Anda di halaman 1dari 18

MENJADI PRIBADI MUSLIM

YANG TANGGUH DALAM SABAR


DAN CERDAS DALAM SYUKUR KEPADA ALLAH SWT
1 SYAWAL 1438 H



.




Jama'ah shalat iedul fithri yang dirahmati Allah.
Segala puji dan syukur bagi Allah pencipta, pemilik juga
pengendali semesta, sang penguasa hari pembalasan, hari
dimana tidak lagi berharga sedikitpun harta, pangkat, jabatan
bahkan anak keturunan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W beserta
keluarga dan sahabat serta para pengikutnya sampai hari
kiamat. Amin ya `alamin

Jama'ah shalat iedul fithri yang dirahmati Allah.
Dengan terbenamnya matahari di ufuk Barat di hari
terakhir Ramadhan, bergemalah takbir, tasbih, tahlil dan
tahmid di seluruh penjuru dunia yang berpenduduk muslim.
Menggema bagaikan gemuruh dalam lebatnya cucuran rahmat
Allah dari langit, bergemuruh laksana ombak-ombak besar
yang memecah di tengah samudera luas. Merasuk jauh
sampai ke sudut kalbu yang terdalam di dada setiap mu'min.
Betapa terasa nikmat, tenang, damai dan tentramnya hati
orang beriman walaupun disana sini sedang berkecambuknya
berbagai kesulitan dan kesukaran hidup.
Kita bersyukur negeri ini masih diberikan kelapangan
untuk melakukan ibadah di hari yang agung ini, dimana pada
belahan bumi yang lain masih sangat banyak saudara kita
seiman yang harus terus bersabar karena masih dihantui
ledakan dan dihujani peluru dan senjata-senjata orang-orang
kafir, sebut saja zionis Israil yang tentu tidak sendirian. Namun
segala kesulitan dan kesukaran hidup tersebut seakan sirna
seketika, hanyut bersama syandunya alunan kalimat-kalimat
suci yang dilantunkan oleh setiap lidah mu'min yang tangguh
dalam sabar dan cerdas dalam syukur.
Hikmah lama yang mencoba menjadikan kita tersadar.
Detik ini di tanah lapang ini, untuk kesekian kalinya kembali
kita dikumpulkan oleh Allah dalam keadaan yang satu. Sama-
sama menghadap Sang Pencipta untuk tujuan yang satu,
yakni beribadah kepadaNya. Bersama-sama tunduk dan sujud
kepadaNya atas perintah dan kebesaranNya, hanya saja
masih dalam pakaian dunia yang beragam, yang syarat
dengan simbol status sosial. Akan tetapi kelak ketika
sangkakala itu digetarkan, kita dikumpulkan dalam jumlah
yang jauh lebih banyak dari hari ini, kembali bersama
menghadap Sang Khaliq untuk mempertanggung jawabkan
semua perbuatan, kembali kita akan disatukan di padang
mahsyar yang begitu luas, akan tetapi tidak lagi dengan
pakaian dunia yang kita bawa dan mampu membedakan satu
sama lain pada hari itu. Maka yakinlah semua ini adalah fana.
Allah berfirman dalam surat Ar Rahman ayat 26 :


"Semua yang ada di bumi itu akan binasa"
Jama'ah shalat ied yang berbahagia.
Pagi ini adalah bukti kesabaran kita, karena tenyata kita
telah mampu menahan diri satu bulan penuh, meski hanya
baru "pada tiga hal yakni; makan, minum dan berhubungan
suami istri". Di hari fithri ini, juga merupakan bentuk syukur kita
karena telah diizinkan kembali bertemu dan bersimpuh di
hadapanNya Sang Penguasa Tunggal. Ketahuilah bahwa
nikmat yang telah kita terima adalah ni'mat yang tiada dua,
barang siapa yang mensyukurinya, maka Allah S.W.T. berjanji
menambah nikmat tersebut, baik dalam bentuk materi maupun
dalam bentuk barokah. Sedang siapa yang mengingkarinya,
maka is berada di bawah ancaman Sang Maha Perkasa.
Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ibrahim ayat 7 :




Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Oleh sebab itu, pada pagi yang mulia ini, kita bermohon dan
berharap kepada Allah S.W.T.

Pertama, semoga Allah S. W.T. berkenan mengampuni dosa-


dosa kita dan memaafkan kesalahan-kesalahan kita.
Rasulullah bersabda:





Barang siapa puasa pada bulan Ramadhan atas dasar iman
dan mengharap pahala Allah S.W.T, niscaya diampuni segala
dosanya yang telah lalu.''

Dan amat rugi orang yang bertemu dengan bulan


Ramadhan, namun dosa-dosanya tidak diampuni oleh Allah
S.W.T.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa malaikat Jibril
AS pernah datang kepada Rasulullah S.A.W seraya berkata :
"Wahai muhammad, barangsiapa yang berjumpa dengan
bulan Ramadhan namun tidak diampuni dosa-dosanya, maka
akan dijauhkan Allah SWT (dari rahmat-Nya)." Maka
Rasulullah S.A.W mengaminkan tersebut.

Kedua, kita berharap kepada Allah S.W.T kiranya menerima


amal ibadah puasa kita satu bulan yang lalu.

Rosululloh Saw bersabda, Alloh `Azza wa Jalla berfirman:









Puasa adalah milik-Ku, dan Akulah yang akan memberikan
ganjarannya. Tatkala puasa seorang hamba meninggalkan
syahwat, makan, dan minumnya karena-Ku. Puasa adalah
perisai(dari perbuatan maksiat). Dan bagi orang yang
berpuasa dua kebahagiaan; kebahagiaan di saat berbuka dan
kebahagiaan di saat bersua dengan Robbnya. Sungguh bau
mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Alloh Swt
daripada kasturi.

Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..

Ketiga, kita berharap kepada Allah S.W.T agar kiranya


Dia mengkaruniakan pada kita kesempatan untuk bertemu
dengan bulan Ramadhan pada tahun-tahun mendatang.
Karena ramadhan adalah kesempatan emas bagi seorang
mu'min untuk mempersiapkan dirinya sebagai insan yang
bertaqwa.
Keempat, kita berharap kepada Allah S.W.T, kiranya
Allah S.W.T menjadikan kita semua tergolong dari golongan
hambahambaNya yang bertaqwa, serta mengilhamkan pada
kita istiqamah dan konsisten dalam bertaqwa selama kita
berada di dunia. Amiin.
Pengertian taqwa secara syar`i ialah: Menjalankan
perintah Alloh Swt dan menjauhi seluruh larangan-Nya.Hal ini
mustahil akan wujud, kecuali dengan menjalankan seluruh
syariat dan undang-undang hidup yang telah diturunkan oleh-
Nya. Jadi Al-Muttaqin adalah orang-orang yang menegakkan
dan menjalankan syari`at serta undang-undang Alloh Swt.
Inilah hakikat ketaqwaan yang sebenarnya. Karenanya tidak
mungkin kita menjadi seorang bertaqwa yang hakiki dan
diridhai oleh Alloh Swt, jika kita tidak menjalakan syari`at
Alloh Swt. dan amat naf bila ada seseorang yang mengaku
dirinya bertaqwa kepada AllohSwt, sedang ia tidak
menjalankan bahkan menolak syari`at Alloh Swt.

Karena hanya Alloh-lah satu-satunya Robb yang berhak


untuk disembah, hanya Dia-lah yang berhak ditaati, dan hanya
Dia pula yang memiliki wewenang mutlak untuk mengatur
kehidupan seluruh makhluk. Tidak halal memberikan segala
bentuk ketaatan kepada makhluq, jika ia memerintah kepada
kemaksiatan. Juga tidak dibenarkan seseorang
memberlakukan peraturan di muka bumi, kecuali yang sesuai
dengan peraturan Alloh Swt. Kita adalah hambaNya, dan
diciptakan hanya untuk tujuan beribadah kepada-Nya.




Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.

Barangsiapa enggan menjalankan tujuan


keberadaannya di muka bumi ini yaitu ibadah kepada Alloh
Swt, maka hakikatnya ia sama sekali tidak berhak memijakkan
kaki di bumi Alloh Swt.


Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..
Ada beberapa tipologi atau model manusia dalam sabar
dan syukur:
Pertama : Tangguh dalam sabar meski ujian dan cobaan
menderanya bertubi-tubi seakan tak ada akhirnya, namun
semua itu tak membuatnya menjauh dari Allah S.W.T. Juga
cerdas dalam syukur ketika menerima sejumlah nikmat dan
karunia yang melimpah, tidak lantas menjadikannya lupa diri,
bahkan semakin dekat dan taat kepada Allah S.W.T.
Kedua : Oleng dan terhuyung kesabarannya ketika
diterpa musibah dan bencana, dan membuatnya menjauh dari
Allah S.W.T kemudian tidak jarang muncul sejumlah
pertanyaan yang cenderung menyalahkan Allah S.W.T.
Ketiga : Hilang musnah rasa syukurnya kepada Allah
S.W.T. ketika dibukakan semua pintu-pintu kesenangannya
oleh Allah SWT dan menjadikannya lupa diri serta tenggelam
dalam kubangan kemaksiatan.
Keempat : Tidak ada sabar ketika didatangkan padanya
ujian dan cobaan, juga tidak ada rasa syukur saat
dianugerahkan padanya nikmat dan karunia. Kedua kondisi
itu, baik ketika menjalani ujian dan cobaan maupun ketika
menerima nikmat dan karunia tidak membuatnya semakin
mendekat dan taat kepada Allah S.W.T. justru semakin
membuatnya jauh dari Allah S.W.T. dengan sumpah
serapahnya yang sangat tidak layak untuk dialamatkan
kepada Allah S.W.T Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang.
Setidaknnya kita menyadari betul dan memahami bahwa
ramadhan memberikan hadiah yang beraneka ragam, kita
tahu bahwa bulan Ramadhan telah mentarbiyah kita semua
umat muslim untuk mampu bersabar dalam melaksanakan
dan tunduk atas perintah Allah Pencipta alam semesta.
Ketika harus menahan lapar demi meraih kemenangan
ketika berbuka, ketika harus menahan dahaga karena yakin
bahwa kasturi lebih indah dan harum baunya, ketika harus
menahan hawa nafsu dari segala macam godaan sebagai
bentuk tunduk dan patuh kepada Sang Pemilik hidup dan
kehidupan, ketika kita mampu menahan diri dari segala hal-hal
mubah yang Allah perbolehkan. Itu sesungguhnya berati pada
hakekatnya diri ini mampu untuk tidak melakukan hal-hal yang
di bolehkan lalu apa alasan bagi kita untuk sulit meninggalkan
hal-hal haram yang dilarang juga dibenci oleh Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang . "Kesimpulan adalah,
bahwa ternyata sabar itu mudah"

Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..

Sabar merupakan salah satu akhlak mulia yang disukai Allah.


Hal ini tersirat jelas dalam Firman Allah QS. Al-Anfal : 46



Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.

Sangat mulianya sikap sabar, Allah menjanjikan kebaikan bagi


yang melakukanya seperti firman Allah dalam surah An-Nahl :
96 :




Dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.

Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..
Setidaknya dari sejumlah literature, ada 3 macam sabar
yang harus kita fahami setelah kita belajar banyak tentangnya
di bulan Ramadhan.
Pertama adalah sabar dalam beribadah kepada Allah S.W.T,
sabar dalam menunaikan dan melaksanakan perintah Nya dari
berbagai jenis ibadah yang telah disyariatkan kepada kita.

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,



Dan tidaklah seseorang diberikan sesuatu yang lebih baik dan
lebih luas daripada kesabaran."
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Adapun
ketaatan seorang hamba memerlukan kesabaran di dalamnya.
karena jiwa manusia, dengan tabiatnya, tidak menyukai
banyak ragam ibadah. Dalam shalat, tabiat jiwa manusia kerap
malas dan lebih suka beristirahat, apalagi jika ditambah
dengan kerasnya hati dan noda dosa, cenderung kepada
syahwat dan biasa bergaul dengan orang-orang yang lalai.
Dengan seluruh faktor ini, seorang hamba akan sangat
sulit untuk menunaikan ibadah shalat. Jika pun ia
nunaikannya, ia akan merasa sangat terbebani, hatinya tidak
hadir dan ingin segera menyelesaikanya, seperti orang yang
duduk menghadap seonggok bangkai. Begitu pun dengan
zakat, tabiat jiwa manusia kikir dan pelit. Itu pun berlaku pada
ibadah haji dan jihad.
Yang kedua, adalah sabar dalam menjauhi larangan
Allah, Sabar untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang
dapat membatalkannya. Allah berfirman,















Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir
(Al Baqarah : 264)

Bukanlah yang terpenting mengerjakan ketaatan itu


sendiri, namun yang terpenting adalah menjaganya dari
segala yang dapat merusaknya.
Juga tidak kalah penting dalam sabar untuk tidak merasa
ujub, takabbur dan sombong dengan ibadah itu, karena jika
saja itu terjadi apalah arti dari puasa ramadhan kita dan juga
ibadah-ibadah yang akan kita kerjakar5karena sesungguhnya
hal itu lebih berbahaya dari banyak kemaksiatan lahir.
Jama'ah shalat ied yang cintai Allah.


Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..

Yang Ketiga adalah, sabar dalam menerima dan menghadapi


takdir-takdir Allah kepada kita semua. Setiap manusia tidak
lepas dari ujian, dan ketika mendapat ujian serta musibah
seorang muslim diwajibkan untuk bersabar, menahan
perasaan sehingga menerima apa yang telah Allah takdirkan,
menahan lisan sehingga tidak mengucapkan perkataan
kecuali yang diridhai oleh Allah S.W.T, menahan anggota
tubuh sehingga tidak melakukan kecuali yang diridhai oleh
Allah meskipun ujian dan musibah bertubi-tubi menimpanya.
Segala puji bagi Allah, ternyata salah satu buah manis
dan manfaaat yang sangat luar biasa dari beriman kepada
takdir Allah adalah membuat hati seseorang terus berada
dalam lingkaran bimbingan Allah, dan menjadikannya lebih
bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dunia.
Sebagaimana firman Allah,
QS. At-Taghabun :11





Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan ijin Allah; dan Barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS. At
Thagabun : 11).


Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah..
Pelajaran berharga lainnya yang dapat kita petik dan kita
tanamkan dalam diri kita setelah sempurna menunaikan
ibadah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan adalah
menjadi pribadi muslim yang cerdas dalam mensyukuri semua
nikmat yang Allah telah berikan kepada kita. Bukankah semua
hal dalam hidup ini merupakan karunia dari Allah S.W.T,
bukankah hembusan nafas ini adalah nikmat yang diberikan
cuma-cuma kepada semua makhluknya ngan tujuan
beribadah kepadaNya?. Meski sudah sedemikian jelas dan
gamblang nikmat-nikmat itu Allah curahkan, masih saja
banyak dari kita mendustakannya, seakan Allah tidak pernah
berbuat baik kepada kita. Sehingga wajar dan sangat wajar
memang, jika akhirnya Allah harus mengulang pertanyaan
yang sama sebanyak 31 kali dalam satu surat Ar-Rahman.
"Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan ".
Nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada umat-
Nya, termasuk kepada bangsa ini, sungguh tak terbatas dan
tidak akan pernah bisa dihitung tuntas oleh siapapun.
Sebagaimana firman Allah; QS. Ibrahim (14) ayat 34 :






Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).

Juga An-nahl (16) ayat 18:





"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,niscaya kamu tidak
akan mampu menghitungnya.Sungguh,Allah benar-benar
Maha pengampun , Maha penyayang"

Namun, hari demi hari, waktu demi waktu, tampaknya


warga bangsa kita ini, tidak kunjung cerdas dalam mensyukuri
nikmat-Nya. Ada yang sudah bergelimang dengan fasilitas
mewah ternyata masih mengeluh dan mengeluh.
Secara psikologis, orang yang mengeluh itu pertanda
sedang menderita sakit. Orang yang banyak mengeluh itu
pada dasarnya terkena gangguan mental. Sebaliknya, orang
yang banyak bersyukur itu pertanda sedang dalam keadaan
sehat. Karena itu, bersyukur itu hanya bisa dilakukan oleh
orang yang sehat rohaninya.
Menurut Ibn al-Qayyim dalam kitabnya, Madarij as-
Salikin, Syukur itu tampak pada bibir hamba dengan mengakui
dan memuji keagungan Tuhannya, dalam hatinya dengan
semakin meyakini dan mencintai-Nya, dan pada anggota
badannya dengan semakin tunduk, husyuk, dan taat kepada-
Nya.

Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah.

Cerdas bersyukur meliputi tiga hal.


Pertama, mengakui nikmat pemberian Allah dalam hatinya.
Hati yang cerdas dan ikhlas tidak akan pernah berdusta
terhadap segala anugerah yang diberikan oleh-Nya. Bersyukur
hams imulai dari kesucian hati untuk mengakui sifat Allah yang
Maha ahman dan Rahim. Melalui pengakuan tulus ini, marilah
kita menjadi pengasih dan penyayang serta tidak menyia-
nyiakan kasih sayang-Nya.
Kedua, memuji Sang Pemberi Nikmat (Mun'im) dan membagi
pemberian itu dalam bentuk perkataan dan pembaruan
(tahdits) maupun perbuatan dan keteladanan (QS ad-Dhuha
[93]: 11).


"Dan terhadap nikmat tuhan-mu, hendaklah engkau nyatakan
(dengan bersyukur)"
Bersyukur bukan sekadar mengucapkan alhamdulillah,
melainkan juga harus disertai dengan pendayagunaan
kenikmatan itu sesuai dengan tujuan diberikannya nikmat itu.

Jama'ah shalat ied yang dirahmati Allah.

Ketiga menjadikan kenikmatan untuk ketaatan, bukan untuk


kemaksiatan. Diberi indera pendengaran disyukuri dengan
selalu mendengarkan yang positif, Mata dimanfaatkan untuk
melihat yang baik-baik. Akal dimanfaatkan untuk berpikir
positif dan kreatif. Kesehatan untuk kebaikan dan
kemaslahatan. Diamanati jabatan sebagai pemimpin, bisa
dijalankan dengan penuh tanggung jawah dan kejujuran.

Jadi, cerdas bersyukur itu membuahkan ketaatan


sekaligus kenikmatan. "Mcelaksanakan shalat itu bersyukur,
berpuasa juga bersyukur, dan melaksanakan segala kebaikan
karena mengharap ridha Allah adalah syukur. Syukur yang
paling utama adalah memuji Sang Pemberi Nikmat." (HR. Ibnu
Jarir).
Cerdas bersyukur merupakan salah satu kunci
kesuksesan hidup. Orang yang bersyukur pasti berusaha
menjadikan kualitas hidupnya meningkat atau menjadi lebih
baik.




Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".
(QS Ibrahim : 7)

Jama'ah shalat ied yang berbahagia.
Kesimpulannya adalah orang yang bersyukur akan
senantiasa melihat segala hal secara jernih, objektif, cerdas,
dan penuh kebersyukuran sehingga hatinya tenang, tidak was-
was, tidak merasa ada ancaman atau biasa-biasa saja. Jika
salah satu Asma' al-Husna itu as-syakur (Maha Bersyukur)
dalam arti bahwa Allah saja suka dan tidak pernah bosan
membalas kebaikan hamba-Nya, dan bahkan terhadap yang
bergelimang kemaksiatan lagi berlumuran dosa sekalipun
tidak luput dari nikmat-Nya. Pertanyaan besar tertuju untuk
kita semua. Mengapa kita sulit bersyukur? Mengapa kita
masih terus menghiasi hari-hari kita dengan menggerutu dan
engeluh? Lalu jika demikian faktanya, semestinya kita sebagai
hamba-Nya lebih tahu diri lagi untuk banyak bersyukur atas
kemurahan dan karunia-Nya. Dan idealnya sebagai mu'min,
adalah buah keniscayaan bagi kita untuk tidak pernah merasa
jenuh dan jemu mengupayakan diri menjadi Pribadi Yang
Tangguh Dalam Sabar Dan Cerdas Dalam Syukur. Dan
akhirnya layak mendapatkan sanjungan dari sang teladan
sejati; Nabi Muhammad S.A.W; bagaimana sabdanya :







Sungguh mengagumkan perkara orang mu'min itu,
sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan
hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mu'min.
Jika dia diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur,
maka hal itu adalah lebih baik baginya. Dan apabila dia
ditimpa suatu madharat dia bersabar, maka hal itu adalah
lebih balk baginya " ( HR. Muslim).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah


kita akhiri rangkaian khutbah iedul fitri 1438 H ini dengan
bersama-sama memohon dan bermunajat kepada Allah S.W.T

Ya Allah ya Tuhan kami, jika sampai saat ini langkah


kami belum tepat dan benar berada di atas jalan-Mu, maka
segeralah luruskan agar kami tidak tersesat. Jika sampai saat
ini kami 'nasal terlalu ingkar terhadap ayal-ayal-Mu, maka
hcrikanlah sinar iman dan hidayah-Mu di &dam mata hati kami
agar kami mampu menerima dan mernatillii Mil ya Allah.
Ya Allah ya Tuhan kami,Jika sampai saat ini kami masih
terlalu bangga terhadap segala macam bentuk kema'siatan
yang menjadi murka-Mu, maka bawalah hati kami untuk hijrah
menuju ridlo-Mu.
Ya Allah ya Tuhan kami, Jika sampai saat ini kami masih
terlalu lalai dari beribadah kepada-Mu, maka siramilah hati
kami dengan embun kasih sayang-Mu agar kami dapat
menjalankan segala perintah-Mu.
Ya Allah ya Tuhan kami, Jika sampai saat ini kami masih
terlalu sombong dan angkuh sehingga tidak dapat menerima
kebenaran yang telah Engkau tetapkan, maka lunakkanlah
hati kami sehingga kami dapat segera menyadarinya.
Ya ghafuur ar-rahim, Ampunilah segala dosa-dosa kami,
dosa-dosa orang tua kami dan dosa-dosa seluruh kaum
muslimin.

Ya Allah ya Tuhan kami, kami telah mendhalimi diri


sendiri, jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan suka


memberi maaf, maka maafkanlah (kesalahan-kesalahan)
kami.

Ya Allah, bantulah kami dalam berdzikir dan bersyukur serta


beribadah kepada-Mu dengan baik, wahai Yang Maha Hidup
lagi berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.

Ya Allah Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami,


sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.
Ya Allah Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di
dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka.

Anda mungkin juga menyukai

  • Aqiqah
    Aqiqah
    Dokumen1 halaman
    Aqiqah
    paraedd
    Belum ada peringkat
  • 25 Soal
    25 Soal
    Dokumen2 halaman
    25 Soal
    paraedd
    Belum ada peringkat
  • Tugas Fikih
    Tugas Fikih
    Dokumen2 halaman
    Tugas Fikih
    paraedd
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen34 halaman
    Bab 6
    paraedd
    Belum ada peringkat
  • Travian BOT
    Travian BOT
    Dokumen4 halaman
    Travian BOT
    paraedd
    Belum ada peringkat