Tutorial THT Rinosinusitis Dengan Polip
Tutorial THT Rinosinusitis Dengan Polip
Pembimbing :
Dr. Rini Febrianti, SpTHT-KL
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih sayang dan karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis tutorial dengan
judul Rinosinusitis dengan Polip Nasal, sehingga tutorial ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar periode 7 November 10 Desember 2016. Selain itu,
besar harapan dari penulis bilamana laporan kasus ini dapat membantu proses
pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan tutorial ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan,
dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Rini Febrianti, SpTHT-KL selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar.
2. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar periode 7 November 10 Desember 2016.
Penulis menyadari bahwa tutorial ini tidak luput dari kekurangan karena
kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai tutorial yang
sempurna.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
BAB II.......................................................................................................................... 10
3
BAB I
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Purwasari
Tanggal pemeriksaan : 17 November 2016
B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Lubang hidung sebelah kanan berbau sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit
4
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Riwayat alergi pada keluarga
disangkal
Riwayat alergi:
Riwayat alergi disangkal
Riwayat pengobatan:
Pasien belum berobat untuk keluhan yang dirasakan saat ini.
Riwayat Psikososial
Pasien tidak merokok. Pasien juga tidak suka minum kopi maupun teh. Pasien
makan sehari 3x.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Penafasan : 20 x/menit, teratur
Nadi : 88 x/menit, teratur, kuat angkat
Suhu : 36,5C
Retroaurikula
Peradangan (-), pus (-), nyeri Peradangan (-), pus (-), nyeri tekan
tekan (-), Pembesaran KGB (-) (-), Pembesaran KGB (-)
5
KAE
Hiperemis (-), udem(-), Hiperemis (-), udem(-), serumen(-),
serumen(-), sekret (-), massa(-) sekret (-), massa(-)
Membran timpani
Intak, refleks cahaya (+) di jam 5, Intak, refleks cahaya (+) di jam 7,
hiperemis (-), retraksi (-) hiperemis (-), retraksi (-)
Pemeriksaan Kelainan
Hidung Luar Deformitas Tidak Ada
Kelainan Kongenital Tidak Ada
Trauma Tidak Ada
Radang Tidak Ada
Massa Tidak Ada
Rinoskopi Anterior
Rhinoskopi Posterior
Dekstra Sinistra
Khoana Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
6
Mukosa Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Konka superior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Muara tuba eustachius Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Massa Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Post nasal drip Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
T1 T1
- Perlengketan, detritus -
Faring
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
- Granula -
7
Pemeriksaan Sinus Paranasal
8
D. RESUME
Os datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan lubang hidung sebelah
kanan yang berbau sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Os mengaku jika
posisi menunduk dari lubang hidung sebelah kanan keluar cairan kental berwarna
kecokelatan. Os hanya merasakan bau yang menetap di lubang hidung sebelah
kanan. Os juga merasakan hidung tersumbat di sebelah kiri sejak 1 bulan yang
lalu. Os mengalami kesulitan bernapas karena ada sumbatan di lubang hidung
sebelah kiri. Os mengalami penurunan penghidu di lubang hidung sebelah kiri.
Pemeriksaan Fisis :Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior terdapat secret
berwarna jernih di cavum nasi dextra. Terlihat adanya massa di cavum nasi
sinistra. Pasase udara sinistra terganggu.
E. DIAGNOSA KERJA
Rhinosinuitis akut dekstra dengan polip cavum nasi sinistra disertai rhinitis
alergika
F. RENCANA PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- NaCL 0,9% 3x10 cc untuk cuci hidung tiap lubang hidung
- Nasacort nasal spray 1x1 tiap lubang hidung pagi (jam 6-8)
- Cetirizine 1x10 mg
- Clindamycin 3x300 mg
G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. RINOSINUSITIS
A. Definisi
Rinosinusitis (termasuk polip hidung) didefinisikan sebagai :
Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua
atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk sumbatan hidung/obstruks
/kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/posterior), nyeri/tekanan
wajah, penurunan / hilangnya penghidu.1,2
Salah satu dari temuan endoskopi:
1) Polip dan/atau
2) Sekret mukopurulen dari meatus medius dan/atau
3) Edema/obstruksi mukosa dimeatus media
Gambaran tomografi komputer:
perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus
Beratnya penyakit
Penyakit ini dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan
skor total visual analogue scale (VAS) (0-10 cm):
RINGAN = VAS 0-3
SEDANG = VAS > 3-7
BERAT = VAS > 7-10
Untuk evaluasi nilai total, pasien diminta untuk menilai pada suatu VAS
jawaban dari pertanyaan:
10
BERAPA BESAR GANGGUAN DARI GEJALA RINOSINUSITIS
SAUDARA?
10 cm
Lamanya penyakit
Akut
< 12 minggu dengan resolusi komplit gejala
Kronik
>12 minggu tanpa resolusi komplit gejala
B. Etiologi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,
polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka,
sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener, dan diluar negri
adalah penyakit fibrosis kistik.1,3
C. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar didalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimikroba dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema, mukosa yang berdekatan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif
didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula
serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinositis non-bakterial dan biasanya
11
sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap,
sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya dan multipikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembengkakan polip dan kista.1
2. POLIP NASI
A. Definisi
Kata polip berasal dari Yunani (Poly- pous) yang kemudian dilatinkan
(polyposis) dan berarti berkaki banyak. Polip hidung adalah masa yang
tumbuh dalam rongga hidung, sering kali multiple dan bilateral. Massa ini
lunak berwarna putih keabu-abuan, agak transparan, permukaan licin
mengkilat, bertangkai dan mudah digerakkan. Berasal dari epitel dimeatus
medius, ethmoid atau sinus maksila. Dapat menjadi besar dan dapat memenuhi
rongga hidung dan sampai keluar dari nares anterior. Ada polip yang tumbuh
ke posterior ke arah nasofaring dan disebut polip koanal, sering tidak terlihat
pada pemeriksaan rinoskopi anterior. Polip koanal paling sering berasal dari
sinus maksila (antrum). Sehingga disebut juga polip antrokoanal. Polip koanal
yang lain adalah sfenokoanal dan etmoidokoanal.1
12
tempat yang sempit akan menyebabkan tekanan negatif pada daerah
sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini
sehingga mengakibatkan edema mukosa dan menyebabkan polip. Fenomena
ini menjelaskan mengapa polip banyak berasal dari area yang sempit di
infundibulum etmoid, hiatus semilunaris dan area lain di meatus medius. Pada
awal pembentukan polip ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terjadi
didaerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler,
sehingga mukosa yang sembab akan menjadi polipoid. Bila proses terus
berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun
kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk
polip.1,2
D. Gejala Klinis
Gejala primer adalah hidung tersumbat, terasa ada masa dalam hidung,
sukar mengeluarkan ingus dan hiposmia atau anosmia. Gejala sekunder
termasuk ingus turun kearah tenggorok (post nasal drip), rinore, nyeri wajah,
sakit kepala, telinga rasa penuh, mengorok, gangguan tidur, dan penurunan
prestasi kerja.1,3
E. Diagnosis
Gejala selama lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala,
salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek
(sekret hidung anterior/ posterior), nyeri wajah / rasa tertekan di wajah
13
penurunan/ hilangnya penghidu.2
14
F. Penatalaksanaan
Skema Penatalaksanaan Rhinosinusitis Kronis dengan Polip Hidung
Pada Dewasa :2
15
G. Komplikasi
Periorbital selulitis
Orbital selulitis
Orbital abses
Komplikasi endokrnial
Abses subdural atau epidural
Abses otak
Meningitis (terbanyak)
Serebritis
Kavernose sinus thrombosis
H. Prognosis
Polip nasi sering kambuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga
perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Tetapi yang paling ideal
pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
Secara medikamentosa dapat diberikan antihistamin, dengan atau tanpa
dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung
kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat
dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara
desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan
cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.1
16
DAFTAR PUSTAKA
17