Lap UTR Film3
Lap UTR Film3
Disusun Oleh :
Nama : Rahmat Satyawan
NIM : 021400408
Prodi : Elektronika Instrumentasi
Jurusan : Teknofisika Nuklir
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat membuat kurva penyinaran dari bahan yang telah ditentukan(besi).
2. Praktikan dapat menentukan teknik radiografi yang digunakan sesuai bahan
(pipa=DWDI).
3. Praktikan dapat melakukan preparasi kondisi film sebelum dilakukan radiograf
(loading film).
4. Praktikan dapat melakukan radiografi film sesuai kebutuhan.
5. Praktikan mampu melakukan proteksi daerah radiasi selama proses radiografi
berlangsung.
6. Praktikan mampu melakukan proses pemrosesan film.
7. Praktikan mampu melakukan penilaian dari hasil pemrosesan film untuk diketahui
karakteristik dari bahan uji.
C. DASAR TEORI
1. Kurva Penyinaran
Kurva penyinaran (exposure chart) adalah kurva yang menghubungkan antara
ketebalan material dengan penyinaran (exposure) untuk energi radiasi tertentu. Kurva
penyinaran berguna untuk menentukan waktu penyinaran radiografi material dengan
ketebalan tertentu. Kurva penyinaran dibuat pada kondisi tertentu, antara lain :
- KV atau energi
- SFD (source to film distance)
- Jenis film
- Kondisi pemrosesan (jenis developer, temperatur, waktu)
- Densitas.
2. Teknik Radiografi (DWDI)
Pemilihan teknik radiografi bergantung pada geometri benda uji. Untuk meradiografi
pipa besi las dengan diameter nominal kurang atau sama dengan 3,5 in dapat diterapkan
teknik double wall double image (DWDI). Teknik ini terdiri atas dua macam yaitu teknik
ellip, dan teknik superimpose yang hanya dilakukan sebagai altermatif. Sketsa teknik
ellip secara sederhana ditunjukkan pada gambar berikut.
SF SFDel
D ip
Teknik elip dilakukan dengan meletakkan sumber radiasi membentuk sudut tertentu
terhadap bidang normal las sehingga gambar kedua bagian dinding benda uji (source
side dan film side) berbentuk elip. Pembentukan sudut pada teknik elip dapat dilakukan
dengan menggeser sumber radiasi dari bidang normalnya sejauh P, yang ditentukan
dengan persamaan empiris berikut
P = 1/5 SFD + 2 L
dimana :
L : lebar lasan
SFD : SFD normal.
3. Loading Film
Film radiografi sangat peka terhadap cahaya, karena itu untuk menghindari fog akibat
paparan cahaya maka semua kegiatan yang mengharuskan film terbuka dilakukan di
dalam ruang gelap, yaitu ruangan dimana cahaya dapat dikendalikan. Kegiatan tersebut
mencakup memuat film ke kaset (loading), membongkar film dari dalam kaset
(unloading) dan pemrosesan film.
4. Radiografi Sinar X
Persyaratan umum untuk pembangkitan sinar-x adalah terdapat sumber elektron,
peralatan pemercepat elektron berkecepatan tinggi, dan target untuk menerima tumbukan
dari elektron.
Sinar x dihasilkan bila elektron bebas berkecepatan tinggi berinteraksi dengan orbit
elektron atau inti atom dan menyerahkan beberapa energinya. Kecepatan elektron lebih
tinggi menghasilkan energi sinar x lebih besar. Energi elektron berkecepatan tinggi selain
dirubah dalam bentuk sinar-x, yaitu bremstrahlung dan sinar-x karakteristik, sebagian
besar dirubah dalam bentuk panas.
5. Pemrosesan Film
Pemrosesan film merupakan tahapan dalam radiografi yang memiliki peranan penting
dimana dalam tahap ini gambar laten dirubah menjadi gambar tampak. Kesalahan dalam
tahap ini akan menghasilkan cacat film yang berpotensi menimbulkan kerancuan dengan
cacat material dalam interpretasi film apabila tidak dikenali dengan baik.
6. Kualitas Film
Film hasil radiografi akan memiliki kualitas gambar yang baik dan dapat mengungkap
diskontinuitas dengan baik pula apabila memenuhi empat syarat yaitu densitas cukup,
distorsi minimal, kontras tinggi, dan definisi tajam.
D. LANGKAH KERJA
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan
Persiapan sebelum dilakukan penyinaran yaitu dengan melakukan pengukuran
dimensi dan tebal benda uji, dan menghitung / menentukan:
- Teknik penyinaran yang digunakan
- Tentukan Tegangan kerja pesawat yang akan digunakan.
- Jarak Sumber ke film SFD (lihat lampiran 1, cara perhitungan).
- Penetrameter dan shim yang digunakan
- Penetrameter yang digunakan sesuai dengan standard yang digunakan. Jenis
penetrameter standard yang disediakan untuk praktek radiografi, yaitu ASTM
kawat dan ASTM plat , DIN.
- Penempatan penetrameter ada 2 cara, ke arah sumber radiasi ( Source side) dan
didekat dengan film (film side). Penempatan penetrameter disesuikan dengan
ketentuan teknik penyinaran yang digunakan.
- Pemilihan penetrameter sesuai dengan lampiran tabel 1
Catatan
SFD : Jarak Sumber Film
TL : Tebal lasan
- Dilakukan set-up specimen, pemasangan penetrameter, kode film sesuai
ketentuan
c. Setelah Penyinaran
- Survey kedalam ruangan dengan menggunakan surveymeter untuk memastikan
tidak terdapat radiasi.
- Ambil specimen dan film.
- Matikan lampu tanda bahaya ( lampu tanda bahaya yang terhubung dengan
control panel akan mati secara otomatis setelah timer penyinaran dicapai). Lepas
tanda-tanda radiasi (rambu) serta peralatan lainnya.
- Baca dosimeter saku dan baca penunjukkannya.(catat dan bandingkan dengan
bacaan sebelum penyinaran).
- Matikan surveymeter.
2. Pembacaan Film
- Siapkan viewer dan densitometer.
- Nyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya.
- Pasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk bayangan
radiograp.
- Amati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang nampak
dalam radiograp.
- Dengan densitometer, ukur densitas pada las disekitar kawat terkecil yang
nampak sebagai densitas penetrameter (Dp).
- Ukur densitas bada base material (diluar las dalam bayangan benda uji)
sebagai densitas material.
- Ukur densitas pada las (kira-kira 1 cm diatas dan dibawah sumbu) pada
kondisi paling terang dan paling gelap, biasanya 3 pengukuran, sebagai
densitas las yang mempunyai harga densitas minimum (Dmin) dan harga
densitas maksimum (Dmaks).
- Amati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya.
- Bila pengamatan sudah selesai, Matikan densitometer, dan matikan viewer.
- Rapi dan bersihkan ruang baca film tersebut.
Cek cek