Anda di halaman 1dari 38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dan menggunakan data rekam medik periode Januari -Juni

2012 untuk mengetahui profil penderita TB paru (Notoadmodjo, 2004).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan (dokter,

perawat/petugas TB dan petugas laboratorium). Tenaga kesehatan tersebut yang

bekerja di Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.2 Sampel

Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang dapat diikutsertakan ke dalam

penelitian. Adapun yang menjadi kreteria inklusi adalah:

a. Semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas laboratorium dan petugas TB)

yang telah bertugas dan bertanggung jawab terhadap keterlaksanaan strategi

DOTS pada pengobatan TB Paru di Puskesmas Helvetia dan di RSUP H. Adam

Malik Medan selama satu tahun terakhir atau lebih.

Universitas Sumatera Utara


b. Semua data rekam medik untuk pasien TB Paru yang berasal dari daerah kota

Medan periode Januari - Juni 2012 yang lengkap. Misalnya: ditemukan suspek

BTA (+) pada data rekam medik pasien.

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan.

Kriteria eksklusi adalah:

a. Semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas laboratorium dan petugas TB)

yang telah bertugas dan bertanggung jawab terhadap keterlaksanaan strategi

DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam

Malik Medan selama kurang dari satu tahun terakhir.

b. Data yang tidak lengkap atau tidak memuat informasi dasar yang dibutuhkan

dalam penelitian. Misalnya: tidak ditemukan suspek BTA (+) pada data rekam

medik pasien.

3.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di

Puskesmas Helvetia dan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan Puskesmas

Helvetia karena di Kecamatan Medan Helvetia memiliki jumlah tertinggi penderita

TB paru 2253 orang BTA (+) dari 4 Kecamatan yang lain pada Tahun 2009 dan di

Rumah Sakit Pemerintah baru RSUP H. Adam Malik Medan yang memberikan

pengobatan TB strategi DOTS sebanyak 21,74%.

3.4 Instrumen Penelitian Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data kuesioner yang diambil dari

petugas kesehatan (dokter dan perawat/petugas TB), petugas laboratorium, PMO dan

Universitas Sumatera Utara


penyusun kebijakan program. Sebagai informasi dasar pasien TB paru yang dtang

berkunjung menggunakan data rekam medik periode Januari Juni 2012.

3.4.1 Jenis data

Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu tanggapan yang dipilih

langsung melalui pengisian angket (kuesioner) oleh responden (Riduwan, 2009).

3.4.2 Teknik pengumpulan dan pengolahan data

Teknik pengumpulan data dilakukan secara manual berdasarkan kuesioner

yang dibagikan terkait variabel penilaian. Setiap jawaban dari kuesioner penelitian

ditampilkan secara persentase dalam tabel distribusi frekuensi menurut variabel

bebas.

3.4.3 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif.

Bentuk dan kuantitas akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif

akan disajiakan dalam bentuk uraian.

3.5 Definisi Operasional

a. Tenaga kesehatan adalah petugas yang bertugas untuk melaksanakan pengobatan

TB paru di Puskesmas atau Rumah sakit yang meliputi dokter, petugas TB paru,

perawat dan petugas laboratorium.

b. Prasarana adalah bangunan (ruangan laboratorium dengan fasilitas-fasilitasnya

yang digunakan untuk menunjang keberhasilan pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS.

c. Paduan obat adalah obat-obat yang tersedia di Puskesmas dan Rumah Sakit

dengan jenis-jenis obat yang digunakan untuk pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS.

Universitas Sumatera Utara


d. Kebijakan program adalah kebijakan program (POA) yang dibuat oleh petugas

Puskesmas dan Rumah sakit tentang penanggulangan/pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS.

e. Kepatuhan penderita adalah kepatuhan penderita TB paru dalam melaksanakan

menelan obat dan memeriksakan diri serta mentaati segala nasehat dari petugas

Puskesmas dan Rumah Sakit.

f. Dukungan petugas menelan obat (PMO) adalah masyarakat yang dengan sukarela

mau mengawasi penderita TB paru dalam melaksanakan keteraturan menelan

obat, diukur dengan kuesioner.

g. Penerimaan lingkungan adalah bila masyarakat di sekitar tempat tinggal penderita

TB paru dapat menerima (tidak mengucilkan) dan memberikan dorongan serta

nasehat-nasehat pada penderita TB paru supaya berobat teratur sampai dengan

sembuh.

h. Pengobatan TB paru dengan strategi DOTS adalah suatu strategi yang terdiri dari

5 komponen, komitmen politisi dari para pengambil keputusan termasuk dana,

diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik, pengobatan

dengan paduan obat anti tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan

langsung pengawas menelan obat (PMO), kesinambungan persediaan OAT jangka

pendek dengan mutu terjamin, pencatatan dan pelaporan secara baku untuk

memudahkan dan evakuasi program penanggulangan TBC.

i. Sembuh adalah apabila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap

dan pemeriksaan negatif (pada akhir pengobatan dan/atau sebulan sebelum akhir

pengobatan).

j. Ketersedian OAT adalah kecukupan OAT untuk penderita TB paru (+).

Universitas Sumatera Utara


k. Petugas penegak diagnosis adalah yaitu ketepatan pemeriksa sputum penderita

secara mikroskopis sesuai dengan protap (SPS) oleh petugas.

l. Komitmen politis adalah adanya kesepakatan untuk melaksanakan gerakan

terpadu nasional penanggulangan TB (Gerdunas TB) yang terdiri atas: puskesmas

rujukan mikroskopis (PRM), puskesmas satelit (PB) dan Puskesmas pelaksana

mandiri (PPM).

m. Pengawas menelan obat (PMO) adalah orang yang bertugas mengawasi

keteraturan penderita menelan obat.

n. Keberhasilan program penanggulangan penderita TB paru adalah tingkat

keberhasilan program penanggulangan TB paru.

3.6 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Faktor penilaian keterlaksanaan DOTS dalam program penanggulangan

penyakit TB paru meliputi tenaga kesehatan, peralatan, prasarana, paduan obat,

dukungan PMO dan kebijakan program diukur dari beberapa pertanyaan untuk

masing-masing komponen dan selanjutnya setiap variabel di kategorikan:

a. Tenaga kesehatan dikategorikan melakukan keterlaksanaan DOTS, jika:

i. Tenaga kesehatan sudah pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentang

strategi DOTS.

ii. Pemeriksaan dahak dilakukan oleh analis dan peralatan periksa tersedia lengkap

dan memenuhi standar.

b. Prasarana dikategorikan terlaksana, jika:

i. Tersedia laboratorium yang mempunyai fasilitas air dan pembuangan air limbah.

ii. Menyediakan pot dahak/sputum.

iii. Prasarananya lengkap dan efisien.

Universitas Sumatera Utara


c. Dukungan pengawas menelan obat (PMO) dikategorikan terlaksana, jika:

i. PMO mengetahui tugasnya dan berasal dari tenaga kesehatan.

ii. PMO sudah pernah mengikuti pelatihan.

d. Paduan Obat dikategorikan terlaksana, jika:

i. OAT tersedia lengkap.

ii. Pemberian OAT dilakukan sesuai kategori penderita.

iii.Pemberian OAT dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat.

e. Kebijakan program dikategorikan terlaksana, jika:

i. RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia memiliki dan

melaksanakan kebijakan program seperti membentuk GERDUNAS, ada

dukungan dana untuk pelaksanaan kegiatan penunjang penanggulangan TB paru.

ii. RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia mampu menurunkan

angka error rate mencapai < 5%.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Setiap jawaban dari kuesioner penelitian di tampilkan secara persentase

dalam tabel distribusi frekuensi menurut variabel penelitian keterlaksanaan strategi

DOTS, selanjutnya dilakukan pembahasan secara deskriptif dan kualitatif dengan

menggunakan analisis domain (domain analysis) untuk dapat memeperoleh

gambaran atau pengertian tentang aspek yang mana dari variabel penelitian tersebut

yang menentukan dalam keterlaksanaan pengobatan TB paru dengan strategi DOTS.

Lembaran kerja frekuensi berfungsi untuk menilai keterlaksanaan pengobatan TB

paru dengan strategi DOTS. Lembaran kerja frekuensi dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Lembaran kerja frekuensi
Include Term
Cover Term (Domain)
(Kategori)
Semantic
Faktor Keterlaksanaan Relationship
Keterlaksanaan Pengobatan TB
Pengobatan TB Paru
Paru dengan DOTS
dengan DOTS
1. Tenaga kesehatan 1. Terlaksana
2. Peralatan 2. Tidak terlaksana
3. Prasarana Adalah
4. Paduan obat Penyebab
5. Dukungan PMO
6. Kebijakan prograam

Pemilihan hubungan semantik sebab akibat karena keterlaksanaan

pengobatan penderita TB Paru merupakan sebab dari masing-masing atau

keseluruhan faktor keterlaksanaan pengobatan penderita TB Paru.

3.8 Bagan Alur Penelitian

Adapun gambaran pelaksanaan penelitian ditunjukkan dengan Gambar 3.1.

Pengelompokan data berdasarkan kriteria inklusi

Pengambilan data rekam medik pasien

Pengambilan data kuesioner dari tenaga kesehatan dan


Pengawas Minum Obat

Penentuan keberhasilan keterlaksanaan pengobatan TB


paru dengan Strategi DOTS

Analisis data

Penarikan kesimpulan

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

3.9 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan

penelitian di Puskesmas Helvetia dan RSUP H Adam Malik Medan.

b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan untuk

mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan

membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Mengajukan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan Kota Medan agar

mengeluarkan surat izin melakukan penelitian ke Puskesmas Helvetia.

d. Melaksanakan penelitian di Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik

Medan.

e. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan

kesimpulan dari penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan

4.1.1 Puskesmas Helvetia

Puskesmas Helvetia terletak di Jalan Kemuning, Kelurahan Helvetia,

Kecamatan Medan Helvetia. Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas Helvetia

melayani 7 Kelurahan dengan luas wilayah 11,55 Km. Wilayah kerja Puskesmas

Helvetia:

a. Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.

b. Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

c. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah.

d. Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan.

4.1.2 RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A, yang terletak

di Jalan Bunga Lao No. 17 Padang Bulan Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah

sakit pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera

Utara, Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Riau.

4.2 Penderita TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskemas


Helvetia

4.2.1 Penderita TB Paru di RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan dari data rekam medik selama tahun 2012 periode Januari -

Juni tercatat bahwa penemuan suspek TB paru untuk pasien yang berdomisili di kota

Medan sebanyak 70 pasien. Dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 45 pasien.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data rekam medik distribusi penderita TB paru berdasarkan

umur di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi penderita TB paru menurut umur di RSUP H. Adam Malik
Medan
No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase
1 18-29 14 31,11
2 30-41 12 26,67
3 42-53 12 26,67
4 54-65 5 11,11
5 66-78 1 2,22
6 79-90 1 2,22
Jumlah 45 100,00

Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa kelompok umur terbanyak adalah 18-29 tahun

(31,11%) sebanyak 14 pasien dan dari kelompok umur kedua terbanyak adalah 30 -

41 dan 42 - 53 (26,67%) masing-masing sebanyak 12 pasien.

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan jenis

kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi penderita TB paru menurut jenis kelamin di RSUP H. Adam
Malik Medan
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 26 57,78
2 Perempuan 19 42,22
Jumlah 45 100,00

Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa dari jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-

laki yaitu 26 pasien (57,78%) sedangkan perempuan 19 pasien (42,22%).

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderita TB paru berdasarkan

pendidikan terakhir di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Distribusi penderita TB paru menurut pendidikan terakhir di RSUP H.
Adam Malik Medan
No Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase
1 SMA 25 55,56
2 SMP 12 26,67
3 SD 8 17,78
Jumlah 45 100

Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa jenjang pendidikan terakhir penderita TB paru

yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan yaitu SMA 25 pasien (55,56%), SMP

12 pasien (26,67%) dan SD 8 pasien (17,78%).

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan

pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi penderita TB paru menurut pekerjaan di RSUP H. Adam Malik
Medan
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 IRT 16 35,56
2 Buruh 1 2,22
3 Petani 1 2,22
4 Tidak kerja 5 11,11
5 Wiraswasta 22 48,89
Jumlah 45 100,00

Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa pekerjaan penderita TB paru terbanyak yang

berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan yaitu Wiraswasta 22 pasien (48,89%).

4.2.2 Penderita TB Paru di Puskesmas Helvetia

Berdasarkan data rekam medik selama periode Januari - Juni 2012 tercatat

bahwa penemuan suspek TB paru untuk pasien yang berdomisili di kota Medan

sebanyak 60 pasien. Dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 42 pasien.

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan umur

di Puskesmas Helvetia dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 Distribusi penderita TB paru menurut umur di Puskesmas Helvetia
No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase
1 18-28 10 23,81
2 29-39 10 23,81
3 40-50 6 14,29
4 51-61 8 19,05
5 62-72 5 11,90
6 73-80 3 7,14
Jumlah 42 100,00

Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa dari kelompok umur terbanyak adalah 18 - 28

tahun dan 29 - 39 tahun masing-masing 10 pasien (23,81%).

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan

jenis kelamin di Puskesmas Helvetia dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi penderita TB paru menurut jenis kelamin di Puskesmas Helvetia
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 31 73,81
2 Perempuan 11 26,19
Jumlah 42 100,00

Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa dari jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-

laki yaitu 31 pasien (73,81 %) sedangkan perempuan 11 pasien (26,19 %).

Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan

pendidikan terakhir di Puskesmas Helvetia dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi penderita TB paru menurut pendidikan terakhir di Puskesmas


Helvetia
No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
1 SMA 21 50,00
2 SMP 15 35,71
3 SD 6 14,29
Jumlah 42 100

Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa jenjang pendidikan terakhir penderita TB paru

yang berobat ke Puskesmas Helvetia yaitu SMA 21 pasien (50,00%), SMP 15 pasien

(35,71%) dan SD 6 pasien (14,29%).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data rekam medik distribusi penderitaTB paru berdasarkan

pekerjaan di Puskesmas Helvetia dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi penderita TB paru menurut pekerjaan di Puskesmas Helvetia


No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 IRT 11 26,19
2 Buruh 5 11,90
3 Petani 4 9,52
4 Tidak kerja 3 7,14
5 Wiraswasta 19 45,24
Jumlah 42 100,00

Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa pekerjaan penderita TB Paru terbanyak yang

berobat ke Puskesmas Helvetia yaitu wiraswasta (45,24%).

4.3 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah yang berhubungan dengan

keterlaksanaan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) pada

pengobatan TB paru yang terdiri dari tenaga kesehatan (dokter, perawat/petugas TB

dan petugas laboratorium) yang bekerja di Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam

Malik Medan.

4.4. Komponen Keterlaksanaan Strategi (DOTS) pada pengobatan TB Paru di


Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan

Sampai saat ini strategi DOTS merupakan kegiatan yan paling efektif untuk

meningkatkan pencapaian angka kesembuhan penderita TB paru. Komponen DOTS

meliputi komitmen politis, ketersedian oat, diagnosis secara mikroskopis, pengawas

menelan obat dan pencatatan pelaporan.

Jika seluruh komponen DOTS ini dapat terlaksana secara baik, diharapkan

angka kesembuhan dapat mencapai diatas 85% sebagai indikator keberhasilan

program.

Universitas Sumatera Utara


4.4.1 Petugas kesehatan penegak diagnosis pengobatan TB Paru di RSUP H.
Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia.

1. Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas

Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban Dokter dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi jawaban dokter


RSUP H. Adam Malik Medan Puskesmas
Pertanyaan untuk Tenaga kesehatan
Helvetia
I. DOKTER Jawaban n % n %
Bagaimana keterlaksanaan program TB Terlaksana > 75% 5 100,00 3 100,00
Paru dengan strategi DOTS di Puskesmas
Helvetia dan RSUP H. Adam Malik
menurut Saudara? Tidak Terlaksana 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah Saudara sudah pernah mengikuti Sudah pernah 4 80,00 3 100,00
pelatihan program TB Paru dengan
strategi DOTS? Belum pernah 1 20,00 0 0
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah Saudara pernah memberikan
penyuluhan tentang pengobatan TB Paru Sudah pernah 4 80,00 3 100,00
dengan strategi DOTS kepada pasien dan
masyarakat? Belum pernah 1 20,00 0 0
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah Saudara pernah memberikan Sudah pernah 4 80,00 3 100,00
penyuluhan tentang pengobatan TB Paru
dengan strategi DOTS kepada petugas? Belum pernah 1 20,00 0 0
Total 5 100,00 3 100,00
Bagaimana menurut Saudara
kesembuhan dengan penerapan Bagus 5 100,00 3 100,00
pengobatan TB Paru dengan stragtegi
DOTS? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00

Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa untuk pertanyaan kepada dokter seluruh

responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. Keterlaksanaan program TB paru dengan strategi DOTS di RSUP H. Adam

Malik Medan sudah terlaksana > 75% mencapai 100%.

ii. Sudah pernah mengikuti pelatihan program TB paru dengan strategi DOTS

mencapai 80,00%.

Universitas Sumatera Utara


iii. Sudah pernah memberikan penyuluhan tentang pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS kepada pasien dan masyarakat mencapai 80,00%.

iv. Sudah pernah memberikan penyuluhan tentang pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS kepada petugas mencapai 80,00%.

v. Kesembuhan dengan penerapan pengobatan TB paru dengan strategi DOTS

mencapai 100%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Keterlaksanaan program TB paru dengan strategi DOTS di Puskesmas

Helvetia sudah terlaksana > 75% mencapai 100%.

ii. Sudah pernah mengikuti pelatihan program TB paru dengan strategi DOTS

mencapai 100%.

iii. Sudah pernah memberikan penyuluhan tentang pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS kepada pasien dan masyarakat mencapai 100%.

iv. Sudah pernah memberikan penyuluhan tentang pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS kepada petugas mencapai 100%.

v. Kesembuhan dengan penerapan pengobatan TB paru dengan strategi DOTS

mencapai 100%.

2. Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas

Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban perawat/petugas

TB paru dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Distribusi perawat/petugas TB paru
Puskesmas
Jawaban untuk Tenaga Kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan Helvetia
II. PETUGAS TB PARU / PERAWAT Jawaban n % n %
Apakah Saudara sudah pernah mengikuti
Sudah pernah 4 80,00 3 100,00
pelatihan program TB Paru dengan
strategi DOTS? Belum pernah 1 20,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Sudah berapa lama saudara bertugas 1-3 tahun 4 80,00 2 66,67
sebagai petugas program TB Paru dengan
strategi DOTS? 4 tahun 1 20,00 1 33,33
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah dasar Saudara untuk memberikan BTA positif 5 100,00 3 100,00
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) pada
penderita? Gejala yang ada 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah selama pengobatan ada penderita Iya 5 100,00 3 100,00
yang Drop Out berobat? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Pelacakan
Jika iya usaha apa yang Saudara 5 100,00 3 100,00
penderita
lakukan?
Dibiarkan saja 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00

Berdasarkan Tabel 4.10 bahwa untuk pertanyaan kepada perawat/petugas TB

paru, seluruh responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. Petugas yang sudah pernah mengikuti pelatihan program TB paru dengan

strategi DOTS mencapai 80,00%.

ii. Lama bertugas sebagai petugas program TB paru dengan strategi DOTS 1 3

tahun mencapai 80,00% dan 4 tahun mencapai 20,00%.

iii. Dasar petugas memberikan obat anti tuberkulosis (OAT) pada penderita

berdasarkan hasil pemeriksaan BTA (+) mencapai 100,00%.

iv. Selama pengobatan ada penderita yang Drop Out berobat mencapai 100,00%.

v. Usaha yang petugas lakukan jika ada penderita yang Drop Out berobat yaitu

melacak penderita mencapai 100,00%.

Universitas Sumatera Utara


b. Puskesmas Helvetia

i. Petugas yang sudah pernah mengikuti pelatihan program TB paru dengan

strategi DOTS mencapai 100,00%.

ii. Lama bertugas sebagai petugas program TB paru dengan strategi DOTS 1 3

tahun mencapai 66,67% dan 4 tahun mencapai 33,33%.

iii. Dasar petugas memberikan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) pada penderita

berdasarkan hasil pemeriksaan BTA (+) mencapai 100,00%.

iv. Selama pengobatan ada penderita yang Drop Out berobat mencapai 100,00%.

v. Usaha yang petugas lakukan jika ada penderita yang Drop Out berobat yaitu

melacak penderita mencapai 100,00%.

3. Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas

Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban petugas

laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Distribusi jawaban petugas laboratorium


RSUP H. Adam Malik Medan Puskesmas
Jawaban untuk Tenaga Kesehatan
Helvetia
III. PETUGAS LABORATORIUM Jawaban n % n %
Sudah berapa lama Saudara bertugas 1-3 tahun 4 80,00 2 100,00
sebagai petugas laboratorium program
TB Paru dengan strategi DOTS? 4 tahun 1 20,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Petugas laboratorium yang menegakkan Analis 5 100,00 2 100,00
diagnosis TB Paru melalui pemeriksaan
mikroskopis? Non Analis 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Berapa slide rata-rata yang saudara 15 slide 0 0,00 2 100,00
periksa setiap hari? > 15 slide 5 100,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Berapa kali Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) dan Laboratorium 2 Kali 5 100,00 2 100,00
rujukan melakukan pemeriksaan uji
silang Cross Check dalam 1 tahun? 4 Kali 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00

Berdasarkan Tabel 4.11 bahwa untuk pertanyaan kepada petugas

laboratorium, seluruh responden menyatakan:

Universitas Sumatera Utara


a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. Lama bertugas sebagai petugas laboratorium program TB paru dengan strategi

DOTS 1 3 tahun mencapai 80,00% dan 4 tahun mencapai 20,00%.

ii. Petugas laboratorium yang menegakkan diagnosis TB paru melalui

pemeriksaan mikroskopis analis mencapai 100,00%.

iii. Slide rata-rata yang diperiksa setiap hari > 15 slide mencapai 100,00%.

iv. Balai laboratorium kesehatan (BLK) dan Laboratorium rujukan melakukan

pemeriksaan uji silang Cross Check dalam 1 tahun sebanyak 2 kali mencapai

100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Lama bertugas sebagai petugas laboratorium program TB paru dengan strategi

DOTS 1 3 tahun mencapai 100,00%.

ii. Petugas laboratorium yang menegakkan diagnosis TB paru melalui

pemeriksaan mikroskopis analis mencapai 100,00%.

iii. Slide rata-rata yang diperiksa setiap hari 15 slide mencapai 100,00%.

iv. Balai laboratorium kesehatan (BLK) dan laboratorium rujukan melakukan

pemeriksaan uji silang Cross Check dalam 1 tahun sebanyak 2 kali mencapai

100,00%.

Keberhasilan pengobatan penderita TB paru sangat ditetukan proses

penentuan atau memastikan seseorang telah positif menderita TB paru, untuk itu

pemeriksaan sputum secara mikroskopis harus memenuhi standar operasional

prosedur (SOP) dengan kriteria angka kesalahan pembacaan sediaan (error rate)

maksimal 5% slide yang dikirimkan ke balai lembaga kesehatan setiap bulannya.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa RSUP H. Adam Malik Medan

dari 15 petugas kesehatan penegak diagnosis TB paru 5 orang dokter, 5 orang

perawat dan 5 orang petugas laboratorium sedangkan di Puskesmas Helvetia 8

petugas kesehatan penegak diagnosis TB paru 3 orang dokter, 3 orang perawat dan 2

orang petugas laboratorium (Analis). Tingkat kesalahan ini masih di bawah toleransi

error rate 5% sehingga keterlaksanaan pengobatan penderita TB paru TB di RSUP

H. Adam Malik Medan mencapai 100% dan Puskesmas Helvetia mencapai 100%.

4.4.2 Peralatan dan Prasarana yang digunakan dalam pengobatan TB Paru di


RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia.

1. Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas

Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban mengenai fungsi

peralatan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi jawaban mengenai fungsi peralatan


RSUP H. Adam Malik Puskesmas
PERALATAN Helvetia
Jawaban n % n %
Berapa jumlah mikroskop binokuler yang 2 0 0,00 2 100,00
tersedia untuk pemeriksaan sputum /
dahak? 5 5 100,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Apakah alat mikroskopis lengkap dan Semua 5 100,00 2 100,00
sudah memenuhi standar? Sebagian 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00

Sudah berapa lama mikroskop binokuler 5 100,00 0 0,00


1 4 tahun
yang Saudara pakai untuk pemeriksaan
sputum/dahak? 0 0,00 2 100,00
5 10 tahun
Total 5 100,00 2 100,00
Apakah objek glass yang tersedia untuk Bagus 5 100,00 2 100,00
pemeriksaan sputum masih dalam
keadaan bagus/baik? Sebagian bagus 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 100,00
Berapa standar jumlah kertas lensa yang 30/hari 0 0,00 2 100,00
dibutuhkan untuk pemeriksaan? 60/hari 5 100,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Berapa standar jumlah alkohol yang 100 - 200 ml/hari 5 100,00 0 0,00
dibutuhkan untuk pemeriksaan? 50 - 100 ml/hari 0 0,00 2 100,00
Total 5 100,00 2 100,00

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12 (sambungan)
Berapa standar jumlah reagen Ziehl 600 ml/hari 5 100,00 0 0,00
Nelsen yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan? 300 ml/hari 0 0,00 2 100,00

Total 5 100,00 2 100,00

Berdasarkan Tabel 4.12 bahwa pertanyaan untuk peralatan, seluruh

responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

5
i. Mikroskop binokuler yang tersedia untuk pemeriksaan sputum/dahak

mencapai 100,00%.

ii. Semua alat mikroskopis lengkap dan sudah memenuhi standar mencapai

100,00%.

iii. Lama penggunaan mikroskop binokuler yang saudara pakai untuk pemeriksaan

sputum/dahak 1 4 tahun mencapai 100,00%.

iv. Objek glass yang tersedia untuk pemeriksaan sputum masih dalam keadaan

bagus/baik mencapai 100,00%.

60
v. Standar jumlah kertas lensa yang dibutuhkan untuk pemeriksaan

lembar/hari mencapai 100,00%.

vi. Standar jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 100 200 ml/hari

mencapai 100,00%.

vii. Standar jumlah reagen Ziehl Nelsen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 600

ml/hari mencapai 100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Mikroskop binokuler yang tersedia untuk pemeriksaan sputum/dahak 2

mikroskop mencapai 100,00%.

ii. Semua alat mikroskopis lengkap dan sudah memenuhi standar 100,00%.

Universitas Sumatera Utara


iii. Lama penggunaan mikroskop binokuler yang saudara pakai untuk

pemeriksaan sputum/dahak 5 10 tahun mencapai 100,00%.

iv. Objek glass yang tersedia untuk pemeriksaan sputum masih dalam keadaan

bagus/baik mencapai 100,00%.

60
v. Standar jumlah kertas lensa yang dibutuhkan untuk pemeriksaan

lembar/hari mencapai 100,00%.

vi. Standar jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 50 100 ml/hari

mencapai 100,00%.

vii. Standar jumlah reagen Ziehl Nelsen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan 300

ml/hari mencapai 100,00%.

2. Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di Puskesmas

Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban mengenai

prasarana dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Distribusi jawaban untuk prasarana


RSUP H. Adam Malik Medan Puskesmas
PRASARANA Helvetia
Jawaban n % n %
Apakah ada laboratorium utuk Ada, khusus 5 100,00 0 0,00
memeriksa sputum /dahak? Ada, sederhana 0 0,00 2 100,00
Total 5 100,00 2 100,00
Apakah laboraturium yang ada Ada, mengalir 5 100,00 2 100,00
mempunyai fasilitas air?
tidak mengalir 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Apakah laboratorium yang ada Ada 5 100,00 2 100,00
mempunyai pembuangan air limbah? Tidak ada 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Iya 5 100,00 2 100,00
Apakah pot dahak/sputum disediakan?
Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 2 100,00
Jika Iya dimana tempat pot yang telah Disimpan 0 0,00 0 0,00
digunakan?
Dibuang 5 100,00 2 100,00
Total 5 100,00 2 100,00

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 (sambungan)
Sebutkan prasarana yang tidak lengkap Lengkap 5 100,00 0 0,00
dalam menunjang kegiatan pemeriksaan
di laboratorium? Kurang Efisien 0 0,00 2 100,00

Total 5 100,00 2 100,00

Berdasarkan Tabel 4.13 bahwa pertanyaan untuk prasarana, seluruh

responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. RSUP H. Adam Malik Medan memiliki laboratorium khusus utuk memeriksa

sputum/dahak mencapai 100,00%.

ii. Laboraturium yang ada mempunyai fasilitas air yang mengalir mencapai

100,00%.

iii. Laboratorium yang ada mempunyai pembuangan air limbah mencapai

100,00%.

iv. Pot dahak/sputum disediakan mencapai 100,00%.

v. Pot yang telah digunakan di buang mencapai 100,00%.

vi. Seluruh prasarana yang lengkap dalam menunjang kegiatan pemeriksaan di

laboratorium mencapai 100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Puskesmas Helvetia memiliki laboratorium sederhana untuk memeriksa

sputum/dahak mencapai 100,00%.

ii. Laboraturium yang ada mempunyai fasilitas air yang mengalir mencapai

100,00%.

iii. Laboratorium yang ada mempunyai pembuangan air limbah mencapai

100,00%.

iv. Pot dahak/sputum disediakan mencapai 100,00%.

Universitas Sumatera Utara


v. Pot yang telah digunakan di buang mencapai 100,00%.

vi. Seluruh prasarana kurang efisien dalam menunjang kegiatan pemeriksaan di

laboratorium mencapai 100,00%.

Fasilitas peralatan dan prasarana seluruh responden (100%) menyatakan baik

RSUP H. Adam Malik Medan dengan demikian data hasil pemeriksaan cukup

akurat, artinya tersangka TB paru (suspek) yang diperiksa dahaknya benar dalam

menentukan apakah BTA positif atau negatif. Sedangkan di Puskesmas Helvetia

responden menyatakan prasarana kurang efisien karena terbatasnya laboratorium

yang digunakan masih sangat sederhana. Pencapaian tingkat kesembuhan 100%

merupakan hasil dari penegak diagnosis yang baik. Hasil ini sesuai dengan pendapat

Tjandra (2002), bahwa pemeriksaan bakteriologi untuk menentukan kuman

Tuberculosis mempunyai arti yang sangat penting dalam penegakan diagnosis

sebagai alat diagnosis pasti. Bahan yang dapat digunakan adalah dahak, bilasan

bronkus, jaringan paru, cairan pleura dan lain-lain.

Mengingat pemeriksaan secara mikroskopis merupakan kegiatan untuk

memastikan seseorang dikatakan positif TB Paru, maka petugas serta didukung oleh

ketersedian sarana dan prasarana dalam pemeriksaan.

4.4.3 Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam Penanggulangan TB Paru di


RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia

Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di

Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban

pengawas menelan obat dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Distribusi jawaban untuk dukungan pengawas menelan obat
RSUP H. Adam Malik Medan Puskesmas
DUKUNGAN PENGAWAS
Helvetia
MENELAN OBAT (PMO)
Jawaban n % n %

Apa hubungan saudara sehingga mau Keluarga 25 83,33 30 100


menjadi pengawas menelan obat dengan Petugas
penderita? Kesehatan 5 16,67 15 83,33
Kader 15 16,67
Total 30 100 60 200
Jika rumah PMO jauh dari rumah pasien Telepon 30 100,00 30 100,00
bagaimana cara mengawasi pasien Kerumah
menelan obat? Penderita 0 0,00 0 0,00
Total 30 100 30 100
Apakah menurut saudara sebagai petugas Iya 30 100,00 30 100,00
pengawas menelan obat perlu diberikan
pelatihan? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 30 100 30 100
Apakah saudara sudah pernah mengikuti Sudah 20 66,67 25 83,33
pelatihan tentang tugas-tugas pengawas
menelan obat? Belum 10 33,33 5 16,67
Total 30 100 30 100
Kalau penderita TB Paru, kehabisan obat, Bersedia 30 100,00 30 100,00
apakah saudara bersedia mendampingi
penderita untuk mengambil obat? Tidak bersedia 0 0,00 0 0,00
Total 30 100 30 100
Bagaimana menurut saudara cara Baik 30 100,00 30 100,00
pengobatan yang diberikan? Kurang 0 0,00 0 0,00
Total 30 100 30 100
Bagaimana menurut saudara, pendapat Baik 30 100,00 30 100,00
masyarakat terhadap pengawas menelan
obat? Kurang 0 0,00 0 0,00
Total 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 4.14 bahwa pertanyaan untuk dukungan dari pengawas

menelan obat (PMO), seluruh responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. Hal yang membuat saudara sehingga mau menjadi pengawas menelan obat

karena keluarga mencapai 83,33% dan karena kesadaran sendiri mencapai

16,67%.

ii. Jika rumah PMO jauh dari rumah pasien cara mengawasi pasien menelan obat

denagn menghubungi pasien malalui telepon mencapai 100,00%.

Universitas Sumatera Utara


iii. Sebagai petugas pengawas menelan obat perlu diberikan pelatihan tentang TB

Paru mencapai 100,00%

iv. PMO yang sudah pernah mengikuti pelatihan tentang tugas-tugas pengawas

menelan obat mencapai 66,67% dan yang belum mencapai 33,33%.

v. Kalau penderita TB paru kehabisan obat, yang bersedia mendampingi

penderita untuk mengambil obat mencapai 100,00%.

vi. cara pengobatan yang diberikan baik mencapai 100,00%.Pendapat masyarakat

terhadap pengawas menelan obat baik mencapai 100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Hal yang membuat saudara sehingga mau menjadi pengawas menelan obat

karena keluarga mencapai 100,00%, petugas kesehatan mencapai 83,33% dan

yang berasal dari kader mencapai 16,67%.

ii. Jika rumah PMO jauh dari rumah pasien cara mengawasi pasien menelan obat

denagn menghubungi pasien malalui telepon mencapai 100,00%.

iii. Sebagai petugas pengawas menelan obat perlu diberikan pelatihan tentang TB

paru mencapai 100,00%

iv. PMO yang sudah pernah mengikuti pelatihan tentang tugas-tugas pengawas

menelan obat mencapai 83,33% dan yang belum mencapai 16,67%.

v. Kalau penderita TB paru kehabisan obat, yang bersedia mendampingi

penderita untuk mengambil obat mencapai 100,00%.

vi. cara pengobatan yang diberikan baik mencapai 100,00%.

vii. Pendapat masyarakat terhadap pengawas menelan obat baik mencapai

100,00%.

Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh kepatuhan

Universitas Sumatera Utara


penderita dalam menelan obat serta kelengkapan obat yang diminum, karena itu

maka perlu pengawasan terhadap penderita dalam menelan obat.

Penderita TB paru yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan menjadi

PMO-nya 83,33% adalah anggota keluarga dan 16,67% petugas kesehatan

sedangkan Puskesmas Helvetia 83,33% adalah petugas kesehatan. Dari seluruh

pengawas menelan obat diketahui bahwa seluruhnya (100%) mengetahui tugasnya

sebagai pengawas menelan obat.

Faktor yang menyebabkan tidak tingginya persentase petugas kesehatan

sebagai pengawas menelan obat (PMO) bagi penderita TB paru di RSUP H. Adam

Malik Medan adalah kurangnya kemampuan Rumah Sakit untuk menyediakan

perawatan intensif untuk mendatangi penderita ke rumahnya masing-masing karena

penggunaan dana umumnya lebih diutamakan untuk pelaksanaan pelatihan,

penyediaan OAT serta kegiatan penunjang lainnya, artinya tidak ada alokasi khusus

untuk perawatan intensif tenaga kesehatan sebagai PMO.

Menurut Effendi (1995), teori tingginya partisipasi keluarga akan membantu

mempercepat proses kesembuahan penderita, untuk lebih peningkatan angka

kesembuhan penderita perlu dilakukan pertemuan PMO dengan petugas kesehatan

secara rutin setiap triwulan untuk mengetahui kendala yang dihadapi PMO dan

pemecahan masalahnya sehingga akan tercapai.

Peran serta pengawas menelan obat sangat menentukan keberhasilan

pengobatan penderita TB Paru, untuk itu yang menjadi pengawas menelan obat

sebaiknya petugas kesehatan sehingga dapat memantau secara baik apakah penderita

mematuhi aturan minum obat yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


4.4.4 Ketersediaan OAT dalam penanggulanagn TB Paru di RSUP H. Adam
Malik Medan dan Puskesmas Helvetia.

Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di

Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban

paduan obat anti tuberkulosis dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi jawaban untuk panduan obat anti tuberkulosis


Puskesmas
PADUAN OBAT RSUP H. Adam Malik Medan Helvetia
Jawaban n % n %
Apakah menurut saudara obat-obatan TB Iya 5 100,00 3 100,00
yang tersedia mencukupi kebutuhan
penderita TB Paru? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah menurut saudara obat-obatan TB Iya 5 100,00 3 100,00
yang tersedia lengkap jenisnya atau
paduan obatnya untuk kebutuhan Tidak 0 0,00 0 0,00
penderita TB paru?
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah pemberian obat TB paru sudah Iya 5 100,00 3 100,00
sesuai dengan kategori penderita? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah pemberian obat pada penderita Iya 5 100,00 3 100,00
TB paru diberikan dengan paduan obat
yang lengkap? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah pemberian obat pada penderita Iya 5 100,00 3 100,00
TB paru diberikan dalam jumlah yang
cukup? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah pemberian obat pada penderita Iya 5 100,00 3 100,00
TB paru diberikan dengan dosis yang
Tidak 0 0,00 0 0,00
tepat?
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah dalam masa pengobatan terdapat Iya 5 100,00 3 100,00
penderita yang mengalami efek samping? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Jika Iya apakah pengobatan Iya 5 100,00 3 100,00
dilanjutkan? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Obat tunggal 5 100,00 3 100,00
Pengobatan TB paru dilakukan dengan?
Kombinasi 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Tabel 4.15 bahwa pertanyaan untuk paduan obat, seluruh

responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. Obat-obatan TB yang tersedia mencukupi kebutuhan penderita TB paru

mencapai 100,00%.

ii. Obat-obatan TB yang tersedia lengkap jenisnya atau paduan obatnya untuk

kebutuhan penderita TB paru mencapai 100,00%.

iii. Pemberian obat TB paru sudah sesuai dengan kategori penderita mencapai

100,00%.

iv. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dengan paduan obat yang

lengkap mencapai 100,00%.

v. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dalam jumlah yang cukup

mencapai 100,00%.

vi. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dengan dosis yang tepat

mencapai 100,00%.

vii. Dalam masa pengobatan terdapat penderita yang mengalami efek samping

mencapai 100,00%.

viii. Jika mengalami efek samping pengobatan dilanjutkan mencapai 100,00%.

ix. Pengobatan TB paru dilakukan dengan obat tunggal mencapai 100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. Obat-obatan TB yang tersedia mencukupi kebutuhan penderita TB paru

mencapai 100,00%.

ii. Obat-obatan TB yang tersedia lengkap jenisnya atau paduan obatnya untuk

kebutuhan penderita TB paru mencapai 100,00%.

Universitas Sumatera Utara


iii. Pemberian obat TB paru sudah sesuai dengan kategori penderita mencapai

100,00%.

iv. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dengan paduan obat yang

lengkap mencapai 100,00%.

v. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dalam jumlah yang cukup

mencapai 100,00%.

vi. Pemberian obat pada penderita TB paru diberikan dengan dosis yang tepat

mencapai 100,00%.

vii. Dalam masa pengobatan terdapat penderita yang mengalami efek samping

mencapai 100,00%.

viii. Jika mengalami efek samping pengobatan dilanjutkan mencapai 100,00%.

ix. Pengobatan TB paru dilakukan dengan obat tunggal mencapai 100,00%.

Obat Anti tuberkulosis (OAT) yang meliputi Isoniazid (H) Rifampisin (R)

Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) tersedia untuk seluruh pasien (100%) yang

berobat di RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia. Pengobatan yang

dilakukan adalah obat kombinasi, dengan tahap pengobatan yang dilakukan meliputi

tahap intensif dan lanjutan, disamping itu kepada penderita diberikan obat sisipan.

OAT secara farmakologi dinyatakan mempunyai efek samping, dari 45 orang pasien

TB paru di RSUP H. Adam Malik Medan dan 42 orang pasien di Puskesmas

Helvetia seluruhnya (100%) mengalami efek samping setelah meminum obat, efek

samping yang terjadi seperti mual, sakit kepala dan nyeri.

Menurut Tjandra ( 2002) kuman TB resisten terhadap obat TB. Di India

misalnya, pernah dilaporkan, adanya kombinasi obat rifampisin, INH, serta obat lain

lagi yang tidak tercampur baik sehingga malah menyebabkan keadaan resisten yang

Universitas Sumatera Utara


disebut Multi Drug Resistace Tuberculosis (MDR-TB). Penyebab lain MDR adalah

penderita tidak minum obat secara teratur sampai tuntas. Kasus MDR biasanya

diberikan obat sekunder yang mahal harganya walaupun kadang masih kurang

ampuh. Dalam hal ini diperlukan penanganan sangat khusus dan membutuhkann

waktu pengobatan rutin yang jauh lebih lama (bisa dua tahun atau lebih).

Ketersediaan OAT merupakan faktor penentu keterlaksanaan pengobatan

penderita TB Paru dengan strategi DOTS, di samping itu perlu penjelasan kepada

pasien tentang efek samping setiap obat yang dikonsumsi, sehingga tidak timbul

kekhawatiran dalam mengkonsumsi obat tersebut.

4.4.5 Kebijakan Program dalam pengobatan TB Paru di RSUP H. Adam Malik


Medan dan Puskesmas Helvetia

Penilaian keterlaksanaan strategi DOTS pada pengobatan TB paru di

Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan dari distribusi jawaban

kebijakan program dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Distribusi jawaban untuk kebijakan program


Puskesmas
KEBIJAKAN PROGRAM RSUP H. Adam Malik Medan Helvetia
Jawaban n % n %
Apakah GERDUNAS TB di sini sudah Iya 5 100,00 3 100,00
terbentuk? Tidak 0 0,00
0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Berapa target yang ditetapkan dalam 50% 5 100,00 3 100,00
penemuan penderita TB paru? < 50% 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Berapa target yang ditetapkan untuk 80% 5 100,00 3 100,00
konversi BTA (+) menjadi BTA () dari
penderita yang diobati? < 80% 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Berapa target yang ditetapkan untuk 85% 5 100,00 3 100,00
kesembuhan penderita yang diobati? < 85% 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16 (sambungan)
Berapa target yang ditetapkan untuk < 5% 5 100,00 3 100,00
error rate yang harus dicapai? 5% 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00
Apakah obat yang tersedia diberikan Iya 5 100,00 3 100,00
secara cuma-cuma dan di jamin
ketersediaannya? Tidak 0 0,00 0 0,00
Total 5 100,00 3 100,00

Berdasarkan Tabel 4.16 bahwa pertanyaan untuk kebijakan program, seluruh

responden menyatakan:

a. RSUP H. Adam Malik Medan

i. GERDUNAS TB di sini sudah terbentuk mencapai 100,00%.

ii. Target yang ditetapkan dalam penemuan penderita TB paru50% mencapai

100,00%.

iii. Target yang ditetapkan untuk konversi BTA (+) menjadi BTA () dari

penderita yang diobati 80% mencapai 100,00%.

85%
iv. Target yang ditetapkan untuk kesembuhan penderita yang diobati

mencapai 100,00%.

v. Target yang ditetapkan untuk error rate yang harus dicapai < 5% mencapai

100,00%.

vi. Obat yang tersedia diberikan secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya

mencapai 100,00%.

b. Puskesmas Helvetia

i. GERDUNAS TB di sini sudah terbentuk mencapai 100,00%.

ii. Target yang ditetapkan dalam penemuan penderita TB paru 50% mencapai

100,00%.

Universitas Sumatera Utara


iii. Target yang ditetapkan untuk konversi BTA (+) menjadi BTA () dari

penderita yang diobati 80% mencapai 100,00%.

iv. Target yang ditetapkan untuk kesembuhan penderita yang diobati 85%

mencapai 100,00%.

v. Target yang ditetapkan untuk error rate yang harus dicapai < 5% mencapai

100,00%.

vi. Obat yang tersedia diberikan secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya

mencapai 100,00%.

Berdasarkan dari variabel penilaian untuk menilai komitmen politis diketahui

bahwa gerakan terpadu nasional (GERDUNAS) dan kegiatan Pengobatan TB Paru

dengan strategi DOTS seluruh responden menyatakan dalam kategori tinggi (100%),

dengan demikian keberhasilan pengobatan TB Paru dengan pencapaian 83,33%

merupakan hasil dari terlaksananya GEDURNAS, adanya dukungan ada secara

penuh dan terlaksananya seluruh kegiatan secara baik.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Selamihardja (1998) bahwa sebenarnya

pengobatan TB paru harus mendapatkan dukungan yang penuh dari pemerintah dan

pendapat Tjandra (2002) yang menyatakan, dengan keterlibatan pimpinan wilayah

TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan, sehingga akan

tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksana kegiatan strategi DOTS.

Dukungan politis dari pemerintah yang ditujukan melalui pelaksanaan

Gerakan Terpadu Nasional pengobatan penyakit TB paru merupakan faktor yang

sangat menentukan keberhasilan pengobatan penderita.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Analisis domain komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB Paru
di RSUP H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia
Seluruh faktor penilaian keterlaksanaan pengobatan TB paru dengan strategi

DOTS komponen yang tidak/belum terlaksana secara maksimal merupakan

penyebab belum tercapainya target. Analisis secara kualitatif dengan menggunakan

frekuensi terhadap seluruh faktor penilaian tersebut. Faktor penilaian yang

ditampilkan sebagai faktor penyebab tidak terlaksananya pengobatan TB paru

dengan strategi DOTS adalah faktor negatif yang mempunyai persentase tertinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum penggunaan strategi

DOTS dalam program pengobatan penderita TB paru sudah terlaksana dengan baik,

namun dilihat dari masing-masing komponen DOTS ditemukan kekurangan dalam

aspek orang yang menjadi pengawas menelan obat, yaitu seluruh pengawas menelan

obat di RSUP H. Adam Malik Medan adalah anggota keluarga dan di Puskesmas

Helvetia 85% dari petugas kesehatan, sedangkan yang diharapkan adalah petugas

kesehatan dengan harapan petugas kesehatan tersebut mampu dan memahami baik

dalam pengawasan pasien dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Sehingga

komponen inilah yang dianggap penyebab keberhasilan pengobatan belum mencapai

target (85%) untuk RSUP H. Adam Malik Medan. Seperti pada lembaran kerja akhir

analisis domain komponen Strategi DOTS dalam penanggulan TB paru di RSUP H.

Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17 Lembaran kerja akhir analisis domain komponen strategi DOTS Medan
dan Puskesmas Helvetia.
Include term Cover Term
(Kategori) (Domain)
Semantic Wilayah
Faktor Penilaian Relationship Kerja Pengobatan
Keterlaksanaan
Penderita TB Paru
DOTS

RSUP H.
Belum Mencapai
Adam Malik
Pengawas Menelan Adalah Target
Medan
Obat penyebab
Puskesmas Sudah Mencapai
Helvetia target

Teknik analisis domain (domain analisys) menurut Spradley (1980) yang

dikutip oleh Anwar (1998) menyatakan bahwa dalam membahas hasil suatu

penelitian adalah dengan melihat persentase terbesar (dominan) dari seluruh kategori

yang diteliti (Include Term), untuk dinyatakan sesuai dengan hubungan (Semantic

Relationship) terhadap domain (Cover Term).

Berdasarkan faktor yang menyebabkan keterlaksanaan pengobatan TB paru

dengan menggunakan strategi DOTS seluruh responden menyatakan komponen

PMO di RSUP H. Adam Malik Medan (83,33%) responden menyatakan dari pihak

keluarga dan (16,67%) dari pihak petugas kesehatan dan di Puskesmas Helvetia

responden menyatakan (-) karena tidak menjadi bahan pertimbangan sebab seluruh

keluarga pasien harus menjadi PMO dan (83,33%) dari pihak petugas kesehatan.

Komponen pengawas menelan obat yang dilihat dari aspek orang yang menjadi PMO

dan pengetahuan PMO tersebut mengenai tugasnya diketahui bahwa penderita TB

paru yang menjalani pengobatan, yang menjadi PMO-nya sesuai petunjuk teknis

keterlaksanaan strategi DOTS disebutkan bahwa sebaiknya yang menjadi PMO

adalah tenaga kesehatan. Namun dilihat dari pengetahuan tentang tugas sebagai

Universitas Sumatera Utara


PMO seluruh responden (100%) menyatakan mengetahui, dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa PMO dikategorikan sedang, namun dilihat pengetahuan tentang

tugas dikategorikan baik. Hasil ini sesuai dengan pedoman pelaksanaan

penanggulanagan TB paru yang dikeluarkan Depkes (2002), yang menyatakan

bahwa dalam pelaksanaan penggunaan strategi DOTS seluruh komponen merupakan

satu kesatuan yang harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga

penyembuhan pederita TB paru dapat ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang di lakukan di RSUP H. Adam Malik

Medan dan Puskesmas Helvetia maka dapat disimpulkan berdasarkan:

a. Penggunaan komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB paru di RSUP

H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia dilihat dari masing-masing

komponen diketahui bahwa untuk petugas kesehatan (dokter, perawat dan petugas

laboratorium) di kedua tempat tersebut masih ada tenaga kesehatan yang belum

melakukan pelatihan dan penyuluhan tentang strategi DOTS.

b. Penggunaan komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB paru di RSUP

H. Adam Malik Medan dilihat dari peralatan dan prasarana yang digunakan untuk

melaksanakan Strategi DOTS sudah 100% dan di Puskesmas Helvetia semua

responden menyatakan prasarana laboratorium kurang efisien karena terbatasnya

laboratorium yang digunakan masih sangat sederhana.

c. Penggunaan komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB paru di RSUP

H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia dilihat dari pengawas menelan

obatnya untuk RSUP H. Adam Malik terlaksana 83,33% dari pihak keluarga dan

16,67% dari tenaga kesehatan karena jarak rumah pasien ke Rumah Sakit yang

tidak terjangkau sedangkan di Puskesmas Helvetia PMO yang melaksanakan

adalah tenaga kesehatan sebanyak 83,33%, 16,67% kader dan 100% dari pihak

keluarga pasien karena jarak rumah pasien yang dekat dengan lokasi Puskesmas

menyebabkan petugas kesehatan mampu mengawasi pasien dalam meminum

Universitas Sumatera Utara


obat. Dilihat dari yang sudah melakukan pelatihan yang diberikan di RSUP H.

Adam Malik Medan sebanyak 66,67% dan Puskesmas Helvetia sebanyak 83,33%.

d. Penggunaan komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB paru di RSUP

H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia dilihat dari Paduan obat yang

digunakan untuk melaksanakan Strategi DOTS sudah 100% pada kedua tempat

tersebut.

e. Penggunaan komponen strategi DOTS dalam penanggulangan TB paru di RSUP

H. Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia dilihat dari Kebijakan Program

untuk melaksanakan Strategi DOTS sudah 100% di kedua tempat tersebut. Dan

mampu menurunkan angka error rate mencapai < 5% di kedua tempat tersebut.

f. Berdasarkan data rekam medik distribusi penderita TB paru di RSUP H. Adam

Malik Medan berdasarkan umur pasien terbanyak pada 18 29 tahun (31,11%),

berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki 26 pasien (67,78%),

berdasarkan pendidikan terakhir pasien terbanyak SMA 25 pasien (55,56%) dan

berdasarkan pekerjaan pasien terbanyak adalah Wiraswasta 22 pasien (48,89%).

g. Berdasarkan data rekam medik distribusi penderita TB paru di Puskesmas

Helvetia berdasarkan umur pasien terbanyak pada 18 28 dan 29 - 39 tahun

masing-masing 10 pasien (23,81%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada

laki-laki 31 pasien (73,81%), berdasarkan pendidikan terakhir pasien terbanyak

SMA 21 pasien (50,00%) dan berdasarkan pekerjaan pasien terbanyak adalah

Wiraswasta 19 pasien (45,24%).

h. Berdasarkan data rekam medik dan hasil pengambilan data kuesioner diketahui

hubungan faktor penyebab tingginya jumlah kasus TB dengan hasil pengobatan

yang dilakukan oleh Puskesmas Helvetia dan RSUP H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di RSUP H.

Adam Malik Medan dan Puskesmas Helvetia maka dapat disarankan:

a. Tingkat keterlaksanaan PMO di RSUP. H. Adam Malik Medan sudah mencapai

83,33% dan target (85%) sehingga perlu peningkatan dalam melaksanakan

kegiatan komponen strategi DOTS tersebut.

b. Sebaiknya Pengawas Menelan Obat di RSUP H. Adam Malik Medan perlu

perhatian dan pelatihan petugas kesehatan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat terutama penderita TB Paru bahwa yang menjadi pengawas menelan

obat sebaiknya tenaga kesehatan.

c. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan untuk

wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Aceh,

Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Riau. Dengan jumlah pasien yang

banyak.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai