Oleh :
SUROYO ALIMOESO
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
1
PERAN TRANSPORTASI DARAT DALAM
PEMBANGUNAN NASIONAL
1 BIDANGEKONOMI
SEBAGAI INFRASTRUKTUR UNTUK MOBILITAS
/MENDISTRIBUSIKAN ORANG DAN ATAU BARANG
SEBAGAI INFRASTUKTUR YANG MENDORONG
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL (SHIP PROMOTES
THE TRADE)
SEBAGAI INFRASTRUKTUR YANG MENDUKUNG
PERDAGANGAN DAN SEKTOR EKONOMI LAINNYA (SHIP
FOLLOW THE TRADE )
TRANSPORTASI DARAT
2 BIDANGSOSIALBUDAYA
SEBAGAI URAT NADI
SEBAGAI INFRASTUKTUR UNTUK MENINGKATKAN
MOBILITAS SOSIAL BUDAYA DIANTARA TRANSPORTASI
PENDUDUK/SUKU BANGSA.
NASIONAL.
3 BIDANGPOLITIK
SEBAGAI INFRASTRUKTUR YANG MENDUKUNG
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI SELURUH DAERAH
DI INDONESIA
SEBAGAI JEMBATAN DAN SARANA PERKUATAN
INTEGRITAS BANGSA
4 BIDANGPERTAHANANDANKEAMANAN
KETERPADUAN ANTAR MODA JALAN DAN
PENYEBERANGAN MEGHUBUNGKAN SELURUH TANAH
AIR MERUPAKAN PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA
DAN MEMPERKOKOH KETAHANAN NASIONAL .
DEFINISI, RUANG LINGKUP DAN LANDASAN
HUKUM PERHUBUNGAN DARAT
Definisi
Definisi ::
1.
1. Suatu tataran
Suatu tataran kesatuan
kesatuan sistem
sistem penyelenggaraan
penyelenggaraan transportasi
transportasi yang
yang
berada
berada di di daratan dan perairan
daratan dan perairan daratan
daratan yang
yang saling
saling terhubung
terhubung dandan
terintegrasi
terintegrasi dalam
dalam serangkaian
serangkaian simpul
simpul dan
dan atau
atau ruang
ruang kegiatan
kegiatan
(terminal,
(terminal, stasiun, Pelabuhan) yang dihubungkan dengan ruang lalu
stasiun , Pelabuhan ) yang dihubungkan dengan ruang lalu
lintas ( jaringan jalan , jalan rel, dan jembatan bergerak
lintas (jaringan jalan, jalan rel, dan jembatan bergerak). ).
2.
2. Dalam
Dalam RPJM,RPJM, Sub
Sub sektor Transportasi Darat
sektor Transportasi merupakan
Darat merupakan bagian
bagian
TRANSPORTASI
dari
DARATdari
sistem
sistem transportasi
transportasi yang
yang terdiri
terdiri dari
dari moda
moda Lalu
Lalu Lintas
Lintas dan
dan Angkutan
Angkutan
Jalan , Perkeretaapian , Angkutan Sungai, Danau danSEBAGAI URAT NADI
Penyeberangan.
Penyeberangan
Jalan, Perkeretaapian, Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan.
TRANSPORTASI
Ruang
Ruang Lingkup
Lingkup;; NASIONAL.
Sesuai
Sesuai dengan
dengan KM
KM 43 tahun 2005
43 tahun tentang Organisasi
2005 tentang Organisasi Departemen
Departemen
Perhubungan, Perhubungan Darat meliputi : moda Angkutan Jalan
Perhubungan , Perhubungan Darat meliputi : moda Angkutan Jalan
dan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
dan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Landasan
Landasan Hukum
Hukum
1.
1. Undang-undang
Undang-undang No.
No. 22
22 Tahun
Tahun 2009 tentang Lalu
2009 tentang Lalu Lintas
Lintas dan
dan
Angkutan Jalan
Angkutan Jalan
2.
2. Undang-Undang
Undang-Undang No. 17
No. 17 Tahun
Tahun 2009
2009 Tentang
Tentang Pelayaran.
Pelayaran.
VISI DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
Menjadi organisasi pemerintah yang profesional, yang dapat
memfasilitasi dan mendukung mobilitas masyarakat, melalui
suatu layanan transportasi darat yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan berkeadilan, yang selamat, aman, mudah
dijangkau, berkualitas, berdaya-saing tinggi, dan terintegrasi
dengan moda transportasi lainnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
VISI
MISI MISI DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
1. Menciptakan sistem pelayanan transportasi darat yang
aman, selamat, dan mampu menjangkau masyarakat dan
wilayah Indonesia;
2. Menciptakan dan mengorganisasi transportasi jalan,
sungai, danau dan penyeberangan serta perkotaan yang
berkualitas, berdaya saing dan berkelanjutan;
3. Mendorong berkembangnya tata niaga dan industri
transportasi darat yang transparan dan akuntabel;
4. Membangun prasarana dan sarana transportasi darat yang
terintegrasi dengan moda lainnya.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
NASIONAL.
Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur
di bidang transportasi jalan, SDP, perkotaan dan keselamatan
transportasi darat;
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;
Pelaksanaan administrasi di lingkungan Ditjen Perhubungan
Darat .
TUJUAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT
TANTANGAN GLOBALISASI
MENUNTUT KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
PROFESIONALISME TINGGI
KEMACETAN KECELAKAAN
POLUSI
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
c. Muatan lebih (overload) masih memerlukan penanganan secara intensif
KECELAKAAN
OVERLOAD KERUSAKAN
JALAN
JEMBATAN TIMBANG
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
1. BIDANG ANGKUTAN JALAN
d. Kerusakan infrastruktur (sekitar 70% sistem jaringan jalan nasional,
provinsi dan lokal yang terbatas dan berfungsi optimal) tidak hanya
disebabkan oleh overloading, tetapi juga faktor lainnya
PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT
2. BIDANG ANGKUTAN SUNGAI, DANAU & PENYEBERANGAN
a. Keterbatasan infrastruktur (jaringan penyeberangan tersedia 205 lintas)
b. Persaingan antar moda lain, tarif rendah dan pemasaran yang tidak
efektif)
c. Kehandalan armada (sarana ASDP sudah tua dan lambat);
d. SDM
KONSEP SABUK PENGEMBANGAN JARINGAN
TRANSPORTASI DARAT
Lingkup Nasional
Tulang punggung penyelenggaraan transportasi nasional
yang bertumpu pada transportasi laut dan udara, sedangkan
peranan pokok transportasi darat adalah sebagai
pengumpan (feeder)
Lingkup Regional
Mewujudkan keterpaduan antara moda transportasi jalan,
sungai dan danau serta penyeberangan, sebagai upaya untuk
menghubungkan seluruh wilayah tanah air dalam rangka
memantapkan perwujudan Wawasan Nusantara dan
memperkokoh ketahanan nasional
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT
BIDANG ANGKUTAN JALAN:
Pengembangan jaringan transportasi jalan Primer diarahkan
untuk ditingkatkan kemampuan dan daya dukungnya sesuai
dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan
menghubungkan pusat kegiatan Nasional, kegiatan wilayah
serta kawasan-kawasan Andalan yang cepat berkembang
dan untuk mengantisipasi pengembangan jalan tol bebas
hambatan guna mendukung Sistem Transportasi cepat yang
pembangunannya dilakukan antara Pemerintah dan swasta
Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan
Sekunder dikembangkan secara terpadu dengan moda
Transportasi Darat lainnya
Dan untuk mengantisipasi pengembangan jaringan jalan
untuk mendukung sistem transportasi cepat maka
pembangunan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
swasta
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT
BIDANG PENYEBERANGAN
Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai
jembatan penghubung maupun sebagai alternatif untuk
mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk
penghubung pulau-pulau terpencil yang mempunyai nilai
strategis baik dari segi pertahanan dan keamanan
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
MODA TRANSPORTASI DARAT
Government
(Regulator)
Efektif
&Efisien
Operator User
(Provider) (Customer)
PRINSIP DASAR KEBIJAKAN
LAYANAN TRANSPORTASI DARAT
Peningkatan
Kualitas
Hidup
Penyediaan
Infrastruktur
Pengembangan Kualitas
Ekonomi Lingkungan
KEBIJAKAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
PERHUBUNGAN DARAT
Pencegahan
Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan
Preventif
Preventif Jangka
Jangka
((Active
Active Safety
Safety)) Panjang
Panjang
Pencegahan
Pencegahan Luka-luka
Luka-luka
((Passive
Passive Safety
Safety))
Penanganan Jangka
Jangka
Penanganan Korban
Korban
Kuratif ((Emergency Pendek
Pendek
Kuratif Emergency Services
Services))
STRATEGI MANAJEMEN KESELAMATAN
Kecelakaan lalin:
lalin:
penyebab utama
kematian &
Pertolongan kerugian ekonomi Perbaikan
interaksi
pertama bagi interaksi lokasi-lokasi
korban berbahaya
kecelakaan (black spots &
laluintas black zone)
jalan raya & lingkungan
Pendidikan Riset
keselamatan keselamatan
Prinsip pendekatan 5E:
jalan untuk jalan
Engineering anak
Education
Enforcement Pelatihan dan Kampanye
pengujian Penjaminan dan
Encouragement
pengemudi atas sosialisasi
Emergency Preparedness
keselamatan keselamatan
dan peran jalan
jasa asuransi
AREA PENANGANAN KESELAMATAN
AREA PENANGANAN KESELAMATAN YANG DIGUNANAKAN
5S :
1. Safer Management
- Regulasi (pedoman-pedoman)
- Manajemen keselamatan LLAJ
- Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Kajian Akademis
- Workshop
2. Safer System
- Sistem Informasi keselamatan LLAJ
3. Safer vehicles and Driver
- Penyelenggaraan lembaga diklat mengemudi
- Peningkatan kualitas/kompetensi pengemudi
4. Safer People
- Public education
5. Safer Roads and inland waterways
- RSA (Road Safety Audit)
- Perbaikan Black Spot
ROAD MAP PENINGKATAN
KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT 2010 - 2014
PRASARANA : KELEMBAGAAN : OPERATOR :
1. Pembangunan SBNP, 1. Forum LLAJ 1.Mengurangi tingkat kecelakaan
Rambu Sungai. 2. Unit Pengkajian Keselamatan dan meningkatkan pelayanan
2. Fasilitas Keselamatan LLAJ. (UPK) dibidang LLASDP & LLAJ.
3. Perbaikan Daerah Rawan 3. Tim Auditor Keselamatan 2.Manajemen Keselamatan Bagi
Kecelakaan, Keselamatan 4. Badan Inspektur Lalu Lintas. Operator Angkutan Darat.
Jalan.
4. Infrastruktur & Peralatan
Keselamatan
REGULASI : MASYARAKAT :
Reformasi 1. Sosialisasi bidang
Per-Undang-Undangan PENINGKATAN KESELAMATAN keselamatan
TRANSPORTASI DARAT 2. Public Awarness
SDM :
1.Pelatihan TOT Auditor Keselamatan dan Inspektur
PENEGAKAN HUKUM :
Keselamatan
1.Sistem Pendukung Penegakan Hukum
2.Peningkatan Kualitas PPNS Transportasi Darat
2. Pemantauan dan Penindakan
3.Peningkatan Kualitas Penguji Kendaraan Bermotor
Pelanggaran
4.Peningkatan Kualitas Petugas Terminal
3. Monitoring dan Evaluasi Keselamatan
5. Peningkatan Kualitas Petugas Jembatan Timbang
6. Peningkatan Kualitas Bidang ASDP
KEWENANGAN PEMERINTAH, PEMERINTAH PROP
DAN PEMERINTAH KAB/KOTA
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN
UU NO.14/92 UU NO 22 /2009
BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM
BAB II ASAS DAN TUJUAN BAB II ASAS DAN TUJUAN
BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN
UNDANG-UNDANG
BAB III PEMBINAAN BAB IV PEMBINAAN
BAB IV PRASARANA
BAB V PENYELENGGARAAN
BAB VI JARINGAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB V KENDARAAN BAB VII KENDARAAN
BAB VI PENGEMUDI BAB VIII PENGEMUDI
BAB VII LALU LINTAS BAB IX LALU LINTAS
BAB VIII ANGKUTAN BAB X ANGKUTAN
BAB IX LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN BAGI
PENDERITA CACAT
PERBANDINGAN MATERI UU NO.14/92 DENGAN
UU NO 22 /2009 ........(LANJUTAN)
UU NO.14/92 UU NO 22/2009
BAB XI KEAMANAN DAN KESELAMATAN
LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN
BAB X DAMPAK LINGKUNGAN BAB XII DAMPAK LINGKUNGAN
BAB XI PENYERAHAN URUSAN
UU NO.14/92 UU NO...../2009
BAB XII PENYIDIKAN BAB XIX PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
BAB XIII KETENTUAN PIDANA BAB XX KETENTUAN PIDANA
BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN
BAB XV KETENTUAN PERALIHAN BAB XXI KETENTUAN PERALIHAN
BAB XVI KETENTUAN PENUTUP BAB XXII KETENTUAN PENUTUP
KEMBALI
48
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
JENDERAL
JENDERAL
SEKRETARIAT
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT JENDERAL
JENDERAL
DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT LALU
LALU LINTAS
LINTAS &
& BINA
BINA SISTEM
SISTEM KESELAMATAN
KESELAMATAN
LALU
LALU LINTAS
LINTAS DAN
DAN ANGKUTAN SUNGAI,
ANGKUTAN SUNGAI, TRANSPORTASI
TRANSPORTASI TRANSPORTASI
TRANSPORTASI
ANGKUTAN
ANGKUTAN JALAN
JALAN DANAU
DANAU &
& PERKOTAAN
PERKOTAAN DARAT
DARAT
PENYEBERANGAN
PENYEBERANGAN
KEMBALI
JEMBATAN TIMBANG METHODE BARU
TransJakarta Busway,
TransPakuan, Bogor
TransJogja, Yogyakarta
RENCANA
PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL
Medan
Manado
Pekanbaru Batam
Samarinda
Pontianak
Padang Jambi
Balikpapan
Gorontalo
Palembang Palu
Bandar Lampung Banjarmasin
Bekasi
Depok
Semarang Kendari
2005
Tangerang Bogor
2006 Makassar
2007 Surabaya
2008 Bandung Bali
KETERANGAN
2009