TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kompartemen iliopsoas adalah ruang ekstraperitoneal yang terdiri dari
muskulus iliopsoas.1 M. iliopsoas terdiri dari psoas mayor dan iliacus. Muskulus
psoas mayor disebut juga dengan m.psoas magnus, berbentuk fusiformis panjang,
terletak di sisi lateral regio lumbale columna vertebralis dan pinggir pelvis
minor. Otot ini melekat di facies ventralis basis dan tepi caudal processus
transversus semua vertebara lumbal, dan sisi lateral corpus dan discus
intervertebral is vertebra thorakalis terakhir dan semua vertebra lumbal serta
discus intervertebralis yang sesuai. Serabutnya berjalan ke bawah di pinggir pelvis
minor, dan secara gradual semakin mengecil ukurannya, berjalan di bawah
ligamentum inguinale, berakhir sebagai tendo bersama-sama dengan m.iliacus.
Insersio otot ini melekat di trochanter minor femoris, berfungsi untuk flexi femur,
flexi columna vertebralis regio lumbale dengan sedikit membelok ke lateral.
Musculus ini mendapat innervasi dari plexus lumbalis, mengandung serabut-
serabut n.lumbalis ke-2 dan 3. Suplai darah pada otot ini berasal dari keempat
arteri lumbar pada sisi ipsilateral dan drainase vena melalui vena lumbar.
M.psoas minor Disebut pula dengan m.psoas parvus, bentuknya kecil
panjang, terletak di ventral m.psoas major. Origo melekat di sisi corpus vertebra
thorakalis 12 dan vertebra lumbar 1 dan discus intervertebralis yang terletak
diantaranya; musculus ini berakhir sebagai tendo kecil. Insersio musculum ini
melekat di linea pectinea dan eminentia iliopectinea serta tepi lateral fascia iliaca;
seringkali musculus ini tidak ada. Otot ini berfungsi untuk flexi pelvis dan
columna vertebralis regio lumbal. Musculus ini diinnervasi oleh n.lumbalis
pertama.
M.iliacus berbentuk gepeng, trianguler, terdapat di fossa iliaca. Origo
Musculus ini melekat di dua-pertiga bagian atas fossa iliaca, labium intemum
crista iliaca, ligamentum sacroiliaca anterior, ligamentum iliolumbale dan basis
ossis sacri di sebelah dorsal dan ke anterior sejauh SIAS dan SIAl. Insersio
8
melekat di sisi lateral tendo m.psoas major dan beberapa serabutnya memanjang
ke corpus ossis femoris kira-kira 2,5 cm sebelah distal trochanter minor, berfungsi
untuk flexi femur. Secara bersama-sama terhadap articulatio coxae, m.iliopsoas
ini berfungsi untuk flexi. Musculus ini mendapat innervasi dari n.femoralis, yang
mengandung serabut-serabut n.lumbalis ke-2 dan 3.
9
2.3.2 Epidemiologi
Abses psoas merupakan kasus yang jarang terjadi dengan
angka kejadian 0,4/100.000 di UK.2 Di Asia dan Afrika , lebih dari
99% abses psoas adalah primer, dimana 17 % dan 61 % di Eropa dan
Amerika Utara. Abses psoas lebih sering terjadi pada usia muda
daripada usia tua. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Faktor resiko tambahan abses psoas primer adalah usia
dibawah 20 tahun dan dengan status ekonomi yang rendah. Tonich
Bresee et al dalam penelitian terhadap 142 pasien anak-anak dengan
abses posas ditemukan 57 % terjadi pada sebelah kanan 40% pada
sebelah kiri dan 3 % terjadi bilateral.
10
Coli. Mycobacterium tuberkulosis sering menjadi penyebab abses
psoas di negara- negara yang sedang berkembang namun jarang terjadi
di negara di dunia belahan barat. Organisme penyebab lainnya adalah
termasuk proteus, Pasteurella multocida, bacteroides, clostridium,
Yersinia enterocolitica, klebsiella, methicillin resistant Staphylococcus
aureus,salmonella, Mycobacterium kansasii, and Mycobacterium
xenopi.1 Abses psoas sekunder dapat disebabkan oleh:
11
Gambar 2. Abses Psoas1
2.3.5 Diagnosis
Anamnesis yang tepat dan pemeriksaan fisik yang baik sangat
diperlukan dalam menegakkan diagnosis abses psoas. Ada beberapa
tes yang dapat dilakukan pada pasien dengan abses psoas melalui
pemeriksaan fisik, meskipun tidak terlalu spesifik untuk penyakit ini.
Prinsip pemeriksaan ini adalah muskulus psoas adalah otot fleksor
utama panggul. Cara melakukan pemeriksaan ini adalah yang pertama
pemeriksa menempatkan tangannya proksimal dari lutut pasien yang
ipsilateral dan meminta pasien untuk mengangkat pahanya melawan
tangan pemeriksa. Hal ini akan menyebabkan kontrasksi m. Psoas
dan menghasilkan nyeri. Kedua, pada posisi pasien yang normal,
hiperekstensi pada panggul yang terkena akan menghasilkan nyeri
karena m psos yang teregang Namun, pemeriksaan ini dapat positif
pada apendisitis karena terjadi peradangan pada psoas namun tidak
sampai membentuk absess.. Tumor yang berasal dari struktur yang
12
berdada diantara pelvis atau daerah lumbar dapat menyerupai abses
psoas.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan
jumlah sel darah putih, c-reaktif protein, anemia, dan meningkatkanya
laju endap eritrosit. Kultur darah dapat memberikan hasil yang positif
terhadap organisme penyebab abses. Pemeriksaan USG memberikan
hasil yang positif pada 60% kasus. Ruang intraperitoneal sulit untuk
dilihat dengan USG dan dapat menyerupai gas usus. Ct scan dapat
digunakan sebagai diagnosis definitif dan merupakan gold standard.
Namun, Beberapa peneliti, meyakini bahwa MRI lebih baik dari CT
scan karena dapat membedakan jaringan lunak dan dapat melihat
dinding abses serta struktur disekitaranya tanpa menggunkan media
kontras intravena.1
13
-
Renal colic/ pyelonefritis, kondisi ini biasanya ditandai dengan
nyeri pinggang yang menyebar ke pangkal paha dengan mual dan
muntah menjadi gejala penyerta yang sering ditemukan.
-
Endometriosis, pada perempuan, endometriosis retroperitoneal
dapat disertai nyeri panggul kanan dan nyeri perut.
-
Septik artritis panggul, dapat disertai gejala yang sama dengan
psoas abses yaitu kesulitan berjalan dan nyeri di panggul. Nyeri
perut lebih mengarah ke abses psoas namun bila nyeri yang sudah
menjalar ke paha dan punggung juga dapat ditemukan pada septik
artritis. Keduanya memiliki gejala sistemik seperti demam.2
2.3.8 Komplikasi
-
Syok sepsis ( lebih dari 20% kasus )
-
Deep venous thrombosis karena kompresi dari luar pada vena
iliaka
-
Hidronefrosis akibat abses menekan ureter
14
-
Illeus
-
Meningitis ( jarang )
2.3.9 Prognosis
Tingkat mortalitas abses psoas primer adalah 2,4 % dan sekunder
adalah 19%. Ricci et al melaporkan bahwa angka mortalitas pada pasien
yang tidak diberikan pengobatan adalah 100%.1
15