Penangkal Petir Bts Bab 1
Penangkal Petir Bts Bab 1
PENDAHULUAN
benua dengan jumlah hari guruh rata-rata 120 hari per tahun. Indonesia yang
bidang teknik listrik dikenal sebagai usaha proteksi petir. Dalam usaha proteksi petir
sistem teleko munikasi, yang sangat sensitif terhadap pulsa elektromagnetik dari petir.
agar informasi data yang di salurkan tidak terputus, disamping masih sedikitnya
maka melalui studi ini penulis mempelajari bagaimana sistem penangkal petir pada
1
I.2. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Adapun tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa
pengaruh sambaran petir, sistem pengamanannya terhadap peralatan yang ada pada
BTS (Base Transceiver Station) dan radius daerah perlindungan terhadap bahaya
sambaran petir.
2
BAB II
IMPULS PETIR
II.1. UMUM
dengan bumi, atau antara awan bermuatan dengan awan bermuatan lainnya. Dalam
peristiwa ini, jarak antara awan ke awan atau awan kebumi relatif cukup tinggi dan
dapat di asumsikan sebagai jarak antar elektroda. Sumber terjadinya petir adalah
awan cummulonimbus atau awan guruh yang berbentuk gumpalan dengan ukuran
vertikal lebih besar dari dari ukuran horisontal. Ukuran vertikal dapat mencapai 14
km dan ukur an horisontal berkisar 1,5 sampai 7,5 km. Karena ukuran vertikalnya
yang cukup besar terjadi perbedaan temperatur antara bagian bawah dengan bagian
atas. Bagian bawah bisa mencapai 5 C sedangkan bagian atas -60 C. Loncatan
diawali dengan berkumpulnya uap air di dalam awan. Karena perbedaan temperatur
yang besar antara bagian bawah awan dengan bagian yang lebih di atas, butiran air
bagian bawah yang temperaturnya lebih hangat berusaha berpindah ke bagian atas
sehingga mengalami pendinginan dan membentuk kristal es. Butir air yang bergerak
sehingga terbentuk awan yang mirip dengan dipole listrik. Pada saat tegangan antara
ujung awan sudah cukup besar terjadilah pelepasan muatan listrik. Struktur listrik
3
Gambar 2.1. Struktur Muatan Listrik Awan
Guruh
di awan beitu banyak dan tak pasti. Tekanan atmosfer akan menurun dengan makin
sering disebut angin ) ini akan membawa udara lembab ke atas, kemudian udara
4
memungkinkan terjadinya pemisahan muatan listrik didalam awan tersebut. Butiran
air yang bermuatan positif, biasanya berada bagian atas dan yang bermuatan negatif
di bagian bawah. Dengan adanya awan yang bermuatan maka akan timbul muatan
induksi pada permukaan bumi sehingga menimbulkan medan listrik antara bumi
dengan awan.
dengan awan dapat di anggap sebagai dua plat sejajar membentuk kapasitor. Jika
medan listrik yang terjadi melebihi medan tembus udara, maka akan terjadi
pelepasan muatan. Terjadinya pelepasan udara inilah yang disebut sebagai petir.
listriknya cukup tinggi, terbentuk peluahan awal yang biasa disebut pilot leader.
Pilot leader ini menentukan arah perambatan muatan dari awan ke udara, diikuti
Setiap sambaran petir bermula dari suatu lidah petir ( leader ) yang bergerak
turun dari awan bermuatan dan disebut downward leader ( lihat Gambar 2.2.a ).
Downward leader ini bergerak menuju bumi dalam bentuk langkah-langkah yang
disebut step leader. Pergerakan step leader ini arahnya selalu berubah-ubah sehingga
secara keseluruhan jalannya tidak dan patah-patah. Panjang setiap step leader ini
sekitar 50 m ( dalam rentang 3 200m ), dengan interval waktu antara setiap step
5
Gambar 2.2. Tahapan Proses Sambaran Petir
Ketika leader bergerak mendekati bumi, akan ada beda potensial yan makin
tinggi antara ujung step leader dengan bumi sehingga terbentuk peluahan mula yang
disebut upward streamer pada permukaan bumi atau objek akan bergerak ke atas
menuju jung step leader. Apabila upward leader telah masuk dalam zona jarak
sambaran atau striking distance, terbentuk petir penghubung ( connecting leader ) yang
6
menghubungkan ujung step leader dengan objek yang di sambar ( Gambar
2.2.b ). Setelah itu akan timbul sambaran balik ( return stroke ) yang bercahaya
sangat terang bergerak dari bumi atau objek menuju awan dan melepas muatan di
Jalan yang di tempuh oleh return stroke sama dengan jalan turunnya step
subsequent stroke ) dari awan menuju bumi atau objek tersebut. Sambaran susulan
ini tidak memiliki percabangan dan biasa disebut sebagai lidah panah atau dart
leader ( Gamabar 2.2.d ). Pergerakan dart leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari
Pada umumnya, hampir separuh ( 55% ) dari peristiwa kilat petir ( lightning
flash ) merupakan sambaran ganda seperti tersebut di atas, dengan jumlah sambaran
sekitar 3 atau 4 sambaran tiap kilat ( bisa juga lebih ), diantaranya 90% tidak lebih
pembentukan dan pengumpulan muatan di awan begitu banyak dan tak pasti. Di
tambah dengan kondisi labilitas dalam atmosfir, sehingga proses terjadinya sambaran
menimbulkan pelepasan di antara awan dengan awan atau dalam awam itu sendiri.
Atau mungkin saja proses pemisahan muatannya terjadi secara sebaliknya, sehingga
7
Secara garis besar, jenis-jenis petir dapat dikategorikan dalam beberapa macam,
yaitu sebagai berikut:
Berdasar polaritas muatan:
Muatan positif
Muatan negatif
Berdasar arah sambaran:
Arah kebawah ( bumi atau objek), disebut downward lightning
Arah ke atas (awan), disebut upward lightning
Berdasar jenis sambaran:
Sambaran dalam awan ( intra cloud lightning )
Sambaran antar awan ( inter cloud lightning )
Sambara awan ke bumi ( cloud to ground lightning )
Polaritas petir, baik itu positif maupun negatif ditentukan oleh muatannya. Petir
di katakan bermuatan positif jika pilot leader yang membentuk step leader bermula
dari awan yang bermuatan positif (Gambar 2.3.a ), dan sebaliknya jika pilot leader
petir paling berpengaruh pada daya rusak yang dihasilkannya, dalam hubungannya
dengan besaran arus petir dan bentuk gelombangnya. Sebab pada umumnya, besaran
arus pada petir dengan polaritas positif lebih besar di bandingkan pada petir polaritas
negatif. Selain itu, bentuk gelombang arus petir dengan polaritas negatif, berbeda- beda
stroke ).
gelombangnya, petir po laritas positif dan polaritas negatif juga berbeda dalam
persentase kemungkinan kejadiannya. Hanay sekitar 10% dari sambaran petir yang
kejadian petir positif akan meningkat dengan bertambahnya ketinggian suatu tempat
atau objek di bumi. Lebih jauh lagi, R.B. Anderson menyatakan bahwa mayoritas
petir positif lebih sering atau menyukai single stroke, sehingga untuk kenyakan
tujuan dan penelitian petir positif sering dinyatakan (diasumsikan) sebagai sambaran
tunggal.
Jika melihat kembali kemekanisme terjadinya petir, maka akan terlihat bahwa
untuk setiap satu kejadian kilat petir dengan beberapasambaran, mengalami arah
peluahan ke bawah (bumi) dan ke atas (awan) sekaligus secara bergantian. Maka untuk
mendefinisikan arah sambaran ini, sebagai acuan adalah arah mula terjadinya peluahan
petir (asal pilot leader). Apabila pilot leader bermula dari atas (awas), maka di
sebut petir ke bawah atau disebut juga downward lightning, dan jika sebaliknya maka
9
Gambar 2.4. Tipikal Arah Sambaran Petir
Perbedaan antara upward lightning dengan downward lightnng, selain dari arah
itu upward lightning sangat jarang terjadi, sehingga kasus ini dianggap sebgai
kasus khusus. Dari beberapa referensi yang ada belum ada satupun yang memberikan
Upward lightning hanya terjadi pada objek yang memiliki ketinggian cukup
lightning, sekitar 80 90% terjadi pada objek dengan ketinggian 400 500 m dari
permukaan bumi.
10
II.3.3. Berdasarkan Jenis Sambaran
Kondisi pada saat pemisahan muatan merupakan faktor penentu dari proses
kejadian petir berdasarkan jenis sambaran ini. Ada tiga (3) jenis sambaran petir, yang
sambaran petir yang paling merusak dan bercahaya. Oleh karena itu, meskipun
sambaran petir jenis ini bukan merupakan yang paling umum terjadi, namun paling
penting untuk di teliti dan di kaji karakteristiknya dalam rangka melindungi diri dan
Sambaran petir dalam awan ( intra cloud lightning ) adalah jenis yang paling
sering terjadi. Petir jenis ini terjadi antara muatan yang berlawanan dalam satu awan
yang sama. Prosesnya terjadi di dalam awan dan terlihat dari luar awan seperti
kejapan cahaya terang yang menyambar. Akan tetapi, kilatan cahayanya juga bisa
keluar dari batas-batas awan itu sendiri, dan membentuk kanal cahaya serupa dengan
sammbaran ke tanah.
bervariasi secara signifikan antara satu badai dengan badai yang lainnya. Beberapa
Sedangkan sambaran petir antar awan (intercloud lightning) adalah petir yang
terjadi di antara pusat muatan yang berlawanan pada dua awan berbeda.
11
Gambar 2.5. Jenis-jenis Sambaran Petir
usaha proteksi petir. Selain itu, parameter petir ini juga berguna dalam studi efek
parameter tersebut antara lain: bentuk gelombang petir, kerapatan sambaran (Ng),
(kenaikan arus), serta lamanya kejadian (durasi gelombang), dinyatakan oleh waktu
ekor.
12
Pada kenyataannya, bentuk gelombang arus petir tidak sama persis antara satu
dengan yang lainnya. Bukan saja antara satu kejadian dengan kejadian lainnya, akan
tetapi pada satu kejadian kilat dengan sambaran ganda, bentuk gelombang arus
susulan. Kejadian terutama pada petir negatif yang sebagian besar selalu ada
subsequent stroke-nya.
Karena ada perbedaan tersebut, maka bentuk standar gelombang arus petir
berbeda-berbeda untuk suatu negara atau lembaga, misalnya standar Jepang (JIS),
atau Jerman (VDE), Inggris (BS) dan sebagainya. Untuk internasional biasanya
Bentuk gelombang arus petir dinyatakan dalam dua besaran yakni, waktu muka
13
Gambar 2.7.. Bentuk gelombang impuls petir standard
bumi dalam rentang satu tahun di suatu wilayah, dintakan dalam sambaran per km2
per tahun. Jumlah sambaran kilat ini sebanding dengan jumlah hari guruh per tahun
Parameter arus puncak ini menentukan jatuh tegangan resistif pada tahanan
pentanahan dan tahanan peralatan yang terkena sambaran. Selain itu juga, ikut
puncak ini yang digunakan dalam menyatakan suatu gelombang impuls petir, bersama-
14
sama dengan dua besaran gelombang sebelumnya yaitu waktu muka ( tf )
Gambar 2.8. Hasil pengukuran bentuk gelombang arus petir negatif sambaran ganda
15
Gambar 2.9. Konsep Jarak Sambaran
16
BAB III
III.1. UMUM
Proteksi petir merupakan suatu usaha untuk melindungi suatu objek dari
bahaya yang diakibatkan petir, baik itu secara langsung maupun tak langsung.
Didasarkan pada tujuan atau sifat dari proteksi itu sendiri, proteksi petir
terdiri dari dua jenis yaitu : proteksi sambaran petir, dan proteksi tegangan lebih
petir. Prinsip kerja antara kedua jenis proteksi tersebut di atas tentu saja berbeda.
proteksi tegangan lebih petir sifatnya tidak lagi mencegah tetapi mengurangi akibat
yang ditimbulkan oeh sambaran petir, dalam hal ini apabila jenis poteksi yang pertama
Berdasarkan cara kerjanya, sistem proteksi petir dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
sasaran sambaran petir, dengan harapan petir akan menyambar titik itu
terlebih dahulu.
17
Harus menyediakan sistem pembumian untuk mendistribusikan arus petir
atau bahaya pada bagian dari bangunan atau pada manusia yang sedang
berada di sekitarnya.
yang dilindungi.
fenomena yang di sebut point discharge, yaitu setiap bagian benda yang
dimana pada akhirnya dapat mengurangi beda potensial antara awan dan
udara disekitar ionizer. Dengan kata lain medan listrik yang dihasilkan akan
bagian, yaitu:
1. Proteksi Eksternal
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat diluar suatu struktur untuk
Proteksi eksternal petir berfungsi sebagai proteksi terhadap tegangan lebih petir
19
Konduktor penyalur (down conductor) haruslah mampu manyalurkan arus
2. Proteksi Internal
masuknya surja imbas petir melalui kabel listrik dan kabel komunikasi atau
Sistem proteksi petir internal dapat terdiri dari satu jenis ataupun beberapa alat-
kecil
20
Oleh karena desain proteksi internal sangat bergantung pada instalasi
adalah banyaknya hari dimana terdengar Guntur paling sedikit satu kali dalam jarak
Hari Guruh ini disebut juga Hari Badai Guntur (Thunderstorm Days). Data
daerah di Indonesia yang jumlah Hari Badai Guntur per tahunnya cukup tinggi,
antara lain : sebagian daerah Sumatera Utara, daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan daerah Irian Jaya dimana hari badai gunturnya lebih dari 100 hari per tahun.
Petir yang terjadi memiliki intensitas sambaran yang harus selalu diamati
setiap periode untuk dapat memperkirakan faktor resiko sambaran pada suatu
wilayah, sehingga dapat diperikan kebutuhan bangunan akan proteksi petir. Adapun
2. Lightning Strike Rate : jumlah sambaran ke tanah per Km2 per tahun.
pada suatu wilayah dan besarnya ditentukan oleh isokeraunic level. Nilai
lightning strike rate ini bervariasi secara signifikan, dihitung dari rata-rata
kerapatan annual yang dihitung dari observasi dalam satu periode selama
bertahun-tahun.
21
III.4. PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR
Usaha pertama yang dilakukan dalam proteksi petir adalah mencegah agar petir
tidak menyambar objek yang dilindungi. Untuk itu dapat dilakukan dengan dua cara
atau prinsip; perama membentuk semacam tameng atau perisai bagi objek yang
dilindungi sehingga diharapkan nantinya bila ada petir tidak menyambar objek
Teknik penangkal petir yang sederhana dan pertama kali dikenal menggunakan
prinsip yang pertama, yaitu dengan membentuk semacam tameng atau perisai berupa
konduktor yang akan mengambil alih sambaran petir. Penangkal petir semacam ini
Istilah yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah lightning conductor.
22
Gambar 3.2. penangkal petir konvensional
menyambar dengan mengandalkan posisinya yang lebih tinggi dari objek sekitar
serta ujung runcingnya agar pada saat step leader mendekat dan kuat medan semakin
besar maka upward streamer dapat lebih cepat terbentuk mendahului objek di
sekitarnya.
petir konvensional (lightning conductor). Prinsipnya sama, yaitu sebagai tameng atau
perisai yang mengambil alih sambaran petir. Perbedaannya terletak pada bagaimana
23
Gambar 3.3. konstruksi salah satu dari jenis Elektrostatis
oleh dua elektroda pada ujung penangkal petir. Di bawah pengaruh medan listrik
antara awan dengan bumi, akan ada beda potensial di antara kedua elektroda. Tegangan
antara kedua elektroda ini dapat menyebabkan percikan peluahan listrik membuat
yang terbentuk menjadi lebih tinggi dari kondisi biasa pada penangkal petir
tinggi efektif perlindungan yang lebih tinggi dari penangkal petir yag sebenarnya.
24
III.4.3. Dissipation Array Sistem (Lightning preventor)
petir. Ide untuk mencegah sambaran petir telah lama ada, mulai sekitar tahun 1754
ketika seorang ilmuwan Ceko, Prokop Divisch, memasang 216 titik runcing pada suatu
rangka kayu setinggi 7,4 m. Titik-titik tersebut dirangkai terhubung satu sama lain dan
suatu usulan yang menyatakan bahwa kemungkinan sambaran petir pada suatu
ini bias terjadi apabila kuat medan yang terjadi melebih meda tembus udara, artinya
ada beda potensial yang cukup tinggi antara awan bermuatan dengan bumi sehingga
kuat medannya juga cukup tinggi. Karena itu bila beda potensial makin rendah, maka
kemampuan awan untuk melepas muatan juga berkurang sebab kuat medannya
melepaskan muatan dari benda yang di proteksi ke udara sekitarnya. Sistem penangkal
petir (lightning preventor) sepert ini dikenal dengan sebutan Dissipation Array System
25
Gambar 3.4. Dissipation Array System
titik perpindahan muatan (Charge Transfer) dari banyak ujung runcing, dimana tiap
bagian benda yang runcing tersebut akan melepas muatan ke udara sekitar. Hal ini
disebabkan karena ujung-ujung runcing tersebut berada dalam meda yang cukup kuat
yang lebih cermat dalam membuat medan yang seragam disekitar penangkal petir
atau dibawah awan badai dengan memanfaatka efek elektrostatik lingkungan sekitar
titik-titik atau ujung runcing tersebut. Jika semua titik berada pada posisi yang tepat
dengan sudut pandang medan E yang keluar, maka seluruh medan disekitar tiik-titik
tersebut akan merata tersebar sehingga efek yang timbul pada saat step leader
26
III.5. PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PETIR
Sambaran petir dapat menyebabkan tegangan lebih, hal ini karena sambaran
petir merupakan peristiwa pelepasan muatan artinya pada saat petir menyambar suatu
objek berarti pada objek itu telah disuntikkan sejumlah muatan yang berasal dari
petir sehingga tegangan pada objek tersebut naik melebihi yang seharusnya.
Fenomena ini paling berbahaya bila terjadi pada peralatan-peralatan listrik yang
listrik. Suntikan muata ini menimbulkan kenaikan tegangan pada jaringan, sehingga
sepanjang jaringan menuju ujug-ujung jaringan. Tegangan lebih akibat petir ini
Jika tegangan lebih surja petir tiba di suatu peralatan listrik, transformator
misalnya, maka tegangan lebih tersebut akan merusak isolasi peralatan. Oleh karena
itu perlu dibuat suatu alat pelindung agar tegangan surja yang tiba di peralatan tidak
pelindung berperan sebagai isolasi, tetapi jika ada surja petir tiba pada terminal
Ada dua macam alat pelindung dalam sistem tenaga listrik, yaitu Sela Batang
(Rod Gap) dan Arrester. Arrester itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu jenis Ekspulsi
(Expulsion type) atau sering disebut tabung pelindung (Protector Tube) da arrester
27
III.5.1. Sela Batang (Rod Gap)
Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana dan
relative murah, tetapi kuat dan kokoh. Konstruksi diperlihatkan pada Gambar 3.5.
jika beda potensial diantara sela naik akibat tegangan lebih surja hingga melebihi
tegangan tembus sela, maka akan terjadi percikan pada sela dan membuat sela
terhubung singkat. Jarak sela dibuat sedemikian hingga dapat terpercik pada nilai
Sela batang ini jarang digunakan pada rangkaian yang penting karena
beberapa kelemahannya sehingga kurang dapat memenuhi persyaratan dasar suatu alat
bushing trafo, isolator hantaran udara, pemutus daya dan sebagai pelindung
Tidak dapat memutuskan arus susulan, sehingga apabila sela bekerja akan terjadi
28
Sela batang tidak dapat berfungsi jika gelombang surja yang datang memiliki
Kerja sela batang sangat dipengaruhi oleh kondisi udara sekitar karena media
pengantara sela adalah udara yang tegangan tembusnya tergantung pada suhu,
Arrester ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela dalam dan sela luar. Sela dalam
ditempatkan dalam suatu tabungserat (fiber tube) yang dapat mengeluarkan gas. Bila
terminal arrester diterpa suatu surja petir, maka kedua sela akan terpercik.
Arus susulan yang terjadi akan memanaskan permukaan dalam tabung serat.
sehingga pada periode tertentu akan mencapai nilai nol. Saat arus susulan mencapai
29
nol, gas akan memadamkan arus susulan tersebut. Tetapi pemadamannya masih
tergantung pada tingkat arus hubung singkat di lokasi penempatan arrester . karena
itu, perlindungan dengam arrester jenis ini juga masih belum begitu memadai.
Konstruksi arrester jenis katup diperlihatkan pada Gambar 3.7. Arrester ini
terdiri dari beberapa sela percik yang terhubung seri dengan resistor non-linier.
Resistor non-linier mempunyai tahanan yang rendah saat dialiri arus tinggi dan
isolasi tertutup, sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi oleh keadaan udara
sekitar. Jika surja petir tiba pada terminal arrester dan membuat sela arrester
terpercik, maka rangkaian ekivalen arrester adalah seperti ditunjukkan pada Gambar
3.8.a. Tegangan pada terminal arrester saat mengalirkan arus surja adalah:
30
Vt = Is x R
arus surja yang mengalir pada arrester adalah seperti Gambar 3.8.c. Dalam selang
waktu antara 0 - t1, arus surja naik dan mencapai nilai puncak is = ip. Dalam selang
waktu ini tahanan R mengecil, sehingga kenaikan tegangan terminal arrester dibatasi
hanya sampai Va. seandainya tahanan resistor R konstan, maka saat arus surja
membesar. Saat arus surja menjadi nol, masih tersisa arus susulan yang relative kecil.
Arus susulan ini juga akan semakin kecil karena tahanan R semakin membesar,
akhirnya tersisa arus kecil yang disebut arus kendali. Ketika tegangan sesaat sistem
nol percikan pada sela padam sehingga arus kendali menjadi nol dan tidak berlanjut
lagi.
31
BAB IV
IV.1. UMUM
termasuk sebagai wilayah yang memiliki hari gur uh pertahun (Thunderstorm Days)
tinggi dengan jumlah sambaran petir yang banyak sehingga memungkinkan banyak
bangunan atau gedung bertingkat, efek gangguan akibat sambaran petir ini semakin
besar sesuai dengan semakin tinggi dan luasnya areal bangunan tersebut. Penyebab
besar (amplitudo) dari arus petir berkisar antara 5 sampai 200 kA. Kerusakan-
kerusakan pada bangunan yang tersambar dapat berupa kerusakan thermis, misalnya
bagian yang tersambar terbakar, dan dapat pula berupa kerusakan mekanis, misalnya
bagian atap bangunan retak atau tembok bangunan retak atau runtuh.
maka induksi muatan dengan polaritas yang berlawanan terjadi di permukaan bumi.
Pada penangkal petir, ujungnya di buat runcing dengan tujuan agar saat terjadi
penumpuka n muatan di awan, ujung yang runcing itulah yang pertama terinduksi.
Dengan demikian di harapkan petir akan menyambar ujung batang penangkap petir
terlebih dahulu karena sifat muatan listrik dari petir yang selalu mencari daerah
konduktif dan yang kuat medan listriknya tinggi. Penangkap petir dihubungkan dengan
konduktor pembumian yang akan meneruskan arus petir ke bumi dan kemudian
32
IV.2. BESARNYA KEBUTUHAN BANGUNAN AKAN SISTEM PROTEKSI
PETIR
area tempat bangunan atau dengan perhitungan menggunakan parameter hari guruh
dimana gedung itu berada dan koefisien-koefisien lain yang diperlukan tergantung
Suatu instalasi proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu
bangunan, termasuk manusia dan peralatan yang ada didalamnya terhadap bahaya
dan kerusakan akibat sambaran petir. Di dalam tilisan ini akan di bahas penentuan
Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP), Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7015-
2004).
dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu diberi penangkal petir adalah :
gudang penyimpanan cairan atau gas yang mudah terbakar, dan lain-lain
33
IV.2.1. Menurut Standar PUIPP
ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerugian serta bahaya yang di timbulkan bila
R=A+B+C+D+E (3)
Dimana
Apabila menurut data-data yang ada dimassukkan ke dalam persamaan diatas, maka
selanjutnya dapat di ambil kesimpulan mengenai perlu atau tidaknya sistem proteksi
petir eksternal digunakan. Jika nilai nilai R > 13, maka bangunan tersebut dianjurkan
menggunakan sistem proteksi petir. (Besar indeks dapat di lihat pada lampiran A).
Jelas bahwa semakin besar nilai R, semakin besar pula bahaya serta
kerusakan yang ditimbulkan oleh sambaran petir, berarti semakin besar pula
34
IV.2.2. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-7015-2004)
tingkat proteksi yang memadai untuk suatu sistem proteksi petir berdasarkan pada
frekuensi sambaran petir langsung setempat (Nd) yang diperkirakan ke struktur yang
di proteksi dan frekuensi sambaran petir tahunan setempat (Nc) yang diperbolehkan.
Kerapatan kilat petir ketanah atau kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata
Diman Td adalah jumlah hari guruh per tahun yang diperoleh dari data isokeraunic
level di daerah tempat struktur yang akan di proteksi yang dikeluarkan oleh Badan
hitung :
Dimana Ae adalah area cakupan ekivalen dari bangunan (m2) yaitu daerah permukaan
langsung tahunan.
Ae = ab + 6h (a+b) + 9 h2 (6)
Dimana :
35
h : tinggi bangunan yang di proteksi (m)
E = 1 Nc / Nd (7)
Maka setelah di hitung nilai E (efisiensi Sistem Proteksi Petir) sesuai dengan
persamaan (7), setelah itu dapat ditentukan tingkat proteksinya sesuai dengan
I 0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80
ditentukan sudut proteksi () dari penempatan suatu terminasi udara, radius bola
yang di pakai, maupun ukuran jala (konduktor horizontal) sesuai dengan tabel 4.2. di
bawah ini :
36
Tabel 4.2. Daerah Proteksi dari Terminasi Udara sesuai dengan tingkat proteksi
I 20 25 * * * 5
II 30 35 25 * * 10
III 45 45 35 25 * 15
IV 60 55 45 35 25 20
* Hanya menggunakan metode bola bergulir dan jala dalam kasus ini
menyambar objek yang di proteksi. Sebagai alat proteksi, ada dua fungsi utama
lightning conductor pada posisi ini; pertama sebagai tameng atau perisai, dan kedua
lightning conductor
37
Sebagaimana terlihat pada gambar 4.1.a, ketika step leader turun mendekati
bumi, maka pada saat itu pembentukan upward streamer dari lightning conductor lebih
cepat dan lebih tinggi daripada benda yang di proteksi. Hal ini terjadi karena posisi
lightning conductor yang lebih tinggi da lebih runcing sehingga muatan yang
terkumpul juga kemungkinan lebih banyak dan lebih cepat. Pada tahap ini, lightning
conductor bersifat mengorbankan diri sebagai jalan termudah bagi step leader
conductor lebih tinggi, maka kemungkinan untuk lebih dahulu tersentuh atau masuk
ke zona jarak sambaran lebih besar, sehingga pertemuan antara upward streamer dari
lightning conductor dengan step leader terjadi lebih dahuludan sambaran petir yang
terjadi menyambar lightning conductor. Pada tahap ini lightning conductor
berfungsi sebagai tameng atau perisai yang mengambil alih sambaran petir.
Selanjutnya, muatan yang d i lepaskan saat sambaran ini dialirkan kebumi melalui
conductor, yaitu seberapa banyak suatu daerah yang dapat di cakup oleh lightning
conductor sehingga pada daerah tersebut memiliki kemungkinann yang keci untuk
disambar petir. Posisi lightning conductor yang vertikal membuat tampak atasnya
hanya berupa suatu titik, sehingga bila, step leader mendekati lightning conductor
dari arah manapun akan mengalami reaksi yang sam ( tanpa kondisi khusus ).
38
dalam melindungi daerahnya cenderung untuk membentuk suatu lingkup volum
bentuk volume zona proteksi lightning conductor terliha pada gambar 4.2.
conductor sebagai titik pusat. Oleh sebab itu, untuk menyatakan kemampuan
proteksi, yaitu jarak terluar ( terjauh ) dari pusat lingkaran yang masih dapat dilindungi
oleh lightningconductor. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.2. diatas, gambaran zona
proteksi Razevig cukup lengkap dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
39
x
Ssementara untuk peneliti lain tidak ada keterangan yang menjelaskan lebih lanjut
mengenai radius proteksi ini. Bahkan beberapa peneliti yaitu Anderson (1879), lodge
(1892), Walter (1937) memberikan kesimpulan bahwa tidak ada kekhususan atau hal
khusus yang dapat menggambarkan secara lengkap mengenai zona proteksi lightning
conductor.
7015-2004
proteksi, maak tulisan ini menggunakan metode-metode yang terdapat di dalam SNI
03-7015-2004, yaitu :
40
a. Metode sudut proteksi (Protective Angle Method) cocok untuk bangunan
gedung atau bagian kecil dari bangunan gedung yang lebih besar.
Metode ini tidak cocok untuk bangunan gedung yang lebih tinggi dari
radius bola gulir yang sesuai dengan tingkat proteksi sistem proteksi
c. Metode jala (Mesh sized method) dipakai untuk keperluan umum dan
Dilihat dari ketiga metode diatas, maka di dalam perencanaan terminasi udara
pada bangunan, ketiga metode diatas dapat dikombinasikan untuk membentuk zona
Standar SNI ini tidak memberikan kriteria untuk pemilhan ssitem terminasi
udara karena dianggap batang, kawat rentang, dan konduktor jala adalah sama.
Dipertimbangkan bahwa :
1. Tinggi batang terminasi udara sebaiknya antara 2-3 meter untuk mencegah
2. Rentangan kawat dapat digunakan dalam semua kasus sebelumnya dan untuk
bentuk bangunan yang rendah (a/b > 4, dimana a : panjang bangunan, dan b :
lebar bangunan)
3. Sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor untuk keprluan umum.
dipakai di dalm standar ini untuk penggunaan terminasi udara adalh dapat dilihat
41
Tabel 4.3. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi udara
Cu 35
I sampai IV Al 70
Fe 50
Daerah yang diproteksi adalah daerah yang berada di dalam kerucut dengan
Pada metode dengan metode sudut proteksi ini, terminasi udara dipasang
pada setiap bagian dari struktur bangunan yang dilindungi yang tidak tercakup pada
daerah proteksi yang dibentuk. Nilai sudut yang terbentuk sebagai daerah proteksi
adalah bergantung dari ketinggian terminasi uadara (rod/mast) dari daerah yang
diproteksi.
digunakan untuk bangunan/gedung yang lebih tinggi dari radius bola gulir yang
semua bagian bangunan gedung yang diproteksi berada diselah dalam permukaan
selubung yang dihasilkan oleh proyeksi titik-titik dari konduktor terminasi udara ke
bidang referensi, dengan sudut ke garis vertikal dalam semua arah. Rancangan
terminasi udara menggunakan metode sudut proteksi ini dapat dilihat pada
42
Keterangan: Keterangan:
1 : Tiang terminasi udara 1 : Tiang terminasi udara
2 : bangunan yang di proteksi 2 : bangunan yang di proteksi
3 : bidang referensi 3 : bidang referensi
4 : sudut proteksi yang di bentuk sesuai tabel 2 4 : sudut proteksi yang di bentuk sesuai tabel 2
Gambar 4.3.Daerah proteksi tampak depan Gambar 4.4. Daerah proteksi tampak samping
43
IV.5.2. Metode Bola Bergulir (Rolling Sphere method)
Metode bola bergulir baik digunakan pada bangunan yang bentuknya rumit.
Dengan metode ini seolah-olah ada suatu bola dengan radius R yang bergulir diatas
tanah, sekeliling struktur dan di atas struktur ke segala arah hingga bertemu dengan
tanah atau struktur yang berhubungan dengan permukaan bumi yang mampu bekerja
sebagai penghantar (gambar 4.6.). titik sentuh bola bergulir pada struktur yang dapat
disambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi oleh konduktor terminasi
udara. Semua petir yang berjarak R dari ujung penangkap petir akan mempunyai
yang tidak tercakup oleh metode sudut proteksi (angle protection method).
44
Dengan metode ini, penempatan sistem terminasi udara dianggap memadai jika
tidak ada titik pada daerah yang diproteksi tersentuk oleh bola gulir dengan radius
R, di sekeliling dan diatas bangunan/gedung kesemua arah. Untuk itu, bola hanya
Radius bola gulir harus sesuai dengan tingkat proteksi SPP (Sistem Proteksi
Petir) yang dipilih menurut tabel 4.1. Pada gambar diatas, bola dengan radius R
digulirkan sekeliling dan diatas bangunan/gedung hingga bertemu dengan bidang tanah
atau bangunan/gedung permanen atau obyek yang berhubungan dengan bidang bumi
yang mampu bekerja sebagai konduktor petir. Titik sentuh bola gulir pada
bangunan/gedung merupakan titik yang dapat disambar petir dan pada titik tersebut
Metode ini digunakan untuk keperluan permukaan yang datar karena bisa
daerah yang ada didalam jala-jala (Gambar 4.7.). Ukuran jala sesuai tingkat proteksi
Petir) jala diyakini melindungi seluruh permukaan jika dapat memenuhi kondisi
berikut:
Serambi atap
bola gulir yang relevan dengan tingkat proteksi yang dipilih sesuai tabel 4.2
c. Dimensi jala pada jaringan terminasi udara tidak lebih dari nilai yang
petir akan selalu mengalir melalui dua lintasan logam berbeda, tidak boleh
ada instalasi logam menonjol keluar dari volume yang dilindungi oleh
dimungkinkan.
eksternal yang dimaksudkan untuk melewatkan arus petir dari sistem terminasi udara
ke sistem pembumian.
46
atau gedung yang diproteksi. Pemilihan jumlah dan posisi konduktor penyalur
dalam standar ini untuk penggunaan konduktor penyalur (down conductor) adalah
Tabel 4.4. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan konduktor penyalur
Konduktor Penyalur
Tingkat Proteksi Bahan
(mm2)
Cu 35
I sampai IV Al 70
Fe 50
1. Jika dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, konduktor
2. Jika dinding terbuat dari bahan yang mudah terbakar, konduktor penyalur
3. Jika dinding terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan kenaikan suhu
terproteksi selalu lebih besar dari 0.1 m. Braket pemasangan yang terbuat dari
47
IV.7. SISTEM TERMINASI BUMI (GROUNDING SYSTEM)
sehingga memperkecil tegangan sentuh dan tegangan langkah sehingga aman bagi
yang berbahaya, maka bentuk dan dimensi sistem terminasi bumi lebih pentingdari
Sistem terminasi bumi terdiri dari satu atau lebih elektroda bumi yang
dianggap mampu mengalirkan arus petir ke tanah tampa adanya lompatan tegangan
2. Elektroda tegak/miring
3. Elektroda radial
Sejumlah konduktor yang terdistribusi secara merata lebih disukai dari pada
sebuah konduktor bumi tunggal yang panjang karena konduktor bumi yang lebih dari
satu ini, maka pada saat salah satu konduktor tersebut mengalami kegagalan di dalam
menyalurkan arus petir ke bumi, maka arus petir akan tetap mengalir ketanah melalui
bumi yang tertanam dalam akan efektif jika resistivitas tanah menurun sesuai dengan
kedalam tanah. Apabila resistivitas tanah yang diinginkan terdapat pada kedalaman
48
yang lebih dalam dari pada elektroda batang, maka elektroda tersebut biasanya di
tanam.
Terdapat dua jenis dasar susunan elektroda bumi untuk sistem terminasi bumi
yaitu:
1. Susunan Jenis A
2. Susunan Jenis B
rata-rata r dari daerah yang dicakup oleh elektrode bumi cincin (atau
elektroda bumi pondasi) tidak boleh lebih kecil dari nilai L1.
(8)
49
Jika nilai L1 yang di isyaratkan lebih besar dari nilai r yang tepat,
Adapun ukuran minimum bahan SPP (Sistem Penangkal Petir) yang dipakai
di dalam standar ini untuk terminasi bumi adalah dapat dilihat pada tabel 4.5.
50
Tabel 4.5. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi bumi
Konduktor Penyalur
Tingkat Proteksi Bahan
(mm2)
Cu 50
I sampai IV Al -
Fe 80
Bahan SPP dan kondisi pemakaiannya adalah seperti dalam tabel 4.6.
Penggunaan Korosi
Dalam
Bahan Dalam Dalam Meningkat Elekrolitik
udara Resistan
tanah beton oleh dengan
terbuka
Klorida
organik
51
galvanis berserabut walaupun
asam
Air dengan
Stainless Padat Terhadap
Padat - larutan -
steel standed banyak bahan
klorida
Padat
Alumanium - - - Agen basis Tembaga
berserabut
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan di dalam pemilihan bahan SPP adalah:
52
BAB
V
V.1. UMUM
Proteksi petir merupakan suatu usaha untuk melindungi suatu objek dari
bahaya yang diakibatkan petir, baik itu secara langsung maupun tak langsung.
(Base Transceiver Station), merupakan objek yang sangat penting untuk dilindungi
sangat penting untuk dilindungi mengingat fungsinya yang sangat vital dalam
baik dari antenna di Tower maupun Jaringan Kabel pelanggan (Voice, Video, dll)
dan Kabel Power dari sumber di luar nya adalah suatu keharusan untuk
bangunan menara telekomunikasi milik Telkomsel ini dapat di lihat pada Gambar
5.1.-5.4. berikut:
53
Gambar 5.1. Struktur BTS Tampak Depan
54
Gambar 5.2. Struktur BTS Tampak Samping Kanan
55
Gambar 5.3. Struktur BTS Tampak Samping Kiri
56
Gambar 5.4. Strukur BTS Tampak Atas
57
V.2. KEBUTUHAN PROTEKSI
Sistem proteksi pada BTS dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:
2. Proteksi Internal.
akibat sambaran langsung dari Petir. Sedangkan Proteksi Internal bertujuan untuk
tidak langsung (imbas petir) atau dari perubahan akibat tegangan kejut.
58
Gambar 5.5. Proteksi Eksternal pada BTS
59
Gambar 5.7. Proteksi Internal BTS
Pembumian pada BTS milik Telkomsel menggu nakan sistem paralel dimana
semua peralatan yang akan dibumikan seperti : peralatan pada tower, internal
proteksi, eksternal proteksi, dan lain-lain dihubungkan secara paralel dengan kabel
(gambar 5.7.), hal ini cukup efektif karena dengan sistem paralel tersebut maka arus
akan lebih kecil sehingga dapat melewati elektroda pembumian dengan mudah
terutama untuk arus yang mempunyai kapasitas cukup besar seperti petir.
Telkomsel adalah merek OBO seperti terlihat pada Gambar berikut beserta
60
Lightning Arresters
Requirement class: B
Type: MC 50-B
Principle of operation: Spark
gap
Discharge capacity: 50
kA
Protection level: 2 kV
Series fuse: no separate
series fuse in installations
up to 500 A
Lightning Arresters
Requirement class: B
Type: V 25-B
Principle of operation:
Varistor technolgy
Discharge capacity: 25
kA
Protection level: <2 kV
Series fuse: no separate
series fuse in
installations
below 160 A
61
Data masukan yang dapat dipakai untuk mengetahui perlu tidaknya proteksi
petir bagi bangunan menara telekomunikasi (dalam hal ini menara telekomunikasi
Tinggi : 72 meter
Panjang : 5 meter
Lebar : 5 meter
Hari guruh (Td) menurut data dari BMG sesuai dengan Lampiran B: 170 Hari
Maka dari data di atas, dapat dicari kebutuhan menara Telkomsel terhadap
03-7015-2004).
PUIPP
diperoleh :
62
Indeks A :2
Indeks B :0
Indeks C :7
Indeks D :0
Indeks E :7
R=2+0+7+0+7
R = 16
(Ng)
(h) 72 meter, Panjang (a 5 meter dan Lebar (b) 5 meter dapat di hitung
Ae = 150919,1468 m2
Nd = Ng x Ae x 10-6 / tahun
Nd = 3,71 / tahun
maka diperlukan sistem proteksi petir dan efisiensi SPP dapat dihitung
: E = 1 Nc / Nd
E = 1 0,1 / 3,71
E = 0,97
64
V.3. TERMINASI UDARA
dan menurut tabel 4.2. dapat di lihat bahwa untuk Menara Telkomsel dimana Tinggi
(h) adalah 72 meter (melebihi nilai 60 meter), maka tidak didapatkan sudut proteksi
yang dapat dipakai. Dengan kata lain, perancangan penempatan proteksi petir
Method ).
Untuk bahan yang digunakan bagi terminasi udara, maka bahan yang
dipilih
mm2, maka luas penampang dari terminasi udara pun lebih baik jika disesuaikan
tinggi terminasi udara adalah antara 2 3 meter, maka dipilihlah terminasi udara
Dari tabel 4.2. di dapat jari-jari (R) bola bergulir yang dapat digunakan untuk
menara dan gedung yang di lindungi. Setiap bagian bangunan yang dikenai oleh bola
gulir tersebut haruslah diberi terminasi udara. Daerah yang dilingkupi oleh bola gulir
66
V.4. KONDUKTOR PENYALUR (DOWN CONDUCTOR)
petir yang di terima oleh terminasi udara baik itu verikal maupun horizontal untuk
kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus petir sangat besar, maka
konduktor penyalur yang disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir tersebut
dapat terbagi-bagi.
jaringan terminasi udara dan di pasang secara vertical ke titik simpul dari
mungkin
Jarak konduktor penyalur dengan dinding atau tiang sebaiknya 0,1 meter untuk
Konduktor penyalur tersebut disanggah oleh suatu braket yang dilekatkan ke tiang
(lihat Gambar 5.8.). secara detail, bentuk down conductor dapat dilihat pada Gambar
67
Gambar 5.12. Braket (penyangga) konduktor penyalur
Dalam penentuan bahan konduktor penyalur tersebut, kita dapat melihat pada
tabel 4.6. setelah melihat tabel tersebut, maka bahan yang di pilih adalah tembaga,
dimana bahan init aha terhadap bahan yang dapat menyebabkan korosi.
penampang dari konduktor. Setela melihat tabel 4.4., maka luas penampang
minimum yang diperbolehkan adalah 16 mm2. Aka tetapi karena konduktor penyalur
buminya. Maka luas penampang konduktor penyalur yang dipilih adalah 50 mm2.
68
Gambar 5.13. Struktur pengelasan Cadweld Down Conductor
69
V.5. TERMINASI BUMI (GROUNDING SYSTEM)
Seperti yang sudah diketahui bahwa fungsi dari sistem terminasi bumi adalah:
yang dilindungi
Maka untuk memenuhi semua hal-hal yang disebutkan diatas, maka elektroda
bumi pondasi dan elektroda bumi cincin dapat menjadi pilihan didalam menentukan
pembumian jenis B yaitu elektroda bumi cincin, sesuai digunakan pada proteksi
bangunan jenis menara. Elektroda pentanahan yang dipakai pada Menara Telkomsel
ada dua tipe seperti terlihat pada Gambar 5.15 5.16 dan harus di Cadweld. Cadweld
Grounding.
Sedangkan elektroda pembumiannya di pilih yang juga terbuat dari tembaga. Panjang
petir yang di terima oleh terminasi udara baik itu verikal maupun horizontal
besar, maka konduktor penyalur yang disediakan sebaiknya lebih dari satu agar
70
Gambar 5.15. Detail Pentanahan Telko msel Tipe B
71
Gambar 5.17. Cara Penyambungan (Las ) BC (Bare Copper) menggunakan Cadweld
72
Gambar 5.18. Sistem integrasi perlindungan dan pentanahan
73
BAB VI
VI.1. KESIMPULAN
sambaran petir tahunan setempat (Nc), dan area cakupan ekivalen dari
2. Bangunan dalam studi kasus ini memiliki dimensi yang cukup besar,
3. Bangunan menara pada studi kasus ini merupakan bangunan yang memiliki
ketinggian yang cukup tinggi yang terletak paa daerah yang mempunyai
distribusi sambaran petir yang sedang, yaitu IKL 170 dan frekuensi sambaran
petir tahunan rata-rata yang dihitung adalah 3,71/tahun, sehingga ini sangat
memerlukan proteksi petir. Dan dalm kasus ini tingkat proteksinya adalah
tingkat I.
4. Dalam kasus ini, proteksi menggunakan metode bola bergulir dimana radius
5. Jumlah terminasi udara vertikal yang dianjurkan di dalam kasus ini adalah
74
7. Susunan elektroda terminasi bumi yang digunakan adalah topologi ring (Tipe
VI.2. SARAN
bagian gedung di sebelah menara (misalnya RBS Shelter atau gedung lain
75
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga, Jakarta,1991.
Delhi,1972.
Terpadu, http://www.petir.com
76