Anda di halaman 1dari 54

ARAH KEBIJAKAN

SUB SEKTOR PERHUBUNGAN DARAT

Oleh :
SUROYO ALIMOESO
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

Disampaikan pada Acara Diklat Pembekalan


Kepala Dinas Perhubungan Propinsi dan Kab/Kota

1
PERAN TRANSPORTASI DARAT DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL
1 BIDANGEKONOMI
SEBAGAI INFRASTRUKTUR UNTUK MOBILITAS
/MENDISTRIBUSIKAN ORANG DAN ATAU BARANG
SEBAGAI INFRASTUKTUR YANG MENDORONG
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL (SHIP PROMOTES
THE TRADE)
SEBAGAI INFRASTRUKTUR YANG MENDUKUNG
PERDAGANGAN DAN SEKTOR EKONOMI LAINNYA (SHIP
FOLLOW THE TRADE )
TRANSPORTASI DARAT
2 BIDANGSOSIALBUDAYA
SEBAGAI URAT NADI
SEBAGAI INFRASTUKTUR UNTUK MENINGKATKAN
MOBILITAS SOSIAL BUDAYA DIANTARA TRANSPORTASI
PENDUDUK/SUKU BANGSA.
NASIONAL.
3 BIDANGPOLITIK
SEBAGAI INFRASTRUKTUR YANG MENDUKUNG
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI SELURUH DAERAH
DI INDONESIA
SEBAGAI JEMBATAN DAN SARANA PERKUATAN
INTEGRITAS BANGSA

4 BIDANGPERTAHANANDANKEAMANAN
KETERPADUAN ANTAR MODA JALAN DAN
PENYEBERANGAN MEGHUBUNGKAN SELURUH TANAH
AIR MERUPAKAN PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA
DAN MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL .
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN LANDASAN
HUKUM PERHUBUNGAN DARAT

Definisi
Definisi ::
1.
1. Suatu tataran
Suatu tataran kesatuan
kesatuan sistem
sistem penyelenggaraan
penyelenggaraan transportasi
transportasi yang
yang
berada
berada di di daratan dan perairan
daratan dan perairan daratan
daratan yang
yang saling
saling terhubung
terhubung dandan
terintegrasi
terintegrasi dalam
dalam serangkaian
serangkaian simpul
simpul dan
dan atau
atau ruang
ruang kegiatan
kegiatan
(terminal,
(terminal, stasiun, Pelabuhan) yang dihubungkan dengan ruang lalu
stasiun , Pelabuhan ) yang dihubungkan dengan ruang lalu
lintas ( jaringan jalan , jalan rel, dan jembatan bergerak
lintas (jaringan jalan, jalan rel, dan jembatan bergerak). ).
2.
2. Dalam
Dalam RPJM,RPJM, Sub
Sub sektor Transportasi Darat
sektor Transportasi merupakan
Darat merupakan bagian
bagian
TRANSPORTASI
dari
DARATdari
sistem
sistem transportasi
transportasi yang
yang terdiri
terdiri dari
dari moda
moda Lalu
Lalu Lintas
Lintas dan
dan Angkutan
Angkutan
Jalan , Perkeretaapian , Angkutan Sungai, Danau danSEBAGAI URAT NADI
Penyeberangan.
Penyeberangan
Jalan, Perkeretaapian, Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan.
TRANSPORTASI
Ruang
Ruang Lingkup
Lingkup;; NASIONAL.
Sesuai
Sesuai dengan
dengan KM
KM 43 tahun 2005
43 tahun tentang Organisasi
2005 tentang Organisasi Departemen
Departemen
Perhubungan, Perhubungan Darat meliputi : moda Angkutan Jalan
Perhubungan , Perhubungan Darat meliputi : moda Angkutan Jalan
dan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
dan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan

Landasan
Landasan Hukum
Hukum
1.
1. Undang-undang
Undang-undang No.
No. 22
22 Tahun
Tahun 2009 tentang Lalu
2009 tentang Lalu Lintas
Lintas dan
dan
Angkutan Jalan
Angkutan Jalan
2.
2. Undang-Undang
Undang-Undang No. 17
No. 17 Tahun
Tahun 2009
2009 Tentang
Tentang Pelayaran.
Pelayaran.
VISI DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
Menjadi organisasi pemerintah yang profesional, yang dapat
memfasilitasi dan mendukung mobilitas masyarakat, melalui
suatu layanan transportasi darat yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan berkeadilan, yang selamat, aman, mudah
dijangkau, berkualitas, berdaya-saing tinggi, dan terintegrasi
dengan moda transportasi lainnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
VISI
MISI MISI DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
1. Menciptakan sistem pelayanan transportasi darat yang
aman, selamat, dan mampu menjangkau masyarakat dan
wilayah Indonesia;
2. Menciptakan dan mengorganisasi transportasi jalan,
sungai, danau dan penyeberangan serta perkotaan yang
berkualitas, berdaya saing dan berkelanjutan;
3. Mendorong berkembangnya tata niaga dan industri
transportasi darat yang transparan dan akuntabel;
4. Membangun prasarana dan sarana transportasi darat yang
terintegrasi dengan moda lainnya.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT

Tugas pokok Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, adalah


merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang perhubungan darat.

Fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, adalah :


Menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
TRANSPORTASI DARAT

transportasi jalan, SDP, perkotaan dan SEBAGAI keselamatan


URAT NADI

transportasi darat; TRANSPORTASI

NASIONAL.
Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur
di bidang transportasi jalan, SDP, perkotaan dan keselamatan
transportasi darat;
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
Pelaksanaan administrasi di lingkungan Ditjen Perhubungan
Darat .
TUJUAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT

1 Peningkatan keselamatan dan keamanan pelayanan


transportasi darat;
T 2 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana

U transportasi darat yang menjangkau masyarakat dan


wilayah Indonesia;
J 3 Peningkatan kualitas operator/penyedia jasa di
transportasi darat yang memiliki kualitas prima di dalam
U manajemen produksi;
4 Peningkatan daya saing pelayanan transportasi darat
A sehingga mampu berkompetisi dengan moda lainnya;
5 Pertumbuhan pembangunan transportasi darat yang
N merata dan berkelanjutan;
6 Penciptaan pembangunan transportasi darat yang
terintegrasi dengan moda lainnya.
TANTANGAN DAN PERMASALAHAN
TRANSPORTASI DARAT
TANTANGAN
PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DARAT

TANTANGAN GLOBALISASI

MENUNTUT KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
PROFESIONALISME TINGGI

MENUNTUT TEKNOLOGI &


PERALATAN YANG DITERAPKAN
TEKNOLOGI DAN PERALATAN
SELALU MENGAPLIKASI
PERKEMBANGAN TERKINI

SISTEM DAN PROSEDUR SISDUR TRANSPORTASI MENGACU


STANDAR INTERNASIONAL

KESELAMATAN & LINGKUNGAN


MENJADI TUJUAN UTAMA &
FINANSIAL KEUANGAN AKAN DIPEROLEH DGN
MENINGKATKAN KESELAMATAN &
BAIKNYA KUALITAS LINGKUNGAN
PERMASALAHAN STRATEGIS SECARA NASIONAL

1. Ketersediaan infrastruktur jaringan jalan yang belum memadai atau sedang


dikembangkan.
2. Angkutan jalan dan SDP secara nasional hingga 2009 melayani 92% angkutan
penumpang dan 90% angkutan barang.
3. Angkutan darat di sebagian besar wilayah Indonesia memerlukan subsidi
mengingat volume angkutan yang sedikit namun memiliki peran yang sangat
vital dan captive (satu-satunya).
4. Kebutuhan angkutan penyeberangan di beberapa wilayah bersifat coastal
ferry.
5. Persaingan moda terkait dengan rencana pembangunan jalan dan jembatan
antar pulau.
6. Pelayanan intermoda/multimoda dengan moda lain (terutama jalan) belum
terintegrasi dengan baik.
7. Keterbatasan kemampuan APBN/APBD dalam menyelenggarakan infrastruktur
dan pelayanan angkutan darat.
8. Aksesibilitas pulau pulau kecil terluar (terpencil) terkait dengan isu
pertahanan/keamanan
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
a. Pertumbuhan kendaraan bermotor cukup tinggi (khususnya sepeda
motor di kota-kota besar sekitar 21% per thn)

Sumber : AISI, 2008


PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
b. Menurunnya kualitas dan keberlanjutan pelayanan infrastruktur transportasi
darat (kemacetan lalu lintas, tingginya tingkat kecelakaan, polusi,
pemborosan energi dan kurang memadainya angkutan umum)

KEMACETAN KECELAKAAN

POLUSI
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
c. Muatan lebih (overload) masih memerlukan penanganan secara intensif

KECELAKAAN

OVERLOAD KERUSAKAN
JALAN

JEMBATAN TIMBANG
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
d. Kerusakan infrastruktur (sekitar 70% sistem jaringan jalan nasional,
provinsi dan lokal yang terbatas dan berfungsi optimal) tidak hanya
disebabkan oleh overloading, tetapi juga faktor lainnya
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
2. BIDANG ANGKUTAN SUNGAI, DANAU & PENYEBERANGAN
a. Keterbatasan infrastruktur (jaringan penyeberangan tersedia 205 lintas)
b. Persaingan antar moda lain, tarif rendah dan pemasaran yang tidak
efektif)
c. Kehandalan armada (sarana ASDP sudah tua dan lambat);
d. SDM
KONSEP SABUK PENGEMBANGAN JARINGAN
TRANSPORTASI DARAT

Keterangan : belum terhubung


ARAH KEBIJAKAN UMUM
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT
ARAH KEBIJAKAN UMUM
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI DARAT

Lingkup Nasional
Tulang punggung penyelenggaraan transportasi nasional
yang bertumpu pada transportasi laut dan udara, sedangkan
peranan pokok transportasi darat adalah sebagai
pengumpan (feeder)

Lingkup Regional
Mewujudkan keterpaduan antara moda transportasi jalan,
sungai dan danau serta penyeberangan, sebagai upaya untuk
menghubungkan seluruh wilayah tanah air dalam rangka
memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara dan
memperkokoh ketahanan nasional
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT
BIDANG ANGKUTAN JALAN:
Pengembangan jaringan transportasi jalan Primer diarahkan
untuk ditingkatkan kemampuan dan daya dukungnya sesuai
dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan
menghubungkan pusat kegiatan Nasional, kegiatan wilayah
serta kawasan-kawasan Andalan yang cepat berkembang
dan untuk mengantisipasi pengembangan jalan tol bebas
hambatan guna mendukung Sistem Transportasi cepat yang
pembangunannya dilakukan antara Pemerintah dan swasta
Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan
Sekunder dikembangkan secara terpadu dengan moda
Transportasi Darat lainnya
Dan untuk mengantisipasi pengembangan jaringan jalan
untuk mendukung sistem transportasi cepat maka
pembangunan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
swasta
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT

BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DAN DANAU


Diarahkan menjadi alternatif transportasi jalan dengan titik
berat angkutan barang dalam jumlah besar (massal) disamping
itu juga diharapkan akan menjadi sinergi dengan transportasi
jalan yang menjadi tulang punggung sistem transportasi dan
akan membuka daerah terisolir

BIDANG PENYEBERANGAN
Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai
jembatan penghubung maupun sebagai alternatif untuk
mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk
penghubung pulau-pulau terpencil yang mempunyai nilai
strategis baik dari segi pertahanan dan keamanan
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT

BIDANG TRANSPORTASI PERKOTAAN:

Arah pengembangan transportasi perkotaan ditujukan untuk


menciptakan keseimbangan antara sistem angkutan umum dan
pergerakan kendaraan pribadi

Pengembangan sistem angkutan umum dan pergerakan


angkutan pribadi dikembangkan secara terencana, terpadu
antar berbagai jenis moda transportasi sesuai dengan besaran
kota, fungsi kota, dan hirarki fungsional kota dengan
mempertimbangkan karakteristik dan keunggulan karakteristik
moda, perkembangan teknologi, pemakaian energi, lingkungan
dan tata ruang
KEBIJAKAN STRATEGIS
PERHUBUNGAN DARAT
SKEMA KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN
TRANSPORTASI DARAT

Government
(Regulator)

Efektif
&Efisien

Operator User
(Provider) (Customer)
PRINSIP DASAR KEBIJAKAN
LAYANAN TRANSPORTASI DARAT

Peningkatan
Kualitas
Hidup

Penyediaan
Infrastruktur

Pengembangan Kualitas
Ekonomi Lingkungan
KEBIJAKAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
PERHUBUNGAN DARAT

1. Manajemen dan Peningkatan Keselamatan Transportasi darat.


Pemulihan kondisi jasa pelayanan angkutan jalan dan SDP
2.
sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Pembinaan dan pengembangan angkutan perkotaan terutama
di kota-kota besar diprioritaskan pada pengembangan
3. angkutan massal (Bus Rapid Transit) berbasis jalan raya,
menurunkan penggunaan kendaraan pribadi dan
meningkatkan keandalan angkutan umum.

4. Pelayanan Keperintisan Angkutan Jalan dan Angkutan SDP.

Pembangunan ASDP diprioritaskan pada pengembangan


armada angkutan SDP; rehabilitasi & pemeliharan sarana &
prasarana transportasi SDP, pengembangan sarana SDP; serta
5.
penyediaan sarana bantu navigasi beserta fasilitas
penyeberangan di pulau-pulau kecil dan di kawasan
perbatasan.
KEBIJAKAN INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI DARAT

1. Mempertahankan tingkat pelayanan jasa transportasi darat;


Mengupayakan pemulihan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju
kepada kondisi normal, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, melalui
rehabilitasi dan perawatan sarana dan prasarana transportasi darat.

2. Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan


dan
reformasi di bidang peraturan perundang-undangan,
kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM);
3. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
jasa transportasi darat;
4. Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan
teknologi transportasi dalam rangka menjamin tersedianya
pelayanan transportasi darat yang berkelanjutan dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM

1. Mendorong Pengembangan Angkutan Umum Massal berbasis


Bus (BRT).
2. Mendorong Penerapan Pola Subsidi / Insentif (pembebasan
bea masuk) bagi Angkutan Umum Sebagai Tanggung Jawab
Pemerintah.
3. Memacu peran serta Pemerintah Daerah dalam
pengembangan Angkutan Massal
4. Penerapan sistem Quality Licencing
5. Mendorong pengunaan bahan bakar alternatif pada angkutan
umum.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan keperintisan.
KEBIJAKAN ANGKUTAN BARANG

1. Penanganan Muatan Lebih melalui Penerapan Jembatan


Timbang Metode Baru, konsolidasi dan pengawasan
dimensi kendaraan.
2. Pemanfaatan intermoda freight transport (angkutan
barang antar moda).
3. Perubahan angkutan barang dalam negeri menuju
penggunaan alat angkut container.
4. Mendorong Penerapan konsep On truck On board (wacana
pemeriksaan bea cukai dapat dilakukan di dry port).
5. Mendorong Pengembangan Pelayanan angkutan ferry jarak
dekat (short sea shipping).
6. Mendorong Pengembangan Jalan Tol sepanjang pantura
Jawa.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN SDP

Grand Strategy 1 : Pelayanan Optimal di Lintas yang Sudah Operasi


Pemeliharaan dan optimalisasi waktu operasi sarana penyeberangan untuk
memenuhi kebutuhan/volume angkutan penyeberangan yang terjadi
Pemeliharaan fasilitas pelabuhan/terminal penyeberangan
Peningkatan terhadap standar pelayanan dan aspek keselamatan transportasi
penyeberangan
Penyediaan subsidi perintis bagi angkutan yang vital untuk diselenggarakan
namun memiliki volume angkutan yang kecil
Komersialisasi lintas yang beroperasi seiring dengan kebutuhan peningkatan
aspek layanan dan volume angkutan penyeberangan

Grand Strategy 2 : Pembangunan Sarana dan Prasarana Baru di Lintas


Baru
Penyediaan dan operasionalisasi sarana di lintas penyeberangan yang sudah
disetujui dengan memanfaatkan fasilitas pelabuhan / prasarana sandar yang
ada di sekitar simpul penyeberangan sebelum fasilitas pelabuhan
penyeberangan dibangun dan dioperasikan
Perencanaan pembangunan fasilitas pelabuhan/terminal penyeberangan
Pembangunan fasilitas pelabuhan/terminal penyeberangan
KEBIJAKAN KAWASAN TERISOLIR & PERBATASAN

1. Peningkatan pelayanan angkutan keperintisan transportasi darat.


2. Pengembangan simpulsimpul dan lintas perairan daratan pada
kawasan terisolir /perbatasan.
3. Pengembangan simpulsimpul dan lintas angkutan jalan pada
kawasan perbatasan.
4. Mendorong pelayanan lintas perbatasan (batas negara)melalui :
a. Kerjasama BIMPEAGA (PontianakEntikongTebeduSerikheiMiri
BandarSriBegawan);
b. Kerjasama SOSEKMALINDO (PontianakEntikongTebeduSerian
Kuching);
c. Kerjasama IMTGT(BelawanPenangdan MalakaDumaiPekanbaru)
d. Rencana dibuka (Rute DiliMotoainKupang;TimorLesteIndonesia)
e. Rencana dibuka (Rute EntropSkowWutungVanemo; PNG
Indonesia)
KEBIJAKAN PENINGKATAN PERAN SWASTA

1. Di masa depan pembangunan infrastruktur yang


memberikan manfaat ekonomi yang menguntungkan
dimungkinkan untuk diatur/dilaksanakan oleh swasta.
2. Kebijakan tarif komersil untuk kelas non ekonomi
diserahkan pada mekanisme pasar (operator).
3. Memberikan batasan investasi asing maksimum 49 % pada
Bidang usaha terbuka.
4. Rute angkutan perintis yang sudah menguntungkan
diserahkan dan diatur oleh swasta.
5. Merevisi peraturan perundang-undangan dalam
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada sektor
swasta untuk berinvestasi di sektor Perhubungan Darat
(Pengujian Kendaraan Bermotor Pribadi dan Pengelolaan
Terminal).
KEBIJAKAN DI BIDANG KESELAMATAN
TRANSPORTASI DARAT
Rencana Umum
Keselamatan Transportasi Jalan di Indonesia
Tahun 2008 - 2012
Visi Keselamatan Transportasi Jalan :
Keselamatan Transportasi Jalan Bagi Seluruh Lapisan
Masyarakat

Tujuan umum program keselamatan transportasi jalan:


Mengimplementasikan program-program keselamatan
VISI , transportasi jalan (broad-based programs) yang terfokus pada
TUJUAN, pengguna jalan yang rentan maupun yang terlindung sehingga
DAN dapat berdampak pada pengurangan angka fatalitas dan luka
TARGET parah akibat kecelakaan lalu lintas.

Target yang diusulkan untuk dicanangkan dalam


program keselamatan transportasi jalan:
Menekan 20% fatalitas per 100.000 penduduk dalam 10 tahun
dari 14,1 (2002) menjadi 11,3 (2012) dan 15% korban luka
parah per 100.000 penduduk dalam 10 tahun dari 207 (2002)
menjadi 187 (2012)
Prinsip Perbaikan Keselamatan Jalan

Pencegahan
Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan
Preventif
Preventif Jangka
Jangka
((Active
Active Safety
Safety)) Panjang
Panjang

Pencegahan
Pencegahan Luka-luka
Luka-luka
((Passive
Passive Safety
Safety))

Penanganan Jangka
Jangka
Penanganan Korban
Korban
Kuratif ((Emergency Pendek
Pendek
Kuratif Emergency Services
Services))
STRATEGI MANAJEMEN KESELAMATAN

PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN 5M :

1. Manajemen dan Rekayasa (engineering);


2. Menegakkan hukum (enforcement);
3. Mendidik masyarakat Public relation, Edukasi
dan Partisipasi Masyarakat; (education)
4. Motivasi (Encouragement);
5. Melayani Ke-gawat-daruratan (emergency
response)
8 Strategi Kebijakan:
Strategi 1 : Memperkuat Koordinasi dan Penanganan Keselamatan Lalu
Lintas
Strategi 2 : Menciptakan Masyarakat yang Sadar dan Menghargai
Keselamatan di Jalan melalui Pendidikan
Strategi 3 : Perencanaan dan Evaluasi Kinerja Manajemen Keselamatan Jalan
Strategi 4 : Meningkatkan Ketertiban dan Keselamatan Dalam BerLalu Lintas
Strategi 5 : Menciptakan Sistem Penjaminan Resiko Keselamatan yang
Berkeadilan dan Sumber Pendanaan Keselamatan Lalu Lintas
Strategi 6 : Meminimalisir Resiko Ancaman dari Defisiensi Keselamatan pada
Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan melalui Pendekatan Rekayasa
Modern
Strategi 7 : Mengupayakan Perlindungan bagi Kelompok Pengguna Jalan
yang Rentan dan Mendorong Penggunaan Moda yang Lebih
Berkeselamatan
Strategi 8 : Membangun Sistem Tanggap Darurat yang Mudah Diakses dan
Responsif

SELAMAT DI JALAN, SELAMAT BERKENDARAAN, KESELAMATAN MILIK KITA BERSAMA


SEKTOR-SEKTOR YANG DAPAT
DIINTERVENSI UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN
Standar
keselamatan Koordinasi
kendaraan dan
Peraturan
manajemen
lalulintas
keselamatan
jalan Sistem data
Polisi kecelakaan
lalulintas dan lalulintas
penegakan
hukum
Kecelakaan lalulintas (crashes)
crashes) dan faktor-
faktor-
faktor penyebabnya (Austroads,
Austroads, 2002)
Perencanaan
Perhitungan dan desain
interaksi
biaya keselamatan
kecelakaan jalan
manusia kendaraan
lalulintas

Kecelakaan lalin:
lalin:
penyebab utama
kematian &
Pertolongan kerugian ekonomi Perbaikan
interaksi
pertama bagi interaksi lokasi-lokasi
korban berbahaya
kecelakaan (black spots &
laluintas black zone)
jalan raya & lingkungan

Pendidikan Riset
keselamatan keselamatan
Prinsip pendekatan 5E:
jalan untuk jalan
Engineering anak
Education
Enforcement Pelatihan dan Kampanye
pengujian Penjaminan dan
Encouragement
pengemudi atas sosialisasi
Emergency Preparedness
keselamatan keselamatan
dan peran jalan
jasa asuransi
AREA PENANGANAN KESELAMATAN
AREA PENANGANAN KESELAMATAN YANG DIGUNANAKAN
5S :

1. Safer Management
- Regulasi (pedoman-pedoman)
- Manajemen keselamatan LLAJ
- Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Kajian Akademis
- Workshop
2. Safer System
- Sistem Informasi keselamatan LLAJ
3. Safer vehicles and Driver
- Penyelenggaraan lembaga diklat mengemudi
- Peningkatan kualitas/kompetensi pengemudi
4. Safer People
- Public education
5. Safer Roads and inland waterways
- RSA (Road Safety Audit)
- Perbaikan Black Spot
ROAD MAP PENINGKATAN
KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT 2010 - 2014
PRASARANA : KELEMBAGAAN : OPERATOR :
1. Pembangunan SBNP, 1. Forum LLAJ 1.Mengurangi tingkat kecelakaan
Rambu Sungai. 2. Unit Pengkajian Keselamatan dan meningkatkan pelayanan
2. Fasilitas Keselamatan LLAJ. (UPK) dibidang LLASDP & LLAJ.
3. Perbaikan Daerah Rawan 3. Tim Auditor Keselamatan 2.Manajemen Keselamatan Bagi
Kecelakaan, Keselamatan 4. Badan Inspektur Lalu Lintas. Operator Angkutan Darat.
Jalan.
4. Infrastruktur & Peralatan
Keselamatan

REGULASI : MASYARAKAT :
Reformasi 1. Sosialisasi bidang
Per-Undang-Undangan PENINGKATAN KESELAMATAN keselamatan
TRANSPORTASI DARAT 2. Public Awarness

SDM :
1.Pelatihan TOT Auditor Keselamatan dan Inspektur
PENEGAKAN HUKUM :
Keselamatan
1.Sistem Pendukung Penegakan Hukum
2.Peningkatan Kualitas PPNS Transportasi Darat
2. Pemantauan dan Penindakan
3.Peningkatan Kualitas Penguji Kendaraan Bermotor
Pelanggaran
4.Peningkatan Kualitas Petugas Terminal
3. Monitoring dan Evaluasi Keselamatan
5. Peningkatan Kualitas Petugas Jembatan Timbang
6. Peningkatan Kualitas Bidang ASDP
KEWENANGAN PEMERINTAH, PEMERINTAH PROP
DAN PEMERINTAH KAB/KOTA
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN

NO URUSAN PENANGGUNG JAWAB

1 urusan pemerintahan di bidang Jalan MENTERI BIDANG PEKERJAAN UMUM


(PU)

2 urusan pemerintahan di bidang sarana dan MENTERI BIDANG PERHUBUNGAN


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

3 urusan pemerintahan di bidang MENTERI BIDANG PERINDUSTRIAN


pengembangan industri Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

4 urusan pemerintahan di bidang MENTERI BIDANG TEKNOLOGI


pengembangan teknologi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

5 urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK


Identifikasi Kendaraan Bermotor dan
dan INDONESIA (POLRI)
Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
pendidikan berlalu lintas
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN

No Perihal Pemerintah Pemerintah Prop Pemerintah


Kab/Kota

1 Pembinaan 1. Penetapan 1. Penetapan 1. Penetapan


LLAJ sasaran dan arah sasaran dan arah sasaran dan
kebijakan LLAJ kebijakan sistem arah kebijakan
Nasional LLAJ propinsi sistem LLAJ
2. Penetapan dan kab/kota kab/kota yang
norma, yang jaringannya
standar,pedoman jaringannya berada di
,kriteria dan melampaui wilayah
prosedur batasan wilayah kab/kota
penyelenggaraan kab/kota. 2. Pemberian
LLAJ secara 2. Pemberian bimbingan,
nasional bimbingan , pelatihan,
3. Penetapan pelatihan, sertifikasi, dan
kompetensi sertifikasi, dan ijin kepada
pejabat yang ijin kepada perusahaan
melaksankan perusahaan angkutan
fungsi di bidang angkutan umum umum di
LLAJ secara di propinsi kab/kota
nasional
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN
No Perihal Pemerintah Pemerintah Prop Pemerintah
Kab/Kota

1 Pembinaan 4. Pemberian 3. Pengawasan 3. pengawasan


LLAJ bimbingan, pelatihan, terhadap terhadap
sertifikasi, pemberian pelaksanaan lalu pelaksanaan
ijin dan bantuan lintas dan lalu lintas
teknis kepada angkutan jalan dan
pemerintah prop dan propinsi angkutan
pemerintah kab/kota jalan
5. Pengawasan kab/kota
terhadap
pelaksanaan norma,
standar, kriteria dan
prosedur yang
dilakukan oleh pemda
2 Jaringan Lalu Penetapan Rencana Penetapan Rencana Penetapan
lintas dan Induk LLAJ Nasional Induk LLAJ tingkat Rencana Induk
Angkutan Propinsi LLAJ Kab/kota
Jalan
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN

No Perihal Pemerintah Pemerintah Prop Pemerintah


Kab/Kota

3 Pengujian Pengujian Type Pengujian


Kendaraan Berkala
Bermotor
4 Penyediaan Wajib menjam
menjamin in Wajib menjamin Wajib
Angkutan tersedianya angkutan tersedianya menjamin
Umum umum untuk jasa
jasa angkutan umum tersedianya
angkutan orang untuk jasa angkutan angkutan umum
dan/atau barang orang dan/atau untuk jasa
antarkota antarprovinsi barang antarkot a
antarkota angkutan orang
serta lintas batas negara. dalam provinsi dan/atau
barang dalam
wilayah
kabupaten/kota
.
Hal lainnya yang menyangkut kewenangan pemerintah, pemerintah propinsi
dan kab/kota masih menunggu penetapan Peraturan Pemerintah yang saat ini
sedang dalam proses penyusunan RPP
Terima Kasih
Website : www.hubdat.web.id
E-mail : hubdat@mail.hubdat.web.id
Lampiran
PERBANDINGAN SISTEMATIKA UU NO.14/92 DENGAN
UU NO 22 /2009

UU NO.14/92 UU NO 22 /2009
BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB II ASAS DAN TUJUAN
BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN
UNDANG-UNDANG
BAB III PEMBINAAN BAB IV PEMBINAAN
BAB IV PRASARANA
BAB V PENYELENGGARAAN
BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB V KENDARAAN BAB VII KENDARAAN
BAB VI PENGEMUDI BAB VIII PENGEMUDI
BAB VII LALU LINTAS BAB IX LALU LINTAS
BAB VIII ANGKUTAN BAB X ANGKUTAN
BAB IX LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN BAGI
PENDERITA CACAT
PERBANDINGAN MATERI UU NO.14/92 DENGAN
UU NO 22 /2009 ........(LANJUTAN)
UU NO.14/92 UU NO 22/2009
BAB XI KEAMANAN DAN KESELAMATAN
LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN
BAB X DAMPAK LINGKUNGAN BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN
BAB XI PENYERAHAN URUSAN

BAB XIIIPENGEMBANGAN INDUSTRI DAN


TEKNOLOGI SARANA DAN
PRASARANA LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XIV KECELAKAAN LALU LINTAS
BAB XV PERLAKUAN KHUSUS BAGI
PENYANDANG CACAT, MANULA,
ANAK-ANAK, WANITA HAMIL,
DAN ORANG SAKIT
BAB XVI SISTEM INFORMASI LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
BAB XVII SUMBER DAYA MANUSIA
BAB XVIII PERAN SERTA MASYARAKAT 47
PERBANDINGAN MATERI UU NO.14/92 DENGAN
UU NO 22 /2009 ........(LANJUTAN)

UU NO.14/92 UU NO...../2009
BAB XII PENYIDIKAN BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XIII KETENTUAN PIDANA BAB XX KETENTUAN PIDANA
BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN
BAB XV KETENTUAN PERALIHAN BAB XXI KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVI KETENTUAN PENUTUP BAB XXII KETENTUAN PENUTUP

KEMBALI

48
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DIREKTORAT
DIREKTORAT
JENDERAL
JENDERAL

SEKRETARIAT
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT JENDERAL
JENDERAL

DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT LALU
LALU LINTAS
LINTAS &
& BINA
BINA SISTEM
SISTEM KESELAMATAN
KESELAMATAN
LALU
LALU LINTAS
LINTAS DAN
DAN ANGKUTAN SUNGAI,
ANGKUTAN SUNGAI, TRANSPORTASI
TRANSPORTASI TRANSPORTASI
TRANSPORTASI
ANGKUTAN
ANGKUTAN JALAN
JALAN DANAU
DANAU &
& PERKOTAAN
PERKOTAAN DARAT
DARAT
PENYEBERANGAN
PENYEBERANGAN

KEMBALI
JEMBATAN TIMBANG METHODE BARU

Layout Jembatan Timbang Losarang


PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL

TransJakarta Busway,

TransPakuan, Bogor

TransJogja, Yogyakarta
RENCANA
PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL

Medan

Manado

Pekanbaru Batam
Samarinda
Pontianak

Padang Jambi
Balikpapan
Gorontalo
Palembang Palu
Bandar Lampung Banjarmasin
Bekasi
Depok
Semarang Kendari
2005
Tangerang Bogor
2006 Makassar
2007 Surabaya
2008 Bandung Bali
KETERANGAN
2009

2010 Yogyakarta Mataram


2011
Surakarta
2012 Malang
2013 Kupang
2014
PENGGUNAAN ENERGI ALTERNATIF

CNG and LGV, Bio-Diesel

Waste Cooking Oil for Biodiesel


PENERAPAN TEKNOLOGI DI BIDANG
TRANSPORTASI DARAT

Anda mungkin juga menyukai