Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT FASTFOOD INDONESIA TAHUN 2013

ANGGOTA KELOMPOK :

Yohana Monica A.D 130420236

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2016
LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan Keuangan PT Fastfood Indonesia tahun 2013 yang sudah diaudit.
2. Analisis Laporan Keuangan PT Fastfood Indonesia
a. Nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit perusahaan
Nama Kantor Akuntan Publik yang mengaudit adalah Kantor Akuntan Publik
Purwantoro, Suherman & Surja.
b. Opini yang dikeluarkan oleh auditor eksternal
Laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan PT Fash Food Indonesia Tbk. Tanggal 31 Desember
2013, serta kinerja keuangan dan arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (Opini:
Wajar Tanpa Pengecualian).
c. Nama Komisaris dan Direktur Utama perusahaan
- Nama komisaris Utama adalah Anthoni Salim
- Nama Direktur Utama adalah Dick Gelael
d. Metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan untuk beberapa akun
1. Persediaan
Persediaan dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan atau
nilai realisasi neto (LC-NRV). Biaya perolehan ditentukan dengan
menggunakan metode rata-rata.
2. Aset Tetap
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan rugi penurunan nilai. Penyusutan dihitung dengan metode
garis lurus.
3. Sewa
- Sewa Pembiayaan
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa
tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan aset sewa.
- Sewa Operasi
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan mandaat yang terkait
dengan kepemilikan aset. Dengan demikian, pembayaran sewa diakui
sebagai laba-rugi dengan metode garis lurus selama masa sewa.

4. Biaya renovasi bangunan sewa ditangguhkan


Akun ini diamortisasi selama 10 tahun dengan menggunakan metode garis
lurus.
5. Sewa dibayar dimuka
Akun ini diamortisasi sesuai dengan masa sewa.
6. Beban ditangguhkan
Akun ini diamortisasi menggunakan metode garid lurus sesuai masa
manfaat.
7. Biaya emisi obligasi
Diskonto dan premium di amortisasi selama jangka waktu obligasi dengan
metode suku bunga efektif (SBE).
8. Pengakuan pendapatan dan beban
- Penjualan Barang
Pendapatan dari penjulan diakui berdasarkan penerimaan tunai yang
dicatat oleh cash register, kecuali pendapatan dari penjualan Compact
Disc (CD) yang diakui berdasarkan persentase tertentu yang disepakati.
- Pendapatan Bunga
Untuk semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan
diamortisasi, pendapatan atau biaya bunga dicatat dengan menggunakan
metode SBE.
- Beban diakui pada saat terjadi dengan menggunakan dasar akrual.
9. Perpajakan
- Pajak Kini
Aset dan liabilitas pajak kini untuk tahun berjalan diukur sebesar
jumlah yang diharapkan dapat direstitusi dari atau dibayarkan kepada
otoritas perpajakan.
- Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan diakui dengan menggunakan metode liabilitas untuk
perbedaan temporer pada tanggal pelaporan antara dasar pengenaan
pajak atas aset dan liabilitas dan jumlah tercatatnya untuk tujuan
pelaporan keuangan.
10. Imbalan Kerja
penyisihan imbalan kerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan
No. 13/2003, dihitung dengan menggunakan metode projected unit credit.
11. Instrumen Keuangan
- Aset Keuangan
Pengakuan awal
Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar,
namun dalam hal aset keuangan yang tidak diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi, maka nilai wajar tersebut
ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan
secara langsung dengan perolehan aset keuangan tersebut.
Pengukuran setelah pengakuan awal
Setelah pengakuan awal, PSAK No. 55 (Revisi 2011)
mensyaratkan aset tersebut dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi dengan menggunakan metode SBE, dan keuntungan
dan kerugian terkait diakui pada laporan laba rugi ketika pinjaman
yang diberikan dan piutang dihentikan pengakuannya atau
mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.
Penghentian pengakuan
Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara
keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari
(i) pembayaran yang diterima, termasuk setiap aset baru yang
diperoleh dikurangi setiap liabilitas baru yang harus ditanggung;
dan (ii) setiap keuntungan atau kerugian kumulatif yang telah
diakui secara langsung dalam ekuitas harus diakui dalam laba rugi.
Penurunan nilai
Jika tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas
aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset
keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka aset tersebut
dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki
karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan
nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan
nilainya dinilai secara individual dan untuk itu kerugian
penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam
penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jika terdapat bukti
obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah
kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset
dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang (tidak termasuk
kerugian kredit di masa mendatang yang belum terjadi). Nilai kini
estimasi arus kas masa datang didiskonto dengan menggunakan
SBE awal dari aset keuangan tersebut.
- Liabilitas Keuangan
Pengakuan awal
Saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada
nilai wajar dan, dalam hal liabilitas keuangan yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi, termasuk biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pada
tanggal pelaporan, Perusahaan tidak memiliki liabilitas
keuangan selain yang diklasifikasikan sebagai liabilitas
keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Pengukuran setelah pengakuan awal
Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi yang dikenakan bunga
diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan metode SBE. Laba atau rugi harus diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif ketika liabilitas
tersebut dihentikan pengakuannya serta melalui proses
amortisasinya.
Penghentian pengakuan
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas
yang ditetapkan dalam kontrak dihentikan atau dibatalkan atau
kadaluwarsa.
- Saling hapus instrument keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya
disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, terdapat
hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas
jumlah yang telah diakui dari aset keuangan dan liabilitas keuangan
tersebut dan terdapat intensi untuk menyelesaikan dengan
menggunakan dasar netto, atau untuk merealisasikan asset dan
menyelesaikan liabilitasnya secara bersamaan
- Nilai wajar instrumen keuangan
Untuk instrumen keuangan yang tidak diperdagangkan di pasar aktif,
nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian yang
diperbolehkan oleh PSAK No. 55 (Revisi 2011) antara lain meliputi
penggunaan transaksi pasar wajar yang terkini; referensi nilai wajar
terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama; analisa arus
kas yang didiskonto atau model penilaian lainnya. Bila nilai wajar
instrumen keuangan yang tidak diperdagangkan di pasar aktif tidak
dapat ditentukan secara andal, aset keuangan tersebut diakui dan
diukur pada nilai tercatatnya.
- Biaya perolehan yang diamortisasi dari instrumen keuangan
Biaya perolehan yang diamortisasi diukur dengan menggunakan
metode SBE dikurangi penyisihan penurunan nilai dan pembayaran
atau pengurangan pokok. Perhitungan ini mencakup seluruh premi
atau diskonto pada saat akuisisi dan mencakup biaya transaksi
serta komisi yang merupakan bagian tak terpisahkan dari SBE.
e. Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
Wakil Komisaris Utama (Elizabeth Gelael) memiliki hubungan keluarga
dengan Direktur Utama (Dick Gelael) dan Direktur 1 (Ricardo Gelael).
1. Kas dan Setara Kas :
Pihak ketiga : PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk,
PT CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank
Internasional Indonesia, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank BRI
Syariah, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Mega Tbk, , PT Bank OCBC
NISP Tbk.
2. Persediaan
Pihak ketiga : PT Zurich Insurance Indonesia
Pihak berelasi : PT Asuransi Central Asia
3. Utang Usaha
Pihak ketiga : PT Chaoren Pokphand Indonesia Tbk, PT Saliman Riyanto,
PT Sukanda Djaya, PT Wonokoyo Jaya Corporindo, PD Kartika Eka
Dharma, PT Sony Music, UD Putra Mandiri, PT Foodindo Dwivestamas
4. Utang lain-lain
Pihak ketiga : PT Kreasi Cipta Imaji, PT Ganesh Indonesia Surya
Internasional, PT Roemah Media, PT Infomedia Nusantara, PT Es Hupindo,
PT Global Premium Indonesia
5. Kewajiban Sewa Pembiayaan
PT Orix Indonesia Finance
6. Liabilitas Imbalan Kerja
PT Binaputera Jaga Hikmah
7. Modal Saham
PT Gelael Pratama, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (dahulu: PT
Dyviacom Intrabumi Tbk), HSBC Fund Services Clients Masyarakar
8. Saldo dan Transaksi dengan Pihak-pihak berelasi
Entitas dengan pengendalian bersama : PT Galel Indotim dan PT Galel
Supermarket, PT Aneka Satwitra Sari Food
Kesamaan personil manajemen : PT Galel Lampung, PT Prima Cahaya, PT
Buana Distrindo, PT Music Factory Indonesia, PT Salim Invomas Pratama
Tbk, PT Sangkar Mas, PT Indomarco Adi Prima, PT Finindo Foods
Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Gelael Dewata, PT
Swara Sangkar Mas, PT Asuransi Central Asia
Hubungan berelasi lainnya : PT Abdi Manunggal, Direksi dan Komisaris,
PT Swasembada Orgains, PT Fabiant Design Arsitek
Perjanjian eksklusif : PT Coca-Cola Distributor Indonesia
f. Kasus hukum dan kewajiban kontijensi yang dihadapi oleh perusahaan
Perusahaan menghadapi tuntutan hukum yang diajukan di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan sehubungan dengan sengketa tanah yang terletak di
Jl. M.T. Haryono, Jakarta. Berdasarkan Putusan Pengadilan No.
664/PDT.G/2009/PN.Jkt.Sel tertanggal 21 Desember 2009, pengadilan
memutuskan memenangkan Perusahaan. Menanggapi hal tersebut, pihak
penggugat mengajukan banding kepada Mahkamah Agung. Sampai dengan
tanggal penerbitan laporan keuangan, Mahkamah Agung belum memberikan
putusan atas upaya banding tersebut. Manajemen Perusahaan berkeyakinan
bahwa Mahkamah Agung akan memenangkan Perusahaan, oleh karena itu,
tidak ada penyisihan kerugian yang dibuat untuk gugatan di atas dalam laporan
keuangan.
WORKING PAPER

1. Prosedur Analitis (Rasio Keuangan)

PT Fast Food Indonesia Kenaikan


Rasio Keuangan
2013 2012 (Penurunan)
Rasio Likuiditas (x)
Current Ratio 1.70 1.77 Penurunan 0.07
Quick Ratio 1.37 1.43 Penurunan 0.06
Rasio Solvabilitas (x)
Debt To Total Assets 0.46 0.44 Kenaikan 0.02
Debt To Equity 0.84 0.80 Kenaikan 0.04
Equity To Total Assets Ratio 0.54 0.56 Penurunan 0.02
Rasio Profitabilitas (%)
Gross Profit Margin 59.32 % 58.51 % Kenaikan 0.81
Operating Profit Margin 5.10 % 7.60 % Penurunan 2.5
Rasio Aktivitas
Assets Turn Over (x) 1.95 2.00 Penurunan 0.05
Account Receivables Days (hari) 3 2 Kenaikan 1
Inventory Days (hari) 41 38 Kenaikan 3
Account Payables Days (hari) 12 10 Kenaikan 2
Working Capital Turn Over (x) 10.50 10.21 Kenaikan 0.29
Return On Equity (%) 14.20 % 20.80 % Penurunan 6.6
Return On Asset (%) 7.71 % 11.56 % Penurunan 3.85
*asumsi 1 tahun adalah 360 hari

Analisis :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan uang, kemampuan organisasi untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya (short-term obligations).
- Current Ratio
Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aset lancar yang dimiliki. Current ratio pada PT Fastfood
Indonesia pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012
yaitu sebesar 0,07 x. Namun penurunan yang terjadi tidak signifikan.Hal
tersebut terlihat dari hasil perhitungan current rasio yaitu pada tahun 2013
sebesar 1,70 dan tahun 2012 sebesar 1,77. Penurunan tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan PT Fastfood dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan aset lancarnya berkurang pada tahun 2013. Penurunan
terjadi karena total aset lancar yang dimiliki pada tahun 2013 meningkat diikuti
dengan meningkatnya juga kewajiban jangka pendek perusahaan pada tahun
tersebut.
- Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aset yang lebih likuid yaitu dengan mengurangkan aset lancar
dengan persediaan. Quick ratio pada PT Fastfood Indonesia pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 0,06 x dibandingkan tahun 2012. Penurunan yang
terjadi pada tahun 2013 tidak signifikan. Hal tersebut terlihat dari hasil
perhitungan quick ratio yaitu pada tahun 2013 sebesar 1,37 dan tahun 2012
sebesar 1,43. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa PT Fastfood Indonesia
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang
lebih likuid berkurang pada tahun 2013. Penurunan terjadi karena adanya
peningkatan aset lancar dan persediaan pada tahun 2013 yang diikuti dengan
kenaikan kewajiban lancar perusahaan pada tahun tersebut.
Kesimpulan : Rasio likuiditas pada PT Fastfood Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Penurunan yang terjadi
menunjukkan bahwa kemampuan PT Fastfood Indonesia untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya mengalami penurunan.

b. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan ukuran perbandingan dana yang disediakan oleh
pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang.
- Debt to Total Assets
Debt to Total Assets menunujukkan besarnya pendanaan perusahaan yang
dibiayai oleh utang dibanding dengan total aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Debt to Total Assets pada PT Fastfood Indonesia mengalami
kenaikan sebesar 0,02 pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2012.
Kenaikan yang terjadi pada tahun 2013 tidak signifikan. Hal tersebut terlihat
dari hasil perhitungan Debt to Total Assets yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,46
dan pada tahun 2012 sebesar 0,44. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar perusahaan kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
- Debt to Total Equity
Debt to Total Equity menunjukkan besarnya pendanaan perusahaan yang
dibiayai oleh kreditur dibandingkan dengan pendanaan yang dibiayai oleh
pemegang saham. Debt to Total Equity pada PT Fastfood Indonesia mengalami
kenaikan pada tahun 2013 sebesar 0,04 dibandingkan tahun 2012 yang tidak
signifikan. Hal tersebut terlihat dari hasil perhitungan debt to total equity yaitu
pada tahun 2013 sebesar 0,84 dan pada tahun 2012 sebesar 0,80. Kenaikan
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dibiayai oleh kewajiban yang lebih
besar dari total ekuitas yang dimiliki.
- Equity to Total Assets Ratio
Rasio ini menunjukan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan
yang dimiliki oleh kreditor. Pada PT Fastfood Indonesia equity to total assets
ratio mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 0,02 dibandingkan pada
tahun 2012 namun tidak signifikan. Hal tersebut terlihat dari hassil perhitungan
equiy to total assets ratio yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,54 dan pada tahun
2012 sebesar 0,56.Penurunan tersebut menunjukkan ekuitas pihak pemilik
perusahaan menurun.
Kesimpulan : Dari hasil perhitungan rasio solvabilitas dapat dilihat bahwa
kinerja perusahaan kurang baik karena perusahaan menanggung risiko finansial
yang semakin besar dari bertambahnya hutang/kewajiban setiap tahunnya.

c. Rasio Profitabilitas
- Gross Proffit Margin
Gross profit margin mengalami peningkatan yang tidak sgnifikan dari 58.51%
menjadi 59.32%, (kenaikan sebesar 0.81%). Hal ini berarti laba kotor
perusahaan mengalami peningkatan.
- Operating profit margin
Operating profit margin perusahaan mengalami penurunan yang signifikan dari
7.6% menjadi 5.1% (penurunan sebesar 2.5%),. Hal ini berarti laba perusahaan
mengalami penurunan. Penurunan laba perusahaan dikarenakan bertambahnya
beban operasi perusahaan tahun 2013 dan meningkatnya penjualan tahun 2013
dibandingkan tahun 2012.

d. Rasio Aktivitas
- Perputaran piutang perusahaan baik walaupun mengalami penurunan di tahun
2013, hal ini berarti perusahaan dapat menagih piutang dengan cepat.
- Perputaran utang perusahaan baik walaupun pada tahun 2013 mengalami
penurunan, hal ini berrti perusahaan dapat dengan cepat menagih utang-utang
yang dimilikinya walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan.
- Perputaran modal kerja baik karena mengalami peningkatan dari tahun 2012
sebesar 10.21 menjadi 10.50 pada tahun 2013.
- Perputaran persediaan perusahaan mengalampi penurunan dari 38 hari menjadi
41 hari, hal ini berarti perusahaan dalam melakukan perputaran persediaan
lambat.
- Perputaran aset perusahaan mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 2
menjadi 1.95 pada tahun 2013, hal ini berarti aset mengalami perputaran dengan
cepat.
- Tingkat pengembalian atas modal perusahaan mengalami penurunan dari tahun
2012 sebesar 20.8% menjadi 14.2% pada tahun 2013, hal ini berarti ekuitas yang
dimiliki perusahaan meningkat.
- Tingkat pengembalian atas aset perusahaan mengalami penurunan dari 11.56%
pada tahun 2012 menjadi 7.71% pada tahun 2013, hal ini berarti aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan namun pada tahun 2013 laba yang dihasilkan menurun.

2. Analytical Review for Balance Sheet


Keterangan Per Per Kenaikan (Penurunan)
31 Des 2013 31 Des 2012 Jumlah %
Aset Lancar
Kas 567.558.921 640.581.168 73.022.247 13%
Piutang lain-lain
Pihak-pihak berelasi 39.551.599 27.542.419 12.009.180 44%
Pihak Ketiga 19.775.103 17.418.440 2.356.663 14%
Persediaan 178.869.725 153.175.832 25.693.893 17%
Biaya dibayar dimuka 19.964.683 18.970.305 994.378 5%
Asset lancer lainnya 13.912.620 18.173.771 (4.261.151) 23%
Total Aset Lancar 912.654.898 802.839.688 109.815.210 14%
Aset Tidak Lancar
Aset tetap 333.549.473 305.158.162 18.391.311 9%
Biaya renovasi bangunan sewa 478.965.819 402.144.398 76.821.421 19%
ditangguhkan, neto
Sewa jangka panjang dibayar 143.950.803 132.973.209 10.977.594 8%
dimuka, neto
Beban ditangguhkan, neto 97.605.640 59.316.075 38.289.565 65%
Asset tidak lancer lainnya 61.398.030 79.474.462 (18.076.432) 23%
Total Aset Tidak Lancar 1.115.469.765 979.066.306 136.403.459 14%
TOTAL ASET 2.028.124.663 1.781.905.994 246.218.669 14%
Liabilitas Jangka Pendek
Hutang usaha
Pihak ketiga 209.884.057 144.308.910 65.575.147 45%
Pihak-pihak berelasi 46.477.483 72.416.298 (25.938.815) 36%
Hutang lain-lain
Pihak ketiga 115.393.949 86.192.864 29.201.085 34%
Pihak-pihak berelasi 765.175 364.592 400.583 110%
Utang pajak 59.305.046 54.535.975 4.769.071 9%
Biaya masih harus dibayar 63.711.332 57.684.717 6.026.615 10%
Kewajiban sewa pembiayaan 4.782.313 3.959.175 823.138 21%
yang jatuh tempo dalam waktu
satu tahun
Utang bunga atas utang 4.750.000 4.750.000 0 0%
obligasi
Liabilitas jangka pendek 30.455.003 29.908.985 546.018 2%
lainnya
Total Liabilitas Jangka 535.524.358 454.121.516 81.402.842 18%
Pendek
Liabilitas Jangka Panjang
Kewajiban sewa pembiayaan 2.991.330 4.404.460 (1.413.130) 32%
setelah dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam waktu satu
tahun
Liabilitas pajak tangguhan, 62.455.880 54.914.125 7.541.755 14%
neto
Liabilitas imbalan kerja 128.807.198 81.541.550 47.265.648 58%
Utang obligasi 196.932.718 196.010.910 921.808 0%
Liabilitas jangka panjang 441.404 190.626 250.778 132%
lainnya
Total liabilitas jangka 391.628.530 337.061.671 54.566.859 16%
panjang
TOTAL LIABILITAS 927.152.888 791.183.187 135.969.701 17%

Analisis:
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

3. Analytical Review for Net Revenue Trend Analysis


Keterangan Per Per Kenaikan
31 Des 2013 31 Des 2012 (Penurunan)
Jumlah %
Pendapatan Bruto
Penjualan Kotor 3.836.957.276 3.463.410.727 373.546.549 11 %
(Kenaikan)
Penjualan Lain-lain : 123.295.499 96.074.848 27.220.651 28 %
(Kenaikan)
Total Pendapatan Bruto 3.960.252.775 3.559.485.575 400.767.200 11 %
(Kenaikan)

Retur dan Diskon


Retur Penjualan - - - -
Potongan Penjualan - - - -
Total Retur dan Diskon - - - -

Analisis:
Analisis kecenderungan atau Trend Analysis yaitu perbandingan suatu data
tertentu untuk beberapa periode akuntansi, baik dalam bentuk absolut, persentase, atau
rasio. Trend Analysis untuk PT Fastfoood Indonesia disajikan dalam bentuk persen.
Analisis kecenderungan atau Trend Analysis mensyaratkan auditor untuk memeriksa
perubahan-perubahan dalam data sepanjang waktu. Premis yang mendasari analisa ini
adalah bahwa kecenderungan di masa lalu mungkin diharapkan berlanjut di masa yang
akan datang kecuali terjadi perubahan- perubahan keadaan yang material.
Pada PT Fastfood Indonesia perubahan terjadi pada penjualan kotor dan
penjualan lain-lain periode 2012 dan 2013. Penjualan kotor PT Fastfood Indonesia pada
tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 28% dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut
disebabkan adanya kenaikan penjualan makanan dan minuman pada tahun 2013.
Penjualan lain-lain PT Fastfood Indonesia juga mengalami kenaikan pada tahun 2013
yattu sebesar 11% dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan
penjualan CD dan jasa layanan antar pada tahun 2013. Perubahan tidak ditemukan pada
retur dan diskon atau potongan penjualan PT Fastfood Indonesia karena tidak ada return
dan diskon atau potongan penjualan yang diberikan oleh PT Fastfood Indonesia.

4. Skedul Aset Tetap (per 31 Des 2012 dan per 31 Des 2013)
31 Desember 2013

Jenis Aset Tetap Saldo Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir


Awal (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Harga Perolehan
- Tanah 44.105.921 - - - 44.105.921
- Bangunan 31.052.577 - - - 31.052.577
- Mesin dan peralatan 400.572.253 64.467.366 (419.311) 1.286.503 465.906.811
- Perabotan dan peralatan 59.050.817 14.738.419 (57.232) (232.430) 73.499.574
kantor
- Kendaraan bermotor 43.009.436 2.832.361 (823.828) 2433.070 47.451.039
- Kendaraan bermotor 12.196.711 4.606.826 - (2.433.070) 14.372.467
(sewa pembiayaan)
Total 589.987.715 86.646.972 (1.300.371) 1.054.073 676.388.389
Akumulasi Penyusutan
- Bangunan 17.751.101 1.190.326 - - 18.941.427
- Mesin dan peralatan 195.792.151 38.672.309 (195.502) 134.595 234.403.553
- Perabotan dan peralatan 34.013.482 12.708.261 (53.314) (2.312) 46.666.117
kantor
- Kendaraan bermotor 35.369.991 3.911.209 (823.828) 884.284 39.341.656
- Kendaraan bermotor 1.902.828 2.467.619 - (884.284) 3.486.163
(sewa pembiayaan)
Total 284.829.553 58.949.724 (1.072.644) 132.283 342.838.916
Nilai Buku 305.158.162 333.549.473

31 Desember 2012

Jenis Aset Tetap Saldo Awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Harga Perolehan
- Tanah 14.105.921 29.476.000 - 435.118 44.105.921
- Bangunan 31.052.577 - - - 31.052.577
- Mesin dan peralatan 349.793.081 71.097.288 (19.554.300) (763.816) 400.572.253
- Perabotan dan peralatan 43.317.350 14.941.167 (150.621) 942.921 59.050.817
kantor
- Kendaraan bermotor 39.931.210 1.631.900 (1.580.571) 3.026.897 43.009.436
- Kendaraan bermotor 5.459.967 9.763.641 - (3.026.897) 12.196.711
(sewa pembiayaan)
Total 483.748.988 126.909.996 (21.285.492) 614.223 589.987.715
Akumulasi Penyusutan
- Bangunan 16.524.616 1.226.485 - - 17.751.101
- Mesin dan peralatan 174.727.269 35.003.921 (13.424.562) (514.477) 195.792.151
- Perabotan dan peralatan 22.584.314 10.986.925 (76.711) 518.477 34.013.482
kantor
- Kendaraan bermotor 32.489.582 3.232.007 (1.580.571) 1.228.973 35.369.991
- Kendaraan bermotor 1.121.316 2.010.485 - (1.228.973) 1.902.828
(sewa pembiayaan)
Total 247.447.097 52.459.823 (15.081.844) 4.477 284.829.553
Nilai Buku 236.301.891 305.158.162

Analisis :
Pada tahun 2013 PT Fast Food Indonesia tidak melakukan pembelian ataupun
penjualan tanah, sehingga nilai bukunya tetap sama yaitu 44.105.921. Pada tahun 2013
PT Fast Food Indonesia tidak melakukan pembelian bangunan ataupun penjualan
bangunan, sehingga nilai bukunya tetap sama yaitu 31.052.577.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan nilai buku untuk mesin dan peralatan. Pada
awalnya nilai buku mesin dan peralatan sebesar 400.572.253 kemudian pada ahir tahun
menjadi 465.906.811. Hal itu disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 64.467.366
dan pengurangan sebesar 419.311 serta adanya reklasifikasi menambah sebesar
1.286.503.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan nilai buku untuk perabotan dan peralatan
kantor. Pada awalnya nilai buku perabotan dan peralatan kantor 59.050.817 kemudian
pada ahir tahun menjadi 73.499.574. Hal itu disebabkan oleh adanya penambahan
sebesar 12.708.261, pengurangan sebesar 57.232 dan reklasifikasi yang mengurangi
sebesar 232.430.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan nilai buku untuk kendaran bermotor. Pada
awalnya nilai buku kendaraan bermotor 35.369.991 kemudian pada ahir tahun menjadi
43.009.436. Hal itu disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 2.832.361 dan
pengurangan sebesar 823.828 serta reklasifikasi yang menambah sebesar 2.433.070.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan nilai buku untuk kendaran bermotor (sewa
pembiayaan). Pada awalnya nilai buku kendaraan bermotor (sewa pembiayaan)
12.196.711 kemudian pada ahir tahun menjadi 14.372.467. Hal itu disebabkan oleh
adanya penambahan sebesar 4.608.826 dan terdapat reklasifikasi yang mengurangi
sebesar 2.433.070.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan akumlasi penyusutan bangunan . Pada
awalnya sebesar 17.751.101 kemudian pada ahir tahun menjadi 18.941.427. Hal itu
disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 1.190.326.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan akumulasi penyusutan untuk mesin dan
peralatan. Pada awalnya sebesar 195.792.151 kemudian pada akhir tahun menjadi
234.403.553. Hal itu disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 38.672.309,
pengurangan sebesar 195.502 dan reklasifikasi yang menambah sebesar 134.595.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan akumulasi penyusutan perabotan dan
peralatan kantor. Pada awalnya sebesar 34.013.482 kemudian pada akhir tahun menjadi
46.666.117. Hal itu disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 12.708.261 dan
pengurangan sebesar 53.314 serta reklasifikasi yang mengurangi sebesar 2.312.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan akumulasi penyusutan kendaran bermotor.
Pada awalnya sebesar 35.369.991 kemudian pada ahir tahun menjadi 39.341.656. Hal
itu disebabkan oleh adanya penambahan sebesar 3.911.209 dan pengurangan sebesar
823.828 serta reklasifikasi yang menambah sebesar 884.284.
Pada tahun 2013 terjadi perubahan akumulasi penyusustan kendaran bermotor
(sewa pembiayaan). Pada awalnya sebesar bermotor (sewa pembiayaan) 1.902.828
kemudian pada ahir tahun menjadi 3.486.163. Hal itu disebabkan oleh adanya
penambahan sebesar 2.467.619 dan reklasifikasi mengurangi sebesar 884.284.

Anda mungkin juga menyukai