Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

GLAUKOMA NEUROVASKULAR

Disusun oleh :

Adinda Nurani Putri


1102010006

Pembimbing :

dr. Diantinia, SpM

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG
JUNI 2017
1
PENDAHULUAN

Diklasifikasikan sebagai bagian dari glaucoma sekunder. Glaukoma neovaskular


merupakan istilah yang digunakan untuk semua glaukoma yang disebabkan atau yang
berhubungan dengan adanya membran fibrovaskular yang terbentuk pada iris dan atau pada sudut
bilik mata. Nama lain dari glaukoma neovaskuler ini adalah glaukoma hemoragik, glaukoma
kongestif, glaukoma trombotik, ataupun glaukoma rubeotik.1,2 Neovaskuler ini timbul biasanya
disebabkan oleh iskemik retina yang luas seperti yang terjadi pada retinopati diabetika dan oklusi
vena sentralis retina.3
Tanda dan gejala klinis glaukoma neovaskuler ini dapat berupa fotofobia, penurunan visus,
peningkatan tekanan intraokuler, edema kornea, neovaskularisasi iris yang awalnya tampak pada
pinggir pupil, ektropion uvea, dan penutupan sudut bilik mata oleh karena sinekia 4
Glaukoma neovaskuler merupakan glaukoma yang berpotensi merusak, dimana dengan
terlambatnya diagnosis dan penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan hilangnya
penglihatan total. Diagnosis dini penyakit ini sangat penting sekali yang harus diikuti dengan
pengobatan yang cepat dan segera. Dalam penanganan glaukoma neovaskular, penting untuk
menangani dua hal, yakni peningkatan tekanan intraokular (TIO) dan penyakit yang
menyertainya.2
Glaukoma neovaskuler muncul sebagai komplikasi lanjut dari retinopati iskemik. Para ahli
menemukan bahwa vascular endothelial growth factor (VEGF) berperan penting dalam terjadinya
neovaskularisasi. Aktivasi reseptor VEGF memicu proses pertumbuhan sel endotel dan migrasinya
dari vaskularisasi yang sudah ada. Bevacizumab (avastin) merupakan antibodi monoklonal
manusia yang mampu berikatan dengan semua isoform VEGF. Pengurangan neovaskularisasi iris
berhasil dilakukan dengan injeksi Bevacizumab intravitreal. Hasil ini mendorong para ahli untuk
menggunakan VEGF-inhibitor sebagai terapi untuk glaukoma neovaskuler.5

2
DEFINISI
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder sudut tertutup yang terjadi akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada permukaan iris dan anyaman trabekula yang
menimbulkan gangguan aliran humor akuos dan meningkatkan tekanan intraokuler.1,6
Glaukoma neovaskular terjadi jika terdapat proliferasi pembuluh darah baru pada
permukaan iris, hingga mencapai struktur sudut bilik mata depan dan menghalangi aliran humor
akuos melewati anyaman trabekulum. Retina yang hipoksia dan memiliki sirkulasi kapiler yang
buruk diyakini merupakan hal yang menginisiasi terjadinya glaukoma neovaskular ini.6,7

EPIDEMIOLOGI
Sepertiga pasien dengan glaucoma neovascular terdapat pada penderita retinopati diabetika.
Frekuensi timbulnya hal tersebut berhubungan oleh adanya tindakan bedah pada mata. Insiden
terjadinya glaucoma ini dilaporkan sekitar 25% 42 % setelah tindakan bedah mata. Dan 10 % -
23 % terjadi pada 6 bulan pasca operasi bedah mata.

ETIOLOGI
Pengetahuan tentang glaukoma neovaskular dimulai dengan ditemukannya hubungan
antara terjadinya neovaskularisasi pada iris dengan terdapatnya oklusi vena retina sentralis pada
tahun 1906. Istilah glaukoma neovaskular mulai digunakan pada tahun 1963, yang merupakan
suatu diagnosis dengan karakteristik ditemukannya pembuluh darah baru pada iris yang memicu
peningkatan tekanan intraokular.6
Prevalensi penyebab glaukoma neovaskular yang paling tinggi adalah oklusi vena retina
sentralis dengan prevalensi 36%, diikuti retinopati diabetik proliferatif dengan 32 % dan oklusi
arteri karotis dengan 13%.6

HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi mata dengan glaucoma neovaskuler tanpa menghiraukan
etiologinya didapatkan bahwa pembuluh = pembuluh darah baru timbul dari bantalan
mikrovaskuler (kapiler / venula) pada iris dan korpus siliar. Pembuluh darah tersebut muncul
pertama kali sebagai kuncup endotel dari kapiler sirkulasi arteri kecil.

3
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
Glaukoma neovaskular dalam perjalanan penyakitnya secara klinis akan terlihat membran
fibrosa yang berkembang sepanjang pembuluh darah yang terbentuk. Membran tersebut
mengandung miofibroblas yang memiliki kemampuan berkontraksi. Kontraksi miofibroblas
menarik lapisan pigmen posterior dari epitel iris anterior, yang akan menyebabkan terjadinya
ektropion uvea, dan menarik iris perifer ke sudut bilik mata depan dan menyebabkan sinekia
perifer anterior, dan pada akhirnya menghambat aliran keluar humor akuos dan meningkatkan
tekanan intraokular.6,7
Teori yang paling banyak diterima tentang patogenesis terjadinya glaukoma neovaskular
adalah adanya iskemik retina yang akan melepaskan faktor angiogenik yang berdifusi kedepan
mengikuti aliran humor akuos dan menyebabkan pembentukan pembuluh darah baru pada iris dan
sudut bilik mata depan. Faktor angiogenik ini menurut penelitian yang telah dilakukan diketahui
memiliki kemampuan menstimulasi proliferasi endotel kapiler, neovaskularisasi kornea, dan
neovaskularisasi retina. Salah satu factor angiogenik yang diketahui paling banyak berperan adalah
vascular endothelial growth factor (VEGF), dimana ditemukan dengan konsentrasi yang
meningkat 40-100 kali dari normal pada humor akuos pasien dengan glaukoma neovaskular.6,7
Teori tentang adanya faktor angiogenik tersebut dapat menjelaskan beberapa keadaan yang
terjadi pada glaukoma neovaskular, antara lain mengenai gambaran awal rubeosis iridis yang
terjadi pada pinggiran pupil, yang bisa dijelaskan karena substansi yang berdifusi dari retina
menuju bilik mata depan melalui pupil dan memiliki konsentrasi tertinggi pada daerah tersebut.
Teori tersebut juga dapat menjelaskan mengapa rubeosis iridis dan glaukoma neovaskular lebih
sering terjadi setelah operasi ekstraksi katarak dan vitrektomi. Lensa dan vitreus merupakan barier
mekanis yang menghalangi terjadinya difusi dari substansi angiogenik, dan humor vitreus juga
diketahui mengandung inhibitor endogen terhadap angiogenesis. Lensa dan vitreus dapat
mengurangi iskemik retina dengan cara mencegah keluarnya oksigen dari segmen posterior
menuju segmen anterior. Selain hal tersebut, vitrektomi dan pembedahan katarak menyebabkan
inflamasi,yang kemudian akan menstimulasi terjadinya neovaskularisasi.6,7
Hipoksia, walaupun diyakini sebagai pemicu utama dari angiogenesis, faktor lain juga
memiliki peranan dalam pembentukan pembuluh darah abnormal. Inflamasi dan hipoksia
seringkali timbul bersamaan hingga menginisiasi pembentukan pembuluh darah baru. Mediator
inflamasi seperti angiopoetin-1 dan angiopoetin-2 sekarang telah diketahui memiliki peranan

4
dalam pembentukan pembuluh darah baru dan remodeling, sejalan dengan peranan dalam proses
inflamasi.6,8
Penyebab dari neovaskularisasi iris antara lain:6,8
a. Iskemik retina :
Retinopati diabetik, oklusi vena retina sentralis, oklusi arteri retina sentralis, oklusi arteri
carotis, retinal detachment, retinopati sickle sel, retinoshisis.
b. Inflamasi :
Uveitis kronik, endoftalmitis, sindroma Vogt-Koyanagi-Harada, sympathetic ophthalmic
c. Tumor :
Melanoma iris / koroidal, limfoma ocular, retinoblastoma
d. Penyinaran

GAMBARAN KLINIK
Manifestasi klinis glaukoma neovaskular dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal
(rubeosis iris dan glaukoma sekunder sudut terbuka) dan tahap lanjut, yang gambaran klinis nya
antara lain:6,7
1. Tahap awal (rubeosis iridis):
Ditandai dengan tekanan intraocular yang normal, adanya sedikit neovaskularisasi, kapiler yang
berdilatasi pada pinggiran pupil, terdapat neovaskularisasi pada iris (irregular, pembuluh darah
tidak tumbuh secara radial dan biasanya tidak pada stroma iris), terdapat neovaskularisasi pada
sudut bilik mata depan (bisa terjadi dengan atau tanpa neovaskularisasi iris), reaksi pupil
jelek,dan terjadi ektropion uvea. Gejala yang timbul bisa berupa nyeri pada periokular atau
periorbita karena iskemia.
2. Tahap awal (glaukoma sekunder sudut terbuka) :
Ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokular, neovaskular iris yang akan berlanjut
menjadi neovaskular pada sudut bilik mata, adanya proliferasi jaringan neovakular pada sudut
bilik mata, dan terdapatnya membran fibrovaskular (yang berkembang sirkumferensial
melewati sudut bilik mata, dan memblock anyaman trabekular). Gejala yang timbul adalah visus
kabur namun mata tidak merah dan tidak nyeri. Stadium ini bisa terjadi antara 8 15 minggu .

3. Tahap lanjut (glaucoma sekunder sudut tertutup) :

5
Pada tahap ini, glaukoma sekunder sudut tertutup ditandai dengan beberapa hal berikut ini, yaitu :
Nyeri hebat yang akut, sakit kepala, nausea dan atau muntah, fotopobia, penurunan tajam
penglihatan (hitung jari hingga lambaian tangan), peningkatan tekanan intraocular (> 60 mm Hg),
injeksi konjungtiva, edema kornea, hifema, flare akuos, penutupan sudut bilik mata akibat sinekia,
rubeosis yang sudah lanjut, neovaskularisasi retina dan atau perdarahan retina.
Tanda tahap awal dalam perjalanan glaukoma neovaskular adanya gambaran proliferasi
vaskular pada batas pupil. Neovaskularisasi pada iris ini kemungkinan sulit untuk dideteksi pada
tahap awal. Slit lamp biomicroscopy dapat menunjukkan gambaran berliku-liku, adanya tumpukan
acak dari pembuluh darah pada permukaan iris, berdekatan dengan batas pinggir pupil. Tumpukan
ini semakin gelap jika pada iris yang gelap dan lebih jelas pada iris yang terang. 6
Karakteristik progresifitas neovaskularisasi yang terjadi yaitu dari batas pinggir pupil
menuju ke sudut dari pupil yang tidak berdilatasi, tetapi dapat juga tidak terjadi neovaskularisasi
pada sudut pupil. Sebagai perkembangan proliferasi vaskular, biomicroscopy dari bilik mata depan
menunjukkan sel-sel dan flare. Gonioscopy menunjukkan pembuluh darah baru yang tumbuh dari
arteri sirkumferensial dari badan siliaris ke permukaan iris dan ke permukaan dari dinding sudut.6,7
Pembuluh darah melewati sudut bilik mata dan tumbuh terus melewati korpus silier dan
sclera spurs menuju anyaman trabekulum, yang memberikan gambaran flush kemerahan. Tahap
awal pada neovaskularisasi segmen anterior, tekanan intraokular biasanya normal. Pembuluh
darah baru kemudian membentuk membran fibrovaskular yang menyebabkan timbulnya glaukoma
sekunder sudut terbuka, yang memiliki karakteristik adanya kontraksi dari membran fibrovaskular,
yang mendorong iris perifer mendekati anyaman trabekulum dan menyebabkan bermacam derajat
dari sinekia yang akan menyebabkan penutupan sudut bilik mata.6
Uvea ektropion dan hifema seringkali terjadi. Ektropion uvea disebabkan traksi radial
sepanjang permukaan iris, yang mendorong lapisan pigmen posterior iris di sekitar pinggir pupil
menuju permukaan iris anterior. Pada tahap ini, pasien biasanya menunjukkan onset yang dramatik
dari nyeri yang sekunder hingga adanya peningkatan tekanan intraokular. Pasien biasanya akan
mengalami penurunan penglihatan yang parah ( hingga menghitung jari), bersamaan dengan
terjadinya edem kornea dan inflamasi bilik mata depan.6,8

6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer. Dikenal
beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan
tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar
pemeriksaannya adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement) dilakukan penekanan
bergantian dengan kedua jari tangan.1,7

Gonioskopi
Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata,
juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing.1,7
Tes ini juga dipakai untuk membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan glaukoma
sudut tertutup. Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris, yang
diantaranya terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini, yakni apakah lebar (terbuka), sempit
atau tertutup, menimbulkan dampak penting pada aliran keluar humor akueous. Dengan
gonioskopi ini juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris di bagian perifer ke depan
(peripheral anterior sinechia)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran depan
kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat digunakan untuk melihat sekeliling
sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.1

Pemeriksaan lapang pandang


Berbagai cara untuk memeriksa lapang pandang pada glaukoma adalah layar singgung,
kampimeter dan perimeter otomatis.2
Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena gangguan ini
dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit saraf
optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya dan hubungannya dengan
kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.2
Uji lain pada glaukoma
Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20

7
mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.1,7
Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum
dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola
mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita
glaukoma.1,7
Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma
simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali
sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat glaukoma
maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu.1,7
Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh, selama 3 hari
biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4
mmHg, sedang pada glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg.
Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.
Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien
dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan
bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang
positif, naik 8 mmHg.1,7
Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1% selama
1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.

DIAGNOSIS
Diagnosis glaukoma neovaskular ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang jelas dan teliti. Dari anamnesa ditemukan keluhan seperti mata
merah, nyeri, lakrimasi dan penglihatan kabur yang berlangsung mendadak. Evaluasi riwayat
medis terhadap faktor resiko seperti DM, hipertensi dan PJK sangat penting untuk membantu
menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan fisik mata dengan

8
menggunakan slit-lamp dan gonioscopy dapat terlihat adanya injeksi silier, edema kornea, flare,
hifema, pupil miosis dan neovaskularisasi di iris dan COA. Pemeriksaan penunjang yang dipakai
seperti pemeriksaan laboratorium kimia darah untuk melihat profil gula darah dan lipid.6
Pemeriksaan dengan fluorescent angiography dan fluorophotometry dapat melihat
gambaran neovaskularisasi iris dan COA yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah di batas pupil dan terlihatnya pembuluh darah di permukaan iris dan COA akibat
terhambatnya aliran darah sekitar pupil oleh pigmen hitam iris. Perlahan pembuluh darah iris akan
melintasi corpus ciliare dan sklera dan menutup trabekulum yang menyebakan terjadinya
hambatan aliran cairan aquos humour dan peningkatan TIO.6,9
Diagnosis sebaiknya cepat ditegakkan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
seperti terbentuknya keratopathy bula, glaukoma, iris bombe, uvea ektropion, dekomensasio
kornea, katarak dan ptisis bulbi yang berakibat dengan kebutaan.9

DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma sudut tertutup primer akut; berbeda dengan glaukoma neovaskular karena
pada keadaan ini didapatkan pupil yang lebar dan lonjong, dan tidak didapatkan
neovaskularisasi pada iris dan sudut serta ekteropion uvea.
2. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitis; dalam keadaan ini didapatkan
sinekia posterior total, dan tidak didapatkan neovaskularisasi pada iris.
3. Fuchs Heterochormic Iridocyclitis; atau Fuchs Uveitis Syndrome didapatkan kelainan
seperti sudut terbuka dengan tekanan intraokuler yang meningkat tapi tidak disertai
neovaskularisasi iris.
4. Glaukoma fakolitik; proses fakolitik pada lensa yang keruh jika kapsulnya menjadi
rusak, substansi lensa yang keluar akan diresorpsi oleh serbukan fagosit atau makrofag
yang banyak di COA, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat
sudut COA dan menyebabkan glaukoma. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena
substansi lensa sendiri yang menmpuk di sudut COA terutama bagian lensa dan
menyebabkan eksfoliasi glaukoma tanpa disertai neovaskularisasi.

9
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan dari glaukoma neovaskular yaitu untuk mengontrol faktor resiko,
mencegah terjadinya perburukan dan komplikasi lebih lanjut serta mengurangi rasa tidak nyaman
jika terjadi serangan yang akut dan bila telah terjadi penurunan daya penglihatan. Penatalaksanaan
dapat dilakukan dengan terapi farmakologik dan bedah.6,9
Terapi farmakologik yang diberikan seperti kortikosteroid topikal dan
midriatikum/sikloplegik dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada mata terutama pada
serangan yang akut, mencegah terjadinya sinekia dan melepaskan perlengketan jika telah tejadi
sinekia. Penggunaan -blocker, -agonis dan inhibitor untuk mengurangi produksi dari cairan
aquos. Terapi farmakologik lain diberikan untuk mengontrol faktor resiko seperti pemberian obat
hipoglikemia dan hipolipodemik.6,9
Terapi pembedahan yang dipakai antara lain PRP (Panretinal Photocoagulation) untuk
mengurangi pembentukan neovaskularisasi di iris dan mencegah terjadinya sinekia anterior dan
posterior serta untuk menurunkan TIO yang meningkat, Panretinal criotheraphy dipakai jika teknik
PRP tidak memberikan hasilyang memuaskan dan jika media penglihatan keruh,
goniophotocoaglation jika terjadi neovaskularisasi iris dan sebelum terbentuknya sinekia
anterior.6,9
Teori terbaru menyebutkan digunakannya agen farmakologik anti-angiogenik yang
bertujuan mengurangi atau mencegah terjadinya neovaskularisasi, seperti bevacizumab (avastin,
genentech). Pemberian obat diaplikasikan secara topikal. Pemberian obat dilaporkan memiliki
onset kerja cepat (48 jam), namun obat ini memiliki waktu paruh yang singkat sehingga gejala
kekambuhan besar terjadi.6

PROGNOSIS
Prognosis glaukoma neovaskular ditentukan berdasarkan derajat berat ringannya penyakit
yang mendasarinya, waktu pengenalan penyakit (diagnosis) dibuat, riwayat operasi dan respon
terhadap agen farmakologik yang diberikan. Prognosis glaukoma neovaskular pada umumnya
buruk. Kontrol yang tidak baik terhadap penyakit yang mendasarinya, diagnosis yang terlambat
dibuat, tidak responnya terhadap terapi farmakologik dan bedah akan memperburuk prognosis dari
glaukoma neovaskular.9

10
KESIMPULAN

Glaucoma neovaskular memiliki banyak sebutan yang menjelaskan penyebab kondisi ini
seperti glaucoma trombotik, glaucoma hemoragik, glaucoma hemoragik diabetic, glaucoma
kongestif, dan glaucoma rubeotik yang mana disebabkan oleh membran fibrovaskler yang
terbentuk pada permukaan iris dan sudut kamera anterior. Awalnya membrane hanya menutupi
struktur sudut kamera anterior tapi kemudian membrane ini mengkerut membentuk synechia
anterior perifer. Namun secara umum ada tiga kondisi klinis yang sering dianggap sebagai pemicu
terjadinya glaucoma neovaskuler yaitu retinopati diabetic, oklusi vena retina sentral, an penyakit
obstruksi karotis.
Keadaan ini jarang terjadi secara primer, sering dipengaruhi oleh factor angiogenesis yang
meningkat pada kondisi hipoksia yang mengakibatkan pertumuhan pembuluh darah yang baru.
Prognosis dan tata laksana bergantung pada penyakit yang mendasari. Umumnya prognosis
buruk.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Longe JL (2006) The Gale Encyclopedia of Medicine, 3rd edn., USA: Gale
2. Mosby (2008) Mosby's Medical Dictionary, 8th edn., USA: Elsevier.

3. Vaughan & Asbury s, Glaucoma Neovascular. Glaukoma. Dalam Oftalmologi Umum. Ed


17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal 212-29
4. Kingman S (2004) Glaucoma is second leading cause of blindness globally, Available at:
http://www.who.int/bulletin/volumes/82/11/feature1104/en/index1.html (Accessed: 22nd
May 2013).
5. Cook C, Foster P (2012) 'Epidemiology of glaucoma: what's new?', Can J Ophthalmol,
47(3), pp. 223-6 [Online]. Available at: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22687296
(Accessed: 22nd May 2013).

6. Ilyas S, Tanzil m, editor. Glaukoma. Dalam Sari Ilmu Penyakit mata. Ed 3. Jakarta: balai
Penerbit FKUI. 2006. Hal 212-18
7. Wijaya N, editor. Glaukoma Sekunder. Glaukoma. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta.
Hal 219-44.
8. Bertamian M. Glaucoma Neovascular in Clinical Guide to Glaucoma Management.
Elsevier lnc. 2004 : 263 - 269.
9. Ghanem AA, El-Kannishy AM, El-Wehidy AS, El-Agamy AF. Intravitreal Bevacizumab
(Avastin) as an Adjuvant Treatment in Cases of Neovascular Glaucoma. 2009.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813584/
10. Yan MO, Duker JS. Opthalmology, 3rd edition. England: Mosby Elsevier, 2009.1178-81
11. Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Diagnosis and Therapy of the Glaucomas, 7th
edition. San Fransisco: Mosby Elsevier,2009. 255-58.
12. Krupin T. Manual of Glaukoma Diagnosis and Management. USA: Churchill Livingstone.
1988. 161-63
13. Skuta GL, Cantor LB, Weisss JS. Basic and Clinical Science Course of Glaucoma. Section
10. San Francisco: American Academy of Ophtalmology. 2009. 138-42

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Pembimbing: Dr. Yusnita, M.Kes, Dipl DK
    Pembimbing: Dr. Yusnita, M.Kes, Dipl DK
    Dokumen74 halaman
    Pembimbing: Dr. Yusnita, M.Kes, Dipl DK
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Sensory Physiology The Eye
    Sensory Physiology The Eye
    Dokumen35 halaman
    Sensory Physiology The Eye
    Putri Nisrina Hamdan
    Belum ada peringkat
  • Referat Sindroma Nefrotik Pada Anak
    Referat Sindroma Nefrotik Pada Anak
    Dokumen21 halaman
    Referat Sindroma Nefrotik Pada Anak
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen12 halaman
    Radiologi
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • CKD Lengkap
    CKD Lengkap
    Dokumen25 halaman
    CKD Lengkap
    Dewi Aryani Ratih
    100% (3)
  • Case Katarak Adinda
    Case Katarak Adinda
    Dokumen39 halaman
    Case Katarak Adinda
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Fisiologi Mata Rika
    Anatomi Fisiologi Mata Rika
    Dokumen39 halaman
    Anatomi Fisiologi Mata Rika
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Referat GN
    Referat GN
    Dokumen21 halaman
    Referat GN
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Case Katarak Adinda
    Case Katarak Adinda
    Dokumen40 halaman
    Case Katarak Adinda
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • PONV
    PONV
    Dokumen17 halaman
    PONV
    Fatul Chelseakers ZhinZhai
    Belum ada peringkat
  • PS
    PS
    Dokumen38 halaman
    PS
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • VERTIGO
    VERTIGO
    Dokumen19 halaman
    VERTIGO
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Case Katarak Adinda
    Case Katarak Adinda
    Dokumen36 halaman
    Case Katarak Adinda
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Pustaka
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Dokumen11 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Persentasi Seminar
    Persentasi Seminar
    Dokumen67 halaman
    Persentasi Seminar
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Komunitas Kel 55
    Diagnosis Komunitas Kel 55
    Dokumen78 halaman
    Diagnosis Komunitas Kel 55
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Ponv
    Ponv
    Dokumen36 halaman
    Ponv
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • EBM Anna
    EBM Anna
    Dokumen8 halaman
    EBM Anna
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • LPM Kelompok 3
    LPM Kelompok 3
    Dokumen60 halaman
    LPM Kelompok 3
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • KAD DM
    KAD DM
    Dokumen38 halaman
    KAD DM
    Ratih Dewi
    50% (2)
  • EBM Kak Dinda
    EBM Kak Dinda
    Dokumen9 halaman
    EBM Kak Dinda
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • LPM Kelompok 3
    LPM Kelompok 3
    Dokumen84 halaman
    LPM Kelompok 3
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Ponv
    Ponv
    Dokumen36 halaman
    Ponv
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Intan 1. CKD
    Laporan Kasus Intan 1. CKD
    Dokumen11 halaman
    Laporan Kasus Intan 1. CKD
    Intan Soraya
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen39 halaman
    Presentation 1
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat
  • Sis Endo
    Sis Endo
    Dokumen56 halaman
    Sis Endo
    Muhammad Adha
    Belum ada peringkat
  • Juknis Bok 2011
    Juknis Bok 2011
    Dokumen78 halaman
    Juknis Bok 2011
    Puskesmas Karangtengah Wng
    Belum ada peringkat
  • Case Report Ressy
    Case Report Ressy
    Dokumen38 halaman
    Case Report Ressy
    Adinda Putri Vandewz
    Belum ada peringkat