Lap UTR Film2
Lap UTR Film2
Disusun Oleh :
Nama : Rahmat Satyawan
NIM : 021400408
Prodi : Elektronika Instrumentasi
Jurusan : Teknofisika Nuklir
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat membuat kurva penyinaran dari bahan yang telah ditentukan(besi).
2. Praktikan dapat menentukan teknik radiografi yang digunakan sesuai bahan
(pipa=DWDI).
3. Praktikan dapat melakukan preparasi kondisi film sebelum dilakukan radiograf
(loading film).
4. Praktikan dapat melakukan radiografi film sesuai kebutuhan.
5. Praktikan mampu melakukan proteksi daerah radiasi selama proses radiografi
berlangsung.
6. Praktikan mampu melakukan proses pemrosesan film.
7. Praktikan mampu melakukan penilaian dari hasil pemrosesan film untuk diketahui
karakteristik dari bahan uji.
C. DASAR TEORI
1. Kurva Penyinaran
Kurva penyinaran (exposure chart) adalah kurva yang menghubungkan antara
ketebalan material dengan penyinaran (exposure) untuk energi radiasi tertentu. Kurva
penyinaran berguna untuk menentukan waktu penyinaran radiografi material dengan
ketebalan tertentu. Kurva penyinaran dibuat pada kondisi tertentu, antara lain :
- KV atau energi
- SFD (source to film distance)
- Jenis film
- Kondisi pemrosesan (jenis developer, temperatur, waktu)
- Densitas.
2. Teknik Radiografi (DWDI)
Pemilihan teknik radiografi bergantung pada geometri benda uji. Untuk meradiografi
pipa besi las dengan diameter nominal kurang atau sama dengan 3,5 in dapat diterapkan
teknik double wall double image (DWDI). Teknik ini terdiri atas dua macam yaitu teknik
ellip, dan teknik superimpose yang hanya dilakukan sebagai altermatif. Sketsa teknik
ellip secara sederhana ditunjukkan pada gambar berikut.
SF SFDel
D ip
Teknik elip dilakukan dengan meletakkan sumber radiasi membentuk sudut tertentu
terhadap bidang normal las sehingga gambar kedua bagian dinding benda uji (source
side dan film side) berbentuk elip. Pembentukan sudut pada teknik elip dapat dilakukan
dengan menggeser sumber radiasi dari bidang normalnya sejauh P, yang ditentukan
dengan persamaan empiris berikut
P = 1/5 SFD + 2 L
dimana :
L : lebar lasan
SFD : SFD normal.
3. Loading Film
Film radiografi sangat peka terhadap cahaya, karena itu untuk menghindari fog akibat
paparan cahaya maka semua kegiatan yang mengharuskan film terbuka dilakukan di
dalam ruang gelap, yaitu ruangan dimana cahaya dapat dikendalikan. Kegiatan tersebut
mencakup memuat film ke kaset (loading), membongkar film dari dalam kaset
(unloading) dan pemrosesan film.
4. Radiografi Sinar X
Persyaratan umum untuk pembangkitan sinar-x adalah terdapat sumber elektron,
peralatan pemercepat elektron berkecepatan tinggi, dan target untuk menerima tumbukan
dari elektron.
Sinar x dihasilkan bila elektron bebas berkecepatan tinggi berinteraksi dengan orbit
elektron atau inti atom dan menyerahkan beberapa energinya. Kecepatan elektron lebih
tinggi menghasilkan energi sinar x lebih besar. Energi elektron berkecepatan tinggi selain
dirubah dalam bentuk sinar-x, yaitu bremstrahlung dan sinar-x karakteristik, sebagian
besar dirubah dalam bentuk panas.
5. Pemrosesan Film
Pemrosesan film merupakan tahapan dalam radiografi yang memiliki peranan penting
dimana dalam tahap ini gambar laten dirubah menjadi gambar tampak. Kesalahan dalam
tahap ini akan menghasilkan cacat film yang berpotensi menimbulkan kerancuan dengan
cacat material dalam interpretasi film apabila tidak dikenali dengan baik.
6. Kualitas Film
Film hasil radiografi akan memiliki kualitas gambar yang baik dan dapat mengungkap
diskontinuitas dengan baik pula apabila memenuhi empat syarat yaitu densitas cukup,
distorsi minimal, kontras tinggi, dan definisi tajam.
D. LANGKAH KERJA
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan
Persiapan sebelum dilakukan penyinaran yaitu dengan melakukan pengukuran
dimensi dan tebal benda uji, dan menghitung / menentukan:
- Teknik penyinaran yang digunakan
- Tentukan Tegangan kerja pesawat yang akan digunakan.
- Jarak Sumber ke film SFD (lihat lampiran 1, cara perhitungan).
- Penetrameter dan shim yang digunakan
- Penetrameter yang digunakan sesuai dengan standard yang digunakan. Jenis
penetrameter standard yang disediakan untuk praktek radiografi, yaitu ASTM
kawat dan ASTM plat , DIN.
- Penempatan penetrameter ada 2 cara, ke arah sumber radiasi ( Source side) dan
didekat dengan film (film side). Penempatan penetrameter disesuikan dengan
ketentuan teknik penyinaran yang digunakan.
- Pemilihan penetrameter sesuai dengan lampiran tabel 1
Catatan
SFD : Jarak Sumber Film
TL : Tebal lasan
- Dilakukan set-up specimen, pemasangan penetrameter, kode film sesuai
ketentuan
c. Setelah Penyinaran
- Survey kedalam ruangan dengan menggunakan surveymeter untuk memastikan
tidak terdapat radiasi.
- Ambil specimen dan film.
- Matikan lampu tanda bahaya ( lampu tanda bahaya yang terhubung dengan
control panel akan mati secara otomatis setelah timer penyinaran dicapai). Lepas
tanda-tanda radiasi (rambu) serta peralatan lainnya.
- Baca dosimeter saku dan baca penunjukkannya.(catat dan bandingkan dengan
bacaan sebelum penyinaran).
- Matikan surveymeter.
2. Pembacaan Film
- Siapkan viewer dan densitometer.
- Nyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.
- Pasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan
radiograp.
- Amati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak
dalam radiograp.
- Dengan densitometer, ukur densitas pada las disekitar kawat terkecil yang
nampak sebagai densitas penetrameter (Dp).
- Ukur densitas bada base material (diluar las dalam bayangan benda uji)
sebagai densitas material.
- Ukur densitas pada las (kira-kira 1 cm diatas dan dibawah sumbu) pada
kondisi paling terang dan paling gelap, biasanya 3 pengukuran, sebagai
densitas las yang mempunyai harga densitas minimum (Dmin) dan harga
densitas maksimum (Dmaks).
- Amati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya.
- Bila pengamatan sudah selesai, Matikan densitometer, dan matikan viewer.
- Rapi dan bersihkan ruang baca film tersebut.
E. Hasil Paktikum
DATA PRAKTIKUM RADIOGRAFI
X-Ray
LORA
X-Ray : D
m
Arus : 5 A
m
Focal Spot : 2 m
SFD
Bahan : Pipa Elips : 617,98 mm
Ukuran 61,70 cm
m
Bagian Luar OD : 60,30 m
m 0,904724
RE : 4,90 m Peni : 4 Inchi(2l)
OD+R m Kelompo
E : 65,20 m k : B (0.020)
Lebar m
Las : 14,00 m Kawat Muncul : 3 Kawat
Bagian m
Dalam ID 42,34 m
m
Tebal 2 Las 22,86 m
m
Tebal 1 Las 11,43 m Waktu
Log
Y : 1,756425
57,07225
Mencari kV : A x BX Y : 1 mA/Menit
Wakt
A : 75,00 u : 11,41445 Menit
Wakt
u
B : 4,50 Prakt : 11 Menit
kV : 177,87 kV
kV Mencari
Prak : 180,00 kV Pergeseran :
Sudut
UG
Mencari SFD Max : 0,50 P : 148,00 mm
SFD m
Minimum Min : 326,00 m 14,80 cm
SFD m
Prak : 600,00 m
Film
Jenis : AGFA D7
Screen depan : 0.125 mm (Pb)
Screen belakang : 0.125 mm (Pb)
Pembacaan Film
Densitas Material : 4.82
Densitas Las Min : 2.52
Densitas Las Max : 3.54
Densitas Penny : 2.75
Proteksi Radiasi
Laju Paparan
Depan Pintu : 60 mSv
Operator : 1.35 mSv
Depan Ruangan : 0.30 mSv
Belakang Ruangan : 0.22 mSv
Pembacaan Radiograph
Perhitungan densitas dan sensitifitas
Densitas Material : 4.82
Densitas Las Min : 2.52
Densitas Las Max : 3.54
Densitas Penny : 2.75
VD Maksimum
Dlasmax D penny
VD Max = x 100
D Penny
4.032.95
VD Max = x 100
2.95
VD Maks=0.278 x 100
VD Maks=28 30 , maka diterima
VD Minimal
D lasmin D penny
VD Min = x 100
D Penny
2.522.75
VD Min = x 100
2.75
VD Min =0.0 8 x 100
VD Min =8 15 , maka diterima
F. PEMBAHASAN
Praktikum radiografi yang dilakukan pada tanggal 5 April 2017 menggunakan
spesimen pipa dengan teknik penyinaran yaitu DWDI (Double Wall Dpuble Image).
Persiapan yang dilakukan sebelum penyinaran, yaitu penentuan SFD, jenis penetrameter,
tegangan kerja dan lamanya waktu penyinaran. SFD yang digunakan adalah 600 mm.
Tegangan kerja yang digunakan dalam penyinaran yaitu 180 kV dengan lama penyinaran
yaitu 11 menit. Pada penentuan penetrameter dengan menggunakan rentang pada tabel
sehingga menghasilkan no IQI kawat yaitu 8, kemudian termasuk penetrameter kawat set B
yang dipasang pada posisi source side, dan kawat yang diharapkan untuk muncul sebanyak 3.
Jika parameter diatas sudah benar, kemudian dilakukan loading film. Proses loading
film dilakukan di ruang gelap agar film tidak rusak karena terkena cahaya. Film diletakkan di
antara dua screen timbal (Pb) dengan ketebalan masing-masing screen adalah 0,125 mm.
Fungsi dari screen Pb bagian atas adalah untuk mengintensifikasi penyinaran. Sedangkan
screen bagian bawah adalah untuk menahan adanya raddiasi hambur. Setelah itu, film
dimasukkan ke dalam kaset, pertama pada kaset kecil kemudian ujungnya dilipat dan
dimasukan kekaset besar dan di solasi agar tidak tembus cahaya yang dapet merusak
film.Selanjutnya dilakukan penyinaran dengan menggunakan pesawat sinar X Merk Lorad
dengan ketentuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sebelum penyinaran dimulai,
dilakukan pemasangan tanda radiasi untuk daerah radiasi bagi pekerja radiasi. Selama
penyinaran juga dilakukan pengukuran dosis paparan di beberapa titik untuk mengetahui
kebocoran pesawat sinar X yang mungkin terjadi.
Setelah dilakukan penyinaran, kemudian lanjut ke proses pencucian film. Film
radiografi dikeluarkan dari kaset dan dilakukan pencelupan ke dalam 4 jenis larutan yaitu
larutan developer, stop bath, fixer, dan washer. Dan penentuan lamanya proses ditentukan
dari suhu pada larutan tersebut, yaitu sebesar 80 F kemudian dibaca dalam grafik. Sehinggan
pada larutan developer waktunya 2 menit 30 detik, dilanjutkan ke dalam stopbath selama 1
menit 15 detik, kemudian ke dalam larutan fixer selama 5 menit dan terakhir dilakukan
pencucian dengan washer air selama 2 menit. Fungsi dari pencelupan ke dalam larutan
developer adalah untuk proses pengembangan film. Selanjutnya proses pengembangan
dihentikan di stopbath dan dilanjutkan dengan penetapan bayangan pada film oleh larutan
fixer. Pencucian fillm dari ketiga larutan sebelumnya dilakukan oleh washer yang dalam hal
ini digunakan air. Selanjutnya film dikeringkan di dalam lemari pengering.
Film yang telah kering selanjutnya dilakukan pengukuran densitas dengan
densitometer. Dari hasil pembacaan itu, diperoleh densitas pada plat yaitu :
Densitas Material : 4.82
Densitas Las Min : 2.52
Densitas Las Max : 3.54
Densitas Penny : 2.75
Karena hasil ini memenuhi variasi densitas yang diijinkan, sehingga film dapat
diterima. Selanjutnya dilakukan pembacaan film dengan menggunakan viewer untuk melihat
cacat yang ada. Selain itu dapat dilihat pula kawat penetrameter yang muncul dalam film.
Dari hasil pembacaan, diketahui bahwa kawat penny yang muncul berjumlah 4 kawat yang
sesuai gambar yang ditampilkan. Hal ini sudah sesuai parameter yang ditentukan sebelumnya
bahwa kawat yang akan muncul 3 buah.
Dari hasil pengamatan terdapat beberapa cacat pada lasan dan perlu dilakukan
intrepetasi lanjut untuk mengetahui berbagai variasi cacat pada lasan.
G. KESIMPULAN
1. Teknik penyinaran yang digunakan pada percobaan untuk pipa praktikum kali ini
adalah Double Wall Double Image (DWDI).
2. Sesuai perhitungan sebelum melakukan penyinaran didapatkan :
- Jenis penetrameter yaitu pada ASTM set B terlihat 3 garis.
- Tegangan kerja yang digunakan adalah 180 kV.
- Waktu penyinaran yaitu 11 menit.
- Proses pencucian film dilakukan setelah proses penyinaran selesai dan dicelupkan
ke developer, stopbath, fixer, dan washer sesuai dengan data dan perhitungan
yang telah dilakukan.
- Dari Pembacaan film didapatkan :
Densitas Material : 4.82
Densitas Las Min : 2.52
Densitas Las Max : 3.54
Densitas Penny : 2.75
H. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Teknik Radiografi. Yogyakarta :
STTN-BATAN