Makalah Biokimia Kelompok 1
Makalah Biokimia Kelompok 1
BIOKIMIA
KELAS 1B. DIV KEPERAWATAN
KELOMPOK 1
ADITYA MAKALAWO
AGUNG LIENZA LATIEF
ANDI SAPUTRA SURAYA
CITRA DEVY NAPU
DWI RABIATUL ADWIYAH ALI
EKA FIDYASTUTI YUNUS
FANDA NATHASIA HAMZAH
FITA LARASATY ABBAS
FITRIAWATI RAHMAN
HARYATI C. SALEH
I WAYAN SUARDIYANA
INDRA FIRMANSYAH NUGRAHA
MAHADMAGANDI S. KUBUHI
MARNI ABDURAHMAN ABDILLAH
MELISHA BATJO
MOHAMAD DEDEN ADAM
MOHAMAD RIZKY THALIB
MUH. FIKRI PULUHULAWA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas Makalah Biokimia.
Melalui tugas ini di harapkan para mahasiswa dapat memahami tentang Mekanisme
Kerja Hormon. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, demi
kesempurnaan makalah ini kami membutuhkan masukan-masukan dari teman-teman.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan
reseptor spesifik. Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat
sinyal atau messenger kedua yang digunakan untuk memperantarai kerja hormon
didalam sel. Sejumlah messenger kedua ini telah ditentukan. Kemjuan yang pesat
telah dicapai dalam menjelaskan cara kerja hormon didalam sel, khususnya
sehubungan dengan pengaturan ekspresi gen yang spesifik.
Adaptasi homeostasis suatu organisme terhadap lingkungan terus berubah dan
sebagian besar terlaksana melalui perubahan aktivitas dan jumlah protein. Hormon
adalah bagian penting yang memfasilitasi perubahan ini. Interkasi hormon-reseptor
menyebabkan terbentuknya sinyal intrasel yang dapat mengatur aktivitas gen-gen
tertentu sehingga mengubah jumlah protein tertentu disel target, atau memengaruhi
aktivitas protein spesifik, termasuk enzimdan pengangkut atau protein kanal (Protein
Channel). Sinyal dapat memengaruhi lokasi protein disel dan dapat memengaruhi
proses-proses umum, misalnya sintesis protein, pertumbuhan sel, dan replikasi,
mungkin melalui efek pada ekspresi gen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yg dimaksud dengan hormon?
2. Bagaiman Mekanisme Umum Kerja Hormon ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hormon
2. Untuk mengetahui bagaiman mekanisme kerja hormon
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hormon
B. Mekanisme Umum Kerja Hormon
Masing-masing hormon memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik yang
diperantarai oleh jaringan sasaran. Jaringan tersebut memiliki kemampuan adanya
hormon tertentu ( yang sering terdapat dalam konsentrasi nanomoral atau pikomoral )
dalam sirkulasi serta berikatan dan berespons secara spesifik terhadap molekul
hormon tersebut dan tidak terhadap berbagai hormon lain yang juga terdapat di dalam
darah. Spesifisitas interaksi hormon-jaringan sasaran ini ditentukan oleh adanya
reseptor sel yang terletak di mebran plasma sel (untuk hormon steroid dan tiroid,
vitamin D3 aktif, dan asam retinoat). Agar aktivitas hormon dapat timbul, pengikatan
hormon-reseptor ini harus ditransduksikan menjadi sinyal kimia pascareseptor di
dalam sel. Sinyal ini menyebabkan respons fisiologis spesifik terhadap hormon
bersangkutan dijaringan sasaran, misalnya pengaktivan enzim atau sintesis protein
baru untuk pertumbuhan atau diferensiasi sel.
5
a. Mekanisme Kerja Hormon yang Berikatan ke Reseptor Permukaan Sel
Banyak sifat fisikokimia interaksi hormon reseptor permukaan sel yang
telah diketahui. Interaksi ini berlangsung cepat dan reversible, sehingga awitan
dan terminasi kerja hormon berlangsung segera. Masing masing sel sasaran
memiliki jumlah reseptor yang erlainan untuk suatu hormon tertentu, yang
bervariasi dari 100 atau kurangsampai lebih dari sejuta reseptor per sel. Namun
untuk sel jaringan tertentu, jumlah reseptor terbatas. Pada sebagian besar sel
sasaran makin tinggi kepadatan reseptor pada membran sel sasaran, makin besar
respon fisiologis terhadap hormon.
6
Jumlah reseptor pada sebuah sel diatur oleh proses yang
dikenal sebagai down regulqtion. Setelah hormon berkaitan dengan
reseptor kompleks hormon reseptor diserap oleh sel melalui proses
endositosis. Vesikel endositikkemudian berdifusi dengan lisosom , dan
enzim lisosom menguraikan hormon peptida tersebut. Reseptor
mungkin juga terurai atau di daur ulang ke permukaan sel. Internalisasi
reseptor ini menurunkan jumlah reseptor yang terdapa pada permukaan
sel. Dengan demikian eseptor mengalami down-regulation(tertekan).
7
sitosol. Reseptor untuk glukokortikoid dan mungkin untuk
mineralokortikoid (aldosteron)terletak didalam sitosol, sedangkan
reseptor untuk androgen,estrogen,hormon tiroid,vitamin D aktif,dan
asam retinoad tampaknya terdapat didalam inti.
Sebagian sifat reseptor steroid telah diketahui. Pengikat ligan ke
reseptor dapat mengalami penjenuhan,yang mengisaratkan bahwa
jumlah reseptor persel terbatas dan tertentu. Selain itu,reseptor ini
memperlihatkan tingkat spesifisitas yang tinggi terhadap liganya;
namun, kemampuan reseptor mengenali dan membedakan berbagai
hormon steroid yang memiliki struktur serupa tidaklah absolut. Hanya
jaringan yang berespons terhadap steroid yang tampaknya memiliki
reseptor ini. Derajat respons biologis terhadap hormon secara umum
berikatan dengan tingkat penempatan (occupancy) reseptor.
Hormon steroid berikatan dengan reseptor yang inaktif dan belum
mengalami transformasi yang tempat pengikat liganya belum ditempati.
Reseptor inaktif tersebut mungkin membentuk kompleks dengan
beberapa heat shock protein (protein yang terbentuk di dalam sel yang
mengalami stres) yang ukurannya beragam. Heat shock protein
menutupi ranah pengikat DNA pada molekul reseptor bebas.
8
transkripsi dapat berlangsung . untuk ligan inhibitorik, proses ini tidak
menyebabkan stimulasi tetapi represi transkripsi.
RNA messenger (mRNA) yang baru terbentuk kemudian berikatan
dengan ribosom di sitosol dan mengalami translasi menghasilkan protein
spesifik. Protein ini, pada gilirannya, akan mengubah fungsi sel sesuai
perintah yang inheren terdapat dalam interkasi hormon steroid-reseptor.
Model umum kerja glukokortikoid, mineralokortikoid, dan steroid seks
ini juga berlaku bagi kerja retionat, hormon tiroid, dan vitamin D aktif.
Perbedaan utama antara model umum kerja steroid yang dijelaskan
diatas dengan model kerja vitamin D, hormon tiroid, dan asam retinoad
adalah bahwa reseptor bagi hormon yang disebut terakhir ini tidak
berikatan dengan heat shock protein. Namun, sebelum berikatan dengan
ligan (hormonnya), reseptor tersebut berada dalam keadaan inaktif.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa apabila reseptor berikatan dengan
ligan makaterjadi perubahan komfornasional protein reseptor yang
bukan berupa pelepasan heat shock protein. perubahan tersebut
meningkatkan aksesibilitas ranah pengikat DNA pada reseptor ke elemen
respons hormon spesifik pada DNA.
9
protein yang terikat ke DNA ini satu sama lain menyebabkan
pengaktifan proses transkripsi. Karena sekuens asam amino diranah
ketiga ini (segmen transaktifasi transkripsional) sangat beragam, ranah
ini juga disebut regio variabel reseptor.
Reseptor yang terdapat didalam sitosol atau inte sel dapat mengalami
down-regulation apabila terpajan ke ligan dalam konsentrasi tinggi yang
menetap melampaui suatu rentang waktu kritis tertentu. Tidak seperti
reseptor membran, yang mengalami down-regulation melalui proses
endositosis reseptor dibagian coated pits membran, reseptor intarsel
mungkin mengalami down-regulation melalui represi sintesis akibat
penurunan pembentukan mRNA untuk protein reseptor. Proses
degradatif di dalam sel menurunkan jumlah protein.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Robert K. Murray dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Robert K. Murray dkk. 2012. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
10