Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata

merusak saraf optik sehingga mengakibatkan terganggunya lapang

penglihatan. Tekanan bola mata umumnya antara 10-21 mmHg

dengan rata-rata 16 mmHg. Pada orang tertentu tekanan bola

mata dapat lebih dari 21 mmHg yang tidak pernah disertai

kerusakan serabut saraf optik (hipertensi okuli) (Utama, 2009)

Glaukoma adalah kelompok penyakit saraf optik yang

melibatkan hilangnya sel ganglion retina. Glaukoma disebut

juga sebagai maling penglihatan karena hilangnya penglihatan dan

lapang pandangan perlahan lahan yang baru di ketahui setelah

keadaan sudah berat, dan penglihatan tidak akan kembali lagi.

Pada mata dengan glaukoma terjadi halangan pengliran keluar

akuos humor yang perlahan lahan merusak saraf optik (papil saraf

optik) dan lapang penglihatan perifer menyempit (Utama, 2009)

Glaukoma adalah neuropati optikus multifaktor dengan adanya

kehilangan serabut nervus optikus didapat yang khas. Merupakan

penyebab paling umum kebutaan ireversibel di dunia, yang menyerang


2% orang berusia lebih dari 40 tahun, dan 4% orang berusi lebih dari

70 tahun (Olver, 2009)

Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh

meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam

bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara produksi

cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang

tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus

yang ada diretina dan belakang bola mata (Nurarif, 2013)

Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh

meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola

mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan

dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi

dalam bola mata bisa merusak jaringan jaringan syaraf halus yang

ada di retina dan di belakang bola mata (Kusuma, 2015)

Glaukoma adalah penyakit yang tidak dapat diobati akan tetapi

hanya dapat dikontrol sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lanjut

atau kebutaan pada mata. Glaukoma penyakit mata yang ditandai

ekskavasi glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang

pandangan yang khas dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola

mata yang tidak normal.

a. Klasifikasi glaukoma

1) Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan

bentuk :

a) Glaukoma sudut tertutup, (closed angle glaukoma, acute

congestive glaukoma).

b) Glaukoma sudut terbuka, (open angle glaukoma, chronic

simple glaukoma).

2) Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam

bola mata, disebabkan :

a) Kelainan lensa : luksasi, pembengkakan, fakoltik.

b) Kelainan uvea : uveitis, tumor.

c) Trauma : perdarahan pada bilik mata deperforasi

kornea dan prolaps iris, yang menyebabkan leukoma

adheren.

d) Pembedahan : bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk

setelah pembedahan katarak.

3) Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil (Buftalmos,

hidroftalmos)

4) Glaukoma absolute

Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total

dan bola mata nyeri (llyas, 2010)


2. Anatomi fisiologi

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya

cairan mata (okuos humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan

yang terjadi pada jaringan trabecular meshwork. Akuos humor yang

dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang, kemudian

melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata

depan, tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal schlemm dan

melalui saluran ini keluar dari bola mata.

gambar 1

3. Etiologi

Penyebab dari glaukoma adalah adanya peningkatan tekanan

intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan mata

atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik.


Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses

patologi dari sistem tubuh lainnya

Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary,

Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata

atau dicelah pupil. Obstruksi aliran aqueous humor. Sumbatan aliran

keluar di sudut antara kornea dan iris(glaukoma sudut tertutup akut)

dapat timbul mendadak akibat infaksi atau cedera.

Usia yang berhubungan dengan fibrosis disudut atau saluran lain

yang berperan dalam mengalirkan aqueous humor dapat secara

perlahan meningkatkan tekanan intraokulus (Corwin, 2000; Nurarif,

2013; Tamsuri, 2012).

4. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokuler bergantung pada besarnya

produksi humor aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya

keluar. Besarnya aliran keluar humor aqueus melalui sudut bilik

mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan

keadaan tekanan episklera. Tekanan intaokuler dianggap normal

bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer

Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih

dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis,

tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatnya

aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini
akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila

terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan

dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa

faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi

berkas serabut saraf pada papil saraf optik .

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil

saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling

lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih

kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada

papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini

masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh

kerusakan serabut saraf optik (Tamsuri, 2012)


5. Pathways

Penyakit mata lain Kelainan anatomis

Glaukoma sudut

(Trauma, uveitis) kegagalan perkembangan

terbuka dan

Organ mata glaukoma

sudut

Penyempitan sudut

tertutup

Mata/obstruksi aliran Gangguan aliran

(aqueus humor

Drainage aqueus humor drainase

terganggu)

Nyeri mata dikepala bola mata terlihat

Peningkatan

Menonjol TIO

Tekanan pada saraf vagus


Tekanan pembuluh

Tekanan pada

Mual, muntah darah diretina sel ganglion

dan

Saraf optik

Ketidakseimbangan Suplai O2 ke mata

Nutrisi kurang dari menurun

Kerusakan retina Kebutuhan tubuh

gangguan Fungsi

penglihatan

Fungsi

penglihatan

Nyeri iskemik

penurunan lapang

pandang

Gangguan citra tubuh

penglihatan
Resiko retinopati

Kebutaan

(kebutaan)

Gangguan citra tubuh Gangguan

persepsi

Sensori visual

Resiko cedera

6. Manifestasi klinik

a. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya

asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan

jarak pandang termasuk konstriksi jarak pandang perifer

general,skotomas terisolasi atau bintik buta, penurunan sensitifitas

kontras, penurunan akuitas, periferal, dan perubahan penglihatan

warna.

b. Pada glaukoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami simptom

prodomal intermitent (seperti pandangan kabur dengan halus

sekitar cahaya dan, biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki

gejala berhubungan dengan kornea berawan , edematous; nyeri

pada okuler; mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaforesis

(Nurarif, 2013)
c. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita,kepala,gigi,telinga).

d. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

e. Mual, muntah, berkeringat.

f. Mata merah , hiperemia konjungtiva , dan siliar.

g. Visus menurun.

h. Edema kornea.

i. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma

sudut terbuka).

j. Pupil lebar lonjong, tidak ada reflek terhadap cahaya.

k. TIO (Tamsuri, 2012)

7. Komplikasi

a. Pada semua jenis glaukoma dapat timbul kebutaan. Glaukoma sudut

tertutup akut adalah suatu kedaruratan medis (Corwin, 2000)

b. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma

penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis.

c. Agens topikal yang di gunakan untuk mengobati glaukoma dapat

memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek

ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernafasan, atau

neurologis (Corwin, Buku saku PATOFISIOLOGI, 2009)

8. Pemeriksaan penunjang
a. Oftalmoskopi : untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu

retina, diskusi optikus macula dan pembuluh darah

b. retina.Tonometri : alat untuk mengukur tekanan intra okular,

nilai yang mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan

dianggap patilogi bila melebihi 25 mmHg.

c. Perimetri : kerusakan nervus optikus meberikan gangguan lapang

pandangan yang khas pada glaukoma secara sederhana, lapang

pandang dapat diperiksa dengan tes konfrantasi.

d. Pemeriksaan Ultrasonotrapi : gelombang suara yang dapat

digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler (Kusuma,

2015)

9. Penatalaksanaan

a. Standar pengobatan adalah pemberian tetes mata setiap hari

untuk menurunkan sekresi atau meningkatkan penyerapan aqueous

humor.

b. Pada penutupan sudut akut dapat digunakan diuretik untuk

menurunkan tekanan intraokulus.Mungkin diperlukan tindakan

bedah (Corwin, 2000)

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan

TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup),

melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah,


serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang

serta mencegah pada mata yang baik (sebelahnya).

Penatalaksanaan medis yaitu dengan upaya menurunkan TIO

dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti gliserin

peroral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor

aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti

anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox).

Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Neptazane). Penurunan

humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens

penyekat beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), Timolol

(Timopic), atau levobunolol (begatan ).

Untuk melancarkan aliran humor aqueus , dilakukan konstriksi

pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4%

setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur

setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum apabila telah

terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri , mual, muntah dan peradangan dilakukan

dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol),

antimuntah atau kortikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan diatas tidak berhasil, dilakukan tindakan operasi

untuk membuka saluran Schlemm sehingga cairan yang banyak

diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan


dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti.

Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi

(pemasangan selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada

pendidikan kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena

90% penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil

pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam pengobatan

untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaikan untuk

mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan

penglihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang menderita glaukoma harus mempunyai gambaran

tentang penyakit ini serta penatalaksanaanya, efek pengobatan, dan

tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan

harus menekankan bahwa pengobatan tidak hanya untuk

mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi hanya mempertahankan

fungsi penglihtan yang masih ada.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Fokus Pengkajian

Pengkajian glaukoma :

a. Riwayat okular:

Tanda peningkatan TIO: nyeri, mual, muntah, pandangan

kabur. Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan.


b. Riwayat kesehatan

Menderita diabetes militus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler,

gangguan tyroid, keluarga menderita glaukoma, penggunaan obat

kortikosteroid jangka lama: topikal/sistemik, penggunaan

antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiazine.

c. Psikososial:

Kemampuan aktifitas, gangguan membaca,resiko jatuh,

berkendaraan.

d. Pengkajian umum:

Usia, gejala penyakit sistemik: diabetes militus, hipertensi,

gangguan kardiovaskuler, gejala gastrointestinal: mual, muntah,

pengukuran TIO dengan tonometer ( TIO > 23 mmHg), nyeri

tumpul orbita, perimetri: menunjukan penurunan luas lapang

pandang, kemerahan, gonioskopi menunjukan sudut mata tertutup

atau terbuka.

2. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan

penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyakit dan prognosis.

c. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.

d. Ansietas berhungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi


e. Risiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan

TIO,perdarahan , kehilangan vitreus

f. Nyeri berhubungan dengan luka pascaoperasi

g. Gangguan perawatan diri berhubungan dengan penurunan

penglihatan,pembatasan aktifitas pascaoperasi. (Tamsuri, 2012)

3. Fokus Intervensi

Rencana keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada pasien

dengan glaukoma adalah :

a. Penurunan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan

penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

1) Tujuan :Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk

proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan

visual.

2) Kriteria Hasil

Klien mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi fungsi

penglihatan.

3) Intervensi

i. Kaji ketajaman penglihatan klien

R : Mengidentifikasi kemampuan visual klien

ii. Dekati klien dari sisi yang sehat

R: Memberi rangsangkan rangsang sensori

iii. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan

R: Meningkatkan kemampuan persepsi sensori


iv. Hindari pencahayaan yang silau

R: Meningkatkan kemampuan persepsi sensori

v. Berikan pencahayaan yang cukup

R: Meningkatkan kemampuan persepsi sensori

b) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit dan prognosis

1) Tujuan

Tidak terjadi kecemasan.

2) Kriteria Hasil

klien mengungkapkan kecemasan berkurang

3) Intervensi

i. Kaji derajat kecemasan

R: Mengetahui tingkat kecemasan

ii. Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien

R: Meningkatkan pemahaman klien akan penyakit

iii. Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya

tentang penyakitnya

R: Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien

iv. Beri dukungan psikologis


R: Penguatan tentang kondisi klien ,peran serta aktif

klien dalam perawatan

v. Bantu klien mengekspresikan kecemasan dan

ketakutan dengan mendengar aktif

R: untuk berbagi perasaan dan pendapat dan

menurunkan ketegangan pikiran

c) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan

intraokular

1) Tujuan

Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

2) Kriteria Hasil

Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri, klien

menyebutkan faktor faktor yang dapat meningkatkan

nyeri, klien mampu melakukan tindakan untuk

mengurangi nyeri

3) Intervensi

i. Kaji derajat nyeri setiap hari

R: Nyeri glaukoma umumnya sangat parah terutama

pada glaukoma sudut tertutup


ii. Terangkan penyebab nyeri dan faktor yang dapat

memicu nyeri

R: Untuk pemahaman klien dalam menghindari rasa

nyeri

iii. Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang

dapat me secara mprovokasi nyeri

R: Untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut

iv. Berikan obat analgetik secara kolaboratif

R: Untuk meningkatkan ambang nyeri

v. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien

R: Menurunkan sensi nyeri dan memblokir sensasi

nyeri menuju ke otak

d) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang operasi

1) Tujuan

Tidak terjadi kecemasan

2) Kriteria Hasil

Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang,

klien berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi

3) Intervensi
i. Jelaskan gambaran kejadian pre- dan pascaoperasi

R: Meningkatkan pemahaman tentang gambaran

operasi.

ii. Jelaskan sikap yang harus dilakukan klien selama di

operasi.

R: Untuk kelancaran penatalaksanaan operasi

iii. Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaanya

R: Berbagi perasaan membantu menurunkan

ketegangan.

iv. Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi

secara langsung.

R: Untuk antisipasi depresi dan rasa kecewa setelah

pasca operasi

v. Menjelaskan tentang perbaikan penglihatan memerlukan

waktu enam bulan atau lebih

R: Memberikan harapan akan hasil operasi

e) Risiko cedera berhubungan dengan peningkatan

TIO,perdarahan,hilangan vitreus

1) Tujuan
Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi

2) Kriteria hasil

Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan

cedera, klien tidak melakukan aktifitas yang

meningkatkan risiko cedera

3) Intervensi

i. Diskusikan tentang rasa sakit,pembatasan

aktifitas dan pembalutan mata

R: Meingkatkan kerja sama dan pembatasan

yang diperlukan

ii. Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebih

rendah dan anjurkan untuk membatasi

pergerakan

R: Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam

pascaoperasi

iii. Bantu aktifitas selama fase istirahat.Ambulasi

dilakukan dengan hati hati

R: Mencegah/menurunkan risiko komplikasi

cedera
iv. Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang

dapat menyebabkan cedera

R: Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan

menimbulkan kerusakan struktur mata

pascaoperasi

v. Amati kondisi mata, dilakukan setiap 6 jam

pascaoperasi

R: mungkin menunjukan cedera mata

pascaoperasi

f) Nyeri berhubungan dengan luka pascaoperasi

1) Tujuan

Nyeri berkurang, hilang dan terkontrol

2) Kriteria hasil

Klien mendemonstrasikan teknik penurunan nyeri,

klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang

3) Intervensi

i. Kaji derajat nyeri setiap hari

R: Nyeri mendadak menunjukan peningkatan

TIO masif
ii. Anjurkan klien untuk melaporkan perkembangan

nyeri setiap hari

R: Meningkatkan kolaborasi , memberikan rasa

aman untuk peningkatan dukungan psikologis.

iii. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan

tiba- tiba yang dapat memicu nyeri

R: Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan

nyeri seperti gerakan tiba-tiba,

membungkuk,mengucek mata,batuk, dan

mengejan

iv. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

R: Mengurangi ketegangan , mengurangi nyeri

v. Lkukan tindakan kolaboratif dalam pemberian

analgetik topikal/sistemik

R: Mengurangi nyeri dengan meningkatkan

ambang nyeri

g) Gangguan perawatan diri berhubungan dengan penurunan

penglihatan, pembatasan aktifitas pascaoperasi

1) Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi


2) Kriteria hasil

Klien mendapatkan bantuan parsial dalam

pemenuhan kebutuhan diri, Klien memeragakan

perilaku perawatan diri secara bertahap

3) Intervensi

i. Terangkan pentingnya perwatan diri

R: Klien di anjurkan untuk istirahat di tempat

tidur pada 2-3 jam pertama pascaoperasi.

ii. Pembatasan aktifitas selama fase pascaoperasi

R: Bantuan total di perlukan bagi klien

iii. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri

R: Memenuhi kebutuhan perawatan diri

iv. Secara bertahap, libatkan klien dalam memenuhi

kebutuhan diri

R: Kontrol klinis dilakukan dengan

menggunakan indikator nyeri mata pada

saat melakukan aktifitas (Tamsuri,

2012)

Anda mungkin juga menyukai