Anda di halaman 1dari 6

Pregnancy outcomes in women with different doses of corticosteroid

supplementation during labor and delivery

Takao Owa , Kazuya Mimura, Aiko Kakigano, Shinya Matsuzaki, Keiichi Kumasawa, Masayuki Endo, Takuji
Tomimatsu and Tadashi Kimura Department of Obstetrics and Gynecology, Osaka University Graduate School of
Medicine, Osaka, Japan

Abstrak
Tujuan: tujuan dari studi ini adalah untuk melaporkan hasil pada kehamilan dari wanita yang
mendapatkan terapi tambahan kortikosteroid dengan dosis berbeda selama persalinan dan
kelahiran.
Metode: peneliti melakukan tinjauan retrospektif terhadap 102 wanita hamil yang mendapatkan
terapi kortikosteroid oral, yang melahirkan di Rumah Sakit Universitas Osaka dan mendapatkan
tambahan kortikosteroid intrvena selama persalinan dan kelahiran. Dari Januari 2008 sampai Mei
2012, 47 wanita mendapatkan kortikosteroid dosis tinggi (kelompok HD). Dari Juni 2012 sampai
Desember 2016, 55 wanita mendapatkan kortikosteroid dosis rendah (kelompok LD).
Hasil: tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk karakteristik pasien dari kedua grup.
Penyakit dengan frekuensi terbanyak adalah systemic lupus erythematous (30/102; 29.4%).
Kebayakan wanita menggunakan prednisolone lebih dari 1 tahun (91/102; 89.2%) dan pada dosis
lebih dari 5mg/hari (88/102; 86.3%). Dosis total dari hidrokortisone intravena selama persalinan
dan kelahiran pada standar deviasi 233.5 129.4 mg (kelompok HD) dan 143.4 38.1 mg
(kelompok LD), terlihat dosis lebih besar secara berarti pada kelompok HD. Tidak ada pasien yang
menderita suatu defisiensi adrenal dan tidak ada perbedaan yang berarti pada hemodinamik. Yang
terdapat adalah tiga kasus puerpural endometritis, dua pasien dengan hiperglikemi dan satu pasien
dengan infeksi luka pada kelompok HD, sedangkan pada kelompok LD yang terdapat adalah satu
kasus puerperal endometritis. Tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan pada neonatus.
Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan berarti pada kehamilan antara kelompok yang mendapat
terapi tambahan kortikosteroid dosis tinggi dengan kelompok dosis rendah selama persalinan dan
kelahiran.
Key words: insufisiensi adrenal, kortikosteroid tambahan, persalinan dan kelahiran, hasil
kehamilan dan systemic lupus erythematosus.
Pendahuluan
Pada tahun 1885, Addison melaporkan bahwa hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal
berperan penting dalam kehidupan.1 Kortikosteroid suatu kelas hormone yang diproduksi di
korteks adrenal vertebrata. Dua kelas utama dari kortikosteroid adalah glukokortikoid dan
mineralokortikoid, yang memiliki rentang besar dalam proses fisiologis, termasuk respon stres,
regulasi inflamasi, kadar elektrolit darah, metabolisme karbohidrat, katabolisme protein dan
perilaku. Produksi endogen kortisol adalah 5-10 mg/m2/hari.
Insufisiensi Adrenal (AI) adalah kegagalan korteks adrenal untuk memproduksi kadar
kortisol yang cukup. Terdapat dua tipe dari AI: primer dan sekunder. AI primer pada awalnya
kebanyakan disebabkan oleh tuberkulois, namun saat ini terbanyak disebabkan oleh destruksi
autoimun. Sedangkan penyebab terbanyak AI sekunder adalah penggunaan terapi kortikosteroid ,
karena kortikosreroid dapat menyebabkan penekanan HPA axis. Kejadian dan prevalensi AI
selama kehamilan tidak diketahui. Bagaimanapun kortison penting selama kehamilan dan kadar
kortisol pada ibu hamil meningkat dua sampai tiga kali lebih banyak karena waktu paruh hidup
kortisol hampir berlipat ganda dibandingkan wanita yang tidak hamil dan rata-rata klirens
metabolic kortisol lebih rendah. 16,17 Kadar hormone kortisol mencapai tingkat maksimum pada
saat melahirkan, karena tubuh menganggap persalinan dan kelahiran sebagai suatu stessor yang
sangat besar. Khususnya, kortisol serum ibu hamil lebih tinggi selama persalian vaginal
dibandingkan persalinan secara Caesar elektif, karena indikasi stress yang lebih tinggi. Selama
persalinan dan kelahiran umumnya disarankan wanita hamil yang menerima terapi kortikosteroid,
pemberian suplemen kortikosteroid harus diberikan secara intravena (i.v). Beberapa ahli juga
menyarankan, wanita menerima terapi kortikosteroid harus diberikan kortikosteroid dalam dosis
tinggi. Dosis tipikal kortikosteroid adalah 100 mg i.v hidrokortison diberikan setiap 6-8 jam selama
persalinan dan untuk 24 jam setelah kelahiran. Sebaliknya, ahli lain merekomendasikan 50mg
hidrokortison. Semenjak jumlah kehamilan dengan pertambahan usia ibu hamil dan penyakit
medis komplikasi kehamilan meningkat, manajemen wanita hamil dengan terapi kortikosteroid
menjadi isu penting. Dan ditambah dengan masih kurangnya literature yang mendeskribsikan
kebutuhan kortikosterid selama kehamilan. Objektif dari studi ini adalah memastikan prevalensi,
hasil dan efek samping antara suplemen kortikosteroid dengan dosis berbeda selama persalinan
dan kelahiran pada pasien yang melahirkan di Rumah Sakit Universitas Osaka. Penelitian ini
ditunjukkan secara retrospektif dengan pendekatan cohort dari 114 pasien yang mendapatkan
terapi kortikosteroid selama persainan dan kelahiran.
Metode
Setelah mendapat persetujuan dari lembaga nasional, peneliti melakukan tinjauan pada rekam
medis dari wanita hamil yang meneria terapi kortikosteroid yang melahirkan di Rumah Sakit
Universitas Osaka, Osaka, Jepang. Studi ini dilakukan sesuai dengan prinsip etika dalam Declarasi
Helsinki, dan telah mendapatkan persetujuan tertulis dari semua pasien. Dalam studi ini, penulis
mendefinisikan wanita yang mendapat terapi kortikosteroid sebagai wanita yang mendapatkan
terapi kortikosteroid oral dan mengekslusi wanita yang mendapat terapi steroid inhalan atau
topical.
Dari Januari 2008 sampai Mei 2012, wanita yang mendapatkan terapi kortikosteroid,
diarahkan kedalam kelompok yang mendapat suplemen kortikosteroid dosis tinggi (kelompok
HD). Yaitu kelompok wanita yang diberikan 100 mg hidrokortison mulai dari awal persalinan,
kemudian setiap 8 jam sampai kelahiran. Dan setelah melahirkan, beberapa pasien mendapatkan
50 mg hidrokortison setiap 8 jam untuk 1 hari. Dari Juni 2012 sampai Desember 2016, wanita
yang menerima terapi kortikosteroid diberikan suplemen kortikosteroid dosis rendah (kelompok
LD). Pada kelompok ini wanita hamil diberikan 50mg hidrokortison mulai dari awal persalinan
dan setiap 8 jam sampai kelahiran. Setelah melahirkan, beberapa wanita menerima 25mg
hidrokortison setiap 8 jam untuk 1 hari. Pasien-pasien dalam kelompok ini tetap mendapatkan
terapi kortikosteroid oral rutin mereka setelah persalinan dan kelahira pada kedua kelompok.
Data yang diekstrak mencakup karakteristik ibu hamil, komplikasi medis ibu hamil,jumlah
dan durasi pemberian prednisolone oral, hasil pada ibu hamil, parameter hemodinamik, dan hasil
neonates. Tanda-tanda vital dipantau mulai dari awal dimulainya persalinan sampai kelahiran.
Takikardi, bradikardi, dan hipotensi menunjukkan hemodinamik yang tidak stabil. Hipertensi dan
demam tidak menunjukkan pertanda ketidakstabilan hemodinamik, tapi mengarahkan kepada
parameter hemodinamik lain.
Analisis statistic ditunjukkan menggunakan JMP 12 (SAS Institute, Inc.). Data ditampilkan
sebagai rata-rata Standar Deviasi (SD) dan satistik perbandingan antara edua kelompok
ditunjukkan dengan menggunakan suatu t-test atau uji Fishers langsung.

Hasil
Selama periode penelitian, terdapat 4691 wanita yang melahirkan di Rumah Sakit Universitas
Osaka dan terdapat 114 wanita yang mendapatkan terapi kortikosteroid. 12 wanita di ekslusi dari
penelitian karena memiliki hidrokortison yang berbeda dan jenis terapi steroid yang berbeda. Dari
Januari 2008 sampai Mei 2012, 54 wanita menerima terapi kortikosteroid. Tujuh wanita di ekslusi
dan 47 wanita diberikan dosis tinggi kortikosteroid (kelompok HD). Satu orang wanita hamil
dengan kembar. Dari Juni 2012 sampai Desember 2016, 60 wanita menerima terapi kortikosteroid.
5 wanita di ekslusi dan 55 wanita mendapatkan terapi kortikosteroid dosis rendah (kelompok LD).
Karakteristik maternal ditunjukkan pada Tabel.1. diantara semua wanita yang
berpartisipasi dalam studi ini, 101/102 (99.0%) adalah penduduk Jepang, kebanyakan bukan
perokok (99/102; 97.1%). Dan usia rata-rata ibu hamil pada SD 33.6 4.7 tahun dan 33.1 4.9
tahun pada kelompok HD dan LD. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada umur, prmipara,
teknologi reproduksi yang diarahkan, indeks massa tubuh sebelum hamil, perokok atau jumlah
prednisolon oral.

Komplikasi medis maternal ditunjukkan pada Tabel 2. Komplikasi terbanyak pada


kelompok HD dan LD terdiri dari systemic lupus erythematosus (n = 13 [27.7% dan (n = 17
[30.9%] ), idiopathic thrombocytopenic purpura (n = 9 [19.1%] dan n =3 [5.4%]), transplantasi
ginjal (n =4 [8.5%] dan n = 8 [14.5%]), rheumatoid arthritis (n = 4 [8.5%] dan n = 8 [14.5%]),
penyaki jaringan ikat gabungan (n = 3 [6.4%] dan n =4 [7.3%]), sindrom aortitis (n = 1 [2.1%] dan
n = 5 [9.1%]), dan lainnya (n = 13 [27.7%] dan n = 10 [18.2%]).

Jumlah dari prednisoslon oral dandurasi pemberian ditunjukkan pada tabel 3. Kebanyakan
wanita menggunakan prednisolone untuk waktu lebih dari 1 tahun (91/102; 89.2%), dan pada dosis
lebih dari 5 mg/hari (88/102; 86.3%).

Hasil kehamilan ditunjukkan pada Tabel 4. Tidak ada perbedaan signifikan antara
kelompok HD dan LD dalam hal usia kehamilan SD pada saat persalinan (37.9 1.8 minggu
and 37.7 2.2 minggu), jumlah persalinan pervaginam, jumlah vakum dan jumlah kelahiran
Caesar. Jumlah perdarahan dan hari rawatan di rumah sakit setelah melahirkan juga tidak
menunjukan perbedaaan yang berarti. Dosis hidrokortison SD 233.5 129.4 mg pada kelompok
HD group dan 143.4 38.1 mg pada kelompok LD. Disini terlihat dosis yang berbeda secara
signifikan pada kelompok HD dibandingkan kelompok LD. Tidak ada kasus AI atau efek samping
lain yang signifikan pada kedua kelompok. Terdapat tiga kasus endometritis purpura, dua pasien
dengan hiperglikemia dan satu pasien dengan infeksi luka pada kelompok HD, sedangkan pada
kasus kasus purpural endometritis didapatkan cuma 1 kasus purpura endometriris.

Perbandingan parameter hemodinamik dari persalinan sampai kelahiran ditunjukkan dalam


Tabel 5. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kejadian takikardi, bradikardi, hipotensi,
hipertensi ataupun demam. Tidak ada pasien dengan tekanan darah sistolik yang kurang dari 80
mmHg.

Hasil pada neonates ditunjukkan pada Tabel 6. Dimana tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok HD dan LD dalam hal berat badan lahir (2696 422 g and 2671 514
g) , Apgar score pada menit ke-5 (8.85 0.7 and 8.99 0.49) atau PH darah arteri umbilical (7.28
0.07 and 7.30 0.06).
Diskusi

Tidak ada kasus AI pada kedua grup dan didapatkan bahwa suplemen kortikosteroid LD sama
amannya dengan HD pada saat persalinan dan kelahiran. Terdapat tiga kasus endometritis purpura,
dua pasien dengan hiperglikemia dan satu pasien dengan infeksi luka pada kelompok HD,
sedangkan pada kasus kasus purpural endometritis didapatkan cuma 1 kasus purpura endometriris.

Terdapat banyak keterbatasan dalam studi ini. Pertama jumlah pasien yang termasuk dalam
studi ini kecil. Bagaimanapun sangat sulit untuk menginvestigasi suplemen kortikosteroid dosis
tinggi atau rendah pada AI karena prevalensinya jarang dan kejadian saat kehamilan tidak
diketahui. Kedua, dalam studi ini digunakan metode Cohort retrospektif, dimana tidak dapat secara
detail mendeskribsikan gejala dari AI. Ketiga, studi ini memiliki bias dalam penetapan
partisipannya. Dimana terdapat 12 orang yang di ekslusi dari penelitian karena dokter memilih
dosis berbeda dari hidrokortisonnya. Bagaimanapun karakteristik maternal, termasuk jumlah dan
lama pemberian prednisolone oral yang tidak berbeda jauh dari studi kasus. Studi ini memerlukan
penelitian lebih lanjut, dan perhatian lebih dalam terhadap wanita hamil yang menerima terapi
kortikosteroid di prakterk klinisnya.

Anda mungkin juga menyukai