Anda di halaman 1dari 3

MEMANDIKAN DAN MENSHALATKAN

..


) (

Dua orang yang matinya tidak dimandikan dan dishalati : Orang mati syahid dan bayi lahir keguguran yang
tidak bersuara (menjerit). Bayi yang lahir keguguran terbagi atas :

Saat ia lahir dengan mengeluarkan suara, menangis, atau tidak mengeluarkan suara tetapi ia minum air susu
atau melihat, atau bergerak-gerak layaknya pergerakan orang dewasa yang menunujukkan adanya kehidupan
pada dirinya, kemudian ia meninggal dunia maka ia dimandikan dan dishalatkan hal ini sesuai kesepakatan
ulama karena diyakini adanya kehidupan pada dirinya dan dalam sebuah hadits Bayi yang lahir mengeluarkan
suara maka berhak harta warisan dan dishalatkan

Tidak diyakini adanya kehidupan pada dirinya seperti saat kelahiran tidak bersuara, tidak melihat, tidak
menetek, maka perihalnya ditinjau terlebih dahulu sebagai berikut :

~ Bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada
batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati,
dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafiiyyah karena hokum
memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak
boleh dishalatkan.

~ Bila ia telah berusia 4 bulan keatas maka :

a. Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat
yang dijadikan madzhab.

b. Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi
boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab. [ Kifaayah al-Akhyaar I/160-161 ].

B. MEMBERI NAMA

Berkata pengikut-pengikut as-Syafii Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama.
Berkata al-Baghawi dan lainnya Disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran. [ Al-Majmuu
alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/435 ].

Telah kami sebutkan bahwa pengikut-pengikut Imam Syafii cenderung memilih kesunahan memberi nama
pada bayi yang lahir keguguran, semacam ini yang dipilih oleh Ibn Siriin, Qataadah dan al-Auzaai. [ Al-
Majmuu alaa Syarh al-Muhadzdzab VIII/448 ].



Redaksi dalam kitab al-Mughni Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan
disunahkan memberi nama pada bayi yang lahir keguguran. [ Tuhfah al-Muhtaaj 41/193 ].

Bila bayi lahir sebelum diberi nama maka sunah memberinya nama bahkan disunahkan memberi nama pada
bayi yang lahir keguguran, bila tidak diketahui jenis kelaminnya apakah ia lelaki atai pria maka diberi nama
yang pantas untuk keduanya seperti nama Kharijah, Thalhah dan Hindun. [ Mughni al-Muhtaaj IV/294 ].

1. Apabila bayi tersebut sudah memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, seperti bergerak atau menjerit setelah
bayi itu keluar atau tanda lainnya, meskipun umurnya kurang dari 4 bulan, maka hukumnya sebagaimana orang
dewasa, wajib dimandikan, dikafani disholati, lalu dimakamkan.

2. Sedangkan apabila bayi tersebut tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan, maka hukumnya dirinci :

Jika umur bayi tersebut sudah dimungkinkan hidup, karena usia kehamilan saat keguguran sudah mencapai
4 bulan atau lebih, yang berarti bayi tersebut sudah ditiup ruhnya, maka wajib dimandikan dan dikafani, dan
tidak wajib bahkan tidak boleh disholati. Sebagaimana diterangkan dalam hadits bahwa pada umur 4 bulan
kehamilan, ditiupkan ruh pada bayi ;




:



"Sesungguhnya setiap orang dari kalian dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam perut
ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi 'alaqah (zigot) selama itu pula kemudian menjadi
mudlghah (segumpal daging), selama itu pula kemudian Allah mengirim malaikat yang diperintahkan empat
ketetapan dan dikatakan kepadanya, tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya dan sengsara dan bahagianya lalu
ditiupkan RUH kepadanya." (Shohih Bukhori, no.3208 dan Shohih Muslim, no.2643)

Jika bayi tersebut belum dimungkinkan hidup, maka tidak diwajibkan untuk dimandikan, dikafani dan tidak
wajib (dan tidak boleh) disholati, namun disunatkan untuk dimandikan, dibungkus dengan kain, lalu dikubur.
Jika keluarnya hanya berupa gumpalan daging atau gumpalan darah, hanya disunatkan untuk menguburnya
saja tanpa dibungkus dengan kain.

Dalil mengenai rincian dari hukum diatas adalah beberapa hadits, diantaranya sabda Rosululloh shollallohu
'alaihi wasallam :




"Anak kecil (wajib) disholati" (Sunan Ibnu Majah, no.1507)
Berikut ini adalah tata cara memandikan jenazah menurut syariat Islam.
Tata Cara Memandikan Jenazah Menurut Syariat Islam
1. Dilaksanakan di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan
dan yang mengurusnya saja.
2. Mayat hendaknya diletakkan di tempat jenazah yang tinggi seperti dipan.
3. Jenazah dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
4. Jenazah didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya sambil
ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, kemudian dibersihkan dengan tangan
kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan.
5. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran si mayat.
Setelah itu, hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi
jenazah tersebut
6. Membersihkan semua kotoran dan najisnya.
7. Mewudhukan jenazah, setelah itu membasuh seluruh badannya.
8. Disunahkan membasuh jenazah sebanyak tiga sampai lima kali.
9. Air untuk memandikan jenazah sebaiknya dingin. Kecuali udara sangat dingin atau
terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh menggunakan air hangat

Tata Cara, Urutan dan Do'a Sholat Jenazah

1. "Ushalli alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin


makmuuman/imaaman lillaahi taaalaa.."
2. Takbir pertama
3. Surat "Al Fatihah."
4. Takbir kedua
5. "Allahumma Shalli Alaa Muhamad"
6. Takbir ketiga
7. "Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."
8. Takbir keempat
9. "Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa badahu
waghfirlanaa walahu.."
10. "Salam"

Anda mungkin juga menyukai