Setiap detik aku menanti, tapi tak ada jawaban pasti
Setiap menit aku bergumam, tapi tak ada cinta yang kugenggam Setiap jam aku memandang, tapi tak ada angan yang tak usang Setiap hari aku merindu, tapi tak ada yang kau lakukan untukku Aku disini, dilantai dua surga dunia. Memandang senja dengan mata, juga rasa
Esok sebelum subuh
Ketika cintaku mulai runtuh Ketika airmataku mulai keruh Ketika ragaku mulai rapuh Ketika kenanganku mulai bersimpuh Ketika tenagaku mulai mengeluarkan peluh Pergilah engkau kedataran tumbuh Karena seluruh cinta didunia, berasal dari makna separuh
Maka kau akan menyadari, bahwa senyum ini bukanlah senyum abadi Ia adalah senyum senja, Begitu menawan tapi cepat terlupakan Aku tergerak dan kembali merangkak Merangkak menuju dataran tumbuh, tempat cinta dan bahagia dibunuh
Engkau yang menghunuskan bias
Engkau yang memolesi puas Engkau jugalah yang melukiskan cinta, hanya dengan cat dan kuas
Aku kembali menanti detik yang kuresapi
Aku kembali menanti menit yang kuhargai Aku kembali menanti jam yang kucaci maki Aku kembali menanti hari yang telah kuusangi Aku kembali, kembali menanti cinta diujung jarum ini