Askep Marasmus Kel 4 KDM
Askep Marasmus Kel 4 KDM
DEFINISI
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi
(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber
kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke
dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema: gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema: kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema: marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema: marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)
B. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena: diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-
anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999)
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian
secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
5. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
6. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
C. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dimulai dari pemeriksaan mengukur tinggi badan dan berat
badan, mengukur ketebalan lipatan kulit, dan mengukur status gizi.
a. Mengukur TB dan BB ; Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram)
dibagi dengan TB (dalam meter)
b. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
c. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka
dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
F. KOMPLIKASI
1. Infeksi tuberculosisi
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gagguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
9. Gangguan keseimbangan elektrolit
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik.
Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
a. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet : Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien
untuk mencapai keadaan gizi optimal.
b. Pemberian Cairan/Makanan
Tahapan pemberian cairan/makanan :
1) Tahap Stabilisasi/Fase Inisial
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan
pemberian cairan intravena.
Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.
Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada
4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
c. Pencegahan
1) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas.
3) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4) Pemberian imunisasi.
5) Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6) Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
7) Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan BB tiap bulan.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Konsep Asuhan Keperawatan Marasmus
a. Riwayat Keperawatan
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan
lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
embedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus
yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan
metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinari
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1) Penurunan ukuran antropometri
2) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
3) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
4) Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
5) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
6) Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
1)
Dapatkan riwayat diet
a. Gangguan nutrisi kurang dari Tujuan : Pasien mendapat nutrisi
2) Dorong orangtua atau anggota
kebutuhan tubuh yang adekuat
keluarga lain untuk menyuapi
Kriteria hasil : meningkatkan
berhubungan dengan intake
anak atau ada disaat makan
masukan oral.
makanan tidak adekuat (nafsu 3) Minta anak makan dimeja
makan berkurang). dalam kelompok dan buat waktu
makan menjadi menyenangkan
4) Gunakan alat makan yang
dikenalnya
5) Perawat harus ada saat makan
untuk memberikan bantuan,
mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
6) Sajikan makansedikit tapi
sering
7) Sajikan porsi kecil makanan
dan berikan setiap porsi secara
terpisah
Monitor kemerahan,
pucat,ekskoriasi
c. Gangguan integritas kulit Tujuan : Tidak terjadi gangguan 2) Dorong mandi 2x sehari dan
berhubungan dengan integritas kulit gunakan lotion setelah mandi
Kriteria hasil : kulit tidak kering, 3) Massage kulit Kriteria hasil
gangguan nutrisi/status
tidak bersisik, elastisitas normal ususnya diatas penonjolan tulang
metabolik. 4) Alih baring
1)
DAFTAR PUSTAKA