Anda di halaman 1dari 5

1.

Teknologi dan Prinsip Kerja PLTP


Secara garis besar, Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat
dibagi menjadi 3(tiga), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan reservoir.

Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
(geothermal power plants), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan
reservoir.Yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi
ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

a. Uap Kering (dry steam)


Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (>235
derajat celcius), dan air yang tersedia di reservoir amat sedikit jumlahnya. Seperti
terlihat digambar, cara kerja nya adalah uap dari sumber panas bumi langsung
masuk ke turbin melalui pipa. kemudian turbin akan memutar generator untuk
menghasil listrik. Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua yang telah
digunakan pada Lardarello, Italia pada tahun 1904. Jenis ini adalah cocok untuk
PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang tinggi. Contoh jenis ini di
Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 2000 kW.

Gambar 3.3 Dry Steam Power Plant

Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, dapat dipergunakan PLTP
jenis condensing, dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapan nya seperti
menara pendingin dan pompa, Tipe ini adalah sesuai untuk kapasitas lebih besar.
Contoh adalah PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Darajad 1
x 55 MW.
b. Flash steam
0
Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 182 C pada reservoir, cara kerjanya
adalah Bilamana lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu
separator yang memisahkan air dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam
tangki yang bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap dengan
cepat menjadi uap yang memutar turbin dan generator akan menghasilkan listrik.
Air panas yang tidak menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui
injection wells.

Gambar 3.4 Flash Steam Power Plan

c. Binary cycle
Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-
0
182 C. Cara kerjanya adalah uap panas di alirkan ke salah satu pipa di heat
exchanger untuk menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. pipa
kerja adalah pipa yang langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan
turbin yang telah dihubungkan ke generator. dan hasilnya adalah energi listrik.
Cairan di pipa kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti
Iso- butana atau Iso-pentana.
Gambar 3.5. Binary Steam Power Plant

Keuntungan teknologi binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi
bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan emisi. karena alasan
tersebut teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai dimasa depan. Sedangkan
teknologi 1 dan 2 diatas menghasilkan emisi carbondioksida, nitritoksida dan sulfur,
namun 50x lebih rendah dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit minyak.
2. PT Indonesia Power UPJP Kamojang Unit Darajat

PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Kamojang merupakan salah satu dari
sembilan unit bisnis yang dimiliki oleh PT Indonesia Power. Dengan demikian sejarah berdirinya
UBP Kamojang akan sangat erat hubungannya dengan sejarah berdirinya PT Indonesia Power.
Sejarah terbentuknya PT Indonesia Power dipicu oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang
memandang perlunya deregulasi di sektor ketenagalistrikan yang ditindaklanjuti dengan Kepres
No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkitpembangkit
listrik swasta. Menyikapi hal tersebut, Tahun 1994 PLN mencoba untuk lebih profesional dengan
mengubah status perusahaan menjadi Persero. Setahun kemudian tepatnya 3 Oktober 1995, PT
PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan sebagai langkah untuk memisahkan misi sosial
dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut
(indonesiapower.co.id, 2006b). Salah satu dari anak perusahaan adalah PT Pembangkitan Tenaga
Listrik JawaBali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I, yang bergerak dalam usaha
komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik serta usaha terkait lainnya.

Tanggal 3 Oktober 2000, lima tahun setelah berdirinya PLN PJB I, manajemen perusahaan
secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power sebagai
upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan
sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan dalam waktu dekat. Walaupun baru tercatat
sebagai satu perusahaan pada pertengahan 1990an, Indonesia Power telah mewarisi sejumlah
aset berupa pembangkit dan fasilitasfasilitas pendukungnya. Dari pembangkitpembangkit
tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit tertua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA
Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920an dan
sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa secara historis usia PT
Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia

Pembangkitpembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8
(delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang,
Perak & Grati serta Bali. Dan secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu
sebesar 8.993 MW, sekaligus merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan pembangkitan di Indonesia. Selain itu, PT Indonesia Power juga memiliki satu unit
bisnis yang bergerak dalam jasa pemeliharaan pembangkit serta tiga anak perusahaan yaitu PT.
Artha Daya Coalindo, PT. Cogindo Daya Bersama, dan PT. Indo Pusaka Berau.

UBP Kamojang sendiri merupakan unit bisnis yang mengelola pembangkit tenaga listrik energi
panas bumi yang terbesar di Indonesia. UBP Kamojang memiliki 3 (tiga) Sub Unit Bisnis
Pembangkitan, yaitu: PLTP Kamojang (140 MW), PLTP Darajat (55 MW), dan PLTP Gunung
Salak (180MW). PLTP ini dibangun secara bertahap mulai dari tahun 1983 dan ditandai dengan
peresmian unit 1 oleh Presiden Soeharto tanggal 7 Februari 1983. Selanjutnya Unit II dan III
Kamojang beroperasi mulai pada bulan Juli dan November 1987. Tahun 1993 pembangunan
PLTP Darajat dapat diselesaikan, kemudian menyusul PLTP Gunung Salak yang terdiri dari Unit
I (1994), Unit II (1995), serta Unit III (1997). PLTP Gunung Salak pun telah mengalami upgrade
kapasitas dari masing masing 55 MW menjadi 60 MW di tahun 2004 dan 2005.

Anda mungkin juga menyukai