Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

1.1

LATAR BELAKANG.....................................................................................................................i

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................ii

1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

2.1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1

BAB 2........................................................................................................................................2

3.1 ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA..........................................................................2

3.2 Pengantar...........................................................................................................................2

3.3 Pengertian Etika.................................................................................................................3

3.4 Pengertian Nilai, Norma dan Moral....................................................................................4

3.5 Pengertian Nilai..................................................................................................................4

3.6 Hierarkhi Nilai.....................................................................................................................5

3.7 Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.................................................................6

3.7.1 Nilai Dasar...................................................................................................................7

3.7.2 Nilai Instrumental........................................................................................................7

3.7.3 Nilai Praksis.................................................................................................................8

3.8 etika Politik.........................................................................................................................8

3.9 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara RI.............................9

3.9.1 Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara......................................12

3.9.2 Etika Politik Bangsa Indonesia Di Era Reformasi....................................................12


3.9.3 Etika Politik yang Berlandaskan Pancasila..............................................................14

3.10 Hubungan Nilai, Norma, dan Moral................................................................................15

3.11 Tujuan Etika Politik.........................................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................19

4.1 KESIMPULAN....................................................................................................................19

4.2 SARAN..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

ii
Kata Pengantar
Segala puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah Etika Politik Berdasarkan Pancasila ini sebagai tugas terstruktur. Semoga
makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, saya merasa bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih.

Banjarbaru, 20 April 2017

Penulis

i
LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolok ukur kehidupan
berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan
berpolitik, etika politik Indonesia tertanam dalam jiwa Pancasila.
Kesadaran etik yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga
masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila itu diyakini kebenarannya,
kesadaran etik juga akan lebih berkembang ketika nilai dan moral pancasila itu dapat
di breakdown kedalam norma-norma yang di berlakukan di Indonesia .
Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung
didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikira ini merupakan suatu
nilai.Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis
melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar.
Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia,
pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari
bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).
Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber
hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus

ii
dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam
kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ada di makalah ini adalah :
1. Apa pengertian etika?
2. Apa pengertian nilai, norma dan moral?
3. Apa itu hierarkhi nilai?
4. Bagaimana hubungan antara nilai, norma dan moral?
5. Bagaimana pengertian etika politik dan politik?
6. Apa definisi dimensi politisi manusia?
7. Nilai-nilai apa yang tergandung dalam pancasila sebagai sumber etika
politik?

TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian nilai, norma dan moral dalam konteks
pancasila sebagai etika politik.
2. Dapat mengerti hubungan antara nilai, norma dan moral dalam konteks
pancasila sebagai etika politik.
3. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
sumber etika politik.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini


memang sudah sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelek dan
kaum elit politik bangsa Indonesia tercinta ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi,
dan hukum serta hankam merupakan ranah kerjanya Pancasila di dunia Indonesia
yang sudah menjadi dasar Negara dan membawa Negara ini merdeka hingga 66 tahun
lebih. Secara hukum Indonesia memang sudah merdeka selama itu, namun jika kita
telaah secara individu (minoritas) hal itu belum terbukti. Masih banyak
penyimpangan yang dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan
keputusan yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan keadilan bagi
seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan yang seharusnya mengacu pada Pancasila
dan UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur sebagaimana
termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan
kepentingan politik pribadi.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi
kehidupan politik. Akan tetapi, kehidupan politik di setiap negara tentu saja berbeda.
Salah satu penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi. Kehidupan politik orang
hidup di negara yang menganut paham liberal, tentu saja berbeda dengan yang hidup
di negara sosialis atau komunis. Begitu juga dengan kehidupan politik rakyat
Indonesia, pasti berbeda dengan rakyat bangsa lainnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

Pengantar

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung di
dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komperhensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu
nilai.Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasa yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam
kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa
ataupun negara maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-
norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut
meliputi (1) norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang
dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Sopan ataupun santun, susila ataupun
tidak susila.Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu
norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan
sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (2) norma hukum yaitu
suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam

2
3

pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di
negara Indonesia.Sebagai sumber dari segala sumber hukum nilai-nilai Pancasila
yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud
dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara. Atas
dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila senbenarnya berasal dari bangsa
Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal-mula
materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.

Pengertian Etika

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan bahasanya masing-masing.Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua
kelompok bahasan yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Kelompok pertama
mempertanyakan segala sesuatu yang ada, sedangkan kelompok kedua membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Jadi filsafat teoritis
mempertanyakan dan berusaha mencari jawabannya tentang segala sesuatu, misalnya
hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang
pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan lain sebagainya. Dalam hal ini filsafat
teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat praktis, karena pemahaman yang dicari menggerakkan kehidupannya.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus.Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.Etika adalah suatu
ilmuyang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita menikuti suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
4

berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika
individual yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika
sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup
masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.

Pengertian Nilai, Norma dan Moral

1. Pengertian Nilai.
Nilaiatau Value (bhs.Inggris) termasuk kedalam bidang kajian
filsafat.Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.Dalam
Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia.Sifat dari benda yang menyebabkan menarik perhatian minat seseorang
atau kelompok.Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kekuatan yang
melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat
dalam sesuatu itu.Misalnya bunga itu indah, perbuatan itu susila.Indah, susila
adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan.Dengan
demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi
dibalik kenyataan-kenyataan lainya.Ada nilai itu karena adanya kenyataan-
kenyataan lai sebagai pembawa nilai (wartrager).
5

2. Hierarkhi Nilai.
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai hal ini sangat tergantung
pada titik tolak dan sudut pandangannya masing-masing dalam menentukan
tentang pengertian serta hierarkhi nilai. Berikut adalah beberapa pandangan nilai
berdasarkan tokoh-tokoh tersebut:

a. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama


luhurnya dan sama tingginya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokkan dalam empat tingkat sebagai berikut:
1) Nilai-nilai Kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-
nilai yang mengenakan dan tidak mengenakan, yang menyebabkan
orang senang atau menderita tidak enak.
2) Nilai-nilai Kehidupan : dalam tingkat initerdapat nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran jasmani dan
kesejahteraan umum.
3) Nilai-nilai Kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai keindahan,
kebenaran dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai Kerohanian : dalam tingka ini terdapat modalitas nilai yang
suci dan tak suci

b. Walter G. Everent menggolong-golongkan nilai-nilai manusiawi ke dalam


delapan kelompok yaitu:
1) Nilai-nilai ekonomis
2) Nilai-nilai Kejasmanian
3) Nilai-nilai hiburan
4) Nilai-nilai sosial
5) Nilai-nilai Watak
6) Nilai-nilai estetis
7) Nilai-nilai intelektual
8) Nilai-nilai keagamaan.

c. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu:


1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.
6

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia, untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia nilai kerohanian ini dapatdibedakan atas 4 macam:
a) Nilai kebenaran,yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
manusia.
b) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur
perasaan manusia..
c) Nilai kebaikan atau nilaimoral, yang bersumber pada unsure
kehendak manusia.
d) Nilai religious, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan
mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Berikut tadi adalah beberapa pengertian dan pembagian nilai dari tokoh tokoh
terkenal.

Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan kepada tiga


macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.

1. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui pancra indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau
berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai
7

dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai
tesebut.Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan objektif dari
segala sesuatu.Contohnya, hakikat Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya.
Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat kepada suatu benda,
kiantitas, aksi, ruang dan waktu, nilai itu dapat juga disebut sebagai norma yang
direalisasikan dalam kehidupan yang praktis. Namun, nilai yang bersumber dari
kebendaan itu tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber
penjabaran norma tersebut. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar.Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut
belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret.
Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi nilai norma moral. Akan
tetapi jika nilai instrumental itu merupakan suatu arah kebijakan atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai-nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan nilai instrumenal itu dapat kita temukan
dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 , yang merupakan penjabaran dari
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa ketentuan dalam pasal-
pasal UUD 1945, maka nilai-nilai dasar yang termuat dalam Pancasila belum
memberikan makna yang konkret dalam praktek ketatanegaraan kita.

3. Nilai Praksis
8

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata.Dengan demikian, nilai praksis merupakan pelaksanaan
secra nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental.Berhubung fungsinya sebagai
penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh
nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dasar dan instrumental tersebut.

Etika Politik

Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah
etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada berbagai
bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika profesi,
dan etika pendidikan. Dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan
dimensi politis kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma
untuk mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan
demikian, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga Negara terhadap Negara, hukum
yang berlaku dan lain sebagainya.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat


teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan
secara rasional objektif dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri
politik praktis. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah
idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai
9

lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan
manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan
kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi
suatu Negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law, partisipasi demokratis
masyarakat, jaminan HAM menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur
kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.

Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara RI

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya.
Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan
dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada
nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tak bisa ditukarbalikan
letak dan susunannya. Untuk memahami dan mendalami nilai-nilai Pancasila dalam
etika berpolitik itu semua terkandung dalam kelima sila Pancasila.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam. Yang Maha
Esa berarti Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-
Nya. Atas keyakinan demikianlah, maka Negara Indonesia berdasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara memberikan jaminan sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya untuk beribadat dan beragama. Bagi semua warga
tanpa kecuali tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha
Esa dan anti keagamaan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2.

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


10

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudaya dan
memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal nuraninya manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai
dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab kata pokoknya adalah adab, sinonim
dengan sopan, berbudi luhur dan susila. Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan,
dan bersusila. Hakikatnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama:
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan
dan prikeadilan . Selanjutnya dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945.

c. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan. Sila Persatuan Indonesia ini mencakup persatuan dalam arti
ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Hal ini sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi, Kemudian dari pada itu
untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia . Selanjutnya lihat batang
tubuh UUD 1945.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


permusyarawatan/Perwakilan
Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud bahwa Indonesia menganut
sistem demokrasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa
kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam
11

melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan.


Sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat .
Selanjutnya lihat dalam pokok pasal-pasal UUD 1945.

e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat berarti semua warga
Negara Indonesia baik yang tinggal didalam negeri maupun yang di luar negeri.
Hakikat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua
Pembukaan UUD 1945, yaitu Dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan kelima
sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa pandang bulu. Nilai-nilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki
oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan
berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana
korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang
menjadi momok masyarakat.
12

1. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika kehidupan
berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang bersifat universal
dan nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam pancasila sebagai acuan dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembangunan moral politik yang berbudaya adalah untuk melahirkan kultur politik
yang berdasarkan kepada iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa,
menggalang suasana kasih sayang sesama manusia Indonesia yang berbudi luhur,
yang mengindahkan kaidah musyawarah secara kekeluargaan yang bersih dan jujur
dan menjalin asa pemerataan keadilan. Pada hakikatnya etika politik tidak diatur
dalam hukum tertulis secara lengkap tetapi melalui moralitas yang bersumber dari
hati nurani, rasa malu kepada masyarakat, dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa.

Etika Politik Bangsa Indonesia Di Era Reformasi

Sering sekali pada masa sekarang ini kita jumpai di berbagai media kasus-kasus
korupsi, mafia hukum atau tindakan negatif lainnya dilakukan oleh para elit politik.
Dengan mudahnya seorang tersangka kasus korupsi dapat bebas keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Nominal-nominal dana yang muncul ke media begitu besar
membuat masyarakat Indonesia menyangsikan peran wakil rakyat pada pemerintahan.
Ironis sekali dengan banyaknya warga Indonesia yang masih hidup dibawah garis
kemiskinan. Kesenjangan dan ketidakmerataan kesejahteraan begitu mencolok.
Akibatnya, tidak jarang massa berdemonstrasi guna menuntut perubahan. Jika
ketimpangan ini tidak segera diselesaikan, moral wakil rakyat yang sudah jauh dari
nilai-nilai Pancasila tidak segera dikembalikan, tak akan diragukan lagi kejadian
historik dan catatan gelap bangsa Indonesia akan terulang yakni kerusuhan 1998.
13

Tentunya kita tidak mengetahui dan tidak dapat menerka-nerka masa depan. Akankah
rakyat terus duduk diam mengamati wayang-wayang kekuasaan menjalankan
kekuasaannya dengan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Sebenarnya tidaklah begitu penting apakah Pancasila hadir menjiwai terlebih
dahulu sebelum badannya dirumuskan, atau sebaliknya. Hanya saja ada implikasi
yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah delegitimasi Pancasila akhir-akhir
ini dengan melihat itu mana yang hadir terlebih dahulu. Ketika melihat Pancasila
sebagai jiwa yang hadir terlebih dahulu, dengan melihat kondisi saat ini, berarti
bukan Pancasilanya yang bermasalah. Bahwa Pancasila tidak lagi relevan adalah
omong kosong belaka. Pancasila adalah tetap Pancasila yang tetap terbuka bagi
semua golongan dan nilai-nilainya akan terus termutakhirkan sesuai dengan
perkembangan zaman, seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Nurcholish Madjid,
Pancasila adalah sebuah ideologi dan etika politik, maka itu berarti terbuka lebar
adanya kesempatan untuk semua kelompok sosial guna mengambil bagian secara
positif dalam pengisian dan pelaksanaannya. Jadi memang manusia-manusianya yang
kepribadiannya tergerus.
Dan jika kemudian, jika yang hadir terlebih dahulu adalah badannya, maka kita
memang perlu melihat kembali sila-sila Pancasila. Sudahkan hal itu sesuai dengan
watak dan pribadi bangsa ini. Atau paling tidak sudah cukup dapat menampung watak
dan kepribadian itu. Pokok permasalahannya apakah Pancasila ataukah manusia-
manusianya, masih menjadi pekerjaan rumah, yang bukan hanya diteliti dalam tataran
teoritis atau sekedar wacana saja. Namun, juga dalam tataran praktisnya. Atau bahkan
kita melepaskan itu semua, didasari ketakberdayaan kita dalam menghadapi gerusan
arus globalisasi, dengan nilai-nilai positif dan negatifnya.

Etika Politik yang Berlandaskan Pancasila


14

Sebagai salah satu cabang etika, etika politik merupakan salah satu bentuk filsafat
praktis. Secara sederhana etika politik dapat diartikan sebagai cabang etika yang
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam menjalankan
kehidupannya. Jadi, etika politik tidak hanya mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai warga negara saja, melainkan seluruh aktivitas hidupnya.
Hal ini dikarenakan ruang lingkup kehidupan politik yang mencakup bidang
kehidupan lainnya. Dengan kata lain, etika politik berkenaan dengan dimensi plitis
kehidupan manusia (Magnis-Suseno, 2001:17).
Secara subtantif, etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek etika,
yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan dengan bidang pembahasan
moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral selalu menunjuk
kepada manusia sebagai subjek etika. Walaupun kedudukan dan sifat manusia selalu
berkaitan dengan masayarakat, bangsa dan negara, etika politik tetap meletakan dasar
fundamental manusia sebagai manusia, bukan sebagai warga masyarakat atau warga
negara. Hal ini semakin menegaskan bahwa etika politik mendasarkan suatu kebaikan
kepada hakekat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya (Magnis-
Suseno, 2001:19).

Hubungan Nilai, Norma, dan Moral

Nilai berbeda dengan fakta, dimana faktea dapat dipahami,


difikiran,dimengerti dan dihayati oleh manusia. Nilai dengan demikian tidak bersifat
kongkrit yaitu tidak dapat ditangkap dengan indra manusia, dan nilai dapat bersifat
subjektif maupun objektif. Dari kedua sifat inilah nilai perlu lebih di kongkritkan lagi
serta dipormulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit. Maka wujud yang lebih
15

kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu norma. Selanjutnya nilai dan
norma berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan
martabat pribadi manusia.Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh
moralitas yang dimilikinya.

Tujuan Etika Politik

Tujuan etika politik adalah mengarahkan ke hidup baik, bersama dan untuk
orang lain, dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun institusi-
institusi yang adil (Paul Ricoeur, 1990).Definisi etika politik membantu menganalisa
korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur yang
ada.Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang
diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara.
Pengertian etika politik dalam perspektif Ricoeur mengandung tiga tuntutan, pertama,
upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain; kedua, upaya memperluas lingkup
kebebasan, ketiga, membangun institusi-institusi yang adil. Tiga tuntutan itu saling
terkait. Hidup baik bersama dan untuk orang lain tidak mungkin terwujud kecuali
bila menerima pluralitas dan dalam kerangka institusi-institusi yang adil. Hidup baik
tidak lain adalah cita-cita kebebasan: kesempurnaan eksistensi atau pencapaian
keutamaan. Institusi-institusi yang adil memungkinkan perwujudan kebebasan
dengan menghindarkan warganegara atau kelompok-kelompok dari saling merugikan.
Sebaliknya, kebebasan warganegara mendorong inisiatif dan sikap kritis
terhadap institusi-institusi yang tidak adil. Pengertian kebebasan yang terakhir ini
yang dimaksud adalah syarat fisik, sosial, dan politik yang perlu demi pelaksanaan
kongkret kebebassan atau disebut democratic liberties: kebebasan pers, kebebasan
berserikat dan berkumpul, kebebasan mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
16

Dalam definisi Ricoeur, etika politik tidak hanya menyangkut perilaku


individual saja, tetapi terkait dengan tindakan kolektif (etika sosial).Dalam etika
individual, kalau orang mempunyai pandangan tertentu bisa langsung diwujudkan
dalam tindakan.Sedangkan dalam etika politik, yang merupakan etika sosial, untuk
dapat mewujudkan pandangannya dibutuhkan persetujuan dari sebanyak mungkin
warganegara karena menyangkut tindakan kolektif.Maka hubungan antara.pandangan
hidup seseorang dengan tindakan kolektif tidak langsung, membutuhkan perantara.
Perantara ini berfungsi menjembatani pandangan pribadi dengan tindakan kolektif.
Perantara itu bisa berupa simbol-simbol maupun nilai-nilai: simbol-simbol
agama, demokrasi, dan nilai-nilai keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan sebagainya.
Melalui simbol-simbol dan nilai-nilai itu, politikus berusaha meyakinkan sebanyak
mungkin warganegara agar menerima pandangannya sehingga mendorong kepada
tindakan bersama.Maka politik disebut seni karena membutuhkan kemampuan untuk
meyakinkan melalui wicara dan persuasi, bukan manipulasi, kebohongan, dan
kekerasan.
Etika politik akan kritis terhadap manipulasi atau penyalahgunaan nilai-nilai
dan simbol-simbol itu. Ia berkaitan dengan masalah struktur sosial, politik, ekonomi,
dan budaya yang mengkondisikan tindakan kolektif.

Dimensi Politis Manusia

A. Manusia sebagai makhluk individu social

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya kebebasan sebagai individu dan


kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini
dikarenakan manusia sebagai warga masyarakat atau sebagai makhluk sosial.
B. Dimensi politis kehidupan manusia

Hukum harus menunjukan bahwa tatanan adalah dari masyarakat bersama dan
demi kesejahteraan bersama, dan bukannya berasal dari kekuasaan.Demikian pula
17

dengan negara yang memiliki kekuasaan harus mendasarkan pada tatanan normatif
sebagai kehendak bersama semua warganya.Sehingga dengan demikian negara pada
hakikatnya mendapatkan legimitasi dari masyarakat yang menentukan tatanan hukum
tersebut.Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan
hukum, sehingga senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara
keseluruhan.Dimensi ini memiliki dua segi fundamental yaitu pengertian dan
kehendak untuk bertindak.Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati dalam
setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia, sehingga mausia mengerti dan memahami akan suatu
kejadian atau akibat yang ditimbulkan karena tindakanya, akan tetapi hal ini dapat
dihindarkan karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap manusia lain
dan masyarakat. Apabila pada tindakan moralitas kehidupan manusia tidak dapat
dipenuhi oleh manusia dalam menghadapai hak orang lain dalam masyarakat, maka
harus dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif
masyarakat adalah hukum.Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah yang
memberitahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka harus
bertindak.Hukum hanya bersifat normatif dan tidak secara efektif dan otomatis
menjamin agar setiap anggota masyarakat taat kepada norma-normanya.Oleh karena
itu yang secara efektif dapat menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang
mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya, dan lemabaga itu adalah
negara.Penataan efektif adalah penataan de facto, yaitu penatan yang berdasarkan
kenyataan menentukan kelakuan masyarakat.Namun perlu dipahami bahwa negara
yang memiliki.

Nilai nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Sebagi dasar filsafah negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi
peraturan perundang-undangan, malainkan juga merupakan sumber moraliatas
18

terutama dalam hubunganya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai


kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.Sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa serta sila ke dua kemanusiaan yang adoil dan beradab adalah
merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negara dijlankan sesuai dengan Asas legalitas (Legitimasi hukum) ,
secara demokrasi (legitimasi demokrasi) dan dilaksanakan berdasrkan prinsip-prinsip
moral (legitimasi moral). (Suseno, 1987 :115). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
memiliki tiga dasar tersebut.Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara baik
menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta
kewenagan harus berdasarkan legitimimasi moral religius serta moral
kemanusiaan.Dalam pelaksanaan dan penyelenggaran negara, segala kebijakan,
kekuasaan, kewenangan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Etika adalah ilmu yang mempertanyakan tanggung
jawab dan kewajiban manusia.Etika dibagi menjadi tiga yaitu khusus, individual dan
sosial. Nilai dibagi menjadi tiga yaitu :

Nilai Dasar yaitu asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih
mutlak.

Nilai Instrumental yaitu pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, yang biasanya dalam
wujud norma sosial atau norma hukum, yang selanjutnnya akan terkristalisasi oleh
lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.

Nilai Praksis yaitu nilai yang seesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Pancasila sebagai nilai moral perorangan,moral bangsa,dan moral negara mempunyai


pengertian sebagai berikut :

Dasar negara repuplik indonesia yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang ada dan berlaku.

Pandangan hidup bangsa indonesia yanng dapat mempersatukan serta memberi


petunjuk dalam mencapai kesejahteraan.

Jiwa dan kepribadian bangsa indonesia karena pancasila merupakan ciri khas
bangsa indonesia.

Memberikan analisis terhadap kenegaraan tidak lepas kaitannya dengan


hukum.Negara adalah status hukum suatu illegal society hasil perjanjian
bermasyarakat.Pada umunya kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian
19
20

bermasyarakat.Bangsa Indonesia adalah pluralitas atau bermacam-macam seperti


suku, budaya, ras, bahasa dan sebagainya, untuk menjaga pluralitas maka di tetapkan
MPR/VI/MPR/2001 telah menetapkan tentang etika kehidupan bangsa untuk
diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia.

SARAN

Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan


bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesianambungan usaha
pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian
masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang ditetapkan, karena kekuatan
politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut dengan adanya
dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu negara.Kita
sebagai warga negara yang baik harus mengerti bagaimana politik itu sendiri yang
seharusnya dilaksanakan sesuai dengan amanah Pancasila, tidak bertentangan dan
bukan bagaimana pancasila dipolitikkan oleh para penguasa negara khususnya negara
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

http://liyayudistira.blogspot.co.id/

https://belajarkampus.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-etika-politik/

http://weloveblitar.blogspot.co.id/2013/03/pancasila-sebagai-sumber-etika-politik.html

https://ratindiaapriyanti.wordpress.com/2015/12/21/etika-politik-berdasarkan-
pancasila/

https://belajarkampus.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-etika-politik/

21

Anda mungkin juga menyukai