kehidupan keluarga. Setiap orang tua tentu merasa bersyukur bila telah dikaruniai
anak. Selain itu, setiap orang tua pun akan menyadari bahwa anak merupakan amanat
dari Allah yang harus dipelihara, dibina dan dididik sebaik-baiknya. Sejak lahir anak
telah diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma, dan nilai-nilai budaya yang
berlaku melalui pengasuhan yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Dengan
demikian anak perlu diberikan pembinaan agar anak dapat hidup dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pembinaan merupakan suatu proses belajar yang dialami seseorang anak untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan norma-norma agar ia dapat
berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakat (Goslin dalam
Ihromi,1999:30). Syarat penting untuk berlangsungnya proses pembinaan adalah
interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, proses pembinaan tidak mungkin
berlangsung. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto,
1990:67).
Mengembangkan rasa ingin tahu anak memang bukan hal yang mudah, sebab
dibutuhkan kesabaran yang tinggi. Dalam menjawab pertanyaan anak, orangtua harus
menunjukkan perhatian dan jawaban yang sungguh-sungguh, walaupun jawaban yang
diberikan tidak panjang dan sulit dimengerti oleh anak., akan tetapi cukup dengan
jawaban pendek yang disesuaikan dengan pemahaman anak. Sekilas anak-anak tidak
tahu apa-apa tentang alam beserta kehidupannya tetapi mereka sebenarnya memiliki
daya tangkap dan daya ingat yang jauh lebih hebat dari perkiraan kita. Dari sekian
banyak tanya yang mereka ajukan dalam sehari, pasti ada yang masuk dan direkam
baik-baik dalam otaknya.
Pembinaan dan kasih sayang dari orangtua kandung tidak dirasakan oleh anak
yang tidak mempunyai keluarga yang utuh. Disorganisasi keluarga seperti perceraian
kedua orang tua, krisis ekonomi keluarga dan meninggalnya salah satu atau kedua
orang tua. Hal ini menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara orang tua dan anak.
Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan pendidikan terabaikan.
Dalam hal ini diperlukan pembinaan secara utuh, baik pembinaan secara jasmani
maupun rohani. Salah satu cara yang dilakukan agar anak tetap dalam pembinaan dan
pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak tersebut pada suatu wadah yaitu
panti asuhan.
2. Otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan,
maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah
dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang
tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah.
Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan,
anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya
kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak
mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi
target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua
yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya.
3. Permisif
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. Misalnya anak yang masuk kamar
orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan
begitusaja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk
anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang
menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya.
Pembinaan
Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat awalan ke- dan akhiran
an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina,
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan mental/jiwa merupakan tumpuan
perhatian pertama dalam misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak
mulia, Islam telah mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih diutamakan
daripada pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa
yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya akan
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan
batin (Asmaran, 1994:44).
Pola Pembinaan
Pola pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan
apa yang telah ada dan dilakukan secara berulang-ulang. Pembinaan dapat diartikan
sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau
menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar
sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang
sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal
yang telah direncanakan.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan
yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia memiliki
keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak
tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.
Proses pembinaan anak yatim diberikan mulai dari pembinaan psikologi, sosial,
agama, dan keterampilan.
Pola-pola pembinaan anak yatim piatu dalam panti asuhan adalah 1. Pola
Pembinaan Jasmaniah
Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan tubuh segar,
kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan produktif.
2. Pola Pembinaan Agama
Pendidikan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak, agama
akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk
mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik.
3. Pola Pembinaan Intelek
Pembinaan intelek dimaksudkan agar remaja dapat menggunakan intelektualitasnya
dalam menangani masalah kehidupan yang dihadapinya.
4. Pola Pembinaan Kerja dan Profesi
Tujuan pembinaan anak yatim dalam hal ini ialah menghilangkan frustasi,
memberikan economic security dan menjadikan remaja calon tenaga kerja yang
bermotivasi, cakap, terampil, kreatif dan bertanggung jawab.
Dalam hal ini diketahui bahwa yang mengikuti pembinaan anak yatim,
Kontribusi yang diberikan memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak yatim
karena dapat mengubah kehidupan mereka utamanya dari segi prilaku maupun dari
segi ahlaknya yang mampu memperbaiki sistem kehidupan dalam keluarganya.
Pembinaan Jasmaniah
Kondisi jasmaniah yang sehat akan mengkondisikan anak dalam keadaan tubuh segar,
kuat, tangkas, terampil. Sehat untuk dapat dan mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya serta mengamalkan hak-haknya secara konstruktif dan produktif.
Bapak/ibu pembina Yayasan Rumah Yatim Piatu dalam membina jasmani anak adalah
dengan mengajarkan kepada mereka mengikut sertakan anak setiap ada kegiatan
olahraga di lingkungan sekitar. Kegiatan-kegiatan seperti senam, jalan sehat dan
lainnya tersebut dimaksudkan agar anak memiliki jasmani yang sehat dan bugar.
Pembinaan jasmani adalah salah satu aspek pembinaan yang penting yang tidak dapat
lepas dari pembinaan yang lain. Nilai manfaat yang didapat anak setelah berolah raga
yaitu:
a. Nilai Pertumbuhan Fisik
Dengan olah raga seluruh anggota tubuh akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan mereka yang tidak pernah berolah raga.
b. Nilai Pendidikan
Secara tidak langsung ketika anak berolah raga akan memulai mengenal bentuk dari
benda-benda berupa alat olah raga. Anak juga akan mengenal warna, bilangan,
mengenal apa itu aturan permainan, belajar untuk sportif, mengakui kekalahan dirinya
ketika berlangsung pertandingan dan lain sebagainya.
c. Nilai Kemasyarakatan
Dalam permainan olah raga ini khususnya olah raga berego, anak akan mempunyai
belajar berorganisasi bagaimana bergaul dengan kelompoknya, memupun
persaudaraan dan belajar untuk tolong-menolong bersama kawan satu kelompok.
d. Nilai Akhlak
Di sini anak akan mengenal pula apa arti kesalahan dan sesuatu yang benar. Dalam
permainan keluarga, anak akan mengerti kesalahannya dan bagaimana hukuman dari
kesalahannya itu ketika dia melakukan langsung karena dilatih berbuat jujur tidak
saling menjegal, menipu, berbuat adil, egois, dan lain-lain.
Pembinaan Agama
Pembinaan agama bagi anak merupakan senjata ampuh untuk membina anak,
agama akan tertanam dan tumbuh dalam diri setiap anak dan dapat digunakan untuk
mengendalikan dorongan-dorongan serta keinginan-keinginan yang kurang baik.
Pembinaan anak yang diterapkan di Yayasan Rumah Yatim Piatu tidak terlepas dari
sosialisasi pembinaan nilai keagamaan/mental spiritual, hal ini sangat penting karena
pembinaan keagamaan bertujuan mengarahkan anak sehingga anak dapat merubah
sikapnya menjadi lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat serta mampu
melaksanakan pembangunan bangsa.
Ketika sholat telah terbiasa dan menjadi bagian dari hidupnya, maka
dimanapun mereka berada ibadah sholat tidak akan ditinggalkan. Pembiasaan itu
merupakan materi pendidikan dan pembinaan budi pekerti. Menurutnya kebiasaan
menjadi faktor penting untuk bertindak baik. Bila anak-anak sudah dibiasakan
bertindak baik dalam hal-hal yang kecil, ia akan lebih mudah untuk melakukan
tindakan baik dalam hal yang lebih besar. Maka, penting bahwa dalam pembinaan,
kebiasaan-kebiasaan yang baik dilatihkan. Di Yayasan Rumah Yatim Piatu
pembiasaan-pembiasaan yang baik diberikan kepada anak agar perilaku yang baik itu
tertanam pada diri mereka.
Pembinaan Intelek
a. Membaca Al Quran
Pembina rumah yatim mewajibkan anak membaca Al-Quran sehabis maghrib dan
sesudah subuh supaya dapat meningkatkan kecerdasan otak karena anak melakukan
tiga aktivitas sekaligus yaitu membaca, melihat dan mendengar yang
menunjangintelektualitas pada anak.