Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL JIN..

(Mari kita simak)


Sihir merupakan perbuatan syirik, sedangkan praktik sihir selalu menggunakan perantara jin,
lantas bagaimanakah Islam memandang golongan jin?
Pembahasan
Berikut ini beberapa kaidah mengenai jin:
1. Al Quran dan As Sunnah adalah sumber utama untuk mengenal masalah ghaib (termasuk
perkara jin), setiap informasi mengenai masalah ghaib harus selaras dengan keduanya.
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(QS. Al Jin: 26-27).
2. Jin berasal dari api, diciptakan sebelum Adam, dan telah mendiami bumi sebelum manusia.
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. Al Hijr:
27).
dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. Ar Rahmaan: 15).
Rasululloh saw bersabda, Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan
Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) pada kamu (HR Muslim dari Aisyah,
Ahmad dalam Musnad).
3. Jin berasal dari kata ijtinan yang berarti tersembunyi. Sehingga secara bahasa, jin berarti
sesuatu yang tersembunyi dan tidak terindera. Sedangkan setan berasal dari kata syathana
yang berarti menyalahi atau menjauhi. Sehingga setan ialah setiap yang durhaka kepada
Alloh swt baik dari golongan jin maupun manusia.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari
jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang
lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS. Al Anaam: 112).
Setan dari golongan jin ialah ialah setiap jin yang menjadi anak buah Iblis dan berkerja
menggoda manusia. Setan dari golongan manusia ialah setiap manusia yang menolak
kebenaran sehingga tertutup mati hatinya, dan mengajak manusia yang lain ke dalam
kesesatan.
Iblis berasal dari jin dan merupakan raja para setan.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam,
maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin. (QS. Al Kahfi: 50).
4. Jin dan manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Alloh swt.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(QS. Adz Dzaariyaat: 56).
Jin adalah umat seperti manusia yang terdiri dari berbagai ras dan kabilah, ada yang baik ada
yang jahat, ada yang mukmin ada yang kafir, agama mereka berbeda-beda sama seperti
halnya manusia, namun mereka memiliki kewajiban yang sama seperti manusia yaitu menaati
syariat Alloh swt.
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula)
yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. Al Jin:
11).
Al Quran telah memberitahukan bahwa serombongan jin telah masuk Islam setelah
mendengarkan bacaan Al Quran dari Nabi Muhammad saw, dan kemudian rombongan jin
tersebut kembali ke kaumnya serta berdawah mengajak jin yang lain untuk hijrah ke Islam.
Lihat QS. Al Ahqaaf: 29, dan QS. Al Jin: 1-2.
Dengan adanya kewajiban untuk menjalankan syariat Islam, maka jin pun di akhirat nanti ada
yang dimasukkan ke neraka dan ada pula yang dimasukkan ke surga.
5. Manusia merupakan makhluk Alloh yang paling mulia. Alloh swt bahkan menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. (QS. Al Baqarah: 30).
Dalam ketersembunyiannya, jin yang mukmin akan menjalani kehidupan mereka tanpa
berinteraksi dengan manusia. Jin yang mukmin hanya mengurus perkara-perkara golongan
jin, di alam yang tersembunyi dari manusia. Sedangkan jin kafir dan jahat, terkadang
berusaha masuk ke alam manusia.
6. Manusia tidak boleh takut dengan jin.
Karena dendam kepada manusia, maka iblis berusaha membuat manusia lebih rendah
kedudukannya. Manusia dibuat takut dengan jin dan dihembuskan anggapan bahwa jin lebih
kuat dari manusia.
Seperti makhluk Alloh swt yang lain, jin pun memiliki keterbatasan usia dan dapat mati.
Nabi saw bersabda, Setan memperlihatkan wujudnya ketika aku sholat, namun atas
pertolongan Alloh aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tangan ku.
Kalau bukan karena adanya doa saudaraku, Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia (HR. Bukhari).
Karena itulah manusia tidak boleh takut dengan jin. Ketika jin kafir dan jahat muncul dalam
wujud yang dapat dilihat manusia, maka manusia dapat menyakiti dan membunuh mereka
dengan serangan fisik. Itulah sebabnya jin kafir dan jahat hanya sebentar ketika
menampakkan diri.
7. Tidak ada arwah penasaran. Setiap ruh manusia yang sudah mati akan masuk ke alam
barzakh untuk menjalani fitnah kubur (pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir).
Setiap manusia memiliki qarin.
Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali telah didampingi oleh qarinnya dari golongan jin .
Para sahabat bertanya, dan engkau juga ya Rasululloh? Rasululloh menjawab, demikian juga
saya. Tetapi Alloh telah membantu saya atasnya. Maka dia masuk Islam, dan ia tidak
membisikan pada saya kecuali dalam kebaikan (HR Muslim).
Ketika seorang manusia mati, qarin yang mengikutinya seringkali masih hidup (usia jin
umumnya lebih lama dari manusia). Qarin tersebut dapat muncul menyamar seperti manusia
yang dulu didampinginya. Karena telah bersama dalam waktu yang lama, maka qarin tersebut
dapat menirukan bentuk fisik, suara, serta pengetahuan dan kenangannya.
8. Manusia dilarang meminta tolong/bantuan jin. Karena itulah haram hukumnya memelihara
jimat ataupun belajar atau menggunakan sihir. Tidak ada istilah sihir putih atau sihir untuk
kebaikan. Jimat dan segala bentuk sihir telah menjadikan manusia sebagai pelayan dari jin.
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan. (QS. Al Jin: 6).
Haram pula hukumnya mempercayai ramalan nasib, baik zodiak, shio, tarot, primbon, dan
lain sejenisnya.
dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya
kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan
(seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (QS. Al
Jin: 8-9).
Ayat di atas bukan berarti bangsa jin mampu memasuki langit kediaman para malaikat. Jin-
jin tesebut hanya berada di tempat-tempat terdekat dari langit yang dapat mereka capai.
Beberapa golongan jin itu berusaha mendengarkan berita-berita langit. Namun mereka hanya
dapat mengetahui sedikit dari berita langit lalu kemudian ditambahkan dengan dugaan-
dugaan. Walaupun mungkin suatu ramalan terbukti benar, namun tetap haram hukumnya
mempercayai dan menjadikannya referensi.
9. Boleh menggunakan Ruqyah Syariyyah untuk melawan serangan jin.
Jin bisa mengalir melalui aliran darah. Sesungguhnya setan itu mengalir dalam tubuh
manusia melalui jalan darah (HR Bukhari dan Muslim). Karena itu ketika seorang manusia
berpuasa maka pembuluh darahnya akan mengecil sehingga setan yang mengikuti aliran
darahnya menjadi terbelenggu.
Ketika seorang manusia jiwanya sedang lemah, tidak stabil, dalam kondisi sangat takut,
sangat sedih, sangat lalai, sangat marah, atau dikuasai gejolak nafsu syahwat, maka setan (jin
jahat) tidak hanya sekedar mengalir dalam darah, melainkan dapat menguasai diri manusia
tersebut sehingga terjadilah kondisi yang disebut kesurupan/kemasukan jin. Untuk mengobati
orang yang kemasukan jin, umumnya para ulama menggunakan ruqyah.
Hukum asal ruqyah adalah tidak boleh. Sesungguhnya ruqyah, jimat, dan tiwalah (pelet),
adalah syirik. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, Al Albani menshahihkan dalam Shahih wa
Dhaif Sunan Ibni Majah). Karena ruqyah sudah ada sejak zaman jahiliah sebelum Islam,
berupa mantra dan jampi-jampi yang mengandung kemusyrikan.
Dari Auf bin Malik ra, dia berkata: Kami meruqyah pada masa jahiliyah, kami berkata: ya
Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang itu? Beliau bersabda: Perlihatkan ruqyahmu
padaku, tidak apa-apa selama tidak mengandung kesyirikan. (HR. Abu Dawud, dishahihkan
Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah).
Ketika Islam datang, ruqyah yang ada diganti dengan Ruqyah Syariyyah yang memiliki
syarat-syarat: 1.) Menggunakan ayat Al Quran, Asmaul Husna, dzikir dan doa-doa yang
berasal dari hadits Nabi saw. 2.) Dengan lisan bahasa Arab atau dengan bahasa yang bisa
diketahui maknanya selain bahasa Arab. 3.) Meyakini bahwa ruqyah tidak memberikan
pengaruh dengan zatnya sendiri, tetapi Allah Taala yang memberikan pengaruhnya. 4.) Orang
yang diruqyah meninggalkan syirik dan kemaksiatan, kemudian mengisi waktunya dengan
ibadah serta memenuhi hatinya dengan taqwa kepada Alloh swt. 5.) Cara meruqyah sesuai
dengan syariat Islam, misalnya yang diruqyah perempuan maka lelaki yang meruqyah tidak
boleh berkhalwat ataupun melihat auratnya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa ayat Al Quran terlalu suci jika digunakan untuk ruqyah.
Mereka memilih menggunakan cara lain, seperti memberikan tekanan atau pijatan atau
pukulan pada bagian tubuh yang diduga menjadi tempat jin bersembunyi. Umumnya para
ulama berpendapat lebih utama jika seseorang meruqyah dirinya sendiri daripada meminta
diruqyah orang lain.
10. Manusia tidak perlu menjalin hubungan dengan jin. Baik dengan alasan untuk berdawah,
mengembangkan ilmu pengetahuan, ataupun sekedar bersahabat. Generasi sahabat Nabi saw
sebagai generasi terbaik tidak pernah mencontohkan berhubungan dengan jin, meskipun jin
itu jin muslim. Nabi saw pernah berdakwah dan mengajarkan Al Quran kepada bangsa jin,
dan hal itu merupakan kekhususan bagi beliau.
Sifat manusia ialah mudah takjub dan terpukau oleh hal yang tak dapat dicerna akalnya,
sehingga manusia dapat mengagungkan jin dan menjadi syirik jika berhubungan dengan jin.
Padahal jin pun tidak memiliki pengetahuan terhadap hal-hal ghaib.
Bahkan manusia yang memiliki ilmu dapat mengungguli jin yang paling kuat.
Berkata Sulaiman: Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup
membawa singgasananya (ratu Balqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). (QS. An Naml: 38-
40).
11. Kebersihan akidah adalah kunci keselamatan.
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya. (QS. An Nahl: 99).
Hati yang dipenuhi keyakinan akan kebenaran syariat Islam, selalu berprasangka baik kepada
Alloh, serta menjadikan akhirat sebagai tolok ukur, akan menepis setiap bisikan setan dan
gangguan jin.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. Al Anaam: 82).
Akidah yang bersih ditandai dengan penolakan terhadap segala khurafat, takhayul, dan
berbagai kepercayaan yang menimbulkan was-was dan ketergantungan kepada makhluk.
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang
mukhlis (mukhlasin). (QS. Al Hijr: 36-40).
Bahkan iblis sendiri mengakui bahwa ia dan seluruh pasukan setannya tak akan sanggup
mengalahkan manusia yang ikhlas, manusia yang memurnikan segala perbuatannya hanya
agar dapat lebih dekat dengan Alloh swt.
12. Membatasi diri dan tidak larut dalam membahas perkara jin.
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, (QS.
Huud: 61). Sebagai pemakmur bumi, manusia memiliki konsekuensi untuk mengembangkan
peradaban Ilahiah dalam rangka ibadah kepada Alloh.
Karena itulah, mengakhirkan opsi faktor jin pada suatu peristiwa, menjadi salah satu adab
ulama. Misalnya ketika ada seorang awam mengadukan bahwa dirinya sakit karena guna-
guna dan gangguan jin, maka sebaiknya kita katakan bahwa sakit yang dideritanya
disebabkan faktor medis, namun solusi yang kita berikan bersifat komprehensif baik dari sisi
medis maupun sisi pengobatan terhadap gangguan sihir dan jin. Hal itu pun berlaku bagi
peristiwa-peristiwa lain dimana jin menjadi tersangka utamanya.
Kesimpulan
Salah satu hikmah diciptakannya setan dan jin adalah sebagai sarana ujian keimanan. Ketika
manusia berhasil mengalahkan ujian dan godaan setan, maka manusia telah membuktikan
bahwa mereka memang makhluk Alloh yang paling mulia.

Sumber: studi islami

Salam seduluran selawase.

#Ras_Mad

Anda mungkin juga menyukai