Anda di halaman 1dari 9

DISPEPSIA

Disusun oleh :

Heru Tri Purwanto 1102010122


Rio Geraldy 1102010245

Pembimbing :

Dr. Henny K Koesna, Sp.PD


Dr. Seno M Kamil, Sp.PD
Dr. Dinny G Prihadi, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM RSUD SOREANG
BANDUNG
2015
Dispepsia

1.1.Definisi

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman atau nyeri ulu hati disertai mual, kembung, muntah,
rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa.

1.2.Epidemiologi

15 30 % orang dewasa pernah mengalami dispepsia dalam beberapa hari. Negara Barat
prevalensinya 7 41 %. Hanya 10 20 % yang mencari pertolongan medis. Angka insidens
diperkirakan 1- 8 %.

1.3.Etiologi

Fungsional (dispepsia tipe non-ulkus): dispepsia tanpa ada bukti kelainan organik,
kombinasi hipersensitivitas visceral dengan motilitas abnormal lambung. Menurut
kriteria Rome III, dispepsia fungsional dibagi 2, yaitu postprandial distress syndrome
dan epigasrtic pain syndrome.
Organik (dispepsia tipe ulkus): GERD, ulkus peptikum, gastritis, lainnya (OAINS,
diabetic gastroparesis, batu kandung empedu, dll)

1.4..Klasifikasi

o Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu,
dan lain-lain. Dispepsia organic antara lain adalah gastritis, tukak lambung dan tukak
duodenum.
- Gastritis
Gastritis merupakan proses inflamasi pd mukosa dan submukosa lambung.
Penyebabnya antara lain infeksi Helicobacter pylori(Patogen gram negative,
berbentuk batang atau spiral, berflagel, hidup pada permukaan epitel,
mengandung urease, hidup di antrum, dapat migrasi ke proksimal dan jadi kokoid
(bentuk dorman)), autoantibodi sel parietal, virus, jamur, OAINS. Gejala yang
timbul biasanya asimtomatik & tidak khas tapi dapat juga panas & pedih di ulu
hati, serta mual muntah. Untuk diagnosis infeksi H. pylori dapat dilakukan
pemeriksaan yang Invasif yaitu dengan Gastroskopi (pem. langsung, histopat. atau
mikrobiologi)serta pemeriksaan yang Non invasif yaitu Tes serologi dan Urea
Breath Test.Sedangkan untuk menegakkan diagnosis gastritis dapat dilakukan
pemeriksaan Endoskopi & Histopatologi. Pada pemeriksaan Endoskopi dapat
ditemukan eritema,eksudatif, flat erosion, raised erosion, perdarahan, edematous
rugae. Sedangkan dengan pemeriksaan Histopatologi dapat ditemukan degradasi
epitel, infiltrasi neutrofil, kerusakan sel parietal, sertakan pem. HP. Perjalanan
alamiah gastritis dapat dibagi menjadi:
Gastritis kronik non atropi predominasi antrum (inflamasi moderat-
berat di antrum).
Gastritis kronik non atropi multifokal (inflamasi hampir seluruh
mukosa di antrum dan korpus).

- Tukak Lambung
Merupakan suatu gambaran bulat/semibulat/oval ukuran lebih dari 5 mm
kedalaman submukosal pada mukosa lambung karena terputusnya
kontinuitas/integritas mukosa lambung.Prevalensi tergantung social ekonomi &
demografi. Pria lebih banyak dari wanita, serta lebih banyak terjadi pada sosek
rendah, tukak duodeni lebih banyak dari tukak gaster.Patofisiologi terbagi dalam
beberapa teori yaitu:
No acid no ulcer, sekresi asam lambung pada sel parietal menyebabkan
defek mukosa, terkait genetik.
Balance theory, gangguan keseimbangan faktor agresif (faktor endogen &
eksogen)& defensif (PG,mukus bikarbonat & pertahanan sel epitel).
No Hp no ulcer.

Perlu diperhatikan adanya alarm symptom seperti:

Disfagia
Odinofagia
Muntah-muntah
Berat badan menurun
Anemia
Fecal occult bloodtest (+)
Teraba massa atau adanya pembesaran kelenjar
Usia > 55 tahun

Pada pemeriksaan Fisik jika tanpa komplikasi jarang terjadi kelainan fisik, bisa
juga terdapat rasa sakit di ulu hati atau di kiri garis tengah perut & penurunan BB.
Jika terjadi Peritonitis akan timbul rasa sangat nyeri, nyeri tekan perut, tak
terdengar peristaltik usus. Pada perdarahan akan timbul takikardi, syok
hipovolemik. Serta Pointing sign pada komplikasi ke pankreas
Pada pemeriksaan penunjang

- Lab : tidak ada yang spesifik


- Radiologi : Endoskopi, Tukak jinak dapat terlihat luka terbuka dengan
pinggiran teratur, mukosa licin dan normal, lipatan yang teratur keluar dari
pinggiran tukak.

Diagnosis ditegakkan dari pengamatan klinis, hasil pemeriksaan penunjang, dan


hasil biopsi. Komplikasi yang dapat timbul adalah perdarahan,
perforasi/penetrasi, Obstruksi atau stenosis. Terapi ditujukan untuk
menghilangkan keluhan, menyembuhkan/memperbaiki kesembuhan tukak,
mencegah kekambuhan/rekurensi tukak, serta mencegah komplikasi. Terapi dapat
dengan medikamentosa, non medikamentosa dan tindakan operasi.

Terapi medikamentosa terdiri dari :

Antasida
Koloid Bismut (Coloid Bismuth Subsitrat & Bismuth Subsalisilat),
membentuk lapisan penangkal, merangsang sekresi PG, bikarbonat dan
mukus, bakterisidal terhadap Hp.
Sukralfat
Prostaglandin
ARH2
PPI

Program eradikasi H. pylori bertujuan :

- Mengurangi keluhan
- Penyembuhan tukak
- Mencegah kekambuhan, perdarahan dan keganasan.

Program eradikasi H. pylori dilakukan dengan menggunakan terapi kombinasi


menggunakan tiga atau empat obat.
Terapi Kuadripel

- PPI 2X1
- Bismuth Subsalisilat 4X2
- MNZ 4X250
- Tetrasiklin 4x500

Tukak gaster refrakter merupakan tukak yang belum sembuh walau telah
diberi terapi eradikasi penuh selama 14 hari diikuti pemberian PPI selama 10
minggu lagi dengan syarat :

1. Obat tetap dimakan


2. Bukan keganasan
3. Bukan inf. Hp, tidak merokok dan minum OAINS
4. Diagnosa benar

- Tukak Duodenum

Terjadinya tukak duodenum melibatkan faktor defensif dan faktor agresif. Faktor
agresif yaitu faktor yang menyebabkan terjadinya tukak duodenum, terdiri dari :

1. Hp (Hp melekat dengan bantuan adhesin selanjutnya Sistem imun akan


berusaha menghancurkan Hp dengan aktivasi mediator inflamasi, Hp
keluarkan sitotoksin & urease, di antrum akan merusak sel D somatostatin)
2. OAINS (Efek asam akan mengganggu enzim COX 1 pada asam arakhidonat
dan menekan produksi Prostaglandin)
3. Lingkungan, pola hidup (merokok, stres, malnutrisi, genetik)

Faktor Defensif terdiri dari :

1. Faktor pre epitel (mukus bikarbonat)


2. Faktor epitel (kecepatan pergantian sel yang rusak)
3. Faktor sub epitel (PG endogen, aliran darah)

Gejala:

1. Rasa nyeri dan panas di epigastrium, tidak terlokalisasi, 90mnt-3 jam pp,
berkurang sementara setelah makan, minum antasida atau susu (Hunger Pain
Food Relieve), timbul lagi saat lapar atau malam hari.
2. Sakit disebelah kanan garis tengah perut.
3. Waspadai alarm symptom
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan palpasi nyeri epigastrium. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan endoskopi, biopsi lambung. Komplikasi yang dapat
ditimbulkan adalah perdarahan, perforasi, penetrasi.
o Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan
endoskopi.

1.5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:


Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap
dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Dari hasil pemeriksaan darah bila
ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika
tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak,
sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran
pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon
perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.
Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan.
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.
Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui
apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan
pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
Pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter
pylori, dan urea breath test. Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan
bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan
tampak peristaltik di esophagus yang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-
peristaltik di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit
barium yang masuk ke intestin.
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut
niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak
yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di lambung
secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah
kanker, bentuk dari lambung
berubah. Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda
seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin
terutama di jejunum yang disebut sentinel loops.
Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan
atau respon kerongkongan terhadap asam.
1.6.Diagnosis banding

Penyakit refluks gastroesofageal


Irritable Bowel Syndrome
Karsinoma saluran cerna bagian atas
Kelainan hepatobilier dan kelainan pankreas
Ulkus peptikum

1.7.Tatalaksana

Penanganan umum: edukasi dan pemulihan, perubahan diet dan gaya hidup (hindari
makanan yang memperberat gejala seperti tinggi lemak, kopi, makanan pedas, asam)
Farmakoterapi:
o Epigastric pain syndrome: supresi asam H2R antagonis (simetidin,
ranitidin, dll), Proton Pump Inhibitor (Omeprazole, dll).
o Postprandial distress syndrome: obat prokinetik metocloprmide, cisapiride,
domperidone
H. Pylori (+) terapi eradikasi
Anti depresan (amytriptiln,fluoxetin, desipramine, dll)

Pasien dispepsia

< 50 tahn dan alarm > 50 Tahun dan alarm


simptomp (-) symptom (+) umur
berapa saja

Tes H. Pylori non-invasve

ENDOSKOPI

H. Pylori (+) H. pylori (-)


Tes H. Pylori non-invasive:
- Urea breath test: H. Pylori produksi
urease yang memecah urea menjadi
CO2 dan NH3
ERADIKASI TERAPI EMPIRIS
- Serologi: deteksi antibodi terhadap
H. Pylori di serum
-
Eradikasi/anti H. Pylori

1. Triple terapi
PPI (2x1) + claritromcin 500mg (2x1) / metronidazole 500mg (2x1) +
amoxicilin 1gr (2x1) lama terapi 7-14 hari
Bismuth + metronidazole 250mg (4x1) + tetracylin 500mg (4x1)
ARH2 (4x1) + tetracylin 500mg (2x1) + claritromycin 500mg (2x1) /
metronidazole 500mg (2x1)

2. Quadruple terapi
Bismuth + PPI/ARH2 + amoksisilin + claritromycin
Bismuth + PPI/ARH2 + metronidazole + claritromycin
Bismuth + PPI/ARH2 + metronidazole + tetrasiklin

1.8.Pencegahan

Biasakan makan dengan teratur


Kunyah makanan dengan baik
Jangan makan terlalu banyak
Jangan berbaring setelah makan
Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak
terganggu (interval 2-3 jam)
Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan
padat akan mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses
pencernaan)
Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
Konsumsi makanan probiotik
Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat
sederhana)
Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan
dinding lambung)
Kurangi stress

1.9.Prognosis

Umumnya baik, tergantung pada beratnya penyakit dan penanganan yang cepat.
kasus yang telah mengalami perforasi umumnya buruk.
Daftar Isi

Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.


http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001

Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html, Desember
2006
D Dharmika. Dispepsia fungsional. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5 th
Ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2009.p.529-33.

E Ari dan A Azalia. Obat lokal. In : Farmakologi dan terapi. 5th Ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI;2007.p.518-24.

Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159.

HAM Akil. Tukak duodenum. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5th Ed.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2009.p.523-8.

Hirlan. Gastritis. In: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5 th Ed. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI;2009.p.509-12.

Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta.:
488-49.

T Pengarapen. Tukak gaster. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jildi I. 5 th Ed.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI;2009.p.513-22.

Anda mungkin juga menyukai