
2. Sirkulasi
Riwayat gagal ginjal kronik, perikarditis, penyakit jantung reumatik kanker (Malfungsi hati
menimbulkan gagal hati )Disritmia,distensi vena abdomen.

3. Eliminasi
Flatus, distensi abdomen (Hepatomegali, splenomegali, asites, Penurunan bising usus feces
warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.

4. Makanan / cairan
Anorexia,tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual / muntah penurunan
berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas berbau
keton / Feor hepatikus.

5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,, penurunan mental, perubahan
mental, halusinasi, lambat bicara, asterik.

6. Nyeri / kenyamanan
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer, perilaku hati-hati,
pokus pada diri sendiri.

7. Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru
terbatas,hipoksia

8. Keamanan
Pruritus, demam (Lebih umum pada Sirosis alkoholik) ikterik, ikimosis petikie,angioma
spider .

9. Seksualitas
Gangguan menstruasi, impoten, altrofi, testis, ginekosmatia, kehilangan rambut (dada bawah
lengan, pubis ).
10. Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / empedu, hepatitis terpajan pada toksin ,trauma
hati, perdrahan GI atas, episode perdarahan varises esopagus, penggunaan obat yang
mempengaruhi fungsi hati.

Pemeriksaan diagnostik
a. Skan / biopsi hati : Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan, jaringan hati.
b. Kolesisitografi/ kolongiorafi : Memperlihatkan penyakit ductus empedu yang mungkin
sebagai faktor predisposisi.
c. Eofagoscofi : Dapat menunjukan varises esofagus
d. Portografi transhepatitis perkutaneus : Memperlihatkan struktur sistem vena portal.
e. Billirubin serum : Meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk
mengkonjugasi / obstruksi bilier.
f. AST ( SGOT ) / ALT ( SGPT ) LDH : Menigkat karena seluler dan mengeluarkan enzim.
g. Alkalin fosfatase : Meningkat karena penurunan ekskresi
h. Albumin serum : Menurun karena penekanan sintesis
i. Darah lengkap : Hb / Ht dan SD mungkin menurun karena pendarahan kerusakan SDM dan
anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi leukopenia mungkin ada sebagai
akibat hipersplenisme.
k. Masa protrombin / PTT : Memanjang ( Penurunan sintesis protrombin )
l. Anemia serum : Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia.
m. BUN : Meningkat menunjukan kerusakan darah / protein menjadi urea.
n. Fibrinogen : Menurun.
o. Glukosa serum : Hipokalemia diduga mengganggu glikogenesis
p. Elektrolit : Hipokalemia menunjukan peningkatan aldosteron, meskipun berbagai
ketidakseimbangan dapat terjadi.
q. Kalsium : Mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorpsi vitamin D.
r. Pemberian nutrien : Defisiensi vit A, B12, C, K , asam folat dan besi.
s. Urobilinogene urine : Ada / tidak ada. Bertindak sebagai penunjuk untuk membedakan
penyakit hati, penyakit hemolitik dan obstruksi bilier.
t. Urobilinogene fekal : Menurunkan ekskresi
u. Foto sinar X pada abdomen
Untuk mengetahui ukuran hati, udara dan kista pada hati dan traktus billier, kalsifikasi hati
dan aktifitas massif.
v. Radioisotop hati : Menunjukan guratan pada hati yang abnormal dan mengidentifikasi adanya
massa pada hati.
w. Pemriksaan angiografi : Untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.

E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doengoes 1999, Brunner and
Suddarth 2001 ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anorexia.
2. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan hipertensi portal sekunder terhadap
Sirosis Hepatis
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder terhadap
kelemahan.
4. Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
5. Resiko tinggi terhadap proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi sekunder
terhadap peningkatan kadar amonia serum.
6. Resiko tinggi terhadap (hemoragi) cedera berhungan dengan hipertensi portal
7. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
9. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya informasi.
10. Resiko tinggi terhadap perdarahan berhubungan dengan hipertensi portal.

F. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan perencanaan dan evaluasi
untuk setiap diagnosa keperawatan :
DX 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap Anorexia
Tujuan : kebutuhan nutri si terpenuhi
Kriteria evaluasi : 1) Bertambah berat badan, 2) Melaporkan peningkatan selera makan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi lebih lanjut, 4) Turut serta dalam upaya memelihara oral
hygiene, 5) Nilai laboratorium dalam batas normal.
Perencanaan : 1) Timbang berat badan, 2) Berikan makan sedikit tapi sering, 3) Berikan
perawatan mulut sering dan sebelum makan, 4) Awasi periksaan
laboratorium,
5) Konsul ahli diet, 6) Berikan obat sesuai indikasi, 7) Berikan makanan halus,hindari
makanan kasar sesuai indikasi.

DX 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang berlebihan


Tujuan : Menunjukan volume cairan yang stabil.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan peningkatan haluaran urine, (2 Memperlihatkan
pengecilan lingkar perut, (3 Tanda tanda vital dalam batas normal, 4) Tidak ada edema
5) Mengikuti diit rendah natrium dan pembatasan cairan, (6 Hasil laboratorium dalam batas
normal.
Perencanaan: 1) Awasi tanda tanda vital, 2) Ukur lingkar abdomen, 3) Dorong untuk tirah
baring bila ada asites, 4) Awasi albumin serum dan elektrolit, 5) Timbang berat badan, 6)
Batasi asupan natrium dan cairan, 7) Berikan diuretik, 8) Ukur masukan dan haluaran, 9)
Berikan albumin sesuai indikasi.

DX 3 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan asites


Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.
Kriteria evaluasi : 1) Memperlihatkan turgor kulit normal pada ekstremitas, 2) Tidak ada luka
dikulit, 3) Tidak ada edema dan tidak ada perubahan warna kulit, 4) Menunjukan prilaku /
tehnik untuk merncegah kerusakan kulit, Perencanaan : 1) Ubah posisi
dengan sering dan latihan rentang gerak pasif / aktif, 2) Tinggikan ekstremitas, 3)
Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan, 4) Berikan perawatan kulit dengan lotion.

DX 4 : Resiko tinggi terhadap take efektif pola pernafasan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan : Pola pernafasan efektif
Kriteria evaluasi : 1) Tidak edema, 2) nilai GDA dalam batas normal, 3) Tanda-tanda vital
dalam batas normal, 4) Tidak ada sianosis.
Perencanaan : ) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, 2) Ubah posisi dengan sering
3) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, 4) Berikan oksigen tambahan, 5) Siapkan untuk
prosedur parasintetis / pirauperitoneovena, 6)Auskultasi suara nafas, catat crakles,wheezing /
ronchi.
DX 5 : Resiko tinggi terhadap hemoragi cedera berhubungan dengan hipertensi portal
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria evaluasi : 1) Tidak menunjukan adanya perdarahan, 2) Nilai laboratorium dalam
batas normal (Hb,Ht ), 3) Tanda tanda vital dalam batas normal, 4) Haluaran urine dalam
batas normal, 5) Tidak ada memar dan hematom
Perencanaan : 1) Observasi warna dan konsistensi feces, 2) Awasi tanda tanda vital
3) Observasi adanya pechie,perdarahan dan ekimosis, 4) Awasi nilai laboratorium (Hb,Ht ),
5) Berikan obat sesuai indikasi, 6 ) catat adanya perubahan mental / tingkat kesdaran, 7)
Sarankan untuk memakai sikat gigi yang lembut. 8) Hindarkan pengguanaan obat yang
mengandung aspirin.

DX 6 : Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan


fisiologis sekunder terhadap penigkatan kadar amonia serum
Tujuan : Perebaikan status mental / orientasi dengan kenyataan.
Kriteria evaluasi : 1) Kadar amonia dalam batas normal, 2) Orientasi terhadap waktu,tempat
dan orang, 3) Pola tidur normal, 4) Mempertahankan / menunjukan perhatian terhadap
aktivitas di lingkungan
Perencanaan : 1) Observasi perubahan perilaku dan mental, 2) Catat adanya ikterik, 3)
Orientasikan kembali pada tempat,waktu dan orang, 4) Pertahankan kenyamanan , berikan
lingkungan yang tenang, 5) Pertahankan tirah baring, 6) Awasi laboratorium seperti
amonia,PH,BUN,GDS,DL, 7) Berikan oksigen tambahan dan obat sesuai indikasi

DX 7 : Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
Tujuan : Mempertahankan citra tubuh
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada,
2) Mengidentifikasi perasaan dan metoda koping terhadap persepsi diri negatif
Perencanaan : 1) Diskusikan situasi / dorong pernyataan takut, 2) Dukung / berikan
perawatan dengan positif, 3) Dorong keluarga untuk berpartisifasi pada perawatan, 4)
Rujuk ke pelanyanan konselor, 5) Kaji koping klien dan keluaraganya terhadap perubahan
penamplan.

DX 8 : Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar )tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan


pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Klien dan keluarga klien memahami melalui diskusi yang interaktif.
Kriteria evaluasi : 1) Menyatakan pemahaman proses penyakit, 2) Menghubungkan dengan
gejala dengan factor penyebab, 3) Melakukan perubahan pola hidup dan partisifasi dalam
perawatan.
Perencanaan : 1) Diskusikan pembahasan natrium, 2) Tekankan pentingnya nutrisi yang baik,
3.) Berikan diit tertulis, 4) Instruksikan orang terdekat untuk memberitahu pemberi perawatan
akan adanya bingung, tidak rapi, tidur berjalan, 5) Tekankan pentingnya menghindari alkohol.

Penatalaksanaan
Pelakasanaan menurut Patricia A.Potter ( 2005 ) adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Implementesi adalah Kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
disesuaikan ( Patricia A. Potter 2005 )
2. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan menurut Patricia A.Potter (2005)adalah
sebagai berikut :
a. Mengkaji ulang klien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme bagi
perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih sesuai.

b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah
intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah
berubah dan diagnosa keperawtan dan intervensi keperawatan harus
dimodifikasi.

Modifikasi rencana asuhan keperawatan yang telah ada mencakup beberapa langkah
1. Data dan kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan
terbaru klien
2. Diagnosa keperawatan direvisi diagnosa keperawtan yang tidak relevan dihapuskan dan
diagnosa keperawatn yang baru ditambahkan dan dibri tanggal.
3. Metode implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan diagnosa
keperawatan yang baru dan tuuan klien yang baru.
4. Perawat mengevaluasirespon klien terhadap tindakan keperawatn jika respon klien tidak
konsisten dengan hasil yang diharapkan diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana
asuhan .

c. Mengidentifikasi bidang bantuan


Benerapa situasi keperawatan mengharuskan perawat untuk mencari bantuan seperti
tambahan tenaga,pengetahuan atau ketrampilan keperawatan.

d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan


Metoda untuk mencapai tujuan asuhan keperawatn yang terdiri dari :
1. Membantu dalam melakukan aktivatas kehidupan sehari-hari
2. Mengkonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya
3. Memberi asuhan keperawatan langsung
4. Mengawasi dan mengevaluasi

e. Mengkomunikasikan intervensi keperawatan


Intervensi keperawatandikomunikasikan secara verbal ketika dituliskan ,intervensi
keperawatan dipadukan kedalam rencanaasuhan keperawatan dan catatan medis klien.
Sete;lah intervensi diterapkan respon klien terhadap pengobatan dixcatatkan pada lembar
catatan yang sesuai . Informasi ini biasanya mencakup diskripsi singkat tentang pengkajian
kepearwatan ,prosedur spesifik dan respon klien.

Evaluasi
Evaluasi menurut Patricia A. Potter (2005 )
Evaluasi adalah membandingkan data subjek dan objek yang dikumpulkan dari klien,perawat
lain,dan keluarga untukmenentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang
diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.

Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatn dan kemajuan klien kearah tujuan . Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu
klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,mencegah kekambuhan darimaslah
potensialdan mempertahankan status sehat.Evaluasiterhadap asuhan menetukan apakah
tujuan ini telah terlaksana.
Aspek lain darievaluasi mencakuppengukuran kwalitas asuhan keperawatan yang diberikan
dalam lingkungan perawatan kesehatan. Ada tiga tipe indikatorkwalitas yaitu Struktu , proses
dan hasil. Evaluasi kapan saja perawat berhubungan dengan klienpenekananya kepada hasil
klien.

Jenis-jenis evaluasi
1. Evaluasi perawatan
Pemantauan indikatorkwalitas mengevaluasi apakah proses yang secara spesifikditetapkan
mencapai hasilyang di inginkan

2. Pemecahan masalah
Setelah mengevaluasi factor-factor pemberat pada masalah kwalitas staf mengembangkan
rencana tindakan untukmemperbaiki proses dan hasil yang diharapkan.
3. Evaluasi perbaikan
Setelah menerapkan suatu rencan tindakan untuk meningkatkan kwalitas keperawatanstaf
harus mengevaluasi keberhasilan rencana.
4. Komunikasi hasil
Hasil dari aktivitas Q1 harus di komunikasikan pada staf disemua bagian organisasi yang
sesuai.

Dokumentasi didefenisikan sebagai salah satu yang tertulis/teratur untuk diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.Catatan medis harus mendiskripsikan
tentang status dan kebutuhan klien yang komfrehensif juga diberikan untuk perawatan klien.

Beberapa tipe pencatatan yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tentang


klien. Catatan mendasar mengandung informasi berikut identifikasikan klien dan data
demografi klien , surat izin untuk pengobatan dan prosedur,riwayat keperawatan saat masuk,
diagnosa keperawatan , rencana asuhan keperawatan, Catatan tentang tindakan asuhan
keperawatan,dan evaluasi keperawatan, riwayat medis,diagnosa medis,pesanan theraupetik ,
catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan , laporan tentang pemeriksaan
fisik,laporan tentang diagnostik,ringkasan tentang proseduroperatif,rencana pemulangan dan
ringkasan pemulangan.
ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN

Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel
hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).

Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak
berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Willson, 2005, hal : 493).

Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur
dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati
(Doenges, dkk, 2000, hal: 544).

B. ETIOLOGI

Ada 3 tipe sirosis hepatis :


a. Sirosis portal Laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
c. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi di dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

1. Etiologi yang diketahui penyebabnya :


- Hepatitis virus B dan C.
- Alcohol.
- Metabolic.
- Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic.
- Obstruksi aliran vena hepatic.
- Gangguan imunologis hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif.
- Toksik dan obat INH, metilpoda.
- Operasi pintas usus halus pada obesitas.
- Malnutrisi, infeksi seperti malaria.

2. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya :


- Sirosis yang tidak dikethui penyebabnya dinamakan sirosis kriptogenik/heterogenous.

C. PATOFISIOLOGI

Minuman yang mengandung alkohol, zat kimia


(tetraklorida, naftalon, terklorinasi, arsen atau fosfor)

Adanya kapilerisasi Membentuk ekstraseluler matriks Pembengkakan pada


(ukuran pori seperti yang mengandung kolagen, hati
endotel kapiler) glikoprotein, dan proteglikans
(dibentuk oleh sel stellata)

Terjadinya penekanan pada banyak Mengganggu proses


vena di hati aliran darah ke sel
hati
Hipertensi porta
Sel hati mati
Asites Banyaknya fungsi hati yang
Varises gastrointestinal rusak

Edema gagal hati kronis

D. MANIFESTASI KLINIS

Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang intermiten. Adanya
pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati cenderung membesar dan
sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang
dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran
hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa
hati (kapsula glisoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang
setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi portal dan asites. Semua darah
dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati.
Pasien juga cenderung menderita dyspepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara
berangsur-angsur mengalami penurunan. Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga
peritoneal akan menyebabkan asites. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangi ektasis,
atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering
dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh. Varises gastrointestinal.
Edema, gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.

E. KOMPLIKASI

Bila penyakit sirosis hati berlanjut progresif, maka gambaran klinis, prognosis, dan
pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar komplikasi :
a. Kegagalan hati (hepatoseluler) : timbul spider nevi, eritema Palmaris, atrofi testis,
ginekomastia, ikterus, ensefalopati, dll.
b. Hipertensi portal : dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena
esophagus/cardia, caput medusa, hemoroid, vena kolateral dinding perut.

Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul komplikasi dan
berupa :
- Asites.
- Ensefalopati.
- Peritonitis bacterial spontan.
- Sindrom hepatorenal.
- Transformasi kea rah kanker hati primer (hepatoma).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom nomosister, hipokrom
mikrosister/hipokrom makrosister.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran
dari sel yang rusak, pemeriksaan billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat
pada sirosis inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin
yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan
sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan menunjukkan prognosis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila
ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom
hepatorenal.
f. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk
menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan.

2. Pemeriksaan Penunjang Lainnya


a. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
b. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi
portal.
c. Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat
pemeriksaan rutin pada penyakit hati.

G. PENATALAKSANAAN

Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi portal. Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan
keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang timbulnya
komplikasi.
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan control yang teratur,
istirahat yang cukup, susunan TKTP.
2. Pasien sirosis hati dengan sebab yang diketahui, seperti : alcohol, dan obat-obatan lain
dianjurkan menghentikan penggunaannya. Alcohol akan mengurangi pemasukan protein ke
dalam tubuh. Hemokromatosis, dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi atau
terapi kelasi (desperioxamine). Dilakukan vanaseksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama
setahun. Pada penyakit willson (penyakit metabolic yang diturunkan) diberikan D-
penicilamine 20 mg/kg BB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah
ekskresi melalui urine. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid, pada keadaan
lain dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul.
a. Untuk asites, diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5 L/hari. Spirolakton
dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari, bila
perlu dikombinasi dengan furosemid.
b. Perdarahan varises esophagus. Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan saluran
cerna. Pertama melakukan pemangan NGT, disamping melakukan aspirasi cairan lambung.
Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9 g% dilakukan pemberian
dekstrosa/salin dan tranfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500
cc cairan d 5 % atau salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali. Dilakukan
pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan varises. Dapat dilakukan skleroterapi
sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises.
Operasi pintas dilakukan pada child AB atau dilakukan transeksi esophagus (operasi
Tannerso). Bila tersedia fasilitas dapat dilakukan foto koagulasi dengan laser dan heat probe.
Bila tidak tersedia fasilitas diatas, untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol.
c. Untuk ensefalopati dilakukan koreksi factor pencetus seperti pemberian KCL pada
hipokalemia, aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises,
dilakukan klisma, pemberian neomisin per oral. Pada saat ini sudah mulai dikembangkan
transplantasi hati dengan menggunakan bahan Cadaveric Liver.
d. Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti cefotaxime 2 g/8 jam I.V. amoxicillin,
aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal/nefropati hepatic, terapinya adalah imbangan air dan garam diatur
dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian antibiotic, dicoba melakukan parasentesis
abdominal dengan ekstra hati-hati untuk memperbaiki aliran vena cava, sehingga timbul
perbaikan pada curah jantung dan fungsi ginjal.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang muncul pada sirosis hepatis adalah sebagai berikut:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan/Kriteria Hasil: Status nutrisi baik.
Intervensi:
- Kaji intake diet, ukur pemasukan diet, timbang BB tiap minggu.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
- Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.
Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik.
- Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan cultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan,
maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
- Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan makanan lunak.
Rasional : Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan makanan, karena
pasien mengalami gangguan system pencernaan.
- Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan tinggi karbohidrat.
Rasional : Pengendalian asupan kalori total untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah.
- Berikan obat sesuai dengan indikasi : tambahan vitamin, thiamin, besi, asam folat dan
enzim pencernaan.
Rasional : Hati yang rusak tidak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D dan K, juga
terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
- Kolaborasi pemberian antiemetic.
Rasional : Untuk menghilangkan mual/muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.


Tujuan/Kriteria hasil : peningkatan energy dan partisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
- Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
- Berikan suplemen vitamin (A, B komplek, C dan K).
Rasional : Memberikan nutrien tambahan.
- Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan
dalam batas toleransi pasien.
- Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.


Tujuan/Kriteria hasil : Integritas kulit baik.
Intervensi :
- Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematous mengganggu suplai nutrient dan sangat rentan
terhadap tekanan serta trauma.
- Ubah posisi tidur pasien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
- Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
Rasional : Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi
serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
- Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematous.
Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta.


Doenges, Marilynn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Tjokonegoro, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.
Price, Sylvia A, dkk. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. FKUI. Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. MS DENGAN DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS
No. Register : OO7985
Ruang : Ruang Anggrek
Tanggal/Jan MRS : 22 September 2012 (Jam 15.00)
Tanggal Pengkajian : 23 September 2012
Diagnosa Medis : Sirosis hepatis

1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. MS
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh

b. Biodata Penanggung jawab


Nama : Ny. M
Alamat : Jl.Cidodol No.34-Grogol selatan Kebayoran
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa barat/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan px : Istri pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh perutnya sakit dan begah seperti ditusuk-tusuk dan terasa penuh di
perut bagian kanan atas sehingga pasien sulit untuk bergerak dan berkurang rasa sakitnya
apabila dibuat duduk dalam posisi semifowler. Rasa sakit itu muncul apabila pasien duduk
dan saat melakukan aktifitas terlalu berat sehingga pasien hanya berada di atas tempat tidur
sepanjang hari. Pasien mengatakan rasa sakitnya sudah dirasakan sejak 2 minggu lalu tanggal
6 september 2012, namun rasa sakitnya tidak dapat ditahan lagi mulai tiga hari sebelum
masuk rumah sakit yakni tanggal 19 September 2012. Pasien juga mengeluh mual dan tidak
nafsu makan serta nyeri di daerah perut. Nyeri pasien terkaji pada skala nyeri 7 (nyeri berat
terkontrol) menurut skala Smeltzer (0-10). Nyeri muncul saat pasien bergerak dan
beraktifitas, sehingga pasien hanya berbaring di tempat tidur. Nyeri itu muncul saat pasien
mulai kesulitan makan karena mual. Pasien juga mengatakan saat malam sering sesak napas
karena perutnya yang semakin membesar sehingga sulit digunakan untuk bernafas dan akan
berkurang jika pasien duduk dalam posisi semifowler. Sesak nafas itu selalu terjadi saat
malam hari dan sangat mengganggu aktifitas. Rasa sakitnya sangat dirasakan pasien terutama
di daerah dada dan paru-paru. Gejala di mulai sejak 2 minggu lalu sebelum pasien masuk
rumah sakit atau tepatnya tanggal 6 september 2012.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan punya riwayat penyakit kuning 6 bulan yang lalu yakni sekitar
bulan Maret 2012 dan dirawat di RS Cilegon. Pasien juga mengatakan selama ini telah
mengkonsumsi obat-obatan seperti : Lactolac 3x CI, Sucralent 3 x CI, Spironolakton 4x25
mh/hari, dan Furosemid.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Istri pasien mengatakan bahwa keluarghanya tidak ada yang mempunyai penyakit
menurun dan menular.

3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit


1. Pemenuhan Nutrisi Makan 3 x sehari, Makanan cair hangat
Cairan Porsi - 1 piring/ makansebanyak 3 kali sehari.
dengan menu nasi, Lauk pauk
dan sayur.
Minum: 6-10 gelas perhari
Jenis minuman: air putih,
teh,kopi, ramuan jamu
2. Pemenuhan BAK: volume tidak BAK :Volume 1000 cc/24
Eliminasi teridentifikasi jam
Warnanya seperti teh pekat danWarnanya seperti teh pekat
berlangsung 2 minggu. kesulitan tidak ada
Frekwensi 15-17 kali/24 jam BAB: Frekuensi 1 hari,
Kesulitan tidak ada warna pucat, konsistensi
BAB :frekwensi 1hari lunak dan kesulitan tidak
Warna : kuning ada.
Konsistensi lunak
Kesulitan tidak ada
3. tidur-istirahat Siang tidak pernah tidur Siang 2-3 jam mulai pukul
Malam 6-7 jam mulai pukul12.00 15.00 WIB
22.00 - 05.00 WIB malam : 6 7 jam mulai
pukul 21.00-05.00 WIB
tapi pasien sering
bangun karena perut
terasa tidak enak
(begah) dan terbaring
lemas ditempat tidur
4.Aktifitas Pasien bekerja sebagai buruhPasien saat di rumah sakit
di sebuah pabrik kayu dihanya duduk-duduk dan
desanya. berbaring.
5. Personal Hygiene Pasien mandi 2x/hari, keramasPasien mandi dengan
2 hari 1x, gosok gigi 2x/hari, diseka 2x/hari, belum
ganti baju 2x/hari ketramas dan belum gosok
gigi.
6. Ketergantungan Pasien memiliki kebiasaanPasien tidak melakukan
merokok dan sering minumkebiasaan merokok dan
jamu/obat tradisional. minum jamu, dan pasien
dapat mengikuti asuhan
keperawatan dengan baik

4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi klien stabil
b. Konsep Diri
ody Image :Klien tampak cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya namun tetap kooperatif
Self Ideal :Klien ingin cepat sembuh dan ingin dapat beraktifitas dengan normal.
Self Esteam :Klien merasa diperlakukan baik oleh dokter dan perawat
Role :Klien merupakan seorang buruh
elf Identity :Klien seorang laki-laki berumur 41 tahun dan bekerja sebagai seorang buruh.
c. Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan keluarga, klien dengan perawat, dan klien dengan pasien lainnya
terjalin cukup baik.
d. Spiritual
Di rumah sakit klien hanya berdoa dan memohon kesembuhan sambil berbaring ditempat
tidur.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah = 100/60 mmHg
Suhu tubuh 375oC,
RR = 24X/menit
Nadi=96X/menit (regular)
BB sebelum sakit : 69 kg dan BB saat sakit : 58 kg, TB: 167cm, LILA :27 cm
d. Kepala
Simetris, pusing, benjolan tidak ada. Rambut tumbuh merata dan tidak botak, rambut
berminyak dan tidak rontok
Wajah
Simetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan normal, sianosis tidak ada, Wajah
menyeringai dan meringgis karena kesakitan
Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus
(berwarna kuning), reflek cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Telinga
Tidak ada serumen, membran timpani dalam batas normal
Hidung
Deformitas (kelainan bentuk), mukosa, secret, bau, obstruksi, polip tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.
Mulut
Tidak ada stomatitis dan mukosa bibir tampak kering.
e. Leher
Fungsi menelan normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, dan tidak ada kaku kuduk.
f. Dada dan Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris, dan napas dangkal
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru : sonor
Auskultasi : Terdapat ronchi
g. Abdomen
Inspeksi : Terdapat asites dan terlihat spider nevi
Auskultasi :bising usus 17x/menit
Palpasi :Nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa
kenyal dan terdapat asites
Perkusi : Tympani
h. Ekstrimitas
Atas : Akral hangat, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan tidak ada
kelumpuhan.
Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang infus di kaki kanan
maupun kiri.
i. Genetalia
Fungsi genetalia baik dan terpasang kateter.
j. Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
ANALISA DATA

NAMA : Tn. Ms RUANG : Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI : 007985

N PENGELOMPOKAN DATA ETIOLOGI MASALAH


O
.
1. Data Subyektif: Pengumpulancairan intraabd Gangguan
- omen, ketidakefektifan pola
Pasien mengatakan sulituntuk berna penurunanekspansi paruakib nafas.
pas at asites,akumulasi secret.
- Pasien mengatakan sesaknapas
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasientidak teratur
dan bernafasdengan frekuensi cepat
(takipnea).
-Pasien tampak mengalamipernapasa
n dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit
S: 375 oC
2. Data Subyektif: Intake kurang Perubahan status nutrisi,
-Pasien mengatakan mualjika makan kurang dari kebutuhan
Data Obyektif: tubuh
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69 kg dan saat
sakit 58 kg
3. Data Subyektif: Terganggunyamekanismepe Gangguankeseimbangan
- Pasien mengatakanperutnya semakin ngaturan (penurunanplasmavolume
membesardan terasa begah. protein) cairan lebihdari kebutuha
- Pasien mengatakan badanterasa lelah nnormal tubuh
/ lemas.
-
Pasien mengatakan sulituntuk berger
ak.
- Pasien juga mengeluh perutnya
sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah
abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak
nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemasditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulitmenurun
4. Data Subyektif: Spasme otot abdomen Gangguan rasa nyaman
- Pasien mengatakan sakit pada dan nyeri
perutnya jika ditekan.
Data Obyektif:
- pasien terlihat kesakitan
- abdomen terasa nyeri jika ditekan
- pasien terlihat tidak nyaman
5. Data Subyektif: Peningkatankadar bilirubinGangguan Integritaskulit
-Pasien mengatakan air kencingnyadalam darahakibatperadanga dan systemperkemihan
berwarna seperti teh pekat n (urinaria)
-Pasien mengatakan bahwa air
kencingnya selalu berwarna seperti
the dan feses pucat serta sudah
berlangsung sekitar dua minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus
Sklera) pasien tampak berwarna
kekuningan (ikterus)
- Hasil laboratorium cek darah
Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-
1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-
0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N :
0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-
41 )
- Kulit pasien tampak kusamdan keri
ng.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hatisaat di
palpasi terasa kenyal

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA : Tn.MS RUANG :Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI: 007985

NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. 23 SeptemberGangguan ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan
2012 cairan intra abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites ,akumulasi
sekret berlebihan.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sulit untuk bernapas
-Pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif:
-Pola pernafasan pasien tidak teratur danbernafas dengan frekuensi cepat
(takipnea).
-Pasien tampak mengalami pernapasan dangkal.
-Observasi TTV
RR : 24 X/menit.
TD:100/70 mmHg
N: 96 X/menit S: 375 oC
2. 23 SeptemberGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
2012 kurang.
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan mual jika makan
Data Obyektif:
-Pasien tidak bisa makan lewat oral
- BB sebelum sakit 69kg dan BB saat sakit 58kg
3. 24 SeptemberGangguan keseimbangan volume cairan lebih dari kebutuhan normal
2012 tubuh berhubungan dengan terganggunya mekanisme pengaturan
(penurunan plasma protein).
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan perutnya membesar danterasa begah.
- Pasien mengatakan badan terasa lelah/lemas.
-Pasien mengatakan sulit untuk bergerak.
-Pasien juga mengeluh perutnya sakit.
Data Obyektif:
- Pasien mengalami asites di daerah abdomen.
- Pasien terlihat cemas dan tidak nyaman dengan keadannya.
- Pasien terbaring lemas ditempat tidur.
- Pasien dengan turgor kulit menurun
4. 25 SeptemberNyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot
2012 abdomen
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan sakit pada perutnya jika ditekan
Data Obyektif:
- Pasien terlihat kesakitan
- Abdomen terasa nyeri jika ditekan
- Pasien terlihat tidak nyaman
5. 26 SeptemberGangguan Integritas kulit dan system perkemihan (urinaria) berhubungan
2012 dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat peradangan .
Data Subyektif:
-Pasien mengatakan air kencingnya berwarna seperti teh pekat
-Pasien mengatakan bahwa air kencingnya selalu berwarna seperti teh dan
feses pucat serta sudah berlangsung sekitar dua minggu.
Data Obyektif:
-Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) pasien tampak berwarna
kekuningan ( ikterus)

- Hasil laboratorium cek darah


Protein total : 4,6 g/dl ( N : 6,1-8,2 )
Albumin : 3.2 g/dl ( N : 3,8-5,0 )
Globulin : 1.4 g/dl ( N : 2,3-3,2 )
Bilirubin total : 2.7mg/dl ( N : 0,2-1,0 )
Bilirubin direk : 0.6 mg/dl ( N : 0-0,2 )
Bilirubin indirek : 2.1 mg/dl ( N : 0,2-0,8 )
SGOT : 57 u/l ( N : 5-40 )
SGPT : 57 u/l ( N : 5-41 )
- Kulit pasien tampak kusam dan kering.
-Turgor kulit pasien menurun
-Didaerah sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal

INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : Tn. MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 th NO.REGISTRASI: 007985

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Gangguan Jangka Pendek: 1.Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya perna
ketidakefektifan polaDalam 1x24 jam perbaikan status2.Ubah posisisering dorong nafasdalam latihan
nafas berhubunganpernapasan dan pengurangan gejala3.Berikan posisi semi fowler
denganpengumpulan sesak napas. 4.Monitor jumlahpernapasandengan observasi
cairan intra abdomen,Jangka Panjang: 5.Kolaborasi dengan tim medis dalam peman
penurunan ekspansiDalam 2x24 jam pasien dapat bernapaspasien
paru akibat asites,secara normal kembali.
akumulasi secretKriteria Hasil:
berlebihan. -Memperlihatkan frekuensi respirasi
yang normal (12-18/menit) tanpa
terdengarnya suara pernapasan
tambahan.
-Memperlihatkan pengembangan toraks
yang penuh tanpa gejala pernapasan
dangkal.
2. Gangguan pemenuhanJangka pendek :dalam 1x24 jam
1. Motivasi pasien untuk makan makana
kebutuhan nutrisidiharapkan intake makan dapat lebihdianjurkan dan suplemen makanan.
berhubungan denganbaik 2. Tawarkanmakanandengan porsisedikit tapiser
intake yang kurang. Jangka panjang : 3. Hidangkan makanan yang menimbulkan
Dalam 3x24 jam kebutuhan nutrisi dapatdalam penyajiannya.
terpenuhi 4. Pelihara hygiene oral sebelum makan.
Kriteia Hasil : 5. Berikan obat yang diresepkanuntuk meng
- BB dapat meningkat diare ataukonstipasi.
- gangguan kebutuhan nutrisi dapat
6. Motivasi peningkatan asupan cairan dan
teratasi melaporkan konstipasi.
-NGT dapat secepatnya dilepas dari
7. Amati gejala yang membuktikan a
pasien gastrointestinal.
3. Gangguan Jangka Pendek: 1.Monitor intake dan output cairan. Uku
keseimbangan volumeDalam 1x24 jammelalui gastrointestinal dan
cairan lebih dariterjadiPengurangankadar cairan (asites)Perkirakankehilangan takkasat mata, contoh; k
kebutuhan normalpadapasien. 2.Monitor edema dan asites.
tubuh berhubunganJangkaPanjang: 3.Batasi asupannatrium dan cairan
dengan terganggunyaDalam 3x24 jamPasien dalam status4. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
mekanisme hidrasi yang adekuat, volume5. Jelaskan padapasien dankeluarga tentangpem
pengaturan cairankembali dalamkeadaanseimbang. diet
(penurunan plasmaKriteria Hasil: 6.Tingkatkan dandorong oral hygiene dengan s
protein). -Output urinsesuai denganberat badan. 7.Monitor BB tiaphari, dengan alat, waktu dan
-Rehidrasi cairanpada tubuhpasien. jika
-Elektrolit dalam batas normal. memungkinkan.
-Terjadinya keseimbangan cairan dan
elektrolit.
-Output dan input dapat kembali normal.
4. Nyeri dan gangguanJangka pendek :dalam 1x24 jam 1. Hitung dan tentukan skala nyeri
rasa nyamandiharapkan nyeri dapat berkurang 2.Kaji dan catat nyeri dan karakteristiknya : lokas
berhubungan denganJangka panjang : dan durasi
spasme otot abdomen Dalam 3x24 jam diharapkan nyeri sudah
3.Berikan kompres hangat pada abdomen yang sa
tidak dirasakan 4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Kriteria Hasil: 5.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian t
-nyeri pada pasien berkurang
-nyeri pada pasien tidak dirasakan lagi.

5. Gangguan IntegritasJangka Pendek: 1.Kaji warna urin dan warna kulit pasien.
kulit dan systemDalam 2x24 jam, mampu mengurangi 2.Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit
perkemihan (urinaria)kadar bilirubin pasien. 3.Lakukan perawatan yang sering pada
berhubungan denganJangka Panjang: menggunakan sabun dan melakukan mas
peningkatan kadarDalam 7x24 jam diupayakan mampupelembut (emolien).
bilirubin dalam darahmenormalkan kadar bilirubin dalam4. Jaga agar kuku pasien tetap pendek dan bers
akibat peradangan . tubuh pasien. 5. kolaborasi dengan tim medis
Kriteria Hasil:
-Integritas kulit dan sistem perkemihan
pasien dapat normal kembali.
-Warna dari kulit dan urin pasien
kembali ke keadaan normal.

iMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : Tn. MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 th NO.REGISTRASI: 007985

Dx Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi


Gangguan ketidakefektifan pola nafas 23 September 1.Mengawasi frekwensi, kedalaman
berhubungan dengan pengumpulan cairan intra 2012 pernafasan.
abdomen, penurunan ekspansi paru akibat asites 08.00 2.Memberikan posisi semi fowler
,akumulasi secret berlebihan. 3.Monitor jumlah pernapasan dengan obser
4.Kolaborasi dengan tim medis dalam
perkembangan pasien
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 23 September
1. Memotivasi pasien untuk makan m
berhubungan dengan intake yang kurang. 2012 suplemen makanan.
08.00 2. Menyajikan makanan denganporsi sedikit
3. Menghidangkan makanan yang menimb
dan menarik dalam penyajiannya.
4. Memberikan obat
diresepkan untuk mengatasimual,
diare ataukonstipasi.
5. Mengamati gejala yang membuktik
perdarahan gastrointestinal.
Gangguankeseimbangan volume cairan 24 September 1.Monitor intake dan output cairan. Uku
lebih darikebutuhan normal tubuhberhubungan 2012 cairan melalui gastrointestinal dan
dengan terganggunyamekanisme pengaturan 08.00 kehilangan tak kasat mata, contoh; keringat
(penurunan plasma protein). 2.Monitor edema dan asites.
3.Membatasi asupan natriumdan cairan
4.Menjelaskan pada pasi
ga tentang pembatasancairan dan diet.
Nyeri dan gangguan rasa 25 September1. Memberikan kompres hangat pada abdom
nyamanberhubungan denganspasme otot 2012 2. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksas
abdomen 08.00 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk pem
analgesik
Gangguan Integritaskulit dan systemperkemihan 26 September1.Mengkaji warna kulit urin pasien.
(urinaria) berhubungan dengan 22012 2.Melakukan perawatan yang sering
peningkatan kadar bilirubin 08.00 mandi tanpa menggunakan sabun dan melak
dalam darahakibat peradangan . dengan losion pelembut (emolien).
3. Menjaga agar kuku pasientetap pendek d
4. kolaborasi dengan tim medis

EVALUASI

NAMA : Tn.MS RUANG : Anggrek


UMUR : 41 tahun NO.REGISTRASI: 007985

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi


1. Gangguan ketidakefektifan pola24 SeptemberS: Pasien berkata Sesak napas sudah berkurang
nafas berhubungan2012 O: K/U cukup
dengan pengumpulan cairan intra Observasi TTV
abdomen, penurunan ekspansi paru RR : 20 X/menit.
akibat asites ,akumulasi secret TD:100/70 mmHg
berlebihan. N: 96 X/menit S: 375 oC
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan posisi semi fowler
2. Monitor jumlah pernapasan dengan observasi T
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan24 September S: Pasien berkata nafsu makannya sudah bertam
nutrisi berhubungan dengan intake2012 berkurang.
yang kurang. O: K/U cukup
Makan/minum lewat sonde
A: masalah teratasi sebagian.
P: Rencana dilanjutkan
1. Memotivasi pasien untuk makan makanan d
makanan.
2. Menyajikan makanan denganporsi sedikit tapi s
3. Gangguan keseimbangan volume25 SeptemberS: Pasien mengatakan badannya masih lemas
cairan lebih dari kebutuhan normal2012 masih tarasa sakit.
tubuh berhubungan dengan O: K/U cukup
terganggunya mekanisme Turgor kulit buruk.
pengaturan (penurunan plasma A: masalah teratasi sebagian
protein). P: Rencana dilanjutkan
1.Monitor intake dan output
Ukur kehilangan gastrointestinal dan
Perkirakan kehilangan tak kasatmata, contoh; ker
2.Monitor edema dan asites.
4. Nyeri dan gangguan rasa nyaman26 SeptemberS: Px mengatakan kalau perutnya sakit bila diteka
berhubungan dengan spasme otot2012 O: K/U cukup
abdomen Nyeri tekan pada abdomen.
A: masalah teratasi sebagian
P: Rencana dilanjutkan
1. Memberikan kompres hangat pada abdomen yan
2. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5. Gangguan Integritas kulit dan27 SeptemberS: pasien mengatakan kencingnya masih seperti t
system perkemihan (urinaria)2012 O: Kulit dan daerah mata (khusus Sklera) p
berhubungan dengan peningkatan berwarna kekuningan ( ikterus)
kadar bilirubin dalam darah akibat A: Masalah teratasi sebagian.
peradangan . P: Rencana dilanjutkan
1. Mengkaji warna kulit urin pasien.
2. Melakukan perawatan yang sering pada kulit
mengguna-kan sabun dan melakukan masase d
pelembut (emolien).

Diposkan oleh Herlez Kurniawan jam 03.11.00


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai