Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan pustaka

Gangguan Mekanisme Pencernaan pada Penderita Appendisitis


Maria Lorensia
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051. Email: marialorensia31@gmail.com

Pendahuluan

Makanan memberikan energi bagi tubuh. Segala aktivitas tubuh memerlukan energi,
energi itu diperoleh dari hasil metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Manusia
mengambil makanan dari lingkungan dalam keadaan yang masih sangat komples dan belum
siap dipakai. Setiap bahan makanan perlu dicerna agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Mencerna makanan merupakan proses mengubah makanan dari bentuk yang sangat kompleks
menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh sel-sel tubuh. Untuk dapat
menunjang proses tersebut kita membutuhkan sistem pencernaan yang berjalan dengan
normal. 1
Sistem pencernaan bisa saja mengalami gangguan yang akan mengganggu mekanisme
kerja dari sistem pencernaan itu sendiri. Salah satu contoh gangguan yang sering ditemukan
adalah apendisitis. Jika gangguan ini tidak secepatnya ditangani maka akan sangat
membahayakan nyawa. Maka dari itu kita perlu mengerti dan memahami kerja normal dari
sistem pencernaan dan penangani dari ganggan dari sistem pencernaan. 2

Pembahasan

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan hubungan dengan bagian-
bagiannya satu sama lain. Setiap regio atau daerah pada tubuh terdiri dari sejumlah struktur
atau susunan yang umum didapati pada semua regio. Dengan dasar penelaahan seperti itu
dijumpai sejumlah sistem jaringan yang berbeda-beda. Letak dan hubungan satu bagian tubuh
tidak dapat dipisahkan dari pengamatan terhadap fungsi struktur dan sistem jaringannya. Hal
ini membawa kita ke penggunaan istilah anatomi fungsional yang bertalian erat dengan
fisiologi atau ilmu faal. Kemudian diketahui ada struktur-struktur tertentu yang dapat dilihat
dengan mata telanjang yang di sebut anatomi makroskopis (anatomi) yang berbeda dari
anatomi mikroskopis (histologi) yang memerlukan penggunaan mikroskop untuk mengamati
jaringan tubuh. 3

1
a. Makroskopis
- Usus Halus (Intestinue Tenue), Caecum, dan Appendix Vermiformis

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (aliameter), yaitu tuba


muscular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ
aksesorius, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pancreas.
Saluran pencernaan terletak di bawah area difragma disebut saluran gastrointestinal.
Fungsi utama saluran pencernaan adalah untuk menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. 1
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, yang meliputi proses
ingesti, pemotongan dan penggilingan, peristalsis, digesti, absorpsi, dan egesti
(defekasi). Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut. Sedangkan untuk
pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan
kemudian dicampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan). Peristaltik adalah
gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan
melalui saluran pencernaan. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul
besar menjadi molekul kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung. Egesti (defekasi)
adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak dicerna, juga bakteri, dalam bentuk
faeces dari saluran pencernaan. 1
Usus halus adalah bagian saluran cerna di antara lambung dan usus besar.
Usus halus panjang, saluran berguling mengisi sebagian besar rongga abdomen.
Bagiam usus halus adalah duodenum, jejunum, dan ileum yang mencakup panjang
usus yang terbentang dari pylorus sampai plica ileocaecalis. Usus halus bertanggung
jawab bagi sebagian besar panjang saluran pencernaan dan luas permukaan
mukosanya yang luas merupakan tempat absorpsi bahan makanan, air, dan mineral
yang memungkinkan pemeliharaan normal, pertumbuhan, dan perkembangan. 1, 4
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus (intestinum tenue).
Struktur ini berbentuk seperti huruf C, bersebelahan dengan caput pancreas,
panjangnya sekitar 20-25 cm dan berada di atas umbilicus; lumennya adalah yang
terlebar dibandingkan bagian intestinue tenue yang lain. Struktur ini terletak
retroperitoneale kecuali bagian awalnya, yang dihubungkan dengan hepar oleh suatu
ligamentum hepatoduodenale, yang merupakan bagian dari omentum minus.
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian, yaitu pars superior, pars descendens, pars
inferior/horizontal, dan pars ascendens. 5 Lihat Gambar 1.

2
Gambar 1. Duodenum, Pankreas, dan Struktur di Sekitarnya. 6

Pars superior terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai collum vesicae
fellea, berada tepat di sisi kanan corpus vertebrae LI, dan berjalan di anterior ductus
choledochus, arteria gastroduodenalis, vena portae hepatis, dan vena cava inferior.
Sedangkan untuk pars descendens duodeni berada tepat di sisi kanan garis tengah
tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi bawah vertebrae LIII.
Permukaan anteriornya disilang oleh colon transversum, di posteriornya terdapat ren
dextra, dan di medialnya terdapat caput pancreas. Bagian duodeni ini berisi papilla
duodeni major, yang merupakan pintu masuk bersama bagi ductus choledochus dan
ductus pancreaticus, dan papilla duodeni minor, yang merupakan pintu masuk bagi
ductus pancreaticus accessories, dan pertemuan dari pre-enteron dan mesenteron tepat
di bawah papilla duodeni major. Pars inferior/horizontalis duodeni adalah bagian
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta, dan columna vertebralis. Bagian
inferior ini disilang di anteriornya oleh arteria dan vena mesenterica superior.
Sedangkan untuk bagian pars ascendens duodeni berjalan naik pada, atau di sisi kiri
dari aorta sampai kira-kira di tepi atas vertebra LII dan berakhir sebagai flexura
duodenojejunalis. 5
Flexura duodenojejunalis dikelilingi oleh suatu lipatan peritoneum yang berisi
sabut-sabut musculus yang disebut sebagai musculus suspensorius duodeni (ligament
duodenum dari Traitz). Suplai arterial untuk duodenum meliputi: (1) cabang-cabang
arteria gastroduodenalis, (2) arteria supraduodenalis dari arteria gastroduodenalis, (3)
rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior anterior (dari arteria
gastroduodenalis), (4) rami duodenales dari arteria pancreaticoduodenalis superior

3
posterior (dari arteria gastroduodenalis), (5) rami duodenales dari arteria
pancreaticoduodenalis inferior anterior (dari arteria pancreaticoduodenalis inferior-
sebuah cabang dari arteria mesenterica superior), (6) rami duodenales dari arteria
pancreaticoduodenalis inferior posterior (dari arteria pancreaticoduodenalis inferior-
sebuah cabang dari arteria mesenterica superior), dan cabang pertama arteriae
jejunales dari arteria mesenterica superior. 5
Bagian lain dari usus halus adalah jejunum yang merupakan 2/5 bagian
proksimal. Sebagian besar jejunum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih
besar diameternya serta memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan ileum.
Lapisan bagian dalam mukosa jejunum ditandai dengan adanya banyak lipatan
menonjol yang mengelilingi lumennya (plicae circulares). Karakteristik unik jejunum
lainnya adalah adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa recta (arteri-arteri
lurus) yang lebih panjang dibandingkan dengan yang ada di ileum. Suplai arterial
jejunum termasuk arteriae jejunales dari arteri mesenterica superior. 5
Bagian terakhir usus halus adalah ileum yang menyusun 3/5 bagian distal
intestine tenue dan sebagian besar berada di kuadran kanan bawah. Dibandingkan
dengan jejunum, ileum memiliki dinding yang lebih tipis, lipatan-lipatan mucosa
(plicae circulars) yang lebih sedikit dan kurang menonjol, vasa recta yang lebih
pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan lebih banyak arcade arteriae. Ileum
bermuara ke dalam intestinum crassum, tempat caecum dan colon ascendens bertemu.
Daerah pertemuan ini dikelilingi oleh dua lipatan yang menonjol ke dalam lumen
intestinum crassum (plica ileocaecale). Lipatan-lipatan plica ileocaecale ini bertemu
pada ujung-ujungnya dan membentuk peninggian. Musculature ileum berlanjut
sampai di setiap lipatan membentuk suatu sphincter. Fungsi plica ileocaecale
termasuk mencegah fluks/kembalinya isi lumen dari caecum ke dalam ileum, dan
mengatur jalannya isi ileum menuju caecum. Suplai arterial untuk oleum berasal dari
arteriae ileales dari arteri mesenterica superior dan suatu cabang dari arteria ileocolica
(dari arteri mesenterica superior). 5 Lihat Gambar 2.

4
Gambar 2. Perbedaan Jejenum dan Ileum. 7

Caecum adalah kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca dextra dan
seluruhnya diliputi peritoneum. Pada pertemuan antara caecum dengan colon
ascendens, pada sisi kiri tempat ini bergabung dengan bagian terminal ileum.
Appendix vermiformis dilekatkan ke permukaan posteromedial caecum. Pada batas
anteriornya adalah dinding anterior abdomen di region iliaca dextra, dan lengkungan
intestinum tenue. Sedangkan pada batas posteriornya adalah musculus iliopsoas.
Caecum diperdarahi oleh arteria caecalis anterior dan posterior yang merupakan
cabang dari arteria mesenterica superior. Pembuluh balinya adalah pembuluh vena
yang bermuara ke vena mesenterica superior. Aliran limfenya adalah pembuluh-
pembuluh limfe yang bermuara ke nodi mesenterici dan nodi mesenterici superiors.
Persarafan simpatis dan nervus vagus melalui plexus mesentericus superior yang
mempersarafi caecum. 5, 8
Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang
mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid di dalam dindingnya.
Appendix melekat pada permukaan posteromedial caecum, sekitar 1 inci (2,5 cm) di
bawah juncture ileocaecalis. Appendix vermiformis diliputi seluruhnya oleh
peritoneum, yang melekat pada mesenterium intestinum tenue oleh mesenteriumnya
sendiri yang pendek disebut mesoappendix. Mesoappendix berisi arteria dan vena
appendicularis dan nervus. Appendix vermiformis terletak di fossa iliaca dextra, dan
dalam hubungannya dengan dinding anterior abdomen, pangkalnya terletak sepertiga
ke atas di garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicalis
(titik McBurney). Di dalam abdomen, dasar appendix vermiformis mudah ditemukan

5
dengan mencari taenia coli caecum dan mengikutinya sampai appendix vermiformis,
di mana taenia ini bersatu membentuk tunica muscularis longitudinalis yang lengkap.
Arteri yang memperdarahi appendix vermiformis adalah arteri appendicularis yang
merupakan cabang dari arteria caecalis posterior. Sedangkan untuk pembuluh balik
vena mengalirkan darahnya ke vena caecalis posterior. Untuk pembuluh limfe
mengalirkan cairan limfe mesoappendix dan akhirnya bermuara ke nodi mesenterici
superiors. Appendix disarafi oleh saraf simpatik dan nervus vagus dari plexus
mesenterica superior. Serabut saraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri visceral
dari appendix berjalan bersama saraf simpatik dan masuk ke medulla spinalis setinggi
vertebra thoracica X. 8 Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Letak Appendix Vermiformis. 9

- Dinding Abdomen
Semua otot di dinding anterior abdomen berfungsi melindungi visera dengan
kontraksi, menyebabkan gerakan dan meningkatkan tekanan intra-abdominal, seperti
saat defekasi, batuk, bersalin, dan lain-lain. Semua otot ini dipersarafi oleh enam nn.
torakalis bawah dan n. lumbalis pertama. Otot dinding abdomen dari luar ke dalam
adalah m. obliquus abdominalis externus, m. obliquus abdominalis internus, dan
musculus transverses abdominis. Di samping itu, pada masing-masing sisi garis
tengah bagian anterior, terdapat sebuah otot vertical yang lebar, yaitu m. rectus
abdominis. 7, 8 Lihat Gambar 4

6
Gambar 4. Otot-otot Dinding Abdomen. 8

M. obliquus abdominalis externus origo dari permukaan luar depan kosta


terbawah dari Krista iliaka anterior superior di depan. M. obliquus abdominalis
externus insersi pada batas bawahnya yang bebas membentuk ligamentum inguinale
antara spina iliaka anterior superior dan tuberkulum pubikum. Otot membentuk
aponeurosis dan mencapai garis tengah di mana terjadi penyatuan dengan otot dari sisi
yang berlawanan membentuk linea alba. Annulus inguinalis superficialis merupakan
celah pada apeneurosis di sebelah atas dan medial tuberkulum pubikum. Aponeurosis
ini turut membentuk vagina m. rektus anterior. Musculus kerjanya untuk melindungi
isi abdomen, menekan isi abdomen, membantu fleksi dan rotasi tubuh, membantu
ekspirasi kuat, miksi, defeksi, partus, dan muntah. 7, 8
M. obliquus abdominalis internus origo dari fascia torakolumbalis, Krista
iliaka, dan setengah lateral ligament ingunale. M. obliquus abdominalis internus
berinersi menunju aponeurosis yang melekat ke margin kosra dan ke linea aspera,
setelah terbagi melapisi m. rectus abdominalis, sehingga turut membentuk vagina
rekti. Serabut bawah ligamentum inguinale turut membentuk falx inguinalis yang
melekat ke Krista pubikum dan linea pektinealis.kerja musculus ini sama dengan m.
obliquus abdominalis externus. 7, 8
M. transversus abdominis origo dari fascia torakolumbalis, krista iliaka, dan
sepertiga lateral ligamentum inguinale. Juga dari permukaan dalam enam kosta
terbawah, menyatu dengan difragma. Aponeurosis menyatu pada linea aspera, turut

7
membentuk vagina rekti. Serabut bawah ikut membentuk falx inguinalis. Sebagian
besar serabut merupakan serabut transversal sehingga bekerja dalam menarik dan
meratakan dinding abdomen (menekan isi abdomen). 7, 8
M. rektus abdominis origo dari permukaan anterior kartilago kosta 5-7. M.
rektus abdominis insersi pada krista pubikum dan tuberkum pubikum serta bagian
depan simfisis. Terdapat tiga interseksio tendinea pada bagian atas otot yang melekat
ke vagina rektus anterior. Musculus ini kerjanya untuk menekan isi abdomen dan
fleksi columna vertebralis, dan otot pembantu ekspirasi. 7, 8
Dinding anterior abdomen dipendarahi oleh arteri epigastrica superior dan
inferior, anteri circumflexa ilium profunda, arteriae intercostales posteriors dua di
bawah, dan empat arteriae lumbales. Arteri epigastrica superficialis, arteri circumflexa
ilium superficialis, dan arteri pudenda externa superficialis juga mempersarafi dinding
abdomen anterior bagian bawah. Sedangkan untuk pembuluh baliknya (vena)
mempunyai nama yang sama dengan arteria dan mengikuti pembuluh ini untuk
bermuara ke vena thoracica interna dan vena iliaca eksterna, vena azygos, serta vena
cava inferior. Vena epigastrica superficialis, vena circumflexa ilium superficialis, dan
venae pudendae externae syperficiales bermuara ke dalam vena saphena magna dan
dari sini ke dalam vena femoralis. Vena thoracoepigastrica adalah nama yang
diberikan untuk anastomosis antara vena thoracica lateralis, yang bermuara ke vena
saphena magna. 7, 8

Gambar 5. Vaskularisasi Dinding Abdomen. 8

8
b. Mikroskopis: Usus Halus dan Appendix Vermiformis
Usus halus memiliki epitel selapis toraks bersel goblet. Pada usus halus ada
struktur yang memperluas permukaan absorptif usus halus sampai kurang lebih 600 kali.
Struktur-struktur tersebut adalah plica sirkularis, yaitu lipatan sirkular membran mukosa
yang permanen dan besar. Lipatan ini hampir secara keseluruhan mengitari lumen. Yang
selanjutnya adalah vili yaitu jutaan tonjolan menyerupai jari (tingginya 0,2 mm sampai
1,0 mm) yang memanjang ke lumen dari permukaan mukosa. Vili hanya ditemukan pada
usus halus, setiap vili mengandung jarring-jaring kapiler dan pembuluh limfe yang
disebut lacteal. Yang terakhir adalah mikrovili yang merupakan lipatan-lipatan menonjol
kecil pada membran sel yang muncul pada tepi yang berhadapan dengan sel-sel epitel.
Kelenjar-kelenjar yang terdapat pada usus (kripta Lieberkuhn) tertanam dalam mukosa
dan membuka di antar basis-basis vili. Kelenjar ini mensekresi hormon dan enzim. 10
Selain itu kekhasan masing-masing bagian pada usus halus adalah sebagai berikut.
Pada duodenum memiliki ciri khas kelenjar duodeni brunner. Sedangkan pada jejunum
ciri khasnya adalah tidak terdapat kelenjar brunner ataupun agmina peyeri, namun plika
sirkularis kerckringi pada jejunum tinggi-tinggi. Yang terakhir, pada ileum terdapat
agregat limfonodus atau agmina peyeri atau plaque peyeri sebagai ciri khas pada lamina
proprianya yang meluas hingga ke tunika submukosa. 10 Lihat Gambar 6.
Untuk appendix, penampampilan histologinya mirip dengan kolon, tetapi
ukurannya jauh lebih kecil, mempunyai lebih bamyak elemen limfoid, dan pada kriptus
Lieberhuhnnya terdapat jauh lebih banyak sel DNES. Apendix vermiformis adalah
divertikulum pada sekum. Panjanganya 5 sampai 6 cm. Lumennya berbentuk seperti
bintang, dan biasanya berisi debris. Mukosa appendiks terdiri dari epitel silindris selapis
yang terdiri atas sel absorbtif permukaan, sel goblet, dan sel M, ditempat nodul limfoid
berbatasan dengan epitel. Lamina proprianya adalah jaringan ikat longgar dengan banyak
noduli limfoid, dan kriptus Liberkuhn dangkal. Sel pada kriptus adalah sel absorbstif
permukaan, sel goblet, sel regeneratif, banyak sel DNES, dan sedikit Paneth. Musularis
mukosa, submukosa, dan muscularis eksternanya tidak berbeda dengan gambaran saluran
cerna. Appendix diliputi oleh serosa. 11

c. Biokimia: Enzim-enzim yang Berperan dalam Pencernaan Usus Halus


Enzim-enzim dalam usus halus berfungsi di dalam membran brush-border sel
epital yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam
lumen. Pencernaan dilumen usus halus dilakukan oleh enzim-enzim pankeas, dengan

9
perncernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim-enzim
pankreas, lemak direduksi secara sempurna menjadi unit-unit monogliserida dan asam
lemak bebas yang diserap, protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptide kecil dan
beberapa asam amino, dan karbohidrat diubah menjadi disakarida dan beberapa
monosakarida. Karena itu, pencernaan lemak telah selesai di dalam lumen usus halus,
tetapi pencernaan karbohidrat dan protein belum tuntas. 12
Di dalam permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terdapat tonjolan-tonjolan
khusus seperti rambut, mikrovili, yang membentuk brush border. Membrane plasma
brush border mengandung tiga kategori enzim yang melekat ke membrane: (1)
Enterokinase yang mengakitifkan enzim pancreas tripsinogen, (2) Disakarida (maltase,
sukrase, dan lactase) yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis
disakarida yang tersisa (masing-masing maltose, sukrosa, dan laktosa) menjadi
monosakarida konstituennya, (3) aminopeptidase yang menghidrolisis fragmen-fragmen
peptida kecil menjadi komponen-komponen asam aminonya sehingga pencernaan protein
selesai. Karena itu, pencenaan karbohidrat dan protein dituntaskan di brush border. 12

d. Fisiologi: Mekanisme Pencernaan Usus Halus

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
Tidak terjadi pencernaan lebih lanjut setelah isi lumen mengalir melewati usus halus, dan
tidak terjadi penyerapan nutrien lebih lanjut, meskipun usus besar menyerap sejumlah
kecil garam dan air. Tahap pencernaan secara berurutan dimulai dari motilitas, sekresi,
pencernaan, dan penyerapan usus halus. Motilitas usus halus mencakup segmentasi dan
migrating motility complex. 12
Segmentasi merupakan metode motilitas usus halus sewaktu pencernaan makanan,
mencampur, dan mendorong kimus secara perlahan. Segmentasi terdiri dari kontraksi otot
polos sirkuler yang berulang dan berbentuk cincin disepanjang usus halus; di antara
segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah-daerah rileks yang mengandung
sedikit bolus kimus. Cincin kontaksi terbentuk setiap beberapa sentimeter, membagi usus
halus menjadi segmen-segmen. Segmen yang berkontaksi mengalami jeda singkat
kemudian melemas baru berkontaksi sehingga mendorong kimus dalam dua arah di
daerah yang melemas. Dengan cara ini, kimus dipotongm digiling, dan dicampur secara
merata. 12

10
Kontaksi segmentasi dimulai oleh sel-sel pemacu usus halus, yang menghasilkan
irama listrik basal (BER). Jika BER usus halus membawa lapisan otot polos sirkuler ke
ambang, maka terjadi kontraksi segmentasi, dengan frekuensi segmentasi mengikuti
frekuensi BER. Tingkat kepekaan otot sirkuler dan karenanya kontraksi segmentasi dapat
dipengaruhi oleh peregangan otot, oleh hormone gastrin, dan oleh aktivitas saraf
ekstrinsik. Semua factor tersebut mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus
dengan menggeser potensial awal di sekitar mana BER berosilasi mendekati atau
menjauhi ambang. Segmentasi berkurang atau berhenti di antara waktu di antara waktu
makan tetapi menjadi kuat segera setelah makan. Saat makanan pertama masuk ke usus
halus, duodenum, dan ileum mulai melakukan kontraksi segmentasi secara bersamaan.
Duodenum mulai melakukan segmentasi terutama sebagai respon terhadap peregangan
lokal yang ditimbulkan oleh keberadaan kimus. Segmentasi ileum kosong, sebaliknya
ditimbulkan oleh gaster yang disekresikan sebagai respon terhadap keberadaan kimus
dilambung, suatu mekanisme yang dikenal sebagai reflex gastroileum. Saraf ekstrinsik
dapat memodifikasi kekuatan kontraksi ini. Stimulus parasimpatis meningkatkan
segmentasi, sementara stimulus simpatis menekan aktivitas segmentasi. 12
Pencampuran yang dilakukan oleh segmentasi memiliki fungsi rangkap yaitu
mencampur kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen dengan
getah pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memajakan kimus ke
permukaan absorptif mukosa usus halus. Ketika setiap kontraksi segmental mendorong
kimus ke dua arah (maju dan mundur), kimus secara perlahan bergerak maju karena
frekuensi segmentasi menurun di sepanjang usus halus. Sel-sel pemacu di duodenum
secara spontan mengalami depolarisasi lebih cepat daripada sel-sel serupa yang ada di
bagian hilir usus, dengan kontraksi segmentasi terjadi di duodenum dengan kecepatan 12
kali per menit dibandingkan dengan hanya 9 kali per menit di ileum terminal. Karena
segmentasi terjadi lebih sering di usus halus daripada dibagian bawah, maka secara rerata,
lebih banyak kimus yang terdorong maju daripada yang mendorong mundur. Karenanya,
kimus secara halus terdorong maju mundur selama perjalanan agar terjadi pencampuran
yang merata dan penyerapan. Mekanisme propulsif yang lambat ini menguntungkan
karena menyediakan cukup waktu bagi berlangsungnya proses pencernaan dan
penyerapan. Isi usus halus biasanya memerlukan 3 sampai 5 jam untuk melintasi usus
halus. 12
Ketika sebagian besar makanan telah diserap, kontraksi segmentasi berhenti dan
diganti di antara waktu makan oleh migrating motility complex atau pembantu rumah

11
tangga usus. Motilitas di antara waktu makan ini berbentuk gelombang peristaltik lemah
berulang yang bergerak dalam jarak pendek ke hilir sebelum lenyap. Gelombang berawal
di lambung dan bermigrasi menelusuri usus; setiap gelombang peristaltik baru dimulai
ditempat yang sedikit lebih ke hilir di usus halus. Gelombang peristaltik pendek ini
memerlukan waktu sekitar 100 sampai 150 menit untuk akhirnya bermigrasi dari lambung
ke ujung usus halus, dengan setiap kontraksi menyapu maju sisa-sisa makanan
sebelumnya plus debris mukosa dan bakteri menuju kolon. Setelah akhir usus halus
tercapai, siklus dimulai kembali dan terus berulang sampai kedatangan makanan
berikutnya. Migrating motility complex diperkirakan diatur di antara waktu makan oleh
hormone motilin, yang disekresikan selama keadaan tidak makan oleh sel-sel endokrin
mukosa usus halus. Ketika makanan berikutnya tiba, aktivitas segmental kembali dimulai
dan migrating motility complex terhenti. Pelepasan motilin dihambat oleh makan. 12
Semua produk pencernaan karbohidat, lemak, protein, serta sebagian besar
elektrolit, vitamin, dan air, normalnya diserap oleh usus halus. Hanya penyerapan kalsium
dan besi yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, semakin banyak
makanan yang dikonsumsi, semakin banyak yang akan dicerna dan diserap. Sebagian
besar penyerapan terjadi di duodenum; hanya sedikit yang terjadi di ileum karena
sebagian besar penyerapan telah diselesaikan sebelum isi usus mencapai ileum. Usus
halus memiliki kapasitas absorpsi cadangan yang besar. Sekitar 50% usus halus dapat
diangkat tanpa banyak mengganggu penyerapan dengan satu pengecualian. Jika ileum
terminal diangkat maka penyerapan vitamin B12 dan garam empedu akan terganggu,
karena mekanisme transport khusus untuk kedua bahan ini hanya di bagian ini. 12

Kesimpulan

Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang mempunyai otot
dan mengandung banyak jaringan limfoid di dalam dindingnya. Jika terjadi peradangan pada
appendix vermiformis akan menyebabkan appendisitis. Appendisitis perlu segera ditangani
agar tidak mengganggu sistem pencernaan yang bisa mebahayakan nyawa penderita.

12
Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.281.


2. Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed ke-6. Jakarta: EGC;
2000.h.437.
3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Yogyakarta: Grasindo; 2008.h.147.
4. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Ed ke-1. Jakarta: EGC; 1995.h.543.
5. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray dasar-dasar anatomi. Singapore: Elsevier;
2012.h.155-61.
6. Gibson John. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Ed ke-2. Jakarta: EGC;
2002.h.197.
7. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.h.36,158.
8. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2011.h.642-7, 688-92.
9. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.8
10. Mescher AL. Junqueiras basic histology text & atlas. Singapore: McGraw Hill Medical;
2009.h.214-5.
11. Suryono IAS, Damayanti L, Wonodirekso S. Buku ajar berwarna histologi. Ed ke-3.
Jakarta: Elsevier; 2007.
12. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.502-
19, 675-9.

13

Anda mungkin juga menyukai