Anda di halaman 1dari 125

Modul

Pelatihan Pratugas

PENDAMPINGAN DESA
PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

KOMPETENSI KHUSUS

PENDAMPING DESA
PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

EVALUASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Pokok Bahasan 1
FASILITASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

PB Rencana Pembelajaran

1.1 Perencanaan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam perencanaan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam perencanaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen perencanaan keuangan
desa.

Waktu
3 JP (135 menit)

Metode
Refleksi, Umpan balik, Curah Pendapat, Kerja Kelompok.

Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen RKP Desa, Dokumen APB Desa,
Bahan Bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | viii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Proses Penyajian

1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses sub pokok


bahasan Perencanaan Keuangan Desa
Kegiatan 1: Refleksi menguraikan faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
perencanaan keuangan Desa;
3. Minta peserta mengidentifikasi faktor-faktor kritis (gunakan
Lembar Kerja 1.1.1);
4. Berikan penegasan faktor-faktor kritis (gunakan Media
Fasilitasi 1.1.1);
Kegiatan 2: Curah pendapat prinsip-prinsip perencanaan
5. Minta peserta mengungkapkan pendapatnya tentang prinsip-
prinsip perencanaan keuangan Desa;
6. Pandu peserta merumuskan prinsip-prinsip perencanaan
keuangan Desa (gunakan Media Fasilitasi 1.1.2);
7. Minta peserta menjelaskan pelaksanaan prinsip-prinsip
dimaksud (gunakan Media Fasilitasi 1.1.3);
Kegiatan 3: Kerja kelompok evaluasi dokumen perencanaan
8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;
9. Bagikan dokumen APB Desa kepada setiap kelompok;
10. Minta setiap kelompok mereview dokumen dimaksud (gunakan
Lembar Kerja 1.1.2);
11. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya;
12. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain menanggapi;
13. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan untuk setiap kegiatan
di atas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja 1.1.1

Kegiatan Perencanaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


1. Penyusunan rancangan APB Desa

2. Pembahasan rancangan APB


Desa

3. Penetapan APB Desa

4. Penyebarluasan APB Desa

Lembar Kerja 1.1.2

Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi


1. Kesesuaian dengan RKP
Desa
2. Kesesuaian struktur APB
Desa dengan
Permendagri Nomor 113
Tahun 2015
3. Penetapan APB Desa

4. dst

Media Fasilitasi 1.1.1

Kegiatan Perencanaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


1. Penyusunan rancangan - Pagu/Pendapatan Desa tidak - Tidak transparan
APB Desa diinformasikan ke - Tidak Konsisten
masyarakat
- Tidak mengacu secara
konsisten pada RKP Desa
- dst.
2. Pembahasan rancangan - Penentuan harga satuan - Pemahaman
APB Desa - Pentuan Siltap Regulasi
- Penentuan Lokasi Kegiatan - Kapasitas Teknis
- Penentuan Volume kegiatan
- dst.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | x


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

3. Penetapan APB Desa - BPD kurang memahami Kapasitas BPD


rancangan APB Desa
- BPD kurang memahami
fungsi dan perannya
- dst.
4. Penyebarluasan APB Desa

Media Fasilitasi 1.1.2 ( Slide )

Prinsip-prinsip perencanaan Keuangan Desa:


1. Partisipatif
2. Transparan
3. Spesifik
4. Terukur (Measureble)
5. Akurat
6. Realistis
7. Tepat waktu

Media Fasilitasi 1.1.3

Faktor-
Tahap Pelaksanaan Prinsip Tindakan
No Prinsip faktor
Kegiatan Perbaikan
Baik Kurang Penyebab
1 Partisipasi
2 Transparansi
3 Spesifik
4 Terukur
5 Akurat
6 Realistis
7 Tepat Waktu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

SPB Bahan Bacaan

1.1 Perencanaan Pengelolaan


Keuangan Desa

Pengantar
Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan
Perencanaan, yaitu penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami
secara tepat berbagai aspek APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme
penyusunannya, sebagaimana diuraikan pada Bab ini.
Pengertian
Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk
memperkirakan pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan
datang. Dalam kaitannya dengan Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud
adalah proses penyusunan APBDes.
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab I, penyusunan APBDesa berdasar pada
RKPDesa, yaitu rencana pembangunan tahunan yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa (Perdes). Dengan demikian, APBDesa yang juga ditetapkan dengan Perdes,
merupakan dokumen rencana kegiatan dan anggaran yang memiliki kekuatan hukum.
Fungsi APB Desa
Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian
rencana kegiatan, dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait,
untuk melaksanakan kegiatan sesuai rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin
tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang pasti, untuk melaksanakan
rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan dari segi
pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.
Ketentuan Penyusunan APB Desa
Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?
Dalam menyusun APBDes, ada beberapa ketentuan yag harus dipatuhi:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.


APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari
sampai 31 Desember tahun berikutnya.
Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD).
APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan
Perdes, selambat-lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang
dijalani.
Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan:
a. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum
penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis atau masuk akal serta
sesuai fakta atau data.
b. Belanja Desa
Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan
penggunaan keuangan desa harus konsisten (sesuai dengan rencana, tepat
jumlah, dan tepat peruntukan), dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran
pembiayaan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan
nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak membebani keuangan desa
di tahun anggaran tertentu.
d. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggara)
Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas potensi riil yang ada,
yaitu potensi terjadinya pelampauan realisasi penerimaan desa, terjadinya
penghematan belanja, dan adanya sisa dana yang masih mengendap dalam
rekening kas desa yang belum dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran
sebelumnya.
Mekanisme, Tugas, dan Tanggungjawab Pelaku dalam Penyusunan APB Desa
Mekanisme (prosedur dan tatacara) penyusunan APBDesa dapat dilihat pada bagan alur
di bawah ini:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang


Sekretaris APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.
Desa Menyampaikan rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa kepada Kepala Desa.

Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa


Kepala Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan
disepakati bersama.

Rancangan peraturan Desa tentang


Kepala Desa & APBDesa disepakati oleh Kepala Desa dan
BPD BPD pada bulan Oktober tahun berjalan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Membaca Struktur APB Desa


Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok:
A. Pendapatan Desa
B. Belanja Desa
C. Pembiayaan Desa
Masing-masing komponen itu diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:
A. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa.

Kelompok Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan


Pendapatan
Pendapatan Asli a. Hasil Usaha Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa
Desa
b. Hasil Aset Tambatan perahu, pasar desa, tempat
pemandian umum, jaringan irigasi
c. Swadaya, partisipasi, gotong
royong Membangun dengan kekuatan sendiri
yang melibatkan peran serta
d. Lain-lain Pendapatan Asli Desa
masyarakat berupa tenaga, barang
yang dinilai dengan uang
Hasil pungutan desa
Transfer a. Dana Desa;
b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah
Kabupaten/Kota dan Retribusi
Daerah;
c. Alokasi Dana Desa (ADD);
d. Bantuan Keuangan dari APBD
Provinsi; dan
e. Bantuan Keuangan APBD
Kabupaten/Kota.
Pendapatan a. Hibah dan Sumbangan dari pihak Pemberian berupa uang dari pihak
Lain-lain ketiga yang tidak mengikat; ketiga
b. Lain-lain pendapatan Desa yang
sah.
Hasil kerjasama dengan pihak ketiga
atau bantuan perusahaan yang
berlokasi di desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

B. Belanja Desa
Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka
mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.
Kelompok Jenis Kegiatan Jenis Belanja dan Rincian Belanja
Belanja (Sesuai RKP Desa)
Penyelenggaraan a. Kegiatan Belanja Pegawai
Pemerintahan Pembayaran 1. Pembayaran penghasilan tetap
Desa Penghasilan Kepala Desa (1 org)
Tetap dan Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus, dll
Tunjangan mis. 11 org)
2. Pembayaran tunjangan
Kepala Desa
Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus)
BPD (mis: 5 org)
3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT)

b. Kegiatan 1.Belanja Barang dan Jasa


operasional ATK, Listrik, Air, Telepon
kantor Fotocopy/Penggandaan
Benda Pos
2.Belanja Modal
Komputer
Mesin Tik
Meja, Kursi, Lemari
Pelaksanaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Pembangunan Pembangunan Upah
Desa Jalan Lingkungan Sewa Mobil
(Rabat Beton), dll Minyak Bekesting
(contoh) Paku, Benang
2. Belanja Modal
Marmer Prasasti
Beton Readymix
Kayu
Pasir
Batu
Plastik Cor
Pembinaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Kemasyarakatan Penyelenggaraan Honor Pelatih
Desa Keamanan dan Transpor Peserta
Ketertiban Konsumsi
Lingkungan Alat Pelatihan
(contoh) dll
2. Belanja Modal

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan Kegiatan Pelatihan 1. Belanja Barang dan Jasa


Masyarakat Desa Kelompok Tani Honor Penyuluh Pertanian
(contoh) Transpor Penyuluh
Konsumsi
Alat Pelatihan
2. Belanja Modal

Belanja Tak
Terduga

Komposisi Belanja dalam APBDesa


Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan
dengan ketentuan:
a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa
b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa
digunakan untuk:
1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa;
2. operasional Pemerintah Desa;
3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan
4. insentif rukun tetangga dan rukun warga
Perhitungan Penghasilan Tetap (Siltap) Aparat Pemerintah Desa
Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa
dianggarkan dalam APB Desa yang bersumber dari ADD.
Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa
menggunakan penghitungan sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
digunakan maksimal 60% (enam puluh perseratus);
b. ADD yang berjumlah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima
puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan
maksimal 40% (empat puluh perseratus);
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah)
digunakan maksimal 30% (tiga puluh perseratus).
C. Pembiayaan Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Penerimaan a. Sisa lebih perhitungan anggaran Pelampauan penerimaan
Pembiayaan (SiLPA) tahun sebelumnya pendapatan terhadap belanja
b. Pencairan Dana Cadangan Penghematan belanja
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang Sisa dana kegiatan lanjutan.
dipisahkan.
Pengeluaran a. Pembentukan Dana Cadangan Kegiatan yang penyediaan
Pembiayaan b. Penyertaan Modal Desa. dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu tahun
anggaran.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Perencanaan
Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan
tepat dan baik, akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan
kemudian hasil kegiatan. Ketepata perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya
benar-benar mengacu pada ketentuan dan didasarkan pada azas-azas Pengelolaan
Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam proses perencanaan?
Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan
Perencanaan
Partisipasi Pemerintah Desa membuka Komitmen Kepala Desa untuk
ruang/mengikutsertakan melibatkan masyarakat secara
masyarakat dalam menyusun RKP optimal
Desa maupun Rancangan APBDesa Warga masyarakat yang
BPD melakukan konsultasi dengan memahami ketentuan
masyarakat sebelum membahas mauoun teknis penyusunan
Rancangan APBDesa bersama APBDesa
Pemerintah Desa Aturan dan mekanisme kerja
Masyarakat memberikan masukan BPD yang memastikan adanya
kepada Pemerintah Desa dan/atau konsultasi publik
BPD Tata kerja BPD untuk
menyerap dan menampung
aspirasi masyarakat.
Transparansi Mengumumkan, menginformasikan Sosialisasi dilakukan secara
jadwal, agenda, dan proses resmi oleh Pemerintah Desa
perencanaan, serta hasil perencanaan dan BPD
secara terbuka kepada masyarakat Sarana prasarana
penyebartahuan informasi
Warga peduli informasi
Akuntabel Proses (tahap kegiatan) dilakukan Mengumumkan,
sesuai ketentuan menyosialisasikan ketentuan
Kegiatan dilakukan oleh pihak yang dan proses peyusunan
berkompeten APBDesa
Rencana disusun berdasarkan Pembahasan Rancangan
aspirasi masyarakat dan data APBDesa dilakukan secara
Rencana disepakati oleh para pihak terbuka, dalam arti dapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

terkait dihadiri oleh masyarakat


Warga yang peduli
pembahasan APBDesa
Tertib dan Mengalokasikan anggaran dalam Rincian kegiatan dalam proses
Disiplin jumlah tertentu dalam APBDesa perencanaan yang membutuhkan
Anggaran untuk membiayai proses dukungan pendanaan secara
perencanaan wajar.
Anggaran dimaksud digunakan
secara tepat jumlah dan hanya
untuk kegiatan perencanaan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

SPB Rencana Pembelajaran

1.2 Pelaksanaan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam pelaksanaan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaksanaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen pelaksanaan keuangan
desa
Waktu
2 JP (90 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi dan Kerja
Kelompok.

Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu Kegiatan,
Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xx


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil dan proses dari pembelajaran sub
pokok bahasan Pelaksanaan Keuangan Desa.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
pelaksanaan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi Kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.
4. Minta setiap kelompok berdiskusi (gunakan Lembar Kerja 1.2.1).
5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
6. Minta kelompok lain menanggapi.
7. Berikan penegasan (Media Fasilitasi 1.2.1).
Kegiatan 3: Kerja kelompok evaluasi dokumen pelaksanaan
8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok.
9. Bagikan dokumen RPD, SPP dan Buku Bantu Kegiatan kepada setiap
kelompok.
10. Minta setiap kelompok mereview dokumen dimaksud (Lembar Kerja
1.2.2. a, b, c).
11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
12. Minta kelompok lain memberikan tanggapan.
13. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan tentang faktor-faktor kritis
dalam pelaksanaan keuangan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja 1.2.1

Kegiatan Pelaksanaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


1. Penyusunan Rencana
Penggunaan Dana (RPD)
2. Pengadaan barang dan
jasa

3. Pengajuan Surat
Permohonan Pembayaran
(SPP)

4. Pelaksanaan Kegiatan

Media Fasilitasi 1.2.1

Masalah yang
Kegiatan Pelaksanaan Uraian Faktor Kritis
muncul
1. Penyusunan Rencana - Penentuan
Penggunaan Dana tahapan
(RPD) pencairan dana
- Perhitungan
kebutuhan dana
sesuai tahapan
kegiatan
2. Pengadaan barang - Penentuan suplier - Interfensi Kades
dan jasa - Bukan harga - Mekanisme
terendah prosedur tidak
diikuti
3. Pengajuan Surat - Form SPP - Diajukan oleh - Kapasitas Kasi
Permohonan - RPD Sekdes bukan - Pemahaman
Pembayaran (SPP) - Surat Tanggung oleh Kasi aturan
Jawab Belanja - Dokumen tidak
lengkap
4. Pelaksanaan Kegiatan - Penyusunan
jadwal dan
rencana kerja
- Penetuan tenaga
kerja
- Penyusunan buku
bantu kegiatan
- Laporan
pertanggungjawa
ban kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja 1.2.2.a. (RPD)


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Kesesuaian dengan
pagu nilai kegiatan
2. Memastikan akurasi
perhitungannya
3. Verifikasi telah
dijalankan
4. dst

Lembar Kerja 1.2.2.b. (SPP)


Fokus Review Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Kelengkapan Dokumen
2. Prosedur pengajuan
3. dst

Lembar Kerja 1.2.2.c. (Buku Bantu)


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi
1. Pencatatan transaksi
2. Bukti-bukti transaksi
3. Posisi keuangan
4. dst

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

SPB Bahan Bacaan

1.2 Pelaksanaan Keuangan Desa

Pengantar
Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap
Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Hal yang juga sangat pentig untuk dipahami dengan tepat dan benar adalah tugas dan
tanggungjawab masing-masing pelaku (Pengelola). Bab ini akan memaparkan secara
rinci topik di atas.
Pengertian
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk
melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok
dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang
berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan
Keuangan Desa, adalah:
Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan
desa dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113
Tahun 2014).
Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan
desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja
pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor yang sebelumnya telah
ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Tugas dan Tanggungjawab Pelaku


Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi) Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya.


Mengajukan SPP surat permohonan pencairan
Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa
Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatsn
Sekretaris Desa: Memverifikasi RAB
Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP
Kepala Desa Mengesahkan RAB
Menyetujui SPP
Bendahara Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa
Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum
Mendokumentasikan bukti bukti pengeliaran

Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan


Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Penyusunan RAB. 2)
Pengadaan Barang dan Jasa. 3) Pengajuan SPP. 4) Pembayaran, dan 5) Pengerjaan Buku
Kas Pembantu Kegiatan. Rangkaian kegiatan dimaksud, secara rinci diuraikan sebagai
berikut:
1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga
barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
Standar harga dimaksud diperoleh melalui survey harga di lokasi setempat (desa
atau kecamatan setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu, standar harga untuk
barang dan jasa (tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang
ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai berikut:

Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua rencana


kegiatan
Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud
Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa
Kepala Desa menyetujui dan mensahkan Rencana Anggaran Biaya Kegiatan
(RAB).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Contoh RAB

RENCANA ANGGARAN KEGIATAN


DESA: MUTIARA KEC.: BATU MULIA
TAHUN ANGGARAN 2015

1. Bidang : Pelaksanaan Pembangunan Desa


2. Kegiatan : Jalan Lingkungan (Rabat Beton)
3. Waktu Pelaksanaan :

Rincian Pendanaan

Harga
No. URAIAN Volume Satuan Jumlah Rp.
Satuan Rp.

1 2 3 4 5
1. Belanja Barang dan Jasa
1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000
1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000
1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000
1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200
1.5 Benang 5 bh 3.000 15.000
1.6 Mobil Pik Up 4 hari 250.000 1.000.000
1.7 Ember 5 glg 5.000 25.000
Sub Total 1) 8.953.200
2. Belanja Modal

2.1 Beton Readymix 86 M3 800.000 68.800.000

2.2 Kayu Bekesting 2 M3 1.100.000 1.760.000

2.3 Pasir Urug 25 M3 110.000 2.706.000

2.4 Plastik cor 757 M2 2.000 1.514.000

2.5 Batu Scroup 11 M3 130.000 1.430.000


2.6 Papan Proyek 1 bh 150.000 150.000

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

2.7 Prasasti Marmer 1 bh 350.000 350.000


Sub Total 2) 76.710.000

Total 85.663.200,00

Desa Mutiara, tanggal.........


Disetujui/Mensahkan

Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

2. Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan
kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi
Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan
suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara swakelola maupun
oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan untuk dan
menjamin:
Penggunaan anggaran secara efisien efisien
Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu,
dan sesuai spesifikasi)
Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang
berada di desa setempat untuk berpartisipasi
Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan
akuntabel serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai
dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang
optimal bagi pembangunan desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang
tersedia atau dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi lolal/desa. Dengan demikian,
memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan eknomi masyarakat desa.
Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan
mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di Desa


Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43
tahun 2014, diatur dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, setiap Bupati/Wali
Kota wajib menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota yang mengatur tatacara dan
menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.
Salah satu peraturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13
Tahun 2013 tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam
Perka dimaksud dinyatakan secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang
bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010
jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa
oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa ditetapkan oleh
kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan Kepala LKPP dan
kondisi masyarakat setempat.
Berikut disajikan informasi tentang pokok-pokok pengaturan dalam Perka LKPP
dimaksud:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

3. Pengajuan SPP
Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan
Tanggung Jawab Belanja dan Bukti Transaksi. Ke
Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.
Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala
Desa
Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.
4. Pembayaran
Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:
Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disahkan Kepala
Desa
Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP
Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi. De
Tentang Pajak
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening
kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua
golongan besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.
Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh)
atas pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya.
Misal pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa,
bunga, dividen, royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan
untuk memotong PPh atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh
perorangan (PPh 21) dan PPh badan (PPh 23).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN
adalah penjual atau pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli.
Pembeli pada waktu menjual memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual
atau PKP wajib menerbitkan Faktur Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk
PKP penjual namanya Pajak. Keluaran dan lembar pertama untuk PKP pembeli
namanya pajak masukan. Tarif PPN pada umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari
harga jual selanjutnya yang harus dibayar oleh pembeli adalah 110% (seratus sepuluh

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

persen).
Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku
pembantu kas pajak.

5. Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan


Kepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan didesa. Buku Kas Pembantu Kegiatan ini berfungsi untuk
mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxx


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN


DESA.. KECAMATAN..
TAHUN ANGGARAN.
1. Bidang :
2. Kegiatan :
Penerimaan (Rp.) Pengeluaran(Rp.)
Jumlah
Nom Belanja Saldo
Swadaya Pengemba
No Tgl Uraian Dari or Barang Belanja Kas
Masyaraka lian ke
Bendahara Bukti dan Modal (Rp.)
t Bendahara
Jasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pindahan Jumlah
dari halaman
sebelumnya
Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran
Total Pengeluaran + Saldo
Kas

Desa..
.,Tanggal

Pelaksana Kegiatan

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaksanaan


Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang
potensial menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik
diantara pihak-pihak terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan
wewenang, karena pada tahap ini terjadi aliran uang yang nyata. Untuk menghindari
semua itu, ketentuan dan azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa harus diperhatikan
dan diwujudkan secara sungguh-sungguh.
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan .
Pelaksanaan
Partisipasi Masyarakat terlibat dalam: Kasi terkait membentuk tim
1. Survey harga penyusun RAB
2. Menyusun RAB Ada warga yang mengerti tentang
3. Memfasilitasi proses tatacara dan terampil menghitung
pengadaan barang dan jasa RAB
Transparansi Barang dan jasa yang Data harga dan spesifikasi barang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

dibutuhkan diumumkan secara dan jasa yang umum berlaku di


terbuka desa setempat
Standar harga hasil survey Warga yang memiliki
diumumkan secara terbuka pengetahuan tentang harga dan
Spesifikasi barang dan jasa spesifikasi barang dan jasa yang
yang dibutuhkan diumumkan dibutuhkan
secara terbuka Warga yang memiliki kemampuan
(Bila pengadaan melalui dan/atau usaha penyediaan
pelelangan) Penawaran dari barang dan jasa
pemenang lelang diumumkan Mengumumkan renvana
secara terbuka pengadaan barang dan jasa

Akuntabel Kegiatan dilakukan sesuai Mengumumkan,


ketentuan, prosesur, dan menyosialisasikan kegiatan yang
tatacara yang telah ditetapkan akan dilaksanakan
Kegiatan dilakukan oleh pihak Menyosialisasikan ketentuan dan
yang berkompeten tatacara pelaksanaan kegiatan
Setiap kegiatan didukung dan Warga yang memiliki
dapat dibuktikan dengan keterampilan melakukan
dokumen yang dipersyaratkan pemantauan
Menyampaikan laporan
perrtanggungjawaban
penggunaan dana secara
bertahap selama rentang waktu
pengerjaan kegiatan
Membuka ruang bagi
masyarakat untuk melakukan
pemantauan
Tertib dan Mencatat/membukukan setiap
Disiplin transaksi pada hari transaksi
Anggaran terjadi.
Data keuangan konsiten (tepat
jumlah dan tepat penggunaan)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Rencana Pembelajaran
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam penatausahaan
keuangan desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam penatausahaan keuangan
desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen penatausahaan
keuangan desa.
Waktu
3 JP ( 135 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi, Penugasan
Perorangan.

Media
Lembar Umpan Balik, Dokumen Buku Kas Umum, Buku Bank dan
Buku Bantu Pajak, Kertas Kerja Perhitungan Pajak

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxiii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses dari pembelajaran sub
pokok bahasan Penatausahaan Keuangan Desa.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
penatausahaan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok. Minta mereka melakukan
diskusi kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja 1.3.1.
4. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
dan beri kesempatan kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
5. Berikan tanggapan atas hasil kerja kelompok dan berikan penegasan
dengan menggunakan Media Fasilitasi 1.3.1.
Kegiatan 3: Kerja perorangan evaluasi dokumen penatausahaan
6. Bagikan dokumen Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Bantu Pajak dan
Kertas Kerja Perhitungan Pajak kepada setiap peserta;
7. Minta setiap peserta mengevaluasi dokumen dimaksud (Lembar Kerja
1.3.2. a, b, c)
8. Minta wakil peserta secara bergantian mempresentasikan hasil
kerjanya;
9. Minta peserta lain memberikan tanggapan;
10. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasa tentang penatausahaan
keuangan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxiv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja 1.3.1

Kegiatan Penatausahaan Masalah yang muncul Faktor Kritis


11. Penyusunan Buku Kas
Umum
12. Penyusunan Buku Bank

13. Buku Bantu Pajak

14. Kertas Kerja


Perhitungan Pajak

Media Fasilitasi 1.3.1

Kegiatan Masalah yang


Uraian Faktor Kritis
Penatausahaan muncul
1. Penyusunan - Penyiapan buku - Pencatatan - Disiplin
Buku Kas Umum kas umum terpisah dilakukan tidak Bendahara
dari buku bank tepat waktu - Kapasitas
- Pencatatan - Pencatatan tidak Bendahara
dilakukan tepat didukung
waktu dengan bukti
- Pencatatan yang valid
didukung dengan - Saldo buku kas
bukti yang valid tidak sama
dengan saldo
kas tunai
2. Penyusunan - Penyiapan buku - Pencatatan - Disiplin
Buku Bank kas umum terpisah dilakukan tidak Bendahara
dari buku bank tepat waktu - Kapasitas
- Pencatatan - Pencatatan tidak Bendahara
dilakukan tepat didukung
waktu dengan bukti
- Pencatatan yang valid
didukung dengan - Saldo buku bank
bukti yang valid tidak sama
dengan saldo
buku rekening/
tabungan.
3. Buku Bantu - Penyiapan buku - Pencatatan - Disiplin

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Pajak kas umum terpisah dilakukan tidak Bendahara


dari buku bank tepat waktu - Kapasitas
- Pencatatan - Pencatatan tidak Bendahara
dilakukan tepat didukung
waktu dengan bukti
- Pencatatan yang valid.
didukung dengan - Pencatatan jenis
kertas kerja pajak dan tarif
perhitungan pajak pajak yang tidak
benar.
- Jumlah pajak
yang dipungut
tidak sama
dengan yang
disetor ke kas
negara.
4. Kertas Kerja - Pengenaan jenis Penerapan jenis - Disiplin
Perhitungan pajak tepat pajak dan tarif Bendahara
Pajak - Perhitungan tarif pajak yang tidak - Kapasitas
benar.
pajak benar Bendahara

Lembar Kerja 1.3.2

Fokus Review Hasil Review Saran/Masukan/Rekomendasi

Buku Kas Umum

Buku Bank

Buku Bantu Pajak

Kertas Kerja
Perhitungan Pajak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Bahan Bacaan
SPB
Penatausahaan Keuangan
1.3
Desa

Pengantar

Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun anggaran.


Kegiatan ini berrtupu pada tugas dan tanggungjawab Bendahara. Ketekunan dan
ketelitian menjadi syarat dalam melaksanakan kegiatan ini. Apa saja ketentuan yang
harus dipatuhi, tugas dan tanggung jawab Pengelola, prosedur dan dokumen
penatausahaan dipaparkan secara rinci pada Bab ini.
Pengertian
Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik penerimaan
maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.
Ketentuan Pokok Penatausahaan
Pengelola Keuangan Desa, khususnya Bendahara, wajib memahami beberapa hal yang
menjadi ketentuan pokok dalam Penatausahaan, agar kegiatan Penatausahaan
berlangsung secara benar dan tertib. Secara ringkas, ketentuan pokok dimaksud
disajikan pada tabel di bawah ini:
Transaksi/Kegiatan Ketentuan Pokok
Rekening Desa 1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa di bank
Pemerintah atau bank Pemerintah Daerah atas nama
Pemerintah Desa.
2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa dengan
jumlah rekening sesuai kebutuhan.
Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara:
1. Disetorkan oleh bendahara desa
2. Disetor langsung oleh Pemerintah supra desa atau Pihak III
kepada Bank yang sudah ditunjuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat diserahkan


kepada Bendahara Desa atau disetor langsung ke Bank.
Penerimaan oleh bendahara desa harus disetor ke kas desa paling
lambat tujuh hari kerja dibuktikan dengan surat tanda setoran

Pungutan Pungutan dapat dibuktikan dengan:


1. Karcis pungutan yang disahkan oleh Kepala Desa
2. Surat tanda bukti pembayaran oleh Pihak III
3. Bukti pembayaran lainnya yang sah
Pengeluaran 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan
dengan peraturan desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa
tentang Perubahan APBDesa
2. Pengeluaran dilakukan melalui pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP)

Tugas, Tanggung jawab, dan Prosedur Penatausahaan


Bendahara Desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan
maupu pengeluaran.
Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi
tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada kepala
desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Kepala Seksi, selaku Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan didesa.

Prosedur penatausahaan penerimaan


a. Prosedur Penerimaan melalui Bendahara Desa
Penyetoran langsung melalui Bendahara Desa oleh pihak ketiga, dilakukan sesuai
prosedur dan tatacara sebagai berikut:
1) Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran (STS)/tanda bukti lain.
2) Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS dan tanda bukti
lainya.
3) Bendahara Desa mencatat semua penerimaan
4) Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa
5) Bukti setoran dan bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan secara tertib.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Dilarang..!!

Bendahara Desa dilarang:


Membuka rekening atas nama pribadi di bank dengan tujuan pelaksanaan
APBDes.
Menyimpan uang, cek atau surat berharga, kecuali telah diatur melalui
peraturan perundang-undangan.

b. Prosedur Penerimaan melalui Bank


Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan tata- cara
sebagai berikut:
1) Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa dlm rangka menyimpan uang
dan surat berharga lainnya yang ditetapkan sebagai rekening kas desa.
2) Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/tanda bukti lain sesuai ketentuan yg
berlaku.
3) Dokumen yg digunakan oleh bank meliputi :
STS/Slip setoran
Bukti penerimaan lain yg syah
4) Pihak ketiga/penyetor menyampaikan pemberitahuan penyetoran yg
dilakukan melalui bank kepada bendahara desa dengan dilampiri bukti
penyetoran/slip setoran bank yg syah.
5) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yg disetor melalui bank di
Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bank berdasarkan bukti
penyetoran/slip setoran bank
Buku Kas
Penatausahaan, baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan dengan
menggunakan:
1) Buku Kas Umum
Buku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan
maupun pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang tunai).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxxix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

BUKU KAS UMUM


DESA KECAMATAN .
TAHUN ANGGARAN .......................

JUMLAH SALDO
PENGELUA
KODE PENERI- PENGELU NO
No. Tgl. URAIAN RAN
REKENING MAAN -ARAN BUKTI
KUMULATI
(Rp.) (Rp.) F
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH Rp. Rp.

., tanggal

MENGETAHUI
BENDAHARA DESA, KEPALA DESA,

..

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xl


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

2) Buku Kas Pembantu Pajak


Berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran pajak
(khususnya PPh Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya Bendahara Desa sebagai
Wajib Pungut (Wapu).

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


DESA KECAMATAN .
TAHUN ANGGARAN ........

PEMOTONGAN PENYETORAN SALDO


No TANGGAL URAIAN
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH

....................tanggal...........................
Mengetahui

Kepala Desa Bendahara Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xli


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

3) Buku Bank
Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun
pengeluaran yang terkait dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

BUKU BANK DESA


DESA KECAMATAN .
TAHUN ANGGARAN .........

BULAN :

BANK CABANG :

REK. NO. :
PEMASUKAN PENGELUARAN
TGL URAIAN BUKTI
N SETO BUNGA PENAR BIAYA
TRAN TRANSA TRANSAK PAJAK SALDO
o RAN BANK IKAN ADMINIS
SAKSI KSI SI TRASI
(Rp.)
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI


TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF

MENGETAHUI
KEPALA DESA BENDAHARA DESA,

..

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Bukti Transaksi
Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga
merupakan bagian dari penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti
transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.
Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah melakukan transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu
bukti transaksi minimal memuat data: pihak yang mengeluarkan atau yang
membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis pihak yang
membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.
Contoh Bukti Transaksi:
Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat terjadinya
penerimaan uang sebagai alat pembayaran suatu transaksi yang diterima
oleh si penerima uang.
Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang
yang dibayar secara tunai.
Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar
secara kredit.
Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal antara pihak-
pihakdalam internal lembaga. Misalnya: Pemakaian perlengkapan,
penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll
Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh
pembeli. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai
pesanan.
Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh
penjual. Barang dikembalikan biasanya karena cacat atau tidak sesuai
pesanan
Nota

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xliii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kwitansi

Status dan Fungsi Dokumen Penatausahaan


Buku Kas (Umum, Pajak, Pembantu Kegiatan, dan Bank), dan bukti-bukti transakasi
adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa. Dokumen dimaksud berfungsi untuk
sumber data untuk keperluan pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti
apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal terjadi dugaan penyelewengan
keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa. Dengan demikian, tindakan
secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, seluruh atau sebagaian dokumen
dimaksud adalah tindakan melawan hukum.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Penatausahaan
Bagaimana agar azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa mewujud dalam kegiataan
Penatausahaan?
Asas Penerjemahannya dalam Yang dibutuhkan.
Penatausahaan
Partisipasi Membuka peluang bagi kegiatan audit Warga yang memiliki kemampuan
partisipatif (pengetahuan dan ketermpilan)
untuk meoakukan audit keuangan
dan.atau proses
Transparan Mengumumkan secara terbuka
Laporan Bulanan Bendahara
Akuntabel Laporan bulanan Bendahara
dilakukan secara rutin
Dilakukan rekonsiliasi rekening
setiap bulan
Tertib dan Laporan bulanan Bendahara
Disiplin dilakukan tepat waktu
Anggaran Laporan bulanan Bendahara
memuat semua transaksi dalam
satu bulan laporan
Data keuangan yang disampaikan
konsisten
Setiap transaksi dapat dibuktikan
dengan bukti transaksi yang sah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xliv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

SPB Rencana Pembelajaran

1.4 Pelaporan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Menguraikan faktor-faktor kritis dalam pelaporan keuangan
desa berdasarkan pengalaman;
2. Menjelaskan prinsip mendasar dalam pelaporan keuangan desa;
3. Memfasilitasi proses evaluasi dokumen laporan keuangan desa.
Waktu
2 JP ( 90 menit )

Metode
Refleksi dan Umpan Balik, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok,
Penugasan Kelompok.

Media
Lembar Umpan Balik
Laporan Realisasi APB Desa Semester 1 dan 2
Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Proses Penyajian
1. Menjelaskan mengenai tujuan, hasil, dan proses pembelajaran dari
sub pokok bahasan Pelaporan Keuangan Desa.
Kegiatan 1: Refleksi mengidentifikasi faktor-faktor kritis
2. Minta peserta menceritakan pengalamannya dalam fasilitasi
pelaporan keuangan Desa.
Kegiatan 2: Diskusi kelompok menguraikan faktor-faktor kritis
3. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;
4. Minta setiap kelompok berdiskusi dengan menggunakan Lembar
Kerja 1.4.1.
5. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
6. Minta kelompok lain menanggapi;
7. Berikan penegasan dengan menggunakan Media Fasilitasi 1.4.1.
Kegiatan 3: Penugasan kelompok evaluasi dokumen pelaporan
8. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok
9. Bagikan dokumen Laporan realisasi APB Desa Semester 1, 2 dan
Laporan Realisasi pelaksanaan APB Desa kepada setiap kelompok;
10. Minta setiap kelompok mengevaluasi dokumen dimaksud (Lembar
Kerja 1.4.2)
11. Minta kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerjanya;

12. Minta kelompok lain memberikan tanggapan;

13. Berikan penegasan.

Kegiatan 4: Curah pendapat memahami hubungan Instrumen


dengan prinsip
14. Minta peserta menjelaskan apa fungsi yang mendasar dari instrumen
atau form-form pengelolaan keuangan ini;
15. Minta peserta menjelaskan apa hubungan instrumen itu dengan
prinsip-prinsip tata kelola Desa;
16. Sebelum sesi ditutup, beri penegasan tentang pelaporan keuangan
desa.

Fungsi form-form yaitu untuk menjamin kerja yang terarah, disiplin, tertib,
terukur. Hubungannya dengan prinsip tersebut adalah instrumen/form
menjadi sarana untuk merealisasikan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja 1.4.1

Kegiatan Pelaporan Masalah yang muncul Faktor Kritis

Laporan Semester 1

Laporan Semester 2

Laporan realisasi pelaksanaan


APB Desa

Media Fasilitasi 1.4.1

Kegiatan Masalah yang


Uraian Faktor Kritis
Penatausahaan muncul
- Realisasi - Dokumen
Laporan Semester 1 Pendapatan lampiran tidak
- Realisasi Belanja lengkap
- Realisasi - Bukti transaksi
Pembiayaan belanja tidak
lengkap
- Kesalahan
pencatatan
kategori belanja

- Realisasi - Dokumen
Laporan Semester 2 Pendapatan lampiran tidak
- Realisasi Belanja lengkap
- Realisasi - Bukti transaksi
Pembiayaan belanja tidak
- SILPA lengkap
- Kesalahan
pencatatan
kategori belanja

- Realisasi
Laporan realisasi Pendapatan
pelaksanaan APB
- Realisasi Belanja
Desa
- Realisasi
Pembiayaan
- SILPA
- Kelengkapan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Dokumen (Laporan
kekayaan milik Desa,
Laporan yang masuk
di Desa

Lembar Kerja 1.3.2


Fokus Evaluasi Hasil Evaluasi Saran/Masukan/Rekomendasi

Buku Kas Umum

Buku Bank

Buku Bantu Pajak

Kertas Kerja
Perhitungan Pajak

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xlix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SEMESTER PERTAMA
PEMERINTAH DESA..
TAHUN ANGGARAN.

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET.


REKENIN ANGGARAN REALISASI KURANG
G (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan
Gotong Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli
Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah
kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten /
Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan
dari pihak ke-3 yang tidak
mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan
Desa yang sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap
Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | l


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan
Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst .

2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst .

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst
..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst

2 2 3 Kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | li


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan
Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst

2 3 2 Kegiatan.

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst

2 4 2 Kegiatan
..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar
Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst

2 5 2 Kegiatan

JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa
Yang di pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana
Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA

TTD
(.)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | liii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lembar Kerja Kelompok

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN


BELANJA DESA
SEMESTER AKHIR TAHUN
PEMERINTAH DESA..
TAHUN ANGGARAN.

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET.


REKENIN ANGGARAN REALISASI KURANG
G (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4
PINDAHAN SALDO (SEMESTER
PERTAMA )
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa
yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak &retribusi
daerah kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang
sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa

2 1 1 Penghasilan Tetap dan


Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan Kebersihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | liv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst .
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst .

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst

2 2 3 Kegiatan

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst
2 3 2 Kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst

2 4 2 Kegiatan..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst

2 5 2 Kegiatan

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA

TTD
(.)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

RANCANGAN PERATURAN DESA ......................


NOMOR ............ TAHUN..........
TENTANG
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
TAHUN ANGGARAN ..................

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA .......................

Menimbang : Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal .... Peraturan Daerah


Kabupaten ........ Nomor ... Tahun ...... tentang ..................., Kepala
Desa wajib menyusun Peraturan Desa tentang Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Anggaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa ........................... Tahun Anggaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran


Negara tahun Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 213,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor .............. Tahun ........ tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
5. Peraturan Daerah Kabupaten .......... Nomor .............. Tahun ........
tentang ....................... (Lembaran daerah Kabupaten ..................
Tahun ............ Nomor ..... );
6. Dst....

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...................

MEMUTUSKAN

Menetapkan : RANCANGAN PERATURAN DESA ................ TENTANG LAPORAN


PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
........................... TAHUN ANGGARAN 20........MENJADI
PERATURAN DESA ........................... TENTANG LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
........................... TAHUN ANGGARAN 20........

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran ...... dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan Desa
Rp....................
2. Belanja Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp.........................


b. Bidang Pembangunan Rp.........................
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp.........................
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp.........................
e. Bidang Tak Terduga Rp.........................
Jumlah Belanja Rp.........................
Surplus/Defisit Rp......................
= = = = = = = = = ===
3. Pembiayaan Desa
a. Penerimaan Pembiayaan Rp. ...................
b. Pengeluaran Pembiayaan Rp. .........................
Selisih Pembiayaan ( a b ) Rp.....................
= = = = = = = = = =====

Pasal 2

Uraian lebih lanjut mengenai hasil pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sebagaimana dimaksud Pasal 1, tercantum dalam lampiran Peraturan Desa ini terdiri dari:
1. Lampiran I : Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesaTahun
Anggaran .........;
2. Lampiran II : Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke desa.

Pasal 3
Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 4
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dalam
Lembaran Desa dan berita Desa oleh Sekretaris Desa.

Ditetapkan di ................
Pada tanggal .................
KEPALA DESA ...................

..............................................

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lampiran I Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Tahun Anggaran ......

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN APBDesa


PEMERINTAH DESA
TAHUN ANGGARAN.

KODE URAIAN ANGGARAN REALISAS LEBIH/ KET.


REKENING I KURANG
(Rp.) (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5 6
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan Gotong
Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa
yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah kabupaten/
kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa yang
sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

- Alat Tulis Kantor


- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst .

2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Komsumsi Rapat
- dst .

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst

2 2 3 Kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lx


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst

2 3 2 Kegiatan.

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala Desa
dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst

2 4 2 Kegiatan.

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst

2 5 2 Kegiatan

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

- Pembiayaan Netto
(PENERIMAAN PEMBIAYAAN
PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

)
- SILPA tahun berjalan (SELISIH
ANTARA PEMBIAYAAN NETTO
DENGAN HASIL
SURPLUS/DEFISIT)

TANGGAL ..............................

TTD
(KEPALA DESA ..............)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lampiran II Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Laporan Kekayaan Milik Desa
Sampai Dengan 31 Desember 20...

LAPORAN KEKAYAAN MILIK DESA


SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20...

URAIAN TAHUN N TAHUN N-1


(Tahun Periode (Tahun
Pelaporan) Sebelumnya)
I. ASET DESA
A. ASET LANCAR
1. Kas Desa
a. Uang kas di Bendahara Desa
b. Rekening Kas Desa
2. Piutang
a. Piutang Sewa Tanah
b. Piutang Sewa Gedung
c. dst......
3. Persediaan
a. Kertas Segel
b. Materai
c. dst......
JUMLAH ASET LANCAR

B. ASET TIDAK LANCAR


1. Investasi Permanen
- Penyertaan Modal Pemerintah Desa
2. Aset Tetap
- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan bangunan
- Jalan, Jaringan dan Instalasi
- dst.......
3. Dana Cadangan
- Dana Cadangan
4. Aset tidak lancar Lainnya
JUMLAH ASET TIDAK LANCAR

JUMLAH ASET (A + B)

II. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

JUMLAH KEKAYAAN BERSIH( I II )

TANGGAL ..............................
TTD
(KEPALA DESA ..............)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxiii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Penjelasan tabel:

1. Aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
2. Uang kas adalah uang milik Pemerintah Desa, baik yang disimpan di
Bendahara Desa maupun di rekening kas desa.
3. Piutang Desa adalah tagihan uang desa kepada pihak yang mengelola
kekayaan desa, antara lain berupa tanah, gedung yang diharapkan akan
dilunasi dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun anggaran sejak
ditetapkannya kerjasama tersebut.
4. Persediaan adalah suatu kekayaan berupa barang milik pemerintah desa
yang dinilai dengan uang baik berupa uang kertas maupun surat berharga
dalam periode normal, antara lain kertas segel, materai, deposito, giro.
5. Aset Desa tidak lancar meliputi penyertaan modal pemerintah desa dan aset
tetap milik desa antara lain tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, jaringan dan instalasi.
6. Dana cadangan adalah dana yang disisikan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam
satu tahun anggaran.
7. Kewajiban adalah utang yang timbul karena adanya pinjaman oleh
Pemerintah.
8. Kekayaan bersih adalah selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxiv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Lampiran III Peraturan Desa


Nomor : .........
Tentang : Program Sektoral dan Program
Daerah yang masuk Ke Desa

PROGRAM SEKTORAL DAN PROGRAM DAERAH YANG MASUK KE DESA

Tanggal : ...
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten : ..
Jenis Lokasi Rincian Sumber Jumlah
No. Volume Satuan
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Dana (Rp)

Sub Total Jenis Kegiatan (1) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (2) Rp.

Sub Total Jenis Kegiatan (3) Rp.

Sub Total (4) Rp.


Total (1 s/d 4) Rp.

tanggal,
....................
Kepala Desa
(.............................)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxv


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Bahan Bacaan
SPB
Pelaporan dan
1.4 Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Desa

Pengantar
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan
Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini
mencakup: pengertian dan makna laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan
tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa
pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah
pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.
Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin
akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas
Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah
Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek:
Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan
keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelengaraan pemerintahan desa.
Fungsi
Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:
Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan
Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh,
keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan
Prinsip

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxvi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan
ini, antara lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)
c) Ringkas dan jelas
d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri
Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan
Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian
laporan realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah
Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:
Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan
Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Dokumen
Dokumen laporan yang disampaikan adalah
1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I
2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun
anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini
harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan
menyertakan lampiran:
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang
ditetapkan.
2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa
Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri
dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), maka
pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang berwenang,
tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik langsung maupun tidak
langsung.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxvii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui


Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri BPD
dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga
dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana komunikasi dan informasi: papan
Informasi Desa, web site resmi pemerintah kabupaten atau bahkan desa.
Penyampaian Informasi Laporan Kepada Masyarakat
Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti
dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif
masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan
pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara
tertulis kepada masyarakat dengan menggunakan media yang mudah diakses oleh
masyarakat.
Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin masyarakat yang
mengetahui berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi pelaksanaan APBDesa.
Dengan demikian, masyarakat dapat memberikan masukan, saran, koreksi terhadap
pemerintah desa, baik yang berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan
dilaksanakan.
Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan
Pertanggungjawaban adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Hal
itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan secara
baik dan benar.
Asas Penerjemahannya dalam Pelaporan dan Yang dibutuhkan
Pertanggungjawaban
Partisipasi Membuka ruang bagi masyarakat untuk Mengagendakan
mencermati laporan pertanggungjawaban penyampaian Laporan
Pengelolaan Keuangan Desa pertanggungjawaban dalam
Musyawarah Desa
Transparansi Menginformasikan secara terbuka Pengelolaan secara efektif
Laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa media/sarana
Menyampaikan Laporan penyampaian informasi
Pertanggungjawaban dalam forum Aspirasi masyarakat agar
Musyawarah Desa LPj diagendakan dalam
Musyawarah Desa
Akuntabel Laporan Semester I dan Laporan akhir Warga yang memiliki
sesuai Form yang telah ditetapkan pengethuan terkait
Isi/materi Lapaoran sesuai laporan
Dokumen Laporan pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban sesuai ketentuan Pengelolaan Keuangan
Laporan Pertanggungjawaban disusun Desa
melalui proses pembahasan dengan Warga yang peduli dan
BPD menaruh perhatian
Laporan disampaikan kepada terhadap laporan
Bupati/Walikota sesuai ketentuan pertanggungjawaban
Laporan diinformasikan kepada Pengelolaan Keuangan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxviii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

masyarakat secara terbuka Desa


Tertib dan Laporan dilakukan tepat waktu Audit proses dan keuangan.
Disiplin Data dalam laporan konsisten/sesuai
Anggaran Data keuangan dalam laporan tepat
jumlah

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxix


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxx


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxxi


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Pokok Bahasan 2
PENGEMBANGAN
EKONOMI PERDESAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxxii


PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING DESA PEMBERDAYAAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | lxxiii


SPB Rencana Pembelajaran
2.1
Pokok Kebijakan
Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan pokok kebijakan pengembangan ekonomi
perdesaan;
2. Menjelaskan alasan mendasar perlunya BUMADES dan BUM
Desa Bersama.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
Lembar Curah Pendapat
SlidePresentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Fasilitator menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari
sub pokok bahasanPokok Kebijakan Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perdesaan.
2. Bagilah peserta kedalam empat kelompok, kemudian tugaskan masing-
masing kelompok untuk melakukan speed reading dan diskusi selama
15 menit, tentang hal-hal berikut:
Pengertian kawasan perdesaan dan potensi ekonomi yang terdapat
di kawasan perdesaan;
Pokok-pokok kebijakan pengembangan ekonomi kawasan
perdesaan;
Alasan perlunya badan usaha antar desa.
3. Minta satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, berikan
kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
4. Fasilitator memberikan komentar terhadap proses diskusi, kemudian
memberikan penjelasan dengan menggunakan media tayang tentang
pokok kebijakan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan dan
perlunya badan usaha antar desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

2.2 Analisis Pengembangan


Ekonomi Kawasan Perdesaan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi kawasan
perdesaan
2. Merumuskan strategi pengembangan ekonomi perdesaan

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi kelompok, studi kasus

Media
Lembar Diskusi, Slide Presentasi, Lembar Kerja

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari subpokok
bahasanAnalisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Perdesaan.
2. Bagi peserta ke dalam empat atau lima kelompok, tugaskan mereka
untuk mempelajari kasus di lembar kasus Potensi Ekonomi Desa.
Kemudian, selama 25 menit, minta mereka untuk mendiskusikan hal-
hal sebagai berikut:
Potensi ekonomi apa saja yang bisa dikembangkan dalam kawasan
perdesaan dengan menggunakan analisis SWOT (lembar kerja).
Bagaimana strategi pengembangan ekonomi kawasan perdesaan.
3. Setelah diskusi kelompok, minta wakil masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan strategi pengembangan ekonomi kawasan perdesaan
(20 menit).
4. Mintalah wakil kedua kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya
dan beri kesempatan untuk saling menanggapi.
5. Fasilitator menyampaikan catatan dan komentar hasil presentasi
masing-masing kelompok, kemudian mempresentasikan Hasil analisis
SWOT dan Strategi pengembangannya dengan menggunakan media
tayang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iv


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KASUS
Potensi Ekonomi Kawasan Perdesaan

Di bawah ini adalah peta sebuah kawasan perdesaan di sebuah Kecamatan yang
menggambarkan hubungan antara Desa A dengan desa B.

Keterangan kondisi masing-masing Desa adalah sebagai berikut:

NO POTENSI DESA A DESA B


Uraian Uraian
1 FISIK
Tanah/Lahan
Jalan antar Desa Ke Desa pusat ekonomi melalui Desa Ke arah kecamatan
B ke arah ibu kota kecamatan
dengan kondisi macadam dan agak
rusak
Pasar Induk 5.5 km dari desa 5 km dari desa
Persawahan Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk Ada 2 x padi 1 x palawija termasuk sentra
sentra produksi produksi
Kolam ikan Nila, gurami dan mujair Nila, gurami dan mujair
Tanaman Turi, Keres, bambu Turi, keres, bambu
2 NON FISIK
Lembaga non System ijon, rentenir System ijon, rentenir
formal
Lembaga SD, SMA sejauh 3.5 km dari desa SMP, SMA 3 km dari desa ke kecamatan
pendidikan
Lembaga Belum ada 5.5 km dari desa Belum ada 6 km dari desa
Keuangan
Lembaga Selain lembaga Desa terdapat juga Selain lembaga Desa terdapat juga PKK,
PKK, LPM dan beberapa lembaga LPM dan beberapa lembaga sosial desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

sosial desa lainnya. lainnya.


Tambahan Penduduk setempat bermata Penduduk setempat bermata pencaharian
informasi pencaharian pegawai negeri, petani, pegawai negeri, Polri, TNI, petani,
perikanan darat maupun perikanan darat
pertukangan, TNI Polri.

Sebagai tambahan informasi, kedua Desa di atas merupakan kawasan pertanian


dengan tambahan potensi unggulan perikanan tawar yang ditunjang dengan lembaga
ekonomi non formal yaitu sistem ijon, bank thithil atau bank plecit yang berasal dari
luar desa. Lokasi pasar induk jauh dari kedua desa tersebut, sedangkan jalan
penghubung antar desa sampai ke ibukota kecamatan masih berupa macadam dan
agak rusak.
Langkah Kerja
1. Diskusikan di masing-masing kelompok (Kelompok Desa A dan Kelompok Desa B)
kondisi Desa dengan menggunakan analisis SWOT dan rancanglah strategi
pengembangan ekonomi Desa.
2. Pilih wakil kelompok untuk membicarakan strategi pengembangan ekonomi antar-
Desa (kawasan perdesaan).

LEMBAR KERJA

TABEL ANALISIS SWOT


KELOMPOK DESA: ........

NO KOMPONEN KEKUATAN KELEMAHAN KESEMPATAN HAMBATAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

2.3 Pendirian BUMA Desa dan


atau BUM Desa Bersama

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan alasan-alasan mendasar pentingnya
mengembangkan BUM Desa;
2. Menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dalam pengembangan
ekonomi Desa;
3. Menjelaskan syarat-syarat pendirian BUMA Desa dan atau BUM
Desa bersama;
4. Memfasilitasi pendirian dan atau pengembangan BUMA Desa
dan atau BUM Desa bersama.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Paparan, curah pendapat, bermain puzzle

Media
Lembar permainan

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, dan LCD

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | viii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil, dan proses yang diharapkan dari
subpokok bahasan Pendirian BUMDesa Bersama.
2. Mintalah peserta untuk mengemukakan apa yang mereka ketahui
tentang:
BUMDesa (pengertian, mengapa diperlukan, fungsi dan peran);
Perbedaan BUMDesa, BUMA Desa, dan BUM Desa Bersama.
3. Berikan tanggapan atas jawaban peserta kemudian sampaikan
penjelasan dengan menggunakan media tayang tentang BUM
Desa, BUMA Desa, dan BUM Desa Bersama.
4. BERMAIN PUZZLE. Bagi peserta kedalam empat kelompok, dan
kemudian berikan masing-masing amplop berizi puzzle, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Dua amplop pertama berisi puzzle yang membentuk syarat-
syarat (lembar permainan 1) berdirinya BUMDesa Bersama,
diserahkan kepada Kelompok I dan Kelompok II.
Dua amplop berikutnya berisi puzzle yang membentuk proses
pendirian (lembar permainan 2) BUMDesa Bersama,
diserahkan kepada Kelompok III dan Kelompok IV.
5. Berikan instruksi sebagai berikut:
Mintalah setiap kelompok untuk merangkai kata di dalam
amplopnya masing-masing sesuai urutan yang benar (boleh
membuka catatan/peraturan terkait)
Setelah selesai, mintalah setiap kelompok untuk menjelaskan
maksud dan pengertian rangkaian proses/syarat yang mereka
susun.
6. Berikan tanggapan dan penegasan tentang syarat pendirian
BUMDesa Bersama dan proses pendirian BUMDesa Bersama
dengan menggunakan media tayang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR PERMAINAN 1

SYARAT PENDIRIAN BUM DESA

Di bawah ini adalah syarat-syarat pendirian BUMDESA, mengacu pada Pasal 4 ayat (2)
Permendesa PDTT No. 4/2015:
1. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa
2. Potensi usaha ekonomi Desa
3. Sumberdaya alam di Desa
4. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa
5. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM
Desa.
Petunjuk Permainan
1. Tulis syarat-syarat di atas di kertas-kertas kecil terpisah (satu syarat dapat
dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);
2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan syarat di atas, untuk
menambah tingkat kesulitan permainan.
3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke dalam satu amplop.
4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.
5. Pemenang adalah yang tercepat dan benar dalam mengerjakan tugas. Untuk
menyegarkan forum, yang kalah dapat diganjar sesuai dengan kesepakatan
forum.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | x


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR PERMAINAN 2

PROSES PENDIRIAN BUM DESA

Musyawarah Desa/ Pengusulan Materi


Musy. Antar Desa Perumusan Penerbian Per.
Kesepakatan
Pembentukan Kesepakatan Desa Mengenai
BUMDes/ BUM Des sebagai Draft Per
Musyawarah BUMDes
Antar Desa Desa
Pendirian BUM Desa; Peraturan Desa /
Draft Peraturan
Organisasi pengelola Peraturan Antar Desa
Desa / Peraturan
BUM Desa; yang ditanda tangani
Bersama Desa
Modal usaha BUM oleh Kepala Desa
Desa; dan
AD/ ART BUM Desa.

Petunjuk Permainan
1. Tulis tahapan proses di atas di kertas-kertas kecil terpisah (satu tahap dapat
dipisah/ditulis di dua atau lebih kertas);
2. Tulis frasa-frasa lain yang tidak berhubungan dengan proses di atas, untuk
menambah tingkat kesulitan permainan.
3. Kumpulkan potongan kertas yang telah ditulisi tersebut ke dalam satu amplop.
4. Serahkan kepada kelompok, dan mulai permainan.
5. Pemenang adalah yang tercepat dan benar dalam mengerjakan tugas. Untuk
menyegarkan forum, yang kalah dapat diganjar sesuai dengan kesepakatan
forum.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

2.4 Pengembangan Ekonomi


Kawasan Perdesaan

Pendahuluan
Masyarakat desa masih jauh dari kata sejahtera, menurut Indeks Desa Membangun
(IDM) sebanyak 18,87% desa termasuk dalam kategori desa sangat tertinggal, sebanyak
45,41% desa berstatus desa tertinggal, sebanyak 30,66% desa termasuk dalam kategori
desa berkembang, sebanyak 4,83% desa berstatus desa maju, dan persentase terendah
desa mandiri sebanyak 0,23% dari total jumlah desa. Permasalahan umum di desa saat
ini adalah kemiskinan dan ketimpangan. Menurut data BPS September 2015 sebanyak
62,75% penduduk miskin Indonesia berada di desa. Selanjutnya rasio gini di desa
pada 2014 sebesar 0,32 lebih rendah dibandingkan rasio gini kota yang mencapai 0,43.
Ketimpangan kepemilikan asset ditunjukan oleh data penguasaan lahan pertanian.
Berdasarkan data sebesar 88% desa di Indonesia menggantungkan hidup penduduknya
pada sektor pertanian. Terdapat 16.170 desa yang melakukan peralihan lahan dari
lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian non sawah dan lahan non pertanian.
Dimana 41,1% desa melakukan peralihan lahan sawah pertanian menjadi lahan
pertanian non sawah. Sedangkan lahan yang beralih fungsi menjadi lahan non
pertanian sebanyak 58,9% dari total desa yang melakukan peralihan fungsi lahan sawah
pertanian (BPS, Podes 2014).
Fakta lain menunjukkan sumberdaya yang ada di Desa malah dikuasai oleh bukan
penduduk desa, sehingga Desa tidak dapat menikmati hasil sumberdaya yang mereka
miliki. Hal inilah yang memicu semakin tingginya ketimpangan pendapatan yang akut.
Selain itu, masalah yang terjadi di Desa adalah Desa sebagai produsen barang primer
dan konsumen barang tersier. Dapat diartikan bahwa Desa hanya sebagai pemasok
kebutuhan barang olahan, hasil barang olahan tersebut akan dijual kembali ke Desa.
Pada akhirnya, sumber daya Desa terus tersedot untuk memenuhi kebutuhan bahan
mentah di kota dan penjualan komoditas Desa tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Pokok Kebijakan
Tri Matra Pembangunan Desa adalah pokok kebijakan yang dilakukan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk menindaklanjuti fakta
di atas. Program pertama (Matra I) adalah Jaring Komunitas Wiradesa. Masalah yang
dihadapi saat ini adalah perampasan daya manusia warga Desa itu yang ternyatakan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

pada situasi ketidakberdayaan, kemiskinan dan bahkan marjinalisasi. Program kedua


(Matra II) adalah Lumbung Ekonomi Desa. Masalah utama yang ada di desa adalah
penguasaan sumberdaya yang ada di desa. Terakhir, Program ketiga (Matra III) adalah
Lingkar Budaya Desa. Pembangunan Desa haruslah dilakukan karena kolektivisme, yang
di dalamnya terdapat kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, dan kesadaran untuk
melakukan perubahan secara bersama.
Salah satu Implementasi Tri Matra Pembangunan Desa kepada Desa adalah
mendorong desa untuk mendirikan BUM Desa sebagai penopang perekonomian di
Desa. BUM Desa dapat menjadi representasi Desa dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki Desa. Di samping itu, permasalahan keterbatasan desa untuk mengakses pasar
dapat diatasi oleh BUM Desa. Dengan menerapkan strategylinkage antar BUM Desa
(BUM Desa bersama dan BUMADes) penghasil bahan baku perantara dengan industri
yang bergerak di sektor hilir. Dalam skema ini, BUM Desa berfungsi sebagai penyedia
input bagi industri pengolahan akhir.
BUM Desa
Geliat pengembangan ekonomi perdesaan dapat dipicu melalui lembaga ekonomi
yang dimiliki oleh desa, yaitu BUM Desa. BUM Desa secara jelas diatur pada
Permendesa No.4 Tahun 2015. Pendirian BUM Desa bertujuan :
1. Meningkatkan perekonomian Desa;
2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;
4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga;
5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga;
6. Membuka lapangan kerja;
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan
8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Pendirian BUM Desa hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Desa. Pokok bahsan
yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa meliputi: (a) Pendirian BUM Desa sesuai
dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat; (b) Organisasi pengelola BUM
Des; (c) Modal usaha BUM Desa; dan (d) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
BUM Desa
Hasil kesepakatan Musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa dan
Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan Desa tentang Pendirian
BUM Desa. BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum yang
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM Desa dan
masyarakat. BUM Desa juga dapat membentuk unit usaha meliputi :
a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian,
dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BUM Desa, sesuai dengan peraturan perundangundangan tentang Perseroan


Terbatas; dan
b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh)
persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga
keuangan mikro.
Sumberdaya yang ada di desa harus dikelola dengan ekonomis dan berkelanjutan.
Selain itu, diversifikasi jenis usaha BUM Desa dapat dilakukan untuk memperluas
segmen pasar. Pengembangan potensi usaha ekonomi desa dapat dilakukan melalui
BUM Desa, antara lain :
a. Bisnis Sosial (Social Business) Sederhana
Memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat dan memeperoleh
keuntungan finansial. Contoh : air minum desa, lumbung pangan, dan usaha
listrik Desa
b. Bisnis Penyewaan Barang
Melayani kebutuhan masyarakat desa dan ditujukan untuk memperoleh
Pendapatan Asli Daerah. Contoh : alat transportasi, gedung pertemuan, dan
rumah toko
c. Usaha Perantara
Memberikan jasa pelayanan kepada warga. Contoh : Jasa pembayaran listrik,
pasar desa untuk memasarkan produk masyarakat dan jasa pelayanan lainnya
d. Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang
Menyediakan barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
maupun dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas. Contoh : pabrik es, hasil
pertanian, sarana produksi pertanian dan kegiatan produktif lainnya
e. Bisnis Keuangan
Memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku
usaha ekonomi desa. Contoh : memberikan akses kredit dan peminjaman
masyarakat desa
f. Usaha Bersama
Sebagai induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik
dalam skala lokal Desa maupun kawasan perdesaan. Contoh : dapat berdiri
sendiri serta diatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar tumbuh
menjadi usaha bersama dan dapat pula menjalankan kegiatan usaha bersama
seperti desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat
Namun, segala upaya ini harus didasari oleh aksi kolektif pemerintah desa dan
masyarakat. Sehingga BUM Desa memiliki nilai transformasi sosial, ekonomi dan
budaya. Hal inilah yang menjadikan BUM Desa sebagai salah satu lembaga ekonomi
rakyat yang berperan sebagai pilar demokrasi ekonomi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiv


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BUM Desa bersama


Dalam rangka kerja sama antar-Desa dan pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk
BUM Desa bersama yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih. Pendirian BUM Desa
bersama disepakati melalui Musyawarah antar Desa yang difasilitasi oleh badan
kerjasama antar Desa yang terdiri dari : (a) Pemerintah Desa; (b) Anggota Badan
Permusyawaratan Desa; (c) Lembaga Kemasyarakatan Desa; (d) Lembaga Desa lainnya;
dan (e) Tokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. BUM Desa
bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUM
Desa bersama.
BUM Desa Antar-Desa
BUM Desa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM Desa atau lebih. Kerjasama
antar 2 ( dua) BUM Desa atau lebih dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar
kecamatan dalam satu kabupaten/kota. Kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih
harus mendapat persetujuan masing-masing Pemerintah Desa. Kerjasama antar dua
BUM Desa atau lebih dibuat dalam naskah perjanjian kerjasama. Naskah perjanjian
kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih paling sedikit memuat :
a. Subyek kerjasama;
b. Obyek kerjasama;
c. Jangka waktu;
d. Hak dan kewajiban;
e. Pendanaan;
f. Keadaan memaksa;
g. Pengalihan aset; dan
h. Penyelisaian perselisihan
Naskah perjanjian kerjasama antar dua BUM Desa atau lebih ditetapkan oleh Pelaksana
Operasional dari asing-masing BUM Desa yang bekerjasama. Kegiatan kerjasama antar
dua BUM Desa atau lebih dipertanggungjawabkan kepada Desa masing-masing
sebagai pemilik BUM Desa. Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa
yang berbadan hukum diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.
Strategi Pengembangan BUM Desa
Secara umum strategi pembangunan BUMDesa dapat dilakukan melalui tiga skema
berikut. Pertama, strategi replika. Skema ini memiliki arti bahwa strategi pembangunan
yang pernah berhasil (succes story) diimplementasikan BUM Desa akan digunakan
sebagai konsep pemberdayaan BUM Desa lainnya. Strategi ini menempatkan partisipasi
oleh masyarakat desa sebagai aktor yang paling penting. Dikarenakan kesadaran dan
rasa memiliki (sense of belonging) BUM Desa dari masyarakat itu sendirilah yang dapat
membantu tumbuh kembangnya BUM Desa tersebut.
Kedua, linkage strategy. Maksudnya, pembangunan dilakukan satu lini dengan
pembangunan desa tetangga, sama halnya dengan strategi replikasi, desa bukan
bagian keseluruhan dari wilayah pemerintah daerah. Oleh karena itu, penghubung
strategi itu bukan hanya lintas pemerintah desa tetapi juga masih dalam lingkup satu
pemerintahan daerah. Secara umum, linkage strategy di desa-desa tetangga lebih
mudah dilakukan, karena kemauan politik yang lebih mudah untuk diakomodasi.
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Misalnya, jika pembangunan di desa menempatkan intensifikasi penangkapan ikan


tertentu, maka daerah lain di wilayah pemerintah daerah yang sama harus disiapkan
pasar yang memadai. Dengan begitu, setiap penawaran barang yang muncul akan
langsung diterima oleh pasar.
Ketiga, strategi otonomi. Dalam beberapa hal, Pemerintahan desa memiliki sumber
daya yang memadai untuk dimaksimalkan. Namun, dalam implementasinya sumber
daya yang ada tersebut belum digali secara maksimal, sehingga berbagai potensi yang
seharusnya bisa hadir belum menyeruak. Ini bisa terjadi karena selain regulasi yang ada
memberikan kewenangan bagi pemerintahan desa untuk memaksimalkan potensi yang
ada, juga disebabkan semangat desentralisasi memberikan pondasi bagi pemerintahan
desa untuk berlomba menjadi lebih baik dari wilayah lain. Makna lain dari strategi ini
adalah pembangunan hanya cocok dilakukan apabila suatu desa memiliki infrastruktur
ekonomi, sosial dan politik yang memadai sehingga secara mandiri dapat melakukan
proses pembangunan tanpa harus melakukan replikasi maupun keterkaitan dengan
desa lain[.]

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

BUM DESA: DESA MEMANDANG EKONOMI

Setelah pelantikan sebagai Menteri Desa, Eko Putro Sanjoyo melakukan kunjungan ke
Jawa Tengah dan bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Sindonews,
1/8/2016). Komunikasi politik kebijakan berdesa ini patut diapresiasi, terutama
langsung membahas isu ekonomi desa yang penting, yakni pengelolaan badan usaha
milik desa (BUM Desa).
Provinsi Jawa Tengah dan sekitarnya dikenal dengan prakarsa BUM Desa yang sukses.
BUM Desa Bleberan di Gunung Kidul berbasis desa wisata berupa Gua Rancang
Kencono dan air terjun Sri Gethuk. BUM Desa Ponggok Klaten mengelola revitalisasi
umbul yang dijadikan wisata masyarakat setempat dan pengunjung dari daerah lain.
BUM Desa Bersama Karangsambung Kebumen bergerak di unit usaha konveksi dan
potensial melakukan ekspor.
Fondasi kebijakan BUM Desa sebelumnya telah dicanangkan pada masa Menteri Desa
Marwan Jafar, melalui penerbitan Peraturan Menteri Desa No 4/2015 yang mengatur
BUM Desa. Isu kebijakan kali ini dinyatakan Menteri Desa Eko Putro Sanjoyo, meliputi
pendirian BUM Desa sesuai potensi Desa, manajemen BUM Desa, dan kerja sama BUM
Desa dengan pihak ketiga.
Tragedi
Teori ekonomi yang menekankan investasi untuk pertumbuhan ekonomi selalu
mengalami kegagalan ketika dibawa ke desa. Kebenaran statistika pertumbuhan belum
tentu diikuti dengan pengukuran yang tepat bagi kesejahteraan (Stiglitz, Sen, Fitoussi:
2009). Mesin pertumbuhan (engine of growth) tidak cukup menolong usaha masyarakat
desa. Tambang timah bertaburan di Belitung Timur, tapi saat ini mulai menurun
kekuatannya sebagai mesin pertumbuhan. Masyarakat desa masih menjadi penonton,
termarjinalisasi sehingga sulit mengakses pundi-pundi itu.
Ketika penulis memfasilitasi diskusi dengan perwakilan desa di Pemkab Belitung Timur
(2016), muncul gagasan pembentukan BUM Desa Bersama yang dimiliki 2 (dua) desa
atau lebih untuk mengelola lahan eks-timah, kawasan perdesaan wisata, dan kerja sama
antardesa lainnya. Di Karangasem Bali, BUM Desa Bersama dan BKAD (Badan Kerja
sama Antar Desa) sudah memutuskan BUM Desa Bersama sebagai mesin pertumbuhan
melalui pengelolaan aset dan perguliran dana warisan PNPM-MPd.
Kedudukan BUM Desa dan BUM Desa Bersama tak dapat dilepaskan dengan rencana
investasi desa. Terminologi rencana investasi Desa dalam UU Desa bukanlah dibingkai
dalam perspektif ekonomi melihat desa, tetapi desa melihat ekonomi. Adagium
ekonomi melihat desa adalah ambil sepuluh bisa, kenapa hanya ambil satu. Investasi
desa model ini hanya memberi ruang pada ekstraksi, akumulasi, dan eksploitasi.
Eksploitasi akan mengakibatkan tragedy of commons (Garret Hardin: 2001) terhadap
sumber daya desa yang bersta- tus kepemilikan bersama, seperti laut, pesisir, irigasi
tersier, bahan tambang, dan seterusnya. Adagium desa melihat ekonomi adalah desa
mempunyai rasa kebercukupan (nrimo ing pandhum), keseimbangan, dan tradisi
lokalitas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bagi ekonom yang ber-grand theory, perspektif ini dicap sebagai ekonomi subsisten.
BUM Desa Wadas Karawang bergerak di pemenuhan sembako dan elpiji. BUM DESA
Bojong Purwakarta mengelola unit usaha pasar Desa. BUM Desa Lempeni Lumajang
mengolah limbah sampah, didukung program Jalin Matra Pemprov Jawa Timur. Posisi
Kementerian Desa dan institusi pemerintah lainnya sudah saatnya kritis atas labelisasi
ekonomi subsisten desa, dan beralih ke tradisi lokalitas sebagai mesin
pertumbuhannya.
Mesin Pertumbuhan
Kebijakan pendirian, pengelolaan, dan kerja sama BUM Desa dengan pihak lainnya
menghadapi pertanyaan institusional, siapa yang menguasai dan mengelola proses
ekonomi desa? Pendirian BUM Desa sesuai potensi desa terganggu dengan isu legalitas
badan hukum dan miskin pendekatan prakarsa. UU Desa sudah tegas mencantumkan
legalitas BUM Desa melalui Peraturan Desa (Perdes), tetapi masih dianggap lemah
karena tidak dilegalisasi dengan Perda dan akta notaris (interpretasi atas UU No 32/-
2004 Pemda jo PP No 72/2005 Desa). Pasca terbitnya UU Desa, asas hukum lex
posterior derogat legi priori berlaku sehingga rezim regulasi sebelumnya
dikesampingkan.
Desa adalah pihak yang ber- kuasa dan berhak mengelola proses ekonomi desa,
sepanjang ditujukan untuk common pool resources. Di Kabupaten Bandung, BUM Desa
Sukamenak merintis kerja sama dengan BUM Desa Cangkuang untuk pengelolaan air
bersih sebagai common pool resources. BUM Desa Bersama Karang Intan, Banjar Baru,
Kalsel, bergerak dalam unit sim- pan pinjam, air bersih, pembayaran listrik, pembelian
gabah, pakan ternak,wisata desa, karamba ikan, pengasapan karet, dan penggemukan
sapi.
Keberhasilan BUM Desa wisata inspiratif bagi pemerintah untuk menciptakan regulasi
dan kebijakan yang sederhana, di desa kami ada gua dan umbul yang menarik, lalu
dibuatlah BUM Desa. BUM Desa dan BUM Desa Bersama menjadi mesin
pertumbuhan, badan usaha yang bercirikan kesadaran lokalitas desa, sekaligus
mencegah tragedi.
Siasat kebijakan Kementerian Desa ke depan sudah saatnya hadir untuk common pool
resources dan shareholding secara inkremental. Pertama, pengakuan atas kreasi BUM
Desa dan BUM Desa Bersama yang telah eksis. Kedua, kapitalisasi atas aset desa yang
dimiliki bersama. Ketiga, kolaborasi BUM Desa atau BUM Desa Bersama dengan
perusahaan swasta dalam sistem shareholding yang diamanatkan Nawa Cita dan
RPJMN 2015 - 2019. (Anom Surya Putra, Koran SINDO, 5 Agustus 2016. Dikutip dengan
sedikit adaptasi).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xviii


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 3
PENGEMBANGAN
PELATIHAN PENINGKATAN
KAPASITAS

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xx


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.1 Menyusun Kerangka Acuan


Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengembangkan latar belakang tujuan-tujuan sebuah pelatihan;
2. Mengidentifikasi strategi dan manajemen pelatihan yang perlu
dicantumkan dalam kerangka acuan;
3. Menyusun kerangka acuan sebuah pelatihan berbasis masyarakat

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
Lembar Diskusi

Alat Bantu
Bahan bacaan (ToR Pelatihan)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 22


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan harapan yang akan dicapai melalui pembelajaran
sub pokok bahasan Menyusun Kerangka Acuan Pelatihan.
2. Lakukan review tentang materi sebelumnya, termasuk tupoksi pendamping
Desa terkait dengan materi ini.
3. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan pendapat dan
menyampaikan pengalaman terkait:
Sudahkan pernahkan peserta mengelola pelatihan
Apabila sudah pernah mengelola pelatihan, persilahkan untuk membagi
pengalamannya, tentang persiapan apa saja yang diperlukan, dokumen-
dokumen apa yang dibutuhkan untuk mengelola pelatihan.
Apa yang dimuat dalam dokumen pelatihan sebagai langkah awal
persiapan pelatihan.
4. Bagilah kelompok dan beri tugas untuk membuat membuat TOR Pelatihan
masyarakat. Mintalah kelompok tersebut untuk:
Mengembangkan latar belakang pelatihan dan tujuan yang sesuai;
Rancangan strategi dan manajemen pelatihan;
Sasaran yang akan diundang sebagai peserta;
Kelengkapan teknis kegiatan.
5. Minta salah satu kelompok untuk menunjukkan hasil pekerjaannya kepada
peserta lain. Berilah komentar dan catatan tentang:
Latar belakang kegiatan
Tujuan kegiatan
Susunan kepanitiaan
Peserta
Kelengkapan teknis kegiatan
6. Sebelum menutup sesi, berikan penegasan tentang pentingnya penguasaan
TOR atau kerangka acuan pelatihan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.2 Analisis Kebutuhan Pelatihan


Masyarakat

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menganalisis kebutuhan pelatihan PLD
2. Merumuskan pokok materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta belajar.

Waktu
3 JP ( 135 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
Lembar kerja

Alat Bantu
Matrik TNA (Training Need Assesment)/ Kebutuhan Pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 24


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran di
sub pokok bahasan Analisis Kebutuhan Pelatihan Masyarakat.
2. Tanyakan pendapat peserta tentang (1) apa yang paling dibutuhkan oleh
PLD dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka, kemudian (2) apa yang
mesti dilakukan oleh Pendamping Desa dalam menanggapi kebutuhan PLD
tersebut
3. Berikan Penjelasan bahwa salah satu tugas PD adalah menjadi supervisor
bagi PLD. Termasuk di dalamnya adalah bertanggung jawab
mengembangkan kapasitas PLD. Oleh sebab itu penting bagi PD untuk
menguasai kebutuhan pelatihan bagi PLD.
4. Selanjutnya berikan paparan tentang TNA (Training Need Assesment).
5. Lakukan simulasi dengan membagi kelompok. Minta setiap kelompok untuk
melakukan analisis kebutuhan pelatihan atas kondisi PLD tertentu. Gunakan
Lembar Kerja 3.2.1 (Instrumen Penilaian Diri).
6. Berikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat kesimpulan
umum atas hasil kerja kelompok mereka. Berikan tanggapan, kemudian
mintalah setiap kelompok untuk memetakan kebutuhan peningkatan
kapasitas dari hasil kerja di atas, dengan menggunakan Lembar Kerja 3.2.2.
7. Minta dua atau tiga kelompok untuk mempresentasikan hasil asesmen
kebutuhan mereka. Berikan kesempatan bagi kelompok lain untuk
memberikan tanggapan.
8. Selanjutnya mintalah setiap kelompok untuk merumuskan Rencana
Pengembangan Kapasitas PLD dengan menggunakan Lembar Kerja 3.2.3.
Minta satu atau dua kelompok untuk menyampaikan hasil kerjanya. Berikan
kesempatan bagi kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
9. Sebelum sesi diakhiri, berikan apresiasi terhadap hasil kerja setiap
kelompok, selanjutnya sampaikan penjelasan tentang pentingnya analisis
kebutuhan pelatihan untuk menyelenggarakan pelatihan yang sesuai
dengan kondisi aktual PLD.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lember Kerja 3.2.1

INSTRUMEN PENILAIAN DIRI


POTENSI DAN KEMAMPUAN AWAL BERDASARKAN STANDAR KOMPETENSI
PENDAMPING LOKAL DESA
Nama :
Jabatan :
Lokasi Tugas :
Pendidikan :
No Tugas Pokok Output Kerja Indikator Output Tingkat Kompetensi/Kinerja
1 2 3 4 5 X
1) Mendampingi Perencanaan dan Terlaksananya sosialisasi
Desa dalam penganggaran Desa Undang-Undang No. 6
perencanaan berjalan sesuai aturan Tahun 2014 tentang Desa
pembangunan dan dan ketentuan yang dan peraturan turunannya;
keuangan Desa. berlaku.
Terfasilitasinya musyawarah
Desa yang partisipatif
untuk menyusun RPJM
Desa, RKP Desa dan
APBDes;
Tersusunnya Rancangan
Peraturan Desa tentang
kewenangan lokal berskala
Desa dan kewenangan
Desa berdasarkan hak asal-
usul dan Peraturan lain
yang diperlukan;
2) Mendampingi Pelaksanaan Adanya koordinasi dengan
Desa dalam pembangunan Desa PD dan pihak terkait
pelaksanaan berjalan sesuai aturan mengenai pembangunan
pembangunan dan ketentuan yang Desa;
Desa. berlaku.
Terfasilitasinya kerjasama
antar Desa;

Terfasilitasinya pelaksanaan
pembangunan desa yang
sesuai dengan prinsip tata
kelola yang baik.

Terfasilitasinya ketersediaan
informasi publik terkait
pembangunan desa
3) Mendampingi Penyelengaraan Terlaksananya kegiatan
masyarakat Desa pemberdayaan peningkatan kapasitas
dalam kegiatan masyarakat dan Desa kader desa, masyarakat dan
pemberdayaan dengan melibatkan kelembagaan Desa.
masyarakat dan kelompok perempuan,
Desa. difabel/berkebutuhan
khusus, kelompok
masyarakat miskin dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 26


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

marginal.

4) Mendampingi Proses pelaksanaan dan Terlaksananya peningkatan


Desa dalam evaluasi kegiatan kapasitas Badan
pemantauan dan pembangunan Desa Permusyawaratan Desa
evaluasi kegiatan berjalan sesuai ketentuan (BPD) dalam melakukan
pembangunan yang berlaku. pemantauan dan evaluasi
Desa. pembangunan Desa;

Terlaksananya evaluasi
pembangunan Desa
melalui musyawarah Desa;

Masyarakat terlibat dalam


pelaksanaan evaluasi
kegiatan pembangunan
desa.

Keterangan:
Penilaian terhadap kompetensi Pendamping Lokal Desa mengacu pada standar
evaluasi kinerja dengan menggunakan skala nilai sebagai berikut:
1 = kinerja buruk (harus diperbaiki secepatnya)
2 = Kurang Baik (dapat diterima meskipun ada kelemahan)
3 = Kinerja Cukup Baik
4 = Kinerja Baik
5 = Kinerja Sangat Baik
X = Tidak relevan/belum saatnya dinilai/tidak tahu

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 3.2.2

MATRIKS PERUMUSAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS


No Tugas Pokok Profil Tingkat Kelemahan Potensi Alternatif Solusi
Kompetensi Pelatihan Non-
Pelatihan
1) Mendampingi
Desa dalam
perencanaan
pembangunan dan
keuangan Desa.
2) Mendampingi
Desa dalam
pelaksanaan
pembangunan
Desa.
3) Mendampingi
masyarakat Desa
dalam kegiatan
pemberdayaan
masyarakat dan
Desa.
4) Mendampingi
Desa dalam
pemantauan dan
evaluasi kegiatan
pembangunan
Desa.

Keterangan:
(a) Profil Tingkat Kompetensi merupakan nilai rata-rata setiap tugas pokok dari sejumlah
populasi (baik PLD maupun masyarakat) yang telah mengisi Instrumen Penilaian Diri.
(b) Kelemahan merupakan hal-hal yang dianggap lemah dan perlu mendapat perhatian
khusus.
(c) Potensi merupakan aspek-aspek positif yang dimiliki populasi (PLD maupun
masyarakat), seperti: pengalaman, prestasi akademis, jaringan, keterampilan, dll.
(d) Alternatif solusi merupakan pilihan yang diambil dalam rangka pengendalian kinerja,
dilakukan baik dalam bentuk pelatihan maupun non pelatihan seperti bimbingan
teknis, asistensi, konsultasi, rotasi, magang, dan lain-lain.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 28


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Lembar Kerja 3.2.3

MATRIK DISKUSI RENCANA PENGEMBANGAN KAPASITAS PENDAMPING LOKAL DESA

No Kegiatan Penanggung Pemangku Proses Waktu Keterangan


Pengembangan Jawab Kepentingan
Kapasitas yang Terlibat

A. PELATIHAN

1.

2.

3.

Dst.

B. NON-PELATIHAN

1.

2.

3.

Dst.

Catatan

Format di atas adalah sebagai panduan diskusi. Masing-masing kelompok dapat


mengembangkan matrik sesuai kebutuhan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.3 Mengembangkan Modul


Pelatihan Masyarakat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 30


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang kurikulum pelatihan;
2. Menyusun panduan proses dari setiap pokok materi pelatihan
menjadi modul pelatihan yang menempatkan perserta pelatihan
sebagai sumber belajar.

Waktu
3 JP ( 125 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
Lembar Diskusi

Alat Bantu
Matrik Penyusunan Kurikulum Pelatihan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran
di sub pokok bahasan Mengembangkan Modul Pelatihan Masyarakat.
2. Tanyakan kepada peserta, bagaimana mereka menetapkan materi-materi
yang akan disampaikan dalam Pelatihan. Berikan kesempatan kepada dua
atau tiga peserta, khususnya yang memiliki pengalaman mengelola
pelatihan, untuk membagi pengalaman.
3. Berikan tanggapan terhadap jawaban peserta. Kemudian tayangkan proses
dan sistematika penyusunan matriks materi, kurikulum, dan pembangunan
modul.
4. Tegaskan kepada peserta pentingnya Tugas dan Fungsi sebagai acuan
dasar dalam pengembangan materi dan modul pelatihan. Tegaskan pula
bahwa dalam pengembangan modul, tujuan yang harus diutamakan adalah
memampukan peserta pelatihan agar dapat menjalankan tugas dan
fungsinya tersebut.
5. Bagi peserta ke dalam 6 (enam) kelompok, dan minta masing-masing
membangun modul sederhana terkait PLD, KPMD, atau Kader Desa.
6. Dampingi dengan cara berkeliling sepanjang masing-masing kelompok
melakukan pekerjaan mereka. Layani setiap pertanyaan yang disampaikan
dalam pengerjaan tersebut.
7. Minta salah satu kelompok menunjukkan hasil pekerjaan mereka. Minta
kelompok tersebut untuk menjelaskan kaitan antara Tugas dan fungsi,
materi, aspek yang dikembangkan oleh materi, kurikulum, tujuan pelatihan
dan tujuan materi. Perhatikan pula kaitan antara materi, tujuan, metode,
dan proses pembelajaran.
8. Pada sesi akhir dari sessi ini, lakukan penegasan bahwa dalam mengelola
pelatihan diperlukan Matrik kurikulum pelatihan, lesson plan dan juga
modul sesuai dengan jenis pelatihannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 32


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.4 Media dan Alat Bantu


Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Merancang media dan alat bantu pembelajaran yang mendukung
metode pelatihan yang ditetapkan dalam kurikulum;
2. Menggunakan media untuk mendukung penerapan metode
pelatihan.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Ceramah, Curah pendapat, Diskusi

Media
Lembar Diskusi

Alat Bantu
Kertas metaplan, spidol dan alat tulis lainnya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembelajaran
sub pokok bahasan Media Dan Alat Bantu Pelatihan.
2. Berikan pertanyaan umpan kepada peserta mengenai apa pentingnya alat
bantu dan media dalam pelatihan. Minta salah seorang peserta untuk
memberikan alasan mengapa alat bantu tertentu (yang ia sebutkan) penting
dalam pelatihan tersebut:
a. Apa tujuan pengadaan media/alat bantu tersebut?
b. Apa relevansinya bagi materi?
c. Apa kegunaannya bagi peserta pelatihan?
d. Dalam hal apa media/alat bantu tersebut penting?
3. Berikan tanggapan dan catatan terhadap jawaban peserta tersebut. Jelaskan
mengenai beberapa jenis media dan alat bantu serta tegaskan tentang
penyesuaian media/alat bantu tersebut dengan:
a. Tujuan materi
b. Kondisi atau konteks situasi
c. Karakteristik peserta
4. Sebelum sesi diakhir, buatlah penegasan tentang pentingnya media dan
alat bantu dalam pelatihan. Berikan review atas keseluruhan materi yang
telah diberikan dalam Pokok Bahasan ini.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 34


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PB Bahan Bacaan

3 Pengembangan Pelatihan
Peningkatan Kapasitas
Masyarakat

Prinsip-prinsip Pelatihan

Proses belajar diperlihatkan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang
yang diperoleh pembelajar melalui interaksi dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku dalam belajar memiliki enam karakteristik,
yakni (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif,
(4) besifat permanen, bukan sementara, (5) bertujuan atau terarah, dan (6) mencakup seluruh
aspek tingkah laku.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar dan pembelajar seringkali digunakan
istilah pendidikan, pembinaan, dan pelatihan. Pendidikan mengacu kepada komunikasi yang
terorganisasi dan diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar; pembinaan mengacu
kepada usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik; sedangkan pelatihan mengacu kepada usaha,
proses, atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai keterampilan.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh trikondisi pendidikan, yakni konsistensi,
konvergensi, dan kontinuitas. Konsistensi berarti bahwa kegiatan pendidikan harus serasi dan
ajeg dalam mengembangkan potensi peserta didik. Konvergensi berarti pendidikan bertolak
dari suatu landasan yang jelas. Kontinuitas berarti bahwa pendidikan harus ditempuh dan
berkelanjutan
Prosedur Pengelolaan Pelatihan
Sebagai suatu proses, istilah manajemen atau pengelolaan pelatihan
bergamitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, dan
(c) evaluasi. Pada umumnya Daur Manajemen Pelatihan dapat dibagankan sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Daur manajemen pelatihan tersebut merupakan Pendekatan Pelatihan Sistematis


(Sistematic Training Approach). Pendekatan ini berkaitan dengan prosedur mengelola
pelatihan, yang diawali dari adanya permasalahan yang dihadapi yang dapat mengganggu
pencapaian tujuan yang diharapkan, sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut yang sesuai
dengan upaya pemecahan masalah melalui pelatihan. Prosedur pengelolaan pelatihan secara
hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut : Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan
Pelatihan; Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas; Langkah 3: Klasifikasi dan
Menentukan dan Peserta Pelatihan; Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan; Langkah 5:
Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan; Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan ;
Langkah 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR); Langkah 8: Pelaksanaan
Program Pelatihan; Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan; Langkah 10: Tindak Lanjut
Pelatihan
Strategi Pelatihan
Keberhasilan pelatihan ditentukan oleh berbagai komponen, antara lain, pelatih, peserta
latihan, bahan, strategi, media, dan kondisi pelatihan. Pelatih termasuk penentu utama
keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, pelatih harus berwatak (a) jujur dan amanah, (b)
komitmen dalam ucapan dan tindakan, (c) adil dan egaliter, (d) santun dan rendah hati, (e)
meciptakan nuasa keakraban, (f) sabar, (g) tidak egois, (h) bijaksana dalam menuturkan
keburukan, dan (i) mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelatihan
Di dalam pelaksanaan pelatihan dapat dimanfaatkan beberapa strategi, antara lain: (1)
mengkondisikan kesiapan peserta didik, (2) memanfaatkan media audio visual, (3) praktik, (4)
menyajikan bahan secara proporsional, (5) dialog dan rasionalisasi, (6) bercerita, (7)
perumpaaan, sketsa, dan gambar, (8) antusiasme, (9) gerak tubuh (kinesik), (10) argumentasi,
(11) memancing kreativitas, (12) pengulangan, (13) pemetaan, (14) mendorong kreativitas,
(15) memberi jawaban lebih, (16) menjelaskan ulang jawaban peserta didik, dan (17) sportif
dalam menjawab.
Pentingnya Media Pelatihan
Penggunaan media dalam proses pelatihan merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Konsep-konsep dalam bahan pelatihan yang memerlukan kesamaan persepsi bagi para
peserta. Bila berbeda kesan, maka dapat menimbulkan salah tafsir dan mengakibatkan
salah dalam tindakan selanjutnya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 36


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Dalam bidang studi yang disampaikan pada pelatihan terdapat proses-proses kerja
yang sangat lambat, sehingga sulit dilihat dengan mata, dan dapat ditangkap berkat
bantuan media pembelajaran
3. Hal-hal atau kejadian-kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga sangat sulit
untuk diamati
4. Benda-benda yang terlampau besar sulit dibawa ke dalam kelas untuk dipelajari,
sehingga dengan bantuan model tiruan barulah benda-benda tersebut dapat dipelajari
dengan mudah
5. Hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan pengindraan, misalnya proses
berpikir memecahkan masalah dan ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan
bagan arus atau media lainnya
6. Peristiwa masa lampau atau kejadian yang mungkin terjadi pada masa datang sangat
sulit diamati
7. Proses-proses yang harus dikerjakan dalam mempelajari manajemen, yang
memerlukan bantuan media pelatihan agar menarik perhatian dan minat peserta
Jenis-jenis Media
Media pembelajaran mengalami perkembangan melayani pemanfaatan teknologi.
Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut Azhar Arsyad (2002) mengklasifikasikan
media atas empat kelompok: (1) Media hasil teknologi cetak; (2) Media hasil teknologi
audio-visual; 3) Media hasil teknologi berbasis komputer; dan 4) Media hasil gabungan
teknologi cetak dan komputer
Menurut Azhar Arsyad dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis
yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah
sebagai berikut:
a) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan utuk belajar dari pihak peserta
didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan
b) Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang
berbeda-beda
c) Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka
pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam
pembelajaran semakin besar
d) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan
fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang
bermakna
e) Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang
mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata
lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan
tingkat persiapan peserta didik

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pembelajaran Pada Orang Dewasa


Proses pembelajaran pada orang dewasa (adult learning) memerlukan pendekatan dan
metode yang berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak. Pengembangan pendekatan
adult learning dimotori oleh Malcom Knowles (dalam Lieb, 1991), yang mengidentifikasi
karekateristik karakteristik pembelajar dewasa sebagai berikut:
1. Orang dewasa bersifat otonom dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, mereka
butuh kebebasan.
2. Orang dewasa telah mengakumulasi pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-
pengetahuan, termasuk aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan,
tanggung jawab dalam keluarga dan pendidikan sebelumnya
3. Orang dewasa berorientasi pada tujuan.
4. Orang dewasa berorientasi pada sesuatu yang relevan, mereka harus tahu alasan
mengapa mereka harus belajar sesuatu
5. Orang dewasa bersifat praktis, mereka memfokuskan diri pada hal-hal yang
bermanfaat langsung dalam kehidupan dan pekerjaannya
6. Sebagaimana semua pembelajar lainnya, orang dewasa membutuhkan perhatian dan
penghargaan
Metode pembelajaran pada orang dewasa adalah dengan menggunakan pengalaman, yang
disebut dengan experiential learning. Dalam experiential learning, pengelola kelas lebih
bersifat sebagai seorang fasilitator. Untuk itu perlu dikenali fungsi-fungsi fasilitatif sebagai
berikut:
a) Emotional stimulation, dimana perilaku ekspresif fasilitator harus mampu merangsang
ekspresi emosi peserta secara lebih bebas
b) Caring, dimana fasilitator harus mampu mengembangkan hubungan interpersonal
yang hangat dan bersahabat.
c) Meaning attribution, dimana fasilitator berfungsi untuk menyediakan penjelasan
kognitif atas perilaku dan kegiatan yang dilaksanakan, atau dengan kata lain fasilitator
harus mampu mengarahkan peserta dalam pemberian arti atas sesuatu pengalaman
belajar
d) Executive function, dimana fasilitator berfungsi sebagai seorang eksekutif dalam kelas.
Participant Centered Training
Peserta merupakan pusat perhatian dari suatu pelatihan. Dalam pendekatan pelatihan yang
berpusat pada peserta ini, proses belajar bertumpu pada peserta. Seorang trainer tidak selalu
siap untuk memberikan pemecahan masalah yang tepat atau menjawab setiap pertanyaan.
Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa pesertalah yang lebih tahu dan memahami
permasalahan mereka, seorang trainer hanya membantu dalam proses belajarnya.
Pendekatan pelatihan yang berpusat pada peserta ini dapat menunjukkan manfaatnya yang
nyata dalam proses pembelajaran. Aplikasi dari pendekatan ini dalam suatu pelatihan
mampu meningkatkan rasa percaya diri para pesertanya. Terjadinya peningkatan
kepercayaan diri tersebut karena dalam proses pembelajarannya peserta pelatihan memang
benar-benar dituntut untuk berpartisipasi aktif melalui metode games, role play, case study,

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 38


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

simulasi, maupun focused group discussion. Metode-metode tersebut memang hanya bisa
dijalankan jika para pesertanya mau terlibat secara aktif. Oleh karenanya, dalam
pelaksanaannya dirancang agar menyenangkan untuk dilakukan, mudah, tidak melelahkan,
didasarkan pada pengalaman pribadi peserta, dan dilakukan dalam kelompok-kelompok
kecil
Rancangan Materi
Selain pendekatan pembelajaran, hal lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan
dalam merancang suatu pelatihan adalah materi pelatihan. Materi pokok yang akan disajikan
dalam suatu pelatihan sangat bergantung pada hasil analisis kebutuhan pelatihan. Selain hal
tersebut, perlu diperhatikan pula bagaimana agar materi (dalam bentuk pengetahuan,
informasi) dapat tersimpan dengan lebih baik dalam memori sehingga konsekuensinya juga
akan lebih mudah dipanggil kembali ketika diperlukan (untuk diaplikasikan). Materi harus
disampaikan dengan cara sedemikian rupa agar menimbulkan recency effect, primacy effect,
self-reference effect dan generation effect.
Recency effect dan primacy effect berhubungan dengan urutan masuknya informasi ke dalam
sistem memori. Informasi yang disajikan di bagian awal sehingga masuk terlebih dahulu ke
dalam sistem memori, akan lebih mudah dipanggil kembali. Ini yang disebut dengan primacy
effect. Sebaliknya, informasi yang paling akhir masuk merupakan informasi yang paling segar
dalam ingatan sehingga juga lebih mudah untuk dipanggil kembali, ini yang disebut dengan
recency effect
Self-reference effect dan generation effect berhubungan dengan isi materi dan cara
penyampaiannya. Informasi-informasi yang dihubungkan dengan diri sendiri (peserta) akan
lebih mudah untuk diingat kembali (selfreference effect) dan informasi yang dibuat, dihasilkan
dan disusun sendiri juga akan lebih mudah untuk dingat (generation effect) Metode
pembelajaran pengalaman (experiential learning) sangat mendukung untuk dapat
diperolehnya kedua efek memori tersebut. Dalam experiential learning, materi pelatihan
diberikan dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung,
nyata maupun simbolik, sehingga mereka mengalami sendiri akan sesuatu yang dipelajari.
Mereka kemudian merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dan dari padanya
mereka membuat sendiri suatu konsep abstrak dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian
para peserta akan mendapatkan sekaligus self-reference effect dan generation effect.
Materi yang satu dengan yang lainnya dalam suatu pelatihan, selain
mempertimbangkan efek-efek memori tersebut, dalam penyajiannya juga harus
diorganisasikan agar dapat saling dihubungkan dan mengikuti urutan yang logis. Urutan
tersebut dapat mengikuti pola-pola yang ada, bergantung pada isi materi dan tujuan
diberikannya materi tersebut[.]

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 40


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pokok Bahasan 4
FASILITASI
PELAYANAN SOSIAL DASAR

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 42


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Pokok-Pokok Kebijakan
4.1
Pelayanan Sosial Dasar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pelayanan sosia dasar,
2. Menguraikan pokok-pokok kebijakan pelayanan social dasar

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab.

Media
Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Setelah membuka acara dengan salam, fasilitator memberikan penjelasan
tentang tujuan materi yang akan dipejari pada sesi ini.
2. Bagikan kertas kosong/metaplan kepada setiap peserta. Mintalah peserta
untuk menjawab pertanyaan berikut, apa saja yang diperlukan oleh
sebuah keluarga untuk dapat melangsungkan kehidupannya secara wajar?
3. Mintalah 2-3 peserta untuk mempresentasikan jawabannya.
4. Buatlah simpulan, jenis-jenis kebutuhan yang diperlukan oleh setiap
keluarga untuk dapat melangsungkan kehidupan secara normal.
5. Tanyakan kepada peserta, apakah semua kebutuhan tersebut dapat
disediakan sendiri oleh setiap keluarga?
6. Ajak peserta untuk menginventarisir kebutuhan mana saja yang dapat
dipenuhi sendiri oleh keluarga dan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
sendiri oleh keluarga.
7. Ajak peserta untuk curah pendapat, apakah perlu kondisi-kondisi tertentu
supaya keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya?
8. Dari beberapa curah pendapat di atas simpulkan bersama, bahwa keluarga
memerlukan dukungan pihak lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya
dan memerlukan kondisi yang kondusif agar dapat memenuhi
kebutuhannya. Guna menjamin hal tersebut Pemerintah memiliki tugas
untuk mengupayakan pelayanan dasar yang memadai.
9. Lanjutkan penjelasan singkat tentang Pelayanan Sosial Dasar, gunakan
bahan tayangan.
10. Bagi peserta dalam beberapa kelompok kecil (5-7 orang per kelompok).
Tugaskan kepada kelompok untuk membuat daftar jenis-jenis pelayanan
umum yang ada di tingkat desa.
11. Minta 1-2 kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya.
12. Jelaskan tentang tanggung jawab desa untuk menjamin masyarakatnya
mendapatkan pelayanan dasar yang memadai.
13. Tutup sesi ini dengan menegaskan bahwa kondisi pelayanan public di desa
belum sama dan merata. Kondisi pelayanan yang tidak memadai banyak
ditemukan pada desa-desa tertinggal, pedalaman, dan perbatasan. Ini
perlu menjadi perhatian khusus bagi pendamping yang nantinya akan
ditempatkan di desa tersebut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 44


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Standar Pelayanan Minimal
4.2
di Desa (Pendidikan,
Kesehatan)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan konsep standar pelayanan minimal,
2. Menguraikan indikator standar pelayanan minimal di Desa, khususnya
bidang Pendidikan dan Kesehatan.
3. Merumuskan profil pelayanan sosial Dasar Desa.

Waktu
1 JP ( 45 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab.

Media
Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Berikan pengantar dengan menjelaskan tujuan diberikannya materi ini.
Setelah itu jelaskan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi ini.
2. Tanyakan kepada peserta, siapa yang pernah memiliki pengalaman tidak
menyenangkan ketika sedang meminta penerbitan KTP di kelurahan,
palayanan kesehatan di puskesmas/pustu/polindes, serta pelayanan
pendidikan di sekolah anaknya? Minta peserta tersebut untuk
menceritakan pengalamannya tersebut.
3. Sebagai refleksi atas sharing pengalaman, ajukan beberapa pertanyaan
berikut:
a. Perasaan apa saja yang muncul ketika mendapatkan pelayanan yang
tidak menyenangkan?
b. Dari sharing yang ada, sebutkan bentuk-bentuk dari pelayanan yang
tidak baik tersebut?,mengapa dikatakan tidak baik?
c. Pelayanan yang tidak baik tersebut sebenarnya apakah masih bisa
diperbaiki? Adakah yang punya usulan cara memperbaikinya?
4. Buatlah simpulan dari sharing dan refleksi, bahwa pelayanan dasar di desa
tidak hanya sekedar cukup tersedia, tetapi pelayanan tersebut dalam
penyelenggaraanya juga memberikan kepuasan/menyenangkan.
5. Jelaskan bahwa perlu adanya standar pelayanan minimal dalam setiap
bentuk penyelenggaraan pelayanan umum kepada masyarakat. Hal ini
penting untuk menjamin agar setiap pelayanan memberikan manfaat dan
memuaskan.
6. Jelaskan tentang prinsip dasar bahwa standar pelayanan minimal itu
mencakup beberapa aspek yaitu:
a. Pelayanan tersedia setiap saat.
b. Tempat pelayanan dekat dan mudah dicapai
c. Harga pelayanan terjangkau masyarakat pada umumnya.
d. Penyelenggaraan pelayanan memuaskan.
7. Berikan contoh tentang standar pelayanan kesehatan dan pendidikan,
(gunakan tayangan slide).
8. Tanyakan kepada peserta, kira-kira standar pelayanan minimal untuk
pelayanan KTP, sanitasi, dan air bersih itu sebaiknya seperti apa?
9. Catat semua jawaban peserta dan buat simpulan.
10. Tutup sesi dengan menegaskan bahwa pendamping desa memiliki peran
untuk memastikan setiap jenis pelayanan umum di desa telah
mengupayakan untuk memenuhi standar pelayanan minimal.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 46


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.3 Kajian Kebutuhan


Pelayanan Sosial Dasar

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya melakukan kajian kebutuhan pelayanan
sosial dasar;
2. Menguraikan aspek-aspek kajian kebutuhan pelayanan sosial dasar;
3. Menguraikanalat-alat kajian kebutuhan pelayanan sosial dasar.

Waktu
2JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok

Media
Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan materi ini dan kaitkan dengan materi sebelumnya tentang
standar pelayanan minimal di Desa.
2. Tayangkan sebuah gambar Kondisi Desa
3. Ajukan beberapa pertanyaan:
a. Bagaimana kehidupan warga di desaini?
b. Bagaimana status pemenuhankebutuhan dasar di desaini?
c. Data-data apa saja yang anda gunakan sehingga dapat merumuskan
kondisidan status pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti yang sudah
disebutkan?
4. Simpulkan bahwa perlu sejumlah data/informasi untuk dapat
merumuskan status kebutuhan pelayananwarga. Data-data ini
didapatkan melalui proses pengkajian.
5. Jelaskan secara ringkas prinsip dan pola kerja dari pelaksanaan
pengkajian kebutuhan pelayanan social dasar.
6. Bagikankepada peserta form pengkajian kebutuhan pelayanan social
dasar dan jelaskan secara singkat
7. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, minta peserta untuk belajar
mengisi form, membuat rangkuman dan simpulan analisa kebutuhan
layanan sociall dasar.
8. Amati dan damping kelompok selama bekerja.
9. Jika perlu dan cukup waktu minta salah satu kelompok untuk
memaparkan hasil diskusinya.
10. Tutup sesi dengan menegaskanbahwa pengkajian perlu dilakukan secara
rutin ditingkat desa. Hal ini penting karena kegiatan pengkajian dapat
dimanfaatkan juga untuk memonitor perubahan atau perkembangan
desa. Untuk itu akan lebih baik jika ketrampilan pengkajian ini dilatihkan
kepada semua pelaku pembangunan yang ada didesa terutama mereka
yang berperan untuk melakukan perencanaan kegiatan setiap tahunnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 48


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Fasilitasi
4.4
Pelayanan Sosial Dasar
(Kerjasama Sektor)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi sektor terkait dengan pelaksanaan pelayanan sosial
dasar;
2. Menguraikan strategi fasilitasi dalam pelaksanaan pelayanan sosial
dasar.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, tanya jawab, diskusi kelompok

Media
Media Tayang 1-10

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan materi sesi ini dan kaitkan dengan tujuan materi di sesi
sebelumnya.
2. Ingatkan kembali, bahwa pelayanan sosial dasar mencakup:
a. Identitas hukum
b. Pendidikan
c. Kesehatan
d. Infrstrukturdasar : air bersih, perumahan, dansanitasi
e. Sosial
3. Bagi peserta dalam beberapa kelompok, tugaskan kepada kelompok untuk
mengidentifikasi pelaksana dan penanggungjawab dari setiap layanan
No BentukPelayanandasar Pelaksana/Penanggungjawab/Instansi
1 Kesehatan:
1. Posyandu
2. Puskesmas/ Pustu/Polindes
2 1. PAUD/TK
2. SD/SMP/SMA
3 IdentitasHukum
1. Aktekelahiran
2. Penerbitan KTP
4 Infrastrukturdasar
1. Perumahan
2. Air bersih
3. Sanitasi
5 Sosial
1. Keamanan
2. Senibudaya
3. Keagamaan

4. Jelaskan bahwa pelayanan dasar akan berjalan dengan baik jika memenuhi
beberapa hal berikut ini:
a. Tersedianya tenaga pelaksana yang terampil
b. Tersedianya tempat pelayanan dengan fasilitas yang memadai.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan secara maksimal
d. Adanya dukungan danperhatian dari Pemerintahan setempat.
e. Keterlibatan masyarakat untuk turut memelihara.
5. Minta kembali peserta duduk dalam kelompoknya. Tugaskan kepada
kelompok untuk mengidentifikasi kondisi layanan yang ada.
6. Jelaskan bahwa pemantauan kondisi pelayanan umum perlu terus diupdate
dan diumpan balikkan kepada pelaksana/penanggungjawab. Umpan
balikakan efektif jika dilakukan dengan memenuhi beberapa prinsip:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 50


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Menyajikan data
b. Tidak mengkritiki perilaku pelaksana tetapi focus pada system dan
polap elayanan.
c. Disampaikan dalam kontek komunikasi sederajat.
7. Minta peserta kembalike dalam kelompok. Tugaskan kepada kelompok
untuk memilih salah satu jenis pelayanan yang kondisinya tidak baik. Minta
kelompok untuk menyusun rancangan fasilitasi untuk mengkomunikasikan
kondisi layanan tersebut kepada instansi penanggungjawab.
8. Simulasikan proses fasilitasi perbaikan pelayanan dasar, catat proses
simulasi, dan refleksikan bersama proses simulasi:
a. Apakah ketika simulas imenggunakan data-data
b. Apakah ketikasimulasi mengkritisi perilakuatau focus pada system
pelayanan
c. Apakah ketika simulasi menggunakan proses komunikasi sederajat?
9. Tutup sesi dengan penegasan bahwa membangun jaringan dengan semua
instansi penanggungjawab pelayanan menjadi penting dan terus dibangun,
karena membangun jaringan tidak cukup sekali dilakukan melainkan
berkali-kali.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 52

Anda mungkin juga menyukai