Anda di halaman 1dari 2

Aku tak butuh memori itu !

Bagaimana dengan libur akhir pekan nanti? Apakah kamu tidak berpikir untuk
menghabiskan waktu di danau? Jean bertanya sembari membawa senampan minuman hangat ke
meja kerjaku.

Mmm... aku tidak terlalu memperhatikannya. Tidak penting, pikirku.

Apakah perlu aku memesan tempat? Mmm, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu
bersama. Aku masih rindu dengan saat kita pertama bertemu. Kamu bisa kan menemaniku akhir
pekan nanti? tanyanya lagi. Aku tidak menjawab. Hanya ketukan- ketukan jariku pada keyboard
yang mengisi kesenyapan itu. Kami diam tanpa berbicara. Jean mundur perlahan, kemudian pergi
dengan menutup perlahan pintu ruangan itu. Lagi, aku tidak memperhatikannya. Hanya bunyi
ganggang pintu yang kudengar.

Jam dinding menunjukkan pukul 01.37.

Bruukkkkkkkk..... bunyi itu sontak membuattku kaget.

Jean ... !! teriakku. Tak ada yang menyahut. Aku hendak berdiri dari kursi yang sedari tadi
kududuki.

A...Akh, ti... tidak apa- apa, Ken. Tanganku hanya licin. Maaf mengganggu pekerjanmu.
Jean bergegas bangun sebelum aku menghampirinya. Fiuhh... wanita itu...

****

Mungkin aku akan pulang tengah malam nanti. Jangan menungguku untuk makan malam.
Oh, iya. Jangan lupa pula untuk mengantarkan rekening pajak yang ada di atas meja kerjaku, jangan
sampai janda tua itu menagih-nagih benda tak penting itu. Aku berangkat... kataku pada Jean yang
masih sibuk di samping meja makan. Aku harus cepat pagi ini, pikirku. Kutinggalkan cangkir kopi
yang masih berisi separuh Vanilla latte , dan roti dengan hanya menunjukkan sebekas gigitan di meja
makan. Tak kuhiraukan nasihat- nasihat Jean lagi, aku menarik jas di atas kursi, dan pergi.
Keeen... Kenaan.... Jean berusaha memanggilku. Hanya sayup panggilannya yang kudengar
ketika mobil BMC Toyota itu kunyalakan. Aku tahu dia memanggilku. Tapi untuk apa? Aku sedang
dikejar deadline sekarang.

Jalanan begitu menyita perhatianku. Tak hanya itu, pun waktuku disedot habis olehnya.
Arghh... ingin rasanya aku keluar dari rentetan panjang antrian di jalanan ini juga rongrongan mesin,
klakson yang menggong-nggong dan krencengan pengamen di sekitarku yang seakan berputar-putar
dalam pikiranku. Hhh... mennyebalkan.

Kenan, bagaimana laporan pemeriksaan CTR pasien No. 278 kemarin? pertanyaan itu
menyambutku memasuki lobi rumah sakit yang kumasuki.

Sudah... aku sudah dapat hasilnya kemarin. Berdasarkan rapat semalam, dokter Trishna dan
dokter Hanan akan berpartisipasi dalam operasi itu. Kamu harus menyediakan laporan ke bagian
Neurologi atas keterlibatan dokter Trishna. Jam 10 nanti kita akan rapat dengan kaluarga pasien.
Kataku sembari melangkah ke ruangan kerjaku. Tanpa basa- basi.

Ya, Ken. Jawab Ben setelah menangkap penjelasan panjangku. Sementara itu, aku masuk
keruang kerjaku dan menutup pintu.

Tok.. Tok... Tok...

Ya, masuk... pintaku. Baru beberapa langkah dari mejaku, pintu itu sudah diketuk lagi.

Dokter Kenan, maaf mengganggu. Pasien

Anda mungkin juga menyukai