Anda di halaman 1dari 10

ORLI Vol. 45 No.

2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

Laporan Penelitian

Korelasi otitis media dengan temuan nasoendoskopi pada penderita


rinosinusitis akut
Ariel Anugrahani, Teti Madiadipoera, Arif Dermawan
Departemen Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung

ABSTRAK
Latar belakang: Rinosinusitis akut adalah inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang
berlangsung kurang dari 12 minggu. Adanya sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sumbatan
pada tuba Eustachius sehingga dapat terjadi gangguan ventilasi dan inflamasi yang dapat menimbulkan
otitis media. Tujuan: Melihat adanya hubungan hidung tersumbat, nasal edema, dan rinore pada pasien
rinosinusitis akut dengan otitis media. Metode: Penelitian dengan desain cross sectional study dan data
diambil secara deskriptif retrospektif dari rekam medis, di Poliklinik Rinologi Alergi Ilmu Kesehatan
THT-KL RSHS Bandung, dalam periode Januari 2013 - Juni 2014. Didapatkan jumlah sampel sebanyak
93 pasien yang terdiri dari 38 pasien dengan OMA, 27 pasien dengan OME, dan 28 pasien dengan OMSK,
dengan usia 1 sampai 79 tahun, berdasarkan derajat berat penyakit menurut Visual Analogue Scale
(VAS), gejala hidung berdasarkan Weeke, Davis dan Okuda, pemeriksaan nasoendoskopi berdasarkan
Lund-Kennedy. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis, chi square (p<0,05), dan analisis korelasi
Spearman. Hasil: Terdapat korelasi yang bermakna antara otitis media dengan temuan nasoendoskopi
yaitu edema mukosa dan rinore. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara peningkatan gejala obstruksi
hidung dan edema mukosa serta rinore pada temuan nasoendoskopi pada penderita rinosinusitis akut
dengan otitis media.

Kata kunci: rinosinusitis akut, nasoendoskopi, otitis media

ABSTRACT
Background: Acute rhinosinusitis is an inflammation of the nose and paranasal sinuses, which
going on less than 12 weeks. If the Eustachian tube obstruction occurs, there will be ventilation and
inflammatory disorders that can cause otitis media.rPurpose: This study aimed to find out the correlation
of nasal obstruction, nasal edema, and rhinorrhea in acute rhinosinusitis patients with otitis media.
Methods: The study was a cross sectional study which data were collected from retrospective descriptive
study based on medical record at Rhinology-Allergy Clinic of ORL-HNS Department, Dr. Hasan Sadikin
General Hospital, Bandung, from January 2013 to June 2014, involved 93 patients from 1 to 79 years
old. Data were analyzed by using the Kruskal-Wallis, chi square, and Spearman statistical test based
on anamnesis, severity of the disease using Visual Analogue Scale, nasal symptoms from Weeke, Davis
and Okuda, nasoendoscopy findings from Lund-Kennedy. Results: There was a significant correlation
between otitis media with mucosal edema and rhinorrhea from nasoendoscopy. Conclusion: There was
a correlation between the increased symptoms of nasal obstruction,mucosal edema, and rhinorrhea in
nasoendoscopy findings in patients with acute rhinosinusitis with the occurrence of otitis media.

Key words: acute rhinosinusitis, nasoendoscopy, otitis media

Korespondensi: Ariel Anugrahani, Departemen THT-KL UNPAD/RSHS. Jl. Pasteur 38, Bandung. Email
: dr.arielanugrahani@gmail.com

101
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

PENDAHULUAN infeksi bakteri telah ditentang oleh penelitian


Rinosinusitis merupakan inflamasi pada terbaru yang lebih menekankan pada
mukosa hidung dan sinus paranasal, ditandai mekanisme respon inflamasi. Selain faktor
dengan dua atau lebih gejala, dengan salah infeksi, tingginya prevalensi rinosinusitis
satu gejala harus mencakup hidung tersumbat, akut di antaranya juga dipengaruhi oleh
adanya sekret hidung, diikuti nyeri wajah kelembaban lingkungan, polusi udara, dan
atau gangguan penghidu. Pada pemeriksaan juga variasi struktur anatomi sinus paranasal.
nasoendoskopi didapatkan adanya sekret Sekarang ini banyak bukti yang mengarah
mukopurulen yang berasal dari meatus medius pada hipotesis mengenai inflamasi alergi
dan atau edema/obstruksi mukosa primer pada secara terus-menerus dan paparan asap
meatus medius, pada pemeriksaan Tomografi rokok terhadap timbulnya rinosinusitis akut
Komputer (TK) didapatkan perubahan melalui perubahan motilitas dan fungsi
mukosa pada kompleks osteomeatal dan atau silia.1,5,6 Diagnosis rinosinusitis akut terutama
sinus paranasal. Rinosinusitis dikategorikan dengan melihat pemeriksaan klinis. Lebih
akut apabila gejala yang timbul kurang dari dari 50% pasien dengan gejala rinosinusitis
12 minggu dan mengalami resolusi komplit.1 yang mengunjungi perawatan primer dokter,
kemungkinan tidak disebabkan oleh bakteri.
Di Indonesia, angka kejadian rinosinusitis
akut masih belum pasti. Data yang terdapat di Otitis media (OM) adalah peradangan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
2010, menyebutkan bahwa pada tahun 2009 tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid,
penyakit infeksi saluran nafas atas menduduki dan sel-sel mastoid. Patogenesis otitis media
peringkat pertama dalam 10 besar data berhubungan erat dengan tuba Eustachius.
penyakit pada pasien rawat jalan.2 Data dari Fungsi tuba Eustachius adalah sebagai
subbagian Rinologi Ilmu Kesehatan Telinga ventilasi atau pengatur keseimbangan antara
Hidung dan Tenggorok Bedah Kepala dan tekanan udara di dalam telinga tengah dan
Leher (THT-KL) Rumah Sakit Umum Pusat tekanan udara luar, pelindung terhadap sekret
Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo nasofaring ke telinga tengah, dan saluran
menunjukkan angka kejadian rinosinusitis sekret telinga tengah ke nasofaring. Bila
yang tinggi yaitu 69% dari 435 pasien rawat terjadi sumbatan tuba Eustachius, maka akan
jalan yang datang selama periode Januari- terjadi gangguan ventilasi. Tekanan udara di
Agustus 2005.3 Data di subbagian Rinologi- dalam telinga tengah menjadi negatif karena
Alergi Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan udara akan diabsorbsi oleh mukosa telinga
Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT- tengah. Akibatnya, cairan dari pembuluh darah
KL) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) kapiler dapat tertarik keluar memasuki telinga
pada tahun 2010 angka kejadian rinosinusitis tengah dan menyebabkan akumulasi cairan di
sebesar 44% dan pada tahun 2012 didapatkan telinga tengah. Cairan ini merupakan media
angka kunjungan pasien dengan rinosinusitis yang baik untuk pertumbuhan bakteri5,7,8-11
akut sebesar 17,89%.4 Keluhan dan gejala awal yang dirasakan
Rinosinusitis akut dipicu oleh penderita gangguan fungsi tuba Eustachius
penyumbatan ostium sinus, dimana fisiologi antara lain nyeri telinga, berdengung, rasa
sinus normalnya tergantung pada patensi dari penuh di telinga hingga vertigo. Hal tersebut
ostium sinus maupun mekanisme drainase menyebabkan rasa tidak nyaman dan dapat
mukosiliar. Terhambatnya drainase mukosiliar memengaruhi kualitas hidup penderita.
akan menyebabkan penumpukan lendir di Jika terjadi gangguan fungsi tuba, maka
rongga sinus. Pemahaman sebelumnya bahwa dapat berlanjut menjadi otitis media akut
rinosinusitis akut terutama disebabkan oleh (OMA), otitis media efusi (OME) dan otitis

102
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

media supuratif kronis (OMSK), atelektasis berdasarkan keluhan subjektif yang diderita
membran timpani, dan retraction pocket.6 pasien menurut EP3OS berupa rinore, hidung
Temuan terbaru beberapa studi pada anak-anak tersumbat, nyeri/rasa tertekan di wajah dan
dengan dan tanpa otitis media menunjukkan gangguan penghidu. Penggunaan Visual
kurangnya kemampuan tuba Eusthacius untuk Analogue Scale (VAS) terbukti relevan secara
menyamakan tekanan telinga tengah dan klinis dalam mengukur derajat berat tiap-tiap
udara luar. Gangguan fungsi tuba ditemukan gejala subjektif yang dirasakan pasien. Pasien
pada anak-anak penderita otitis media efusi diminta menilai berat atau ringannya keluhan
sebanyak 71,8% dan 51,8% pada dewasa.8-10 berdasarkan gambar dan dianalogikan ke
dalam skala 0 (tidak ada keluhan) sampai skala
Tujuan penelitian adalah untuk melihat
10 (keluhan sangat berat) dan dikelompokkan
adanya hubungan hidung tersumbat, nasal
menjadi 3 kelompok yaitu ringan (skala
edema, dan rinore dari temuan nasoendoskopi
0-3), sedang (skala 4-7), dan berat (skala
pada pasien rinosinusitis akut yang mengalami
>7).1,12 Pada penelitian ini, gejala telinga tidak
otitis media (OMA, OME, OMSK tipe aman
dikuantifikasi secara spesifik dikarenakan
aktif dengan eksaserbasi akut atau persistensi
subjek penelitian sudah dikelompokkan
otore yang berhubungan dengan rinosinusitis
sesuai dengan diagnosis OMA, OME, dan
akut rekuren).
OMSK yang pada saat itu sedang menderita
rinosinusitis akut.
METODE Penilaian berdasarkan skor
Penelitian dilakukan di poliklinik nasoendoskopi, dinilai ada tidaknya edema
Rinologi Alergi THT-KL RSHS/FKUP, mukosa dan sekret hidung berdasarkan
periode Januari 2013 Juni 2014. Subjek kriteria Lund dan Kennedy. Skor sekret terdiri
penelitian adalah semua pasien yang datang dari skor 0 (tidak didapatkan sekret hidung),
berobat ke poliklinik THT-KL RSHS dengan skor 1 (sekret encer dan bening), dan skor
pilek atau hidung tersumbat kurang dari 12 2 (sekret purulen dan kental). Skor edema
minggu. Sampel adalah pasien yang telah mukosa terdiri dari skor 0 (tidak didapatkan
terdiagnosis sebagai pasien rinosinusitis akut edema mukosa), skor 1 (edema mukosa
disertai adanya otitis media akut (OMA), ringan), dan skor 2 (edema mukosa berat).6
otitis media efusi (OME) dan otitis media
supuratif kronis (OMSK) dengan usia 1
HASIL
sampai 79 tahun.
Selama Januari 2013 Juni 2014,
Penelitian menggunakan desain cross
dilakukan penelitian terhadap 93 pasien
sectional. Jenis data adalah deskriptif
dengan rinosinusitis akut dari usia 1 sampai
retrospektif yang diambil dari rekam
79 tahun didapatkan 38 pasien dengan disertai
medis. Subjek penelitian adalah pasien
dengan OMA (40,8 %), 27 pasien dengan
yang didiagnosis rinosinusitis akut dengan
OME (29,03 %), dan 28 pasien dengan
hasil positif pada alat diagnostik THT dan
OMSK (30,17 %).
endoskopi rigid.
Tabel 1 menunjukkan bahwa laki-
Penelitian dilakukan pada 93 pasien
laki lebih banyak menderita otitis media
rinosinusitis akut yang bersamaan menderita
dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan
OMA, OME, OMSK tipe aman aktif (38
dari usia 1 sampai 79 tahun didapatkan lebih
pasien dengan OMA, 27 pasien dengan
banyak pasien dengan usia muda menderita
OME, dan 28 pasien OMSK). Penilaian
rinosinusitis akut yang mengalami otitis
derajat berat dari gejala rinosinusitis akut
media. Hal ini menunjukkan hasil yang
bermakna menurut uji Kruskal Wallis.
103
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

Tabel 1. Karakteristik subjek pada ketiga kelompok penelitian



Kelompok otitis media

Karakteristik OMA OME OMSK Nilai p*
(n=38) (n=27) (n=28)
Jenis kelamin 0,515
Laki-laki 20 (52,6%) 18 (66,7%) 17 (60,7%)
Perempuan 18 (47,4%) 9 (33,3%) 11 (39,3%)

Usia (tahun) < 0,001
Median 10,5 22 33
Rentang 2-62 1-62 10-79

*) nilai p untuk jenis kelamin berdasarkan uji chi square dan nilai p untuk usia berdasarkan uji Kruskal Wallis

Gambar 1. Distribusi penderita rinosinusitis akut dengan otitis media berdasarkan jenis kelamin

Tabel 2 menunjukkan, berdasarkan skala Dari tabel 3 didapatkan temuan


gangguan subjektif rinosinusitis akut menurut pemeriksaan dari nasoendoskopi rigid pada
visual analogue scale, keluhan pasien pasien rinosinusitis akut yang mengalami
terbanyak untuk gejala rinore yaitu derajat otitis media didapatkan hasil adanya edema
sedang sebanyak 19 orang (50%) pada OMA, mukosa dengan skala ukur berat pada pasien
derajat sedang sebanyak 18 orang (66,7%) otitis media akut sebanyak 25 orang dan
pada OME, derajat sedang pada OMSK pada otitis media efusi sebanyak 17 pasien.
sebanyak 14 orang (50%). Keluhan hidung Sedangkan pada otitis media supuratif kronis
tersumbat yaitu derajat sedang sebanyak 21 didapatkan nasal edema dengan skala ukur
orang (84%), keluhan rasa sakit/tertekan di derajat sedang. Berdasarkan uji chi square
wajah yaitu derajat ringan sebanyak 21 orang didapatkan korelasi bermakna (p<0,005)
(84%), sedangkan keluhan hidung penurunan antara edema mukosa dan dengan timbulnya
penciuman yaitu derajat ringan sebanyak otitis media serta korelasi yang tidak
21 orang (84%). Menurut uji chi square bermakna dengan uji chi square (p=0,083)
didapatkan hasil yang kurang bermakna. antara rinorea dengan dengan otitis media.

104
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

Tabel 2. Gambaran visual analogue scale terhadap otitis media

Otitis media
VAS Skala ukur OMA OME OMSK Nilai p
(n=38) (n=27) (n=28)
Rinore Ringan 15 (39,5%) 7 (25,9%) 12 (42,9%)
Sedang 19 (50%) 18 (66,7%) 14 (50%) 0,649
Berat 4 (10,5%) 2 (7,4%) 2(7,1%)

Hidung tersumbat Ringan 6 (15,8%) 5 (18,5%) 9 (32,1%)
Sedang 30 (78,9%) 19 (70,4%) 14 (50%) 0,160
Berat 2 (5,3%) 3 (11,1%) 5 (17,9%)

Nyeri wajah Ringan 18 (47,4%) 22 (81,5 %) 15 (53,6%)
Sedang 12 (31,6%) 3 (11,1%) 10 (35,7%) 0,053
Berat 8 (21,1%) 2 (7,4%) 3 (10,7%)

Penurunan penciuman Ringan 20 (68,4%) 16 (59,3%) 15 (53,6%)
Sedang 11 (28,9%) 10 (37%) 12 (42,9%) 0,812
Berat 1 (2,6%) 1 (3,7%) 1 (3,6%)

Gambar 2. Hubungan temuan nasoendoskopi edema mukosa dengan otitis media

Tabel 3. Hubungan temuan nasoendoskopi terhadap otitis media

Otitis media
Nasoendoskopi Skala ukur OMA OME OMSK Nilai p*
(n=38) (n=27) (n=28)

Edema mukosa Ringan 3 0 0
Sedang 10 10 18 0,006
Berat 25 17 7

Rinorea Ringan 6 0 1
Sedang 19 16 12 0,083
Berat 13 11 15

*) Berdasarkan Uji t

105
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

Tabel 4. Gambaran hasil gangguan pendengaran pada pasien dengan rinosinusitis akut dengan otitis
media

Hasil audiogram OMA OME OMSK


(n=38) (n=27) (n=28)

Normal 5 0 0
Tuli konduktif ringan 27 7 3
Tuli konduktif sedang 5 5 17
Tuli konduktif berat 1 10 5
Tuli konduktif sangat berat 0 2 0
Sensorineural ringan 0 2 1
Sensorineural sedang 0 1 2

Dari hasil pemeriksaan audiometri audiometri berdasarkan perhitungan koefisien


didapatkan hubungan yang bermakna korelasi Spearman dengan nilai p<0,05. Tanda
(p<0,001) tentang adanya hubungan tuli negatif menunjukkan semakin ke arah OMA,
konduktif pada pasien rinosinusitis akut keluhan semakin berat, sedangkan tanda
yang mengalami otitis media. Dari tabel 5 positif menunjukkan bahwa semakin ke arah
didapatkan adanya korelasi yang signifikan OMSK, gejala semakin berat.
antara edema mukosa, rinore, dan hasil

Gambar 3. Gambaran hasil gangguan pendengaran pada pasien rinosinusitis akut dengan otitis media

Tabel 5. Korelasi antara berbagai pengukuran dengan komplikasi (n=93)

Korelasi komplikasi Rs p
Edema mukosa -0,299 0,004
Rinore 0,205 0,0048
Audiometri 0,606 <0,001
VAS nyeri wajah -0,113 0,281
VAS penurunan penciuman 0,127 0,224
VAS rinore -0,028 0,789
VAS hidung tersumbat -0,036 0,733

Rs : koefisien korelasi Spearman bermakna jika p<0,05

106
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

DISKUSI gangguan fungsi tuba Eustachius rinosinusitis


Distribusi subjek penelitian,pasien akut didasari oleh kesamaan antara mukosa
rinosinusitis akut berdasarkan jenis kelamin, rongga hidung, nasofaring, tuba Eustachius,
terdiri dari 55 orang laki-laki (20 pasien dan telinga tengah, sehingga proses inflamasi
dengan OMA, 18 pasien dengan OME, 17 alergi di mukosa hidung dapat berlanjut ke
pasien dengan OMSK) dan 38 perempuan mukosa nasofaring dan tuba Eustachius.
(18 pasien dengan OMA, 9 pasien dengan Gangguan fungsi tuba merupakan salah satu
OME, dan 11 pasien dengan OMSK). faktor penyebab otitis media yang memiliki
Walaupun penyebabnya tidak diketahui, peranan penting dalam patogenesis terjadinya
namun hal tersebut berkebalikan dengan yang otitis media efusi. Gangguan fungsi tuba
diungkapkan pada EPO3S dimana prevalensi ditemukan 71,7% pada kelompok pasien
rinosinusitis akut ditemukan lebih tinggi pada dengan otitis media kronis dan hanya
wanita dibandingkan pria dengan rasio 6:4.1 didapatkan 34,9% yang normal. Otitis media
Penelitian lain di Kanada memperlihatkan efusi merupakan salah satu penyakit yang
rentang prevalensi sekitar 3,4% pada pria paling sering diderita anak-anak dan dan
dan 5,7 % pada wanita. Pada penelitian ini, banyak menghabiskan biaya pengobatan.
pasien rinosinusitis akut yang mengalami Pengobatan otitis media efusi di Amerika
otitis media lebih banyak terjadi pada laki-laki Serikat menghabiskan biaya lebih dari 4
dibandingkan pada wanita. milyar dolar dan di Inggris Raya sebanyak
27,8 juta dolar.13,14
Jumlah pasien rinosinusitis yang berobat
ke poliklinik subbagian Rinologi THT-KL Dalam sebuah studi di Brazil, sebanyak
FK Unpad/RSHS dari Januari 2013 - Juni 51 pasien berusia 3-55 tahun dengan
2014 ditemukan sebanyak 812 pasien yang OME menjalani perawatan bedah otologi,
terdiri dari penderita rinosinusitis akut dan kemudian dievaluasi untuk adanya rinitis
rinosinusitis kronik. Sebanyak 93 dari 812 alergi atau rinitis non-alergi dengan sindrom
pasien rinosinusitis akut menderita otitis eosinofil (NARES=non allergic rhinitis
media. Akan tetapi, penelitian ini belum dapat eosinophilic syndrome). Rinitis alergi dan
menggambarkan prevalensi yang sebenarnya NARES didiagnosis pada 33,3% dan 15,7%
karena sedikitnya jumlah sampel. pasien dengan otitis media kronis. Mereka
menyimpulkan ada hubungan antara rinitis
Pasien rinosinusitis akut yang mengalami alergi dan OME. Beberapa penelitian lain
otitis media di RSHS adalah pada rentang yang telah dilakukan menunjukan adanya
usia 1-79 tahun, dengan usia terbanyak 10-33 hubungan rinosinusitis akut (OMA) dan otitis
tahun. Kepustakaan lain mengatakan bahwa media efusi (OME), tetapi dilaporkan bahwa
angka kejadian otitis media biasanya terjadi kejadian otitis media efusi lebih sering terjadi
pada usia yang lebih muda terutama pada disebabkan adanya rinitis alergi.14,15
anak-anak usia 3-6 tahun dengan prevalensi
terbanyak pada usia 6-36 bulan yang dapat Pada penelitian ini, gejala yang dinilai
disebabkan oleh virus atau bakteri. Lokasi meliputi hidung tersumbat, hidung beringus,
primer patologi otitis media berada pada nyeri wajah, penurunan penciuman, dan total
tuba Eustachius yang mengalami disfungsi skor gejala hidung. Dari hasil penelitian
tuba. Penyebaran infeksi biasanya berasal dengan uji statistik chi square, didapatkan hasil
dari nasofaring ke telinga tengah yang yang tidak bermakna dimana nilai p>0,05.
mengalami tahapan oklusi tuba menjadi pre Tetapi, jika menggunakan uji linear dengan
supurasi lalu menjadi supurasi dan kemudian Spearman didapatkan hasil yang positif
mengalami resolusi atau komplikasi. 8,9 pada hidung tersumbat yang menunjukkan
Beberapa penelitian melaporkan mekanisme hubungan yang bermakna untuk terjadinya

107
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

otitis media. Hal ini juga didapatkan pada (jaringan parut, penebalan mukosa, polip,
penelitian dari Adoga dkk,14 yaitu sebanyak jaringan granulasi, atau timpanosklerosis),
141 pasien yang mengalami infeksi saluran terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau
napas bagian atas yang mengalami otitis osteomielitis persisten di mastoid, dan faktor
media, didapatkan gejala hidung terbanyak konstitusi dasar seperti alergi atau kelemahan
adalah hidung tersumbat (n=37) dan rinorea dari sistem pertahanan tubuh.17
(n=37). Keluhan lainnya berupa batuk (n=17),
Skor nasoendoskopi digunakan untuk
penurunan pendengaran (n=26), otalgia
menilai ada tidaknya edema mukosa dan
(n=18), dan tinitus (n=8).
sekret hidung berdasarkan kriteria Lund dan
Pada penelitian ini didapatkan penderita Kennedy. Hasil dari penelitian ini adalah
OMSK dengan rinosinusitis akut sebanyak 28 didapatkan hasil yang bermakna dimana
orang (30,17 %). Terjadinya OMA menjadi didapatkan hasil p<0,05 dari uji chi square
awal penyebab OMSK yang merupakan suatu dan koefisien korelasi Spearman. Hasil
invasi mukoperiosteum organisme virulen, penelitian ini dapat dijadikan suatu pedoman
terutama berasal dari nasofaring yang terdapat untuk melihat adanya hubungan rinosinusitis
paling banyak pada masa anak-anak. Selama akut dengan otitis media.
fase aktif, epitel mukosa mengalami perubahan
Dari hasil pemeriksaan audiometri
menjadi mukosa sekretorik dengan sel goblet
didapatkan hubungan yang bermakna
yang mengekskresi sekret yang mukopurulen
(p<0,001) tentang adanya hubungan tuli
atau mukoid. Adanya sekret persisten yang
konduktif pada pasien rinosinusitis akut
berlangsung lama akan menyebabkan mukosa
yang mengalami otitis media. Pemeriksaan
mengalami proses pembentukan jaringan
audiometri pada OME didapatkan hasil tuli
granulasi dan/atau polip yang menutupi
konduktif, dimana hantaran udara mengalami
membran timpani sehingga mengganggu
penurunan di bawah batas normal dengan
sistem drainase.16 Pada OMSK tipe aman aktif
adanya gap pada hantaran tulang dan udara.
dengan tuba Eustachius sering tersumbat oleh
Gangguan pendengaran (tuli konduktif)
edema, apakah merupakan fenomena primer
merupakan konsekuensi akibat terjadinya
atau sekunder yang masih belum diketahui
otitis media. Semua pasien OM pasti akan
secara pasti. Faktor yang menyebabkan
mengalami gangguan konduksi. Namun,
perforasi membran timpani menetap pada
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
OMSK antara lain infeksi yang menetap pada
pemeriksaan audiometri pada penderita
telinga tengah yang mengakibatkan produksi
rinosinusitis akut yang tidak mengalami OM
sekret telinga purulen berlanjut, adanya
untuk melihat apakah terdapat gangguan
obstruksi tuba Eustachius yang berkelanjutan,
pendengaran. Pada penelitian ini juga tidak
dan tidak terjadinya penutupan spontan
dilakukan anamnesis adanya rinitis alergi dan
karena terhambatnya mekanisme migrasi
uji cukit kulit pada saat pemeriksaan. Hal ini
epitel skuamous. Sedangkan faktor yang
dapat dijadikan sebagai saran untuk penelitian
menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah
selanjutnya untuk melihat hubungan gejala
supuratif menjadi kronik bisa majemuk antara
telinga dengan komorbid rinitis alergi dan
lain adanya gangguan fungsi tuba Eustachius
peran rinitis alergi pada rinosinusitis akut.
yang kronis atau berulang dikarenakan
adanya infeksi di hidung dan tenggorok yang Nemati dkk 18 dalam penelitiannya
kronis atau berulang, perforasi membran di Iran mengemukakan bahwa OMSK
timpani yang menetap, terjadinya metaplasia merupakan penyakit inflamasi persisten
skuamosa atau perubahan patologis menetap yang multifaktorial pada telinga tengah.
lainnya pada telinga tengah, obstruksi menetap Mekanisme patofisiologi yang berbeda, yang
terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid menghubungkan rinitis alergi dan OMSK tetap

108
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

berkembang. Dari hasil penelitian didapatkan


prevalensi yang tinggi dari rinitis kronik 6. Lund VJ, Kennedy DW. Staging for
(alergi dan non alergi) yaitu ditemukan gejala rhinosinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg.
1997; 117(3 Pt 2):S35-40.
rinore anterior, obstruksi atau kongesti nasal,
bersin, terutama hidung gatal paroksismal, 7. Krouse HJ, Derebery MJ, Chadwick SJ. Otitis
post nasal drip, pembengkakan pada konka media: background and science. In managing
secara signifikan pada pasien OMSK, dan in allegic patient, ed 1st. USA: Elsevier.
prevalensi dari rinitis alergi telah dibuktikan 2008:175-190.
dengan adanya hasil yang positif dari tes 8. Leibovitz E. Acute otitis media in pediatric
cungkit kulit. medicine: current issues in epidemiology,
diagnosis, and management. Peadiatr Drugs.
Disimpulkan bahwa terdapat 2003;5(suppl 1):1-12.
korelasi yang bermakna dari hasil temuan
nasoendoskopi pada pasien rinosinusitis akut 9. Ilechukwu GC, Ilechukwu CGA, Ubesie AC,
yaitu adanya nasal edema dan rinorea yang Ojinnaka CN, Emechebe GO, Iloh KK. Otitis
berhubungan dengan terjadinya sumbatan Media in Children: Review Article. Open
Journal of Pediatrics. 2014; 4:47-53.
pada tuba Eustachius dan terjadinya otitis
media. 10. Dhingra, PL. Eustachian tube and its disorder.
Diseases of ear, nose, and throat. Fourth
Edition. Elsevier. 2007. India. 56-60.
DAFTAR PUSTAKA 11. Azimi G, Amiri S, Divanbeigi A. Eusthacian
1. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert tube function in repeated upper respiratory
C, Alobid C, Baroody F, et al. EPOS 2012: tract infections. Australian journal of basic
European position paper on rhinosinusitis and applied sciences. 2011; 5(11):943-945.
and nasal polyps 2012. A summary for
otorhinolaryngologists. Rhinology. 2012; 12. Ciprandi G, Mora F, Cassano M, Gallina
50(1):1-12. AM, Mora R. Visual analog scale (VAS)
and nasal obstruction in persistent allergic
2. Rosita R, Soepardi J. Profil Kesehatan rhinitis. Otolaryngol Head Neck Surg. 2009;
Indonesia 2009. Jakarta: Kementrian 141(4):527-9.
Kesehatan RI, 2010; 33.
13. Straetemans M, Heerbeek N, Schilder AG,
3. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Feuth T, Rijkers GT, Zielhuis GA. Eustachian
Paranasal dan Sinusitis, Dalam :Buku Ajar tube function before recurrence of otitis media
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan with effusion. Arch Otolaryngol Head Neck
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Surg. 2005; 131(2): 118- 123.
Balai Penerbit FK UI ; 2009.
14. Adoga AA, Nimkur TL. Acute otitis media
4. B u r h a n u d d i n A . K a d a r I L - 8 s e k r e t complicating upper respiratory tract infection
hidung sebagai indikator efektifitas terapi : knowledge and treatment outcomes in health
klaritromisin pada rhinosinusitis kronik professionals. Journal of Medicine in the
disertai alergi. Tesis. Bandung : Bagian Tropics. 2013; 15(2):135-9.
THT-KL FK UNPAD-RSHS dan Program
Pendidikan Magister ; 2011 15. Al Anazy FH. The role of nasal allergy in
otitis media with effusion. Bahrain Medical
5. Hartanto WW, Madiadipoera T. Otitis Bulletin. 2011; 33(1):1-5.
media sebagai komorbid rinitis alergi di
bagian THT-KL RSHS Bandung periode 1 16. Kenna MA, Larz AD. Otitis media and
Januari 31 Desember 2008. Disampaikan middle ear effusion, In Bailey BJ, Johnson
pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Otology 4, JT, Newlands SD, Editors. Head and Neck
Palembang, 2009. Surgery-Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia,
USA. Lippincott Williams & Wilkins. 2006;
1:1265-75.

109
ORLI Vol. 45 No. 2 Tahun 2015 Otitis media pada rinosinusitis akut

17. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab 18. Nemati S, Ebrahim N, Kazemnejad E,
OMSK dan kepekaan terhadap beberapa Aghajanpour M, Abdollahi O. Middle ear
antibiotika di bagian THT FK USU/RSUP exploration results in suspected otosclerosis
H. Adam Malik Medan. Tesis. Medan: cases: are ossicular and footplate area
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; anomalies rare? Iranian Journal of
2003. Otorhinolaryngology. 2015; 25(72):155-
160.

110

Anda mungkin juga menyukai