A. Pendahuluan
menjadi penyakit mata yang paling umum di seluruh dunia, yang umumnya
konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi, toksik dan
Konjungtivitis ringan biasanya jinak dan sembuh sendiri atau mudah diobati dengan
lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis, kemosis,
1
B. Anatomi Konjungtiva
bulbar).1
Garis konjungtiva palpebra pada permukaan posterior kelopak dan melekat kuat
pada tarsus. Pada tepi superior dan inferior dari tarsus, konjungtiva terletak di
posterior (di forniks superior dan inferior) dan mencakup jaringan episkleral menjadi
konjungtiva bulbar. Konjungtiva bulbar melekat secara longgar pada septum orbital
dalam forniks. Hal ini memungkinkan mata untuk bergerak dan memperbesar
temporal superior.) Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu
sedalam 3 mm), konjungtiva bulbar melekat secara longgar pada kapsul Tenon dan
dasar sklera.1
2
C. Insiden dan Epidemologi
Konjungtivitis bakteri terjadi pada semua ras dengan perbedaan frekuensi dapat
bakteri pada laki-laki dan perempuan sama. Perbedaan tingkat infeksi terjadi pada
pola lingkungan dan perilaku. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan
Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk Indonesia seluruh golongan umur pernah
menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama,
lebih sering menyerang pada anak-anak. Penularan melalui kontak dengan sekret atau
serius konjungtivitis, cenderung menyebar secara seksual atau vertikal (dari ibu ke
anak). Dokter harus mempertimbangkan organisme pada dalam setiap bayi yang baru
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari
pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus lakrimalis dan air mata
3
mengandung substansi antimikroba termaskl lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel
dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada
kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet,
bangun tidur.1
pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda
asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah
4
E. Manifestasi Klinis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau
panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan
tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang
kornea.3,6,7
adenopati pre-aurikuler.3,
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan
pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman
mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata
5
Gambar 2. Injeksi konjungtiva1
Konjungtivitis bacterial yang ditandai dengan eksudat purulen disebabkan oleh
bentuk epidemik dan disebut mata merah oleh orangawam. Penyakit ini ditandai
dengan hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang.1
6
F. Pemeriksaan Laboratorium
semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau
spesifik.3
1. Keratitits
hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap terapi topikal
gejala mata merah, rasa silau, merasa kelilipan serta mengalami penurunan tajaman
penglihatan. Pada pemerikasaan fisik dijumpai injeksi siliar dan infiltrat pada
kornea.5
7
Gambar 5. Injeksi siliaris (keratitis)1
2. Uveitis
Uveitis merupakan peradangan pada uvea yang dapat mengenai jaringan iris
atau badan siliar dan korois. Iritis dan iridosiklitis merupakan suatu manifestasi klinik
reaksi imunologikterlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior.
Bakteremia atau viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila kemudian terdpat
antigen yang sama dalam tubuh dapat menimbulkan kekambuhan. Keluhan pasien
dengan uveitis mata sakit, merah, fotofobia, penurunan tajam penglihatan dengan
mata berair serta sukar melihat dekat akibat peradangan otot-otot akomodasi.5
8
3. Glaukoma akut
glaukoma sudut tertutup akut. Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intraokuler
meningkat mendadak. cairan mata di belakang iris tidak dapat mengalir melalui
dengan rasa sakit hebat di mata dan kepala, perasaan mual dengan muntah, mata
dilatasi pupil, kornea suram dan edem, papil saraf optik hiperemis dan penyempitan
lapangan pandang.5
F. Komplikasi
Pembentukan jaringan parut di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat
merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan penyumbatan duktus lakrimal. Hal ini dapat
mengurangi komponen humour aquor prakornea secara drastis dan juga komponen
mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Jaringan parut juga dapat mengubah
bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu
mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
9
kornea. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N.gonorroeae, N. kochii
iritistoksik.1,3
G. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang
sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan
2. Farmakologi
selama 5 hari, Cefoxitim 1.0 gm or cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 gm
topikal seperti tetes mata chloramphenicol (1%), gentamycin (0.3%) atau framycetin
3-4 kali sehari. bila tidak merepon dapat diberikan antibiotik topikal seperti
10
Irigasi conjunctival dengan larutan garam fisiologis dua kali suatu sehari
Inflammatory dan obat penghilang sakit seperti ibuprofen dan paracetamol dapat
diberi selama 2-3 hari untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian
kornea.1
H. Prognosis
penobatan yang berlangsung 10-14 hari dan jika diobati berlangsung 1-3 hari.
bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah
11
DAFTAR PUSTAKA
2. Lang GK, Lang GE. Bacterial Conjunctivitis. Dalam : Lang GK. Author.
Ophthalmology : A Short Textbook. Stuttgar-New York : Thieme. hal.82-3
3. Garcia FJ, Schwab IR. Conjunctivitis. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors.
General Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill. 2007
5. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Normal. Dalam : Ilyas S. Author. Ilmu
Penyakit Mata. Ed. 3th. 2010
6. Singer MS, Langston DP, Levy BD. Conjunctivitis (Red Eye). The Health Care
of Homeless Persons. 2003. hal.11-
7. Quinn CJ, et al. Care of the Patient with Conjunctivitis. American Optometric
Association. 2002. hal.1-60
8. Banks MR. Conjunctivitis: More than Meets the Eye. The Canadian Journal of
Continuing Medical Education. 2002. hal.65-77
12