Anda di halaman 1dari 52

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPANi
LEMBAR PENGESAHAN....ii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Maksud dan Tujuan ..1
2.1 Istilah-istilah.....3
BAB II TINJAUAN UMUM..9
2.1 Sejarah Apotek..9
2.2 Visi dan Misi....9
2.3 Struktur Organisasi......10
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.....11
2.4.1 Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras dan Wajib Apotek.11
2.4.2 Psikotropika dan Narkotika..14
2.4.3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa dan Barang Rusak.....17
2.4.4 Pelayanan Resep dan Pelayanan Informasi Obat.18
BAB III PEMBAHASAN.20
3.1 Perencanaan.....20
3.2 Pengadaan dan Penerimaan.20
3.3 Penyimpanan...21
3.4 Pelayanan Obat22
3.5 Pelayanan Informasi Obat....22
3.6 Pelaporan.23
BAB IV PENUTUP..24
4.1 Kesimpulan.24
4.2 Saran...25
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Dalam era pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan memiliki


tujuan agartercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menurut Hendrik
L. Blum, derajat kesehatan tersebut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor
lingkungan (environment), faktor perilaku (behavior), faktor pelayanan kesehatan
(health service), dan faktor keturunan (heredity). Salah satu dari faktor tersebut yaitu
faktor pelayanan kesehatan dimana ketersediaan pelayanan kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Salah satu unit pelayanan kesehatan adalah apotek. Apotek adalah
sarana penyaluran kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.
Apotek berfungsi sebagai sarana atau tempat pengabdian Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah mengucap sumpah jabatan serta sebagai sarana
farmasi untuk melakukan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Profesi farmasi saat ini telah mengalami pengembangan yaitu dari berorientasi
pada obat menjadi berorientasi pada pasien dengan berdasarkan pada asas
Pharmaceutial Care,yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
farmasi dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan
kualitas hidup pasien. Dalam mencapai tujuan akhir tersebut Apoteker dan Tenaga
Tekhnis Kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku dalam berinteraksi dengan pasien.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik un-
tuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan. Untuk mencapai pengalaman
belajar pada tatanan yang nyata dan komprehensif maka diadakan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN) pada unit pelayanan kesehatan yaitu apotek untuk

1
mempersiapkan diri agar dapat langsung terjun ke lingkungan kerja. Sehingga siswa
diharapkan dapat mengetahui tugas-tugas dan tanggung jawab seorang apoteker dan
tenaga tekhnis kefarmasian ditempat kerjanya. Selain itu maksud diadakan Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah sebagai sarana pembanding antara teori
yang didapatkan dengan praktik yang dilakukan siswa ditempat yang menjadi objek
PRAKERIN.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas dan persiapan kelulusan
Siswa Siswi SMK Maestro Islamic School Banjarmasin, maka perlu dibekali ilmu
pegetahuan baik secara teoris maupun praktek kerja lapangan.
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Industri ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Siswa diharapkan mampu memahami pengelolaan sediaan faramasi dan
melakukan pelayanan kefarmasian dengan pendekatan pharmaceutical care
sehingga dapat menjadi tenaga teknis kefarmasian yang terampil.
2. Tujuan Khusus
Siswa diharapkan mampu :
a. Memahami dasar-dasar kefarmsasian
b. Menerapkan tata tertib kerja di laboratorium resep
c. Mendeskripsikan penggolongan obat
d. Memahami penggolongan obat PKRT dan alat kesehatan
e. Memahami dasar-dasar Farmakologi
f. Memahami dasar-dasar penyakit
g. Menerapkan swamedikasi
h. Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter dibawah
pengawasan apoteker
i. Menerapkan manajemen dan administrasi dibidang farmasi
j. Menerapkan akutansi dalam bidang farmasi
k. Menerapkan pembuatan sediaan obat bebas, bebas terbatas dan obat
keras, obat psikotropika
l. Menerapkan prinsip-prinsip preformulasi
m. Memahami teknik pembuatan sediaan obat, dalam skala kecil dalam
skala industry

2
n. Memahami pengujian sediaan obat, obat tradisional dan fitofarmaka
o. Membuat obat tradisional dan fitofarmaka
p. Menerapkan ilmu keseharan masyarakat

1.2 Istilah- Istilah

1. Apotek
Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasiaan,apotekadalah sarana pelayanan kefaramasian tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.
2. Apoteker
Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
3. Apoteker Pengelola Apotek
Menurut Permenkes No.992/Menkes/Per/X/1993, apoteker pengelola
apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA)
4. Tenaga Teknis Kefarmasian
Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Tenaga Teknis Kefarmasian,
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
5. Bahan Obat
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937 tahun
2011 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik, bahan
obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan
baku farmasi.
6. Batch
Batch adalah jumlah produk yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam
dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu.

3
7. FEFO
First Expired First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang
berdasarkan prioritas masa kadaluarsa obat tersebut Semakin dekat masa
kadaluarsa obat tersebut, maka semakin cepat menjadi prioritas untuk
digunakan.
8. FIFO
First In First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang tidak
mempunyai masa kadaluarsa. Prioritas penggunaan obat berdasarkan
waktu kedatangan obat.Semakin kedatangan obat tersebut, maka semakin
menjadi prioritas untuk digunakan.
9. Industri Farmasi
Menurut Permenkes RI No.l332/Menkes/per/X/2000, industri farmasi
adalah pabrik yang memproduksi obat yang dijual kepada pedagang lain
seperti PBF, Apotok, Toko Obat Berizin dan sebagainya. ,
10. Infus
Adalah sediaan cair yang digunakan dengan cara menyaring simplisia
nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit.
11. Kesehatan
Menurut UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik keadaan fisik, mental, spirit, spritual, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
12. Konseling
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Keefarmasian di apotek, konseling adalah suatu
proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien
untuk mengindentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
obat dan pengobatan.
13. Nomor Batch
Nomor Batch adalah penandaan yang terdiri dari angka huruf atau
gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu batch tersebut,

4
termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi.
14. Obat
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937 tahun
2011 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik, obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, peyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia
15. Obat Bebas
Berdasarkan menteri kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda
Khusus Untuk Obat Bebas dan Obat Bebas terbatas. Obat golongan ini
ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam.Obat bebas adalah obat yang boleh digunakaan tanpa resep dokter.
16. Obat Bebas Terbatas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983
tentang Tanda Khusus Untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Tanda
khusus obat bebas terbatas adalah lingkaran berwarna biru dengan garis
tepi berwarna hitam.Obat bebas terbatas masuk dalam daftar "W"singkatan
dari "Waarschuwing" yang artinya beri peringatan. Obat tersebut hanya
boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya.
17. Obat Keras
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/Vm/l 989
tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G adalah lingkaran berwarna
merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh
garis tepi. Obat keras atau daftar G menurut bahasa belanda "G" singkatan
dari "Gevaarlijk" artinya berbahaya.
18. Obat Tradisional
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

5
19. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di
apotek tanpa resep dokter
20. Prekursor Farmasi
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses
produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephed-
rine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau Potasium Per-
manganat.
21. Obat Narkotika
Menurut UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis
maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan.
22. Obat Psikotropika
Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
23. Pedagang Besar Farmasi
Menurut PP nomor 51 tahun 2009, pedagang besar farmasi adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
24. Pekerjaan Kefarmasian
Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
pekerjaan kefamasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

6
25. Perbekalan Kesehatan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/SK/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, perbekalan
kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
26. Resep
Adalah suatu permintaa tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan,
kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan bagi
penderita yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
27. Sediaan Farmasi
Menurut PP PJ No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefermaian, sediaan
farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan
kosmetika.
28. Suppositoria
Adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo,
dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
29. Tablet
Adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
30. Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau
lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan
lain
31. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar
salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut
dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut
32. Sirup
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam yang minimal
mengandung 50% sukrosa. Penambahan bahan obat atau sari tumbuhan

7
dapat merupakan komponen lainnya dari sirup.
33. Inhaler
Inhaler adalah suatu alat untuk penggunaan obat secara inhalasi. Inhalasi
menurut Farmakope Indonesia Edisi rv (FI TV) adalah sediaan obat atau
larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan
melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau
sistemik.
34. Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau ser-
buk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang
35. Alat Kesehatan
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan /atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
memnyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh
36. Tanggal Kadaluarsa I Expired Date
Tanggal Kadaluarsa / Expired Date adalah tanggal yang menyatakan
bahwa sebelum tanggal tersebut suatu batch mutu yang memenuhi
syarat.masih memenuhi spesifikasi standar
37. Tetes Mata
Adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata
yang digunakan dengan cara meneteskan obat padda selaput lender mata
sekitar kelopak mata dan bola mata.

8
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Apotek


Apotek Rahmat berdiri pada tahun 2003, yang terletak di jalan Zafri Zam-
Zam No. 11 RT 17 Banjarmastn.Awalnya Apotek Rahmat adalah sebuah toko
obat gerobakan yang didirikan oleh Bapak H.sunarto.Beberapa tahun kemudian,
toko obat gerobakan tersebut diubah menjadi sebuah apotek oleh bapak H.
sunarto.
Apotek Rahmat memiliki seorang apoteker yaitu Ibu Erna Prihandiwati
S.Farm.Apt. Beliau menjabat sebagai pengelola apotek sampai dengan tahun
2009.Kemudian barulah diganti dengan Ibu Mulia Suraya Purwanti S.Farm.Apt
yang merupakan anak dari Bapak H. Sunarto dan menduduki peran sebagai
apoteker hingga sekarang di Apotek Rahmat.
Mulai pada tahun 2016 Apotek Rahmat telah menjalin kerjasama dengan
Olah Raga Nasional Kontingen (KONI) dan Persatuam Gulat Seluruh Indonesia
( PGSI) dalam menyediakan perbekalan faimasi yang dibutuhkan.

2.2 Visi dan Misi


Visi: Menjadi unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang bermutu baik.
Misi :Menyediakan perbekalan farmasi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

9
2.3 Struktur Organisasi

Pemilik Apotek

H. Sunarto

Apteker Pengelola Apotek

Mulia Suraya Purwanti S.Farm Apt

Tenaga Kerja Kefarmasian : Non Tenaga Kerja


Kefarmasian :
1. Ayu Ramadhani
1. Evie Karina
2. M. Ridha Ansyari
2. Hamalatul Arsyi
3. M. Taufik Ridhoni
3. Rizka Maulani
4. Siti Asma
4. Tika Apriani
5. Suprayogo

6. M. Aditya Rahman

10
2.4 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalaan kesehatan (teoritis)

2.4.1 Obat bebas, bebas terbatas dan keras

a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Perencanaan obat di Apotek umunya dibuat untuk mengadakan dan
mencukupi persediaan obat di Apotek, sehingga dapat mencukupi
permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas.
Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun
kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah
terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien.
Perencanaan obat didasarkan atas beberapa faktor, antara lain :
1. Obat yang paling banyak dipakai.
2. Persediaan terakhir stok barang.
3. Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.
4. Berdasarkan musim dan cuaca
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan
kebutuhan obat ditiap unit pelayanan kesehatan adalah :
a. Metode konsumsi
Yaitu dengan menganalisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data
dan pengelolaan data, ana-lisa data untuk informasi dan evaluasi
dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat
b. Metode epidemologi
Yaitu dengan menganalisa kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit.Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah
penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus
berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian dengan

11
alokasi dana yang tersedia.
c. Metode campuran
Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.
b. Pengadaan
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan diApotek yang bertujuan agar tersediannya obat
dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan apotek dengan
mutu yang terjamin serta dapat di-peroleh pada saat yang diperlukan.
Menurut pedoman praktik apoteker tahun 2013 tentang standar
prosedur operasional pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu :
a). Memeriksa sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sudah habis atau
hampir melalui pengamatan dari kartu stok yang kemudian dicatat pada
buku defecta atau daftar obat habis.
b) Dilakukan pemesanan sediaan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan
kebiasaan datangnya PBF baik setiap minggu ataupun perbulan.
c) Menentukan sediaan farmasi yang akan dipesan.
d) Menulis blangko disurat pesanan (Dirjen Bina Kefarmasiaan dan IAI,
2013)
c. Penerimaan dan pemeriksaan barang
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan
yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit
pengelola dibawahnya. Barang yang diterima harus diperiksa oleh Tenaga
Kefarmasian atau petugas lain bila perlu disaksikan oleh petugas pembelian
dengan melakukan pemeriksaan seperti mencocokan surat pengiriman
barang dan faktur dengan barang-barang yang nyata-nyata dikirim, baik
terhadap nama barang, kemasan, jumlah serta pemeriksaan terhadap
kadaluarsa.
Pemeriksaan barang merupakan suatu tindakan yang bertujuan agar
obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh apotek (Depkses RI, 2004).

12
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-
obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.Tujuan penyimpanan
adalah agar obat yang tersedia diunit pelayanan kesehatan mutunya dapat
dipertahankan.
Penyimanan berarti mengelola barang yang ada dalam persediaan,
dengan maksud selalu dapat menjamin ketersediaannya bila sewaktu-
waktu dibutuhkan pasien, terjadi stock out atau over stock tempat
penyimpanan yakni gudang farmasi (Bogadenta,2012). Adapun maksud dan
tujuan penyimpanan .
1. Memelihara mutu obat.
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
3. Menjaga kelangsungan persediaan.
4. Memudahkan pencanan dan pengawasan.
5. Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan :


a. Penyimpanan < 25C (sejuk) : disimpan dalam ruangan ber-Air
Conditioner (AC).
b. Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8C).
c. Narkotika disimpan dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan
sesuai dengan ketentuan.
d. Barang mudah terbakar disimpan dalam gudang tahan api yang
dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.

Metode penyimpanan perbekalan farmasi antara lain sebagai berikut:


a. Berdasarkan bentuk dan sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet),
sediaan cair (sirup), serta alat-alat kesehatan harus dipisahkan sesuai sifat
fisika kimianya (ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan).
b. Menurut abjad dan alfabetis.
c. Menurut farmakoterapi

13
Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut:
a. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap
seperti aether, anaestheticus.
b. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan
sirup.
c. Dismpan bersama dengan zat pengering, penyerap lembab (kapur
tohor) seperti kapsul.
d. Disimpan pada suhu kamar (15-30C) untuk obat seperti tablet, kaplet
dan sirup.
e. Disimpan pada tempat sejuk (5-15C) untuk obat seperti salep mata
cream, ovula dan suppositoria.
f. Dismpan ditempat dingin (0-5C) seperti vaksin. (

g. Sistem first In First Out (FIFO, First Expire First Oat (FEFO) atau
kombinasi keduanya. Untuk sustem FIFO penyimpanan berdasarkan
pada obat yang pertama kali masuk, sedangkan system FEFO
berdasarkan pada obat yang punya Expire date terdekat (Depkes RI,
2008)

e. Pelaporan
Pelaporan dan pencatatan obat di Apotek merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik
obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan oleh
apotek.Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu
kegiatan yang telah dilakukan,sumber data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan.Selain itu, pencatatan stok
obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat,
sehingga mudab dimonitor (Depkes RI, 2008).

2.4.2 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika

1. Perencanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004,perencanaan
ada-lah proses pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang

14
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan dan
kelebihan obat. Tujuan perencanaan narkotika dan psikotropika adalah untuk
mendapatkan :
1. Perkiraan Jenis dan jumlah obat narkotika dan psikotropika yang sesuai
dengan kebutuhan.
2. Mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan narkotika
dan psikotropika.
3. Meningkatkan penggunaan sedian farmasi secara efektif dan efisien.

2. Pengadaan
Menurut Undang-undang No.5 tahun 1997 dan Undang-undangNo.35
tahun 2009, pemesanan atau pengadaan narkotika dan psikotropika harus
menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh apoteker kepada
PBF atau pabrik obat. Apotek melakukan pengadaan narkotika dan psikotropika
dengan melakukan beberapa prosedur, diantaranya:
1. Apotek melihat buku defecta.
2. APA membuat pesanan melalui SP narkotika atau SP psikotropika (untuk
narkotika rangkap 4, psikotropika model khusus rangkap 3).
3. Kemudian SP dikirim ke PBF.
4. Berdasarkan SO tersebut, PBF mengirimkan obat narkotika beserta faktur
ke apotek.
5. SP narkotika yang berwarna putih, kuning, dan biru untuk PBF dan 1
lembar salinan berwarna merah sebagai arsip.
Format SP narkotika atau psikotropika sesuai dengan peraturan perundang-
undangan wajib :
1. Asli dan dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 serta tidak dibenarkan
dalam bentuk faksimili dan fotocopy.
2. Ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan dilengkapi
dengan nama jelas dan Nomor Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA).
3. Mencantumkan nama dan alamat lengkap, nomor telepon/faksimili, nomor
izin dan stempel fasilitas distribusi.

15
4. Mencantumkan nama industri farmasi atau fasilitas distribusi pemasok
beserta alamat lengkap.
5. Mencantumkan nama narkotika dan psikotropika, jenis dan kekuatan
sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf.
6. Diberi nomor urut dan tanggal dengan penulisan yang jelas.
7. Dibuat terpisah dari SP obat lain (Umar 2007).

3. Penerimaan dan Pemeriksaan barang


Pada saat menerima barang, petugas memeriksa dan menerima fisikbarang dari
supplier atau PBF sesuai dengan SP dan fektur barang.Kemudian membuat tanda
terima barang di faktur (stempel dan tanda tangan) berdasarkan fisik barang yang
diterirna. Petugas pembelian memeriksa jumlah obat, nomor batch, sediaan obat,
nama barang, kondisi fisik obat, waktu kadaluarsa obat, dosis obat dan harga obat
sesuai dengan yang dipesan.

4. Penyimpanan
Narkotika yang berada di Apotek wajib disimpan secara khusus sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh MenKes dalam UU No.35 Tahun 2009
pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam
keputusan MenKes RI No.28/MenKes/per/1978 pasal 5 yaitu apotek harus
memiliki tempat khusus
Untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Hams mempunyai kunci ganda yang kuat
c. Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang berbeda.
Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua diguanakan un
tuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat tersebut berukuran 20x80x100 cm, maka lemari tersebut harus
dibuat pada tembok dan lantai.
e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

16
narkotika,
f. Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggug jawab atau pegawai lain
yang diberi kuasa.
g. Lemari khusus diletakkan ditempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh
umum.

Penyimpanan untuk obat-obatan golongan pskotropika sampai ini belum


diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropika
ini cenderung untuk disalah gunakan, maka disarankan agar menyimpan obat-
obatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah
dengan obat-obatan lain, tidak harus dikunci dan membuat kartu stok psikotropika
(Bo-gadenta,2012).

5. Pelaporan
Pelaporan obat narkotika 1 bulan sekali dan psikotropika 3 bulan
sekali.Laporan tersebut dikirimkan kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada :

a) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.


b) Kepala Badan POM setempat.
c) Arsip
Laporan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan
mencan-tumkan SIK (Surat Izin Kerja), SIA (Surat Izin Apotek), nama jelas
dan stempel apotek (DepKes RI, 1997).

2.4.3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa dan Barang Rusak


Kadaluarsa adalah obat yang telah melampui batas tanggal yang telah
ditentukan oleh suatu produsen dimana obat tersebut dapat dugunakan sebagai
obat untuk menyembuhkan dengan kadar 100%. Berdasarkan pasal 12 PerMenKes
No.922/MenKes/Per/X/1993, obat rusak atau kadaluarsa yang tidak dapat
digunakan lagi harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam dengan cara
lain yang telah ditetapkan. Obat rusak atau kadaluarsa dapat dimusnahkan dengan
cara dibuat berita acara. Berita acara dibuat 4 rangkap dan dikirim kepada :

17
1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
2) Kepala BPOM
3) Kepala Dinkes kabupaten/kota
4) Arsip apotek

Menurut UU RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, pemusnahan narkotika


dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada pelayanan kesehatan
dan untuk pengembangan ilmu kesehatan
4. Berkaitan dengan tindak pidanan

2.4.4 Pelayanan Resep dan Pelayanan Informasi Obat


Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah KepMenKes RI
Nomor 1027/MENKES/SK/2004 meliputi:

1. Pelayanan Resep
A. Skrining resep
1) Persyaratan administrasi, seperti nama, SIK dan alamat dokter, tanggal
penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian
yang jelas, informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkom-
patibilitas, cara dan lama pemberian.
3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
dosis, durasi, jumlah obat dan Iain-lain.
B. Penyiapan obat
1. Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencanpur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah.
2. Etiket harus jelas dan dapat dibaca

18
3. Kemasan obat yang diberikan harus rapatdan cocok sehingga terjaga
kualitasnya.
4. Penyerahan obat kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara jumlah obat dengan resep dan penyerahan
obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat kepada
pasien.
5. Apoteker memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, etis, dan bijaksana. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara peyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas yang harus dilakukan dan
dihindari serta ma-kanan dan minuman yang harus dihindari saat terapi.
6. Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan kepada
pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma, DLL).
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat (Depkes RI, 2006).
Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika
1) Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, wa-
laupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau sama sekali belum
dilayani.
2) Untuk narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut
hanya boleh dilayani oleh apotek yang memiliki resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan
iter pada resep yang mengandung narkotika (Depkes RI, 2006).

2. Pelayanan Informasi Obat


Kemenkes RI No. 1197 tahun 2004 mendefinisikan pelayanan obat (PIO), se-
bagai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan infor-
masi secara akurat, dan terkini baik kepada dokter, apoteker, perawat atau profesi
kesehatan lainnya dan pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien berupa

19
waktu penggunaan, lama penggunaan, cara penggunaan obat yang benar, efek
samping, cara penyimpanan obat, dan hal lain yang dianggap perlu.
Kegiatan yang dilakukan dalam PIO berupa :
1) Pemeberian informasi kepada pasien secara aktif maupun pasif melalui
surat, telepon, atau tatap muka.
2) Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster terkait informasi kesehatan.
3) Penyuluhan.

20
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan
Perencanaan di Apotek rahmat dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
yang bekerja sama dengan Tenaga Teknik Kefarmasian, jika ada obat dan
perbekalan kesehatan dengan jumlah yang sedikit atau hampir habis , maka di-
catat dalam buku defecta dengan berdasarkan hal-hal berikut:

1. Dengan melihat obat-obat apa saja yang stoknya menipis, biasanya setiap
hari ada pegawai khusus (Pegawai Non-TTK) yang betugas mengecek
persediaan obat.
2. Dengan melihat obat periode sebelumnya, untuk obat yang sering dibeli,
pemesanannya diperbanyak dan untuk obat yang jarang dibeli
pemesanannya dikurangi.
3. Epidemi, dengan melihat wabah penyakit yang melihat ditengah-tengah
masyarakat sekitar.
Perencanaan obat psikotropika dan narkotika di Apotek Rahmat dilakukan
setiap hari dengan melihat stok obatnya, sisa obat yang hampir habis akan
segera dipesan sesuai dengan kebutuhan Apotek Rahmat.

3..2 Pengadaan dan Penerimaan


Pengadaan dilakukan setiap hari dengan melakukan pengecekan terhadap
obat-obat dan perbekalan kesehatan yang hampir habis dan langsung dibuat Surat
Pesanan yang sudah ditandatangani oleh Apoteker dan serahkan langsung kepada
sales PBF atau bisa langsung menelpon PBF dan Surat Pesanannya bisa diberi-
kan saat barang datang.
Untuk Obat-obatan Tertentu dan obat golongan Prekursor mempunyai SP
tersendiri, baik SP OOT maupun prekursor sudah menyediakan jenis obat
tersendiri di SP nya sesuai dengan PBF nya. Pemesanan OOT dan Prekursor
tidak bisa dilakukan via telepon.SP harus diserahkan kepada salesman.
Pada SP Psikotropika, satu SP boleh untuk beberapa macam obat tetapi harus

21
dari distributor yang sama. Surat Pesanan psikotropika terdiri dari 3 lembar yaitu
masing-masing berwarna putih, merah dan biru. Sedangkan untuk SP narkotika
hanya boleh satu macam obat dalam satu SP. Surat Pesanan obat jenis
narkotika ditujukan kepada PBF kimia farma, karena hanya PBF tersebut yang
berwenang dalam pendistribusian obat-obat Narkotika. SP Narkotika terdiri
dari 4 lembar yaitu satu lembar berwarna putih, satu lembar berwama merah,
dua lembar berwama biru.SP tersebut harus diserahkan langsung kepada sales
pada saat pemesanan, tidak bisa diserahkan saat barang datang.
Dalam penerimaan barang, pada saat sales/pengantar barang datang
mengantarkan pesanan obat, maka Apoteker atau TTK akan mengecek kes-
esuaian obat dengan faktur obat meliputi:
1) Jumlah obat
2) Nomor batch
3) Sediaan obat
4) Nama barang
5) Kondisi fisik
6) Waktu kadaluarsa obatnya
Apabila sudah selesai melakukan pengecekan maka TTK/Apoteker akan
menandatatigani faktur, beserta menuliskan nomor Surat Lzin Apoteker/TTK
yang menerima barang dan memberikan stempel apotek.

3.3 Penyimpanan
Penyimpanaan obat di Apotek Rahmat berdasarkan bentuk sediaan obat, go-
longan obat, tingkat penjualan obat yang sangat laku terjual (fast moving) dan
alfabetis. Untuk alkes disimpan dalam rak khusus dibagian depan agar mudah
terlihat. Pengaturan obat pada rak etalase didasarkan atas system First In First
Out(FlFO), dimana barang yang pertama masuk maka barang tersebut terjual
terlebih dahulu dalam sistemFirst Expired First Out (FEFO), dimana barang
yang pertama Expired date akan dijual terlebih dahulu.
Untuk obat golongan Prekursor disimpan di rak tersendin dan disertai kartu
stok masing-masing agar pengeluaran obat terjaga.
Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika tersimpan sendiri dilemari

22
kayu dengan 2 pintu dan terkunci yang terletak diruangan bagian dalam
apotekdisertai dengan kartu stok masing-masing agar keamanannya lebih bisa
terjaga dengan baik sehingga penyimpanannya dipisah dengan obat-obat lain.
Penyimpanan resep di Apotek Rahmat selama 3 tahun untuk keperluan pasien
yang memerlukan obat mereka lagi maka dapat dilihat kembali datanya, apabila
lebih dari 3 tahun maka akan dilakukan pemusnahan dengan cara pembakaran
terlebih dahulu dibuat berita acaranya yang ditujukan kepada :
1) Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
2) Kepala Dinas Lesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin
3) Kepala Badan Besar POM Banjarmasin
4) Sebagai arsip apotek.
Pemusnahan setidaknya disaksikan sekurang-kurangnya 3 orang yang terdiri
dari 2 orang pihak apotek dan 1 orang dari DinKes .

3.4 Pelayanan Obat


Pelayanan obat di Apotek Rahmat ada 2 cara, yaitu:
1. Pelayanan obat berdasarkan resep dokter
Fasien datang membawa resep kemudian apoteker /TTK mengerjakan
resep tersebut sesuai dengan peraturan.
2. Pelayanan obat tanpa resep dokter
Pasien datang dan meminta obat yang diperlukannya, kemudian
apoteker/TTK akan memberikan obat yang diperlukan pasien (obat-obat
bebas, bebas terbatas dan OWA).

3.5Pelayanan Informasi Obat


Di Apotek Rahmat pasien yang telah menerima obat akan diberikan informasi
obat tentang khasiat, fungsi, aturan dan cara pemakaian, kegunaan dan efek samping
obat. Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh TTK di Apotek Rahmat dibawah
pengawasan apoteker.Pelayanan informasi obat dilakukan agar pasien dapat menge-
tahui dan menjalani pengobatan dengan benar dan patuh sehingga obat dapat bekerja
dengan baik dan memberikan efek yang diharapkan dan menghidari kesalahan dalam
konsumsi obatnya.

23
3.6 Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat golongan Narkotika dan Psikotropika di Apotek
Rahmat dilakukan oleh Apoteker yang dibantu oleh TTK.Pelaporan obat golongan
Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan perundangan yaitu, pelaporan obat golon-
gan narkotika dilakukan setiap 1 bulan sekali dan psikotropika dilakukan setiap 3 bu-
lan. Laporan terdiri dari 3 rangkap yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota
Ban-jarmasin dengan tembusan kepada :

1. Dinas Kesehatan Provinsi Banjarmasin Kalimantan Selatan


2. Balai POM Banjarmasin
3. Arsip bagi Apotek Rahmat

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannyapekerjaan kefarma-
sian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
2. Tugas dan fungsi apotek adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sa-
rana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran
dan penyerahan obat atau bahan obat atau sarana penyaluran perbekalan far-
masi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas
dan merata.
3. Pengelolaan obat di Apotek Rahmat Banjarmasin meliputi : perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, dan pelaporan.
4. Perencanaan di Apotek Rahmat dilakukan setiap hari dengan melihat stok
obat yang habis kemudian ditulis dibuku defecta.
5. Pengadaan di Apotek Rahmat dilakukan setiap hari dengan melakukan pen-
gecekan terhadap obat-obat dan perbekalan kesehatan yang hampir habis dan
akan langsung di buat surat pesanan yang sudah di tandatangani oleh
Apoteker dan di serahkan langsung kepada sales PBF atau bisa langsung
menelpon PBF.
6. Penerimaan barang di Apotek Rahmat dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga
Teknis Kefarmasian dengan memeriksa kesesuaian antara barang yang datang
dengan faktur.
7. Penyimpanan obat-obat di Apotek Rahmat berdasarkan bentuk sediaan, go-
longan obat, tingkat penjualan, alfabetis dan berdasarkan system FIFO dan
FEFO.
8. Pelayanan obat-obat di Apotek Rahmat ada 2 yaitu : pelayanan obat
berdasar-kan resep dokter dan pelayanan obat tanpa resep dokter.
9. pelaporan obat narkotika setiap 1 bulan sekali dan obat psikotropika
dilakukan 3 bulan sekali.

25
4.2 Saran
Saran saya setelah Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di Apotek Rahmat
adalah :
1. Perlu ditingkatkan lagi tentang pengawasan tanggal kadaluwarsa obat
2. Perlu diperbesar lagi ruangan dan meja peracikan obat agar pelaksanaan
pengerjaan resep jadi cepat
3. Perlu diperbesar lagi rak-rak obat agar obat tersusun sesuai abjad dan tidak
berantakan
4. Perlu ditambah/diperlengkap lagi jenis-jenis obatnya agar apotek rahmat
memiliki obat yang lengkap dan hal itu bertujuan agar terpenuhinya
pelayanan didalam masyarakat
5. Menambah fasilitas yang menunjang pekerjaan seorang tenaga kerja
kefarmasian
6. Perlu ditingkatkan lagi pengecekan stok obatnya agar obat-obat tidak
sempat habis jika ada pasien yang ingin membeli.

26
DAFTAR PUSTAKA

BUKU PANDUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN )


http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/pengertian-salep.html
http://nabiungkangkung.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-sirup.html
https://storiku.wordpress.com/2010/04/19/inhaler/

27
Lampiran 1 : Skema Alur Pemesanan Obat

Obat yang akan dipesan


dicatat dalam buku defekta

SP Narkotka yaitu : SP Psikotropika


- 3 Lembar yaitu :
untuk PBF - 2 Lembar
- 1 Lembar Dibuat surat pemesanan + untuk PBF
untuk tanda tangan apoteker - 1 Lembar
apotek untuk
sebagai Apoteker
arsip sebagai
arsip

SP diserahkan melalui
Sales PBF

28
Lampiran 2 :Alur Pelayanan

Alur pelayanan resep di Apotek Rahmat adalah sebagai berikut :

Resep Skrining Resep Cek Obat Harga Obat

Siapkan Obat
Skrining dan Copy Resep Pasien

Penyerahan Obat
dan Informasi Obat

Alur pelayanan tanpa resep di Apotek Rahmat adalah sebagai berikut :

Pasien TTK Pasien


( Mengambil Obat dan ( Membeli dan
Menyamaikan harga Obat ) Membayar Obat )

TTK
Kasir ( Pelayanan
Informasi Obat )

29
Lampiran 3 : Etiket Apotek Rahmat

30
Lampiran 4 : Copy Resep Apotek Rahmat

31
Lampiran 5 : Kwitansi Apotek Rahmat

32
Lampiran 6 : Kartu Stok Apotek Rahmat

33
Lampiran 7 : Surat Pesanan Obat Bebas

34
Lampiran 8 : Surat Pemesanan Narkotika Rangkap Pertama

35
Lampiran 9 : Rangkap Kedua

36
Lampiran 10 : Rangkap Ketiga

37
Lampiran 11 : Rangkap Keempat

38
Lampiran 12 : Surat Pemesanan Psikotropika Rangkap Pertama

39
Lampiran 13 : Rangkap Kedua

40
Lampiran 14 : Rangkap Ketiga

41
Lampiran 15 : Surat Pemesanan Obat Mengandung Prekursor

42
Lampiran 16 :Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

43
Lampiran 17 : Apotek Rahmat

44
Lampiran 18 :

Lampiran 19 :

45
Lampiran 20 :

Lampiran 21 :

46
Lampiran 22 :

Lampiran 23 :

47
Lampiran 24 :

Lampiran 25 :

48
Lampiran 26 :

Lampiran 27 :

49
Lampiran 28 :

Lampiran 29 :

50
Lampiran 30 :

51

Anda mungkin juga menyukai