Anda di halaman 1dari 17

TUTORIAL

RINOSINUSITIS DENGAN POLIP NASI

ILMU PENYAKIT THT


Disusun Oleh :
Egi Herliansah (2012730124)
Muhammad Uraida (2012730141)
Hafizan Ilmi (2012730130)
Titis Meyliawati (2012730104)

Pembimbing :
Dr. Rini Febrianti, SpTHT-KL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 7 NOVEMBER 10 DESEMBER 2016
BANJAR

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih sayang dan karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis tutorial dengan
judul Rinosinusitis dengan Polip Nasal, sehingga tutorial ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar periode 7 November 10 Desember 2016. Selain itu,
besar harapan dari penulis bilamana laporan kasus ini dapat membantu proses
pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan tutorial ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan,
dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Rini Febrianti, SpTHT-KL selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar.
2. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar periode 7 November 10 Desember 2016.
Penulis menyadari bahwa tutorial ini tidak luput dari kekurangan karena
kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai tutorial yang
sempurna.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembaca.

Banjar, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................. 4

STUDI KASUS PASIEN ............................................................................................... 4


A. IDENTITAS PASIEN ........................................................................................ 4
B. ANAMNESIS ..................................................................................................... 4
C. PEMERIKSAAN FISIK..................................................................................... 5
D. RESUME ............................................................................................................ 9
E. DIAGNOSA KERJA .......................................................................................... 9
F. RENCANA PENATALAKSANAAN ............................................................... 9
G. PROGNOSIS...................................................................................................... 9

BAB II.......................................................................................................................... 10

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 10


1. RINOSINUSITIS .............................................................................................. 10
A. Definisi ......................................................................................................... 10
B. Etiologi ......................................................................................................... 11
C. Patofisiologi .................................................................................................. 11
2. POLIP NASI ..................................................................................................... 12
A. Definisi ......................................................................................................... 12
B. Etiologi dan Patogenesis ............................................................................... 12
C. Gejala Klinis dan Diagnosis ......................................................................... 13
D. Penatalaksanaan............................................................................................ 15
E. Komplikasi .................................................................................................... 16
F. Prognosis ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

3
BAB I

STUDI KASUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Purwasari
Tanggal pemeriksaan : 17 November 2016

B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Lubang hidung sebelah kanan berbau sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit

Riwayat penyakit sekarang:


Os datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan lubang hidung sebelah
kanan yang berbau sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Os mengaku
jika posisi menunduk dari lubang hidung sebelah kanan keluar cairan kental
berwarna kecokelatan. Os hanya merasakan bau yang menetap di lubang hidung
sebelah kanan. Os juga merasakan hidung tersumbat di sebelah kiri sejak 1
bulan yang lalu. Os mengalami kesulitan bernapas karena ada sumbatan di
lubang hidung sebelah kiri. Os mengalami penurunan penghidu di lubang
hidung sebelah kiri. Demam, batuk, pilek dan nyeri tenggorok disangkal.
Riwayat penyakit dahulu:
Os mengaku memiliki riwayat polip sejak kecil.

4
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Riwayat alergi pada keluarga
disangkal

Riwayat alergi:
Riwayat alergi disangkal

Riwayat pengobatan:
Pasien belum berobat untuk keluhan yang dirasakan saat ini.

Riwayat Psikososial
Pasien tidak merokok. Pasien juga tidak suka minum kopi maupun teh. Pasien
makan sehari 3x.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Penafasan : 20 x/menit, teratur
Nadi : 88 x/menit, teratur, kuat angkat
Suhu : 36,5C

Status lokalis THT


Tabel Pemeriksaan Telinga
AD AS
Normotia, hematoma (-), Aurikula Normotia, hematoma (-),
perikondritis (-), helix sign (-), perikondritis (-), helix sign (-)
edema (-), nyeri tekan tragus (-), edema (-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
Preaurikula
Peradangan (-), pus (-), nyeri Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan
tekan (-), Pembesaran KGB (-) (-), Pembesaran KGB (-)

Retroaurikula
Peradangan (-), pus (-), nyeri Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan
tekan (-), Pembesaran KGB (-) (-), Pembesaran KGB (-)

5
KAE
Hiperemis (-), udem(-), Hiperemis (-), udem(-), serumen(-),
serumen(-), sekret (-), massa(-) sekret (-), massa(-)

Membran timpani
Intak, refleks cahaya (+) di jam 5, Intak, refleks cahaya (+) di jam 7,
hiperemis (-), retraksi (-) hiperemis (-), retraksi (-)

Tabel Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Kelainan
Hidung Luar Deformitas Tidak Ada
Kelainan Kongenital Tidak Ada
Trauma Tidak Ada
Radang Tidak Ada
Massa Tidak Ada

Rinoskopi Anterior

Dextra Rinoskopi anterior Sinistra

Merah muda, Hiperemis


Mukosa Merah muda, Hiperemis (-)
(+)
(+) jernih Sekret -
Eutrofi ,berwarna merah Eutrofi,berwarna merah muda,
Konka inferior
muda, permukaan licin permukaan licin
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Massa (-) Kavum Massa polipoid (+)
Normal Passase udara Terganggu

Rhinoskopi Posterior

Dekstra Sinistra
Khoana Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

6
Mukosa Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Konka superior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Muara tuba eustachius Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Massa Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Post nasal drip Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Tabel Pemeriksaan Orofaring

Dextra Pemeriksaan Orofaring Sinistra


Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Simetris (normal) bersih Lidah Simetris (normal) bersih
Simetris (normal) bersih Palatum molle Simetris (normal) bersih
Lubang (-) Gigi geligi Lubang (-)
Simetris (normal) bersih Uvula Simetris (normal) bersih
Tonsil
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)

T1 T1

(tidak melebar) Kripta (tidak melebar)

- Perlengketan, detritus -

Faring
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
- Granula -

Laringofaring (Laringoskopi indirect)


Epiglotis tidak dilakukan
Plika ariepiglotika tidak dilakukan
Plika ventrikularis tidak dilakukan
Plika vokalis tidak dilakukan
Rima glotis tidak dilakukan

7
Pemeriksaan Sinus Paranasal

Pemeriksaan Dekstra Sinistra


Nyeri tekan
Maksila Tidak ada Tidak Ada
Frontalis Tidak ada Tidak ada
Etmoidal Tidak ada Tidak ada
Sphenoid Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening (KGB)

Dextra Pemeriksaan Sinistra

Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)


Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)


Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)

8
D. RESUME
Os datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan lubang hidung sebelah
kanan yang berbau sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Os mengaku jika
posisi menunduk dari lubang hidung sebelah kanan keluar cairan kental berwarna
kecokelatan. Os hanya merasakan bau yang menetap di lubang hidung sebelah
kanan. Os juga merasakan hidung tersumbat di sebelah kiri sejak 1 bulan yang
lalu. Os mengalami kesulitan bernapas karena ada sumbatan di lubang hidung
sebelah kiri. Os mengalami penurunan penghidu di lubang hidung sebelah kiri.
Pemeriksaan Fisis :Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior terdapat secret
berwarna jernih di cavum nasi dextra. Terlihat adanya massa di cavum nasi
sinistra. Pasase udara sinistra terganggu.

E. DIAGNOSA KERJA
Rhinosinuitis akut dekstra dengan polip cavum nasi sinistra disertai rhinitis
alergika

F. RENCANA PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- NaCL 0,9% 3x10 cc untuk cuci hidung tiap lubang hidung
- Nasacort nasal spray 1x1 tiap lubang hidung pagi (jam 6-8)
- Cetirizine 1x10 mg
- Clindamycin 3x300 mg

G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. RINOSINUSITIS

A. Definisi
Rinosinusitis (termasuk polip hidung) didefinisikan sebagai :
Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua
atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk sumbatan hidung/obstruks
/kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/posterior), nyeri/tekanan
wajah, penurunan / hilangnya penghidu.1,2
Salah satu dari temuan endoskopi:
1) Polip dan/atau
2) Sekret mukopurulen dari meatus medius dan/atau
3) Edema/obstruksi mukosa dimeatus media
Gambaran tomografi komputer:
perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus
Beratnya penyakit
Penyakit ini dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan
skor total visual analogue scale (VAS) (0-10 cm):
RINGAN = VAS 0-3
SEDANG = VAS > 3-7
BERAT = VAS > 7-10

Untuk evaluasi nilai total, pasien diminta untuk menilai pada suatu VAS
jawaban dari pertanyaan:

10
BERAPA BESAR GANGGUAN DARI GEJALA RINOSINUSITIS
SAUDARA?

10 cm

Tidak mengganggu gangguan terburuk yang masih masuk akal

Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien

Lamanya penyakit
Akut
< 12 minggu dengan resolusi komplit gejala
Kronik
>12 minggu tanpa resolusi komplit gejala

B. Etiologi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka,
sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener, dan diluar negri
adalah penyakit fibrosis kistik.1,3

C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar didalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimikroba dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema, mukosa yang berdekatan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif
didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula
serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinositis non-bakterial dan biasanya

11
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap,
sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya dan multipikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembengkakan polip dan kista.1

2. POLIP NASI

A. Definisi
Kata polip berasal dari Yunani (Poly- pous) yang kemudian dilatinkan
(polyposis) dan berarti berkaki banyak. Polip hidung adalah masa yang
tumbuh dalam rongga hidung, sering kali multiple dan bilateral. Massa ini
lunak berwarna putih keabu-abuan, agak transparan, permukaan licin
mengkilat, bertangkai dan mudah digerakkan. Berasal dari epitel dimeatus
medius, ethmoid atau sinus maksila. Dapat menjadi besar dan dapat memenuhi
rongga hidung dan sampai keluar dari nares anterior. Ada polip yang tumbuh
ke posterior ke arah nasofaring dan disebut polip koanal, sering tidak terlihat
pada pemeriksaan rinoskopi anterior. Polip koanal paling sering berasal dari
sinus maksila (antrum). Sehingga disebut juga polip antrokoanal. Polip koanal
yang lain adalah sfenokoanal dan etmoidokoanal.1

B. Etiologi dan Patogenesis


Sampai sekarang etiologi polip masih belum diketahui dengan pasti
tapi ada 3 faktor yang penting dalam terjadinya polip, yaitu:1

1) Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung dan


sinus.
2) Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
3) Adanya peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema mukosa hidung.

Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui

12
tempat yang sempit akan menyebabkan tekanan negatif pada daerah
sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini
sehingga mengakibatkan edema mukosa dan menyebabkan polip. Fenomena
ini menjelaskan mengapa polip banyak berasal dari area yang sempit di
infundibulum etmoid, hiatus semilunaris dan area lain di meatus medius. Pada
awal pembentukan polip ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terjadi
didaerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler,
sehingga mukosa yang sembab akan menjadi polipoid. Bila proses terus
berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun
kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk
polip.1,2

C. Epidemiologi Rinosinusitis Kronik dengan Polip Nasi


Prevalensi rinosinusitis kornik dengan polip nasi sekitar 16% dari
populasi orang dewasa di AS. Namun, prevalensi rinosinusitis kornik dengan
polip nasi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter di klinik jauh lebih rendah;
prevalensi ditemukan sekitar 2% dengan menggunakan ICD-9. Tingkat
prevalensirinosinusitis kornik dengan polip nasisecara substansial lebih tinggi
pada wanita dengan rasio laki-laki / perempuan 6:4. Prevalensi meningkat
berdasarkan usia, dengan rata-rata 2,7% dan 6,6% pada kelompok usia 20-29
dan 50-59. Setelah usia 60 tahun, tingkat prevalensi menjadi 4,7%.2

D. Gejala Klinis
Gejala primer adalah hidung tersumbat, terasa ada masa dalam hidung,
sukar mengeluarkan ingus dan hiposmia atau anosmia. Gejala sekunder
termasuk ingus turun kearah tenggorok (post nasal drip), rinore, nyeri wajah,
sakit kepala, telinga rasa penuh, mengorok, gangguan tidur, dan penurunan
prestasi kerja.1,3

E. Diagnosis
Gejala selama lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala,
salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek
(sekret hidung anterior/ posterior), nyeri wajah / rasa tertekan di wajah

13
penurunan/ hilangnya penghidu.2

Pemeriksaan : Nasoendoskopi polip bilateral yang terlihat dari


meatus medius dengan menggunakan endoskopi3 Melakukan evaluasi
diagnosis dan penatalaksanaan dari pelayanan kesehatan primer Mengisi
kuesioner untuk alergi, jika positif dilakukan tes alergi bila belum dilakukan.2

Tingkat Keparahan Gejala(dinilai berdasar skor VAS) ringan/ sedang/


berat.2

14
F. Penatalaksanaan
Skema Penatalaksanaan Rhinosinusitis Kronis dengan Polip Hidung
Pada Dewasa :2

15
G. Komplikasi
Periorbital selulitis
Orbital selulitis
Orbital abses
Komplikasi endokrnial
Abses subdural atau epidural
Abses otak
Meningitis (terbanyak)
Serebritis
Kavernose sinus thrombosis

H. Prognosis
Polip nasi sering kambuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga
perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Tetapi yang paling ideal
pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
Secara medikamentosa dapat diberikan antihistamin, dengan atau tanpa
dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung
kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat
dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara
desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan
cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiman, Bestari J dan Ade Asyari. 2011. Diagnosis Dan Penatalaksanaan


Rinosinusitis Dengan Polip Nasi. Padang: Universitas Andalas.
2. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachret et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyposis. Rhinology, Supplement 20, 2007 march
23. WWW. Rhinologyjournal.com;www.ep3os.org.
3. Probhst, Rudolf. 2006. Basic Otorhinolaryngology. New York: Thieme

17

Anda mungkin juga menyukai