Anda di halaman 1dari 21

Pengertian

Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu atau lebih batu didalam pelvis atau calyces
ginjal atau disaluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal disaluran kemih (kalkulus uriner)
adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandng kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (nefrolithiasis), sudah dikenal sejak
zamanBabilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliksginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjalkemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal adalah
batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan batu slauran kemih yang
paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

1.2 Etiologi
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang berbeda-
beda. Menurut Arimaudi (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-masing
cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya:
a. Batu Kalsium
Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini biasanya
kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu banyak didalam urin,
selain itu jumlah berlebihan vitamin D, menyebabkan tubuhh terlalu banyak menyerap kalsium.
b. Batu Asam Urat
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari metabolisme protein.
c. Batu Struvite
Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan infeksi saluran
kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar, akan menyebabkan kerusakan serius
pada ginjal.
d. Batu Sistin
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan kelainan
genetic, sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.

1.3 Patofisiologi
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium bikarbonat)

atau penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi

didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau konsumsi obat tertentu, juga dapat

merangsang pembentukan batu sehingga menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis atau

tidak ada pergerakan urin dibagian manapun dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan

pembentukan batu (Elizabeth J. Corwin, 2009).

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran

kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan

miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter

atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses

ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). (Price & Wilson,

1995).
1.4 Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit di
sebabkan oleh obtroksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan yang besar
masuk kedalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi uruter secara otomatis.
Rasa sakit dimulai dari pinggang bawah menuju kepinggul, kemudian kearah kelamin luar bisa
merupakan puncak dari kesakitan.
Handriandi (2006) menyatakan apabila batu berada di pasu ginjal dan di calix, rasa sakit
menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obtruksi
berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang parah pada bagian perut terjadi bila batu telah
pindah ke dalam ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu
ginjal kadang-kadang juga mengalami panas, kedinginaan, adanya darah didalam urin jika batu
melukai ureter, disenti perut, nanah dalam urine.
Batu terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu didalam kandung kemih
bisa menyebabkan nyeri diperutbagian bawah. Batu yang menyebab ureter, kolik renalis (nyeri
kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang datang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk pinggang, yang menjarar ke perut, kemaluan dan daerah paha sebelah
dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut mengelembung, demam, menggigil, dan
darah didalam air kemih. Penderita mungkin menjari sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat saluran
kemih, bakteri akan teperangkap didalam aliran kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadinya infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama air kemih akan mengalir
balik ke saluran di dalam ginjal menyebabkan penekanan yang akan mengelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya akan terjadi kerusakan ginjal (Jarot, 2008).
1.5 Faktor-faktor Penyebab Batu Ginjal
Penyakit batu gijal banyak di alami oleh penduduk Indonesia, terutama kaum pria. Adapun
faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu ginjal/ kandung kemih meliputi ras,
keturunan, jenis kelamin, bakteri, kurang minum, air jenuh mineral, pekerjaan, makanan dan
suhu tempat kerja.
Batu ginjal/kandung kemih lebih banyak diderita penduduk dari ras Afrika dan Asia
(termasuk Indonesia) di bandingkan penduduk Amerika dan Eropa. Jika berdasarkan keturunan,
peluang terkena batu ginjal/kandung kemih lebih besar seandainya terdapat riwayat penderita
batu ginjal/kandung kemih dalm kelurga. Sedangkan berdasarkan dari sisi jenis kelamin, pria
lebih beresiko terkena batu ginjal/kandung kemih dibanding wanita. Di perkirakan sekitar 80%
dari pria berusia 70 Tahun mengalami gijala tersebut (Pratomo, 2008).
Pratomo (2008) menyatakan bahwa bakteri juga dapat menimbulkan pembentukan batu
ginjal. Saluran urine yang terinfeksi bakteri pemecah urea pada urin akan mentimulasikan
pembentukan batu pada kandung kemih. Jika kurang minum, maka kepekaan urin meningkat
(konentrasi semua substansi dalam urin meningkat), sehingga mempermudah pembentukan batu.
Lantas air jenuh mineral, terutama kalsium, berpengaruh besar dalam pembentukan batu.
Pekerjaan dari pekerjaan keras yang banyak bergerak, misal buruh dan petani lebih besar
beresiko mengidap batu ginjal/kandung kemih dibandingkan pekerjaan yang lebih banyak duduk.
Konsumsi makanan juga berpengaruh, seperti pada masyarakat ekonomi rendah (kurang makan
putih telur) sehingga menderita batu saluran kemih. Makanan dengan kadar oksalat, natrium, dan
kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi memicu terbentuknya batu ginjal.
Lantas suhu, yaitu tempat dengan suhu panas semisal daerah tropis (Indonesia) dan kamar mesin,
dimana banyak mengeluarkan keringat akan mempermudah pembentukan batu ginjal/kandung
kemih. Sebisa mungkin kita harus bisa mencegahnya karena batu ginjal sulit untuk disembuhkan.
Seringkali penyakit ini bersifat permanen karena penyakit ginjal adalah penyakit kambuhan,
dimana batu ginjal bisa datang lagi setelah penderita diobati atau dioperasi. Tidak jarang
penderita merasa frustasi untuk berobat karena seringnya penyakit ini kambuh.
1.6 Komplikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran
kemih, pylonetritis, yang akibatnya yang akhirnya merusak ginjal, maka timbul gagal ginjal
dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah (Abdul Haris Awie, 2009).
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan batu
ginjal.

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1.7.1 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
1. Retrograde atau antegrade pyelography
2. Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
3. Scintigraphy
1.7.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
1. Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit,bakteri (nitrit), dan pH urin.
2. Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
3. C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan
demam.
4. Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
5. Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan membantu mendorong adanya batu.

2. Modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar pembentuk batu bila kadungan batu

teridentifikasi.

3. Ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.

4. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/ di luar tubuh atau terapi laser yang

digunakan untuk memecah batu .

5. Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk mengangkat batu yang besar atau untuk

meningkatkan setelah disekitar batu untuk mengatasi obstruksi.

1.9 Pencegahan
Kesulitan dari pencegahan penyakit batu ginjal adalah gejalapenyakit ini muncul ketika
keadaan sudah parah atau ketika batu gijal sudah terbentuk besar dan banyak. Rasa sakit mulai
timbul ketika batu ginjal sudah terbentuk besar dan banyak. Rasa sakit mulai timbul ketika batu
ginjal sudah mencapai saluran kencing (Alam 2008).
Gejala awal dari batu ginjal adalah adanya rasa sakit yang biasanya mulai dari lambung
atau daerah samping perut dan berlahan-lahan rasa sakit yang biasanya dimulai dari lambungatau
di daerah samping lambung atau daerah samping perut dan perlahan-lahan rasa sakit bergerak
menuju daerah pangkal paha. Batu ginjal yang baru terbentuk tersebut dapat menyebabkan rasa
nyeri yang sangat ketika batu tersebut dipaksa keluar dari saluran kemih. Hal ini biasanya terjadi
ketika batu gijal yang cukup besar sudah termausuk kedalam ureter yang menyebabkan tekanan
dari air kencing yang terhambat dan menyebabkan senssi yang sangat menyakitkan.
Dalam khasus yang ekstrim air kencing bisa berwarna merah karena bercampur berwarna
merah karena kerusakan dari ureter. Hal ini bisa mengakibatkan keadaan menjadi lebih parah
karena timbulnya komplikasi seperti infeksi yang lebih lanjut. Selain itu kekurangan darah dapat
menjadi masalah serius karena pendarahan terus terjadi akibat kerusakan ureter. Untuk
menghindari hal ini maka perlu dilakukan pencegahan terbentuknya batu gimjal (Alam 2008).
Adapun ada beberapa hal untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, yaitu:
1. Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman yang bervitamin C tinggi.
Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan mengakibatkan
batu ginjal.
2. Mengurangi makanan atau minuman yang bersuplemen
3. Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat, seperti jeroan sapi, kambing dan
sebagainya. Makanan ini banyak mengandung enzim yang dapat menimbulkan endapan pada
ginjal
4. Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang yang menjalankan diet ketat supaya langsing.
Misalnya, diet ketat seperti itu bisa menimbulkan kristal pada ginjal.
5. Perbanyak minum air putih minimal 2 liter/hari
6. Menghindari kencing terlalu lama
7. Berolahraga secara teratur
8. Mengurangi kosumsi vitamin D secara berlebih
9. Hindari makanan dengan kadar oksalat, natrium, kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan
purin tinggi, karena dapat memicu terbentuknya batu ginjal/kandung kemih.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.

- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.

- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama)

2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).

- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.

- Penrunan volume urine.

- Rasa terbakar, dorongan berkemih.

- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria.

- Perubahan pola berkemih


4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.

- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.

- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.


Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.

- Muntah.

5. Nyeri dan kenyamanan:


Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.

- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alcohol.

- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.

- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.

- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,


pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
efek sekunder dari nyeri klonik.
4. Kecemasaan berhubungan dengan pronogsis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.
5. Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif
(ESWL), perencanaan pasien pulang.
3.3 Prioritas Masalah
1. Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
efek sekunder dari nyeri klonik.
3.4 Intervensi

Rencana Tindakan
No
Diagnosa Kep. Tujuan & Rasional
. Intervensi
Kriteria Hasil
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan
1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan dengan
berhubungan perawatan selama pasien dengan tindakan menggunakan
dengan aktivitas 1 x 24 jam nyeri preda nyeri relaksasi dan
peristaltik otot yang dirasakan nonfarmakologi dan nonfarmakologi
polos sistem klien berkurang, noninvasif. lainnya telah
kalises, peregangan hilang atau 2. Lakukan manajemen menunjukan
dari terminal saraf teradaptasi. nyeri keperawatan: keefektifan dalam
sekunder dari Kriteria Hasil: - Istirahankan pasien. mengurangi nyeri.
adanya batu pada 1. Secara subjektif - Manajemen 1.
ginjal. melaporkan nyeri
lingkungan tenang dan - Istirahat akan
berkurang atau
batasi pengunjung. menurunkan
dapat diadaptasi.
- Beri kompres hangat kebutuhan O2
Skala nyeri 0-1
pada pinggang. jaringan perifer
(0-4).
- Lakukan tehnik sehingga akan
2. Dapat
meningkatkan suplai
stimulasi per kutaneus.
mengindentifikasi
darah ke jaringan.
aktivitas yang - Lakukan masase
- Lingkungan yang
meningkatkan sekitar nyeri.
tenang akan
atau menurunkan - Dekatkan orang
menurunkan stimulus
nyeri. terdekat.
nyeri ekternal dan
3. Ekspresi pasien - Ajarkan tehnik
menganjurkan pasien
rilaks. relaksasipernapasan
untuk beristirahat dan
dalam.
pembatasan
- Ajarkan tehnik pengunjung akan
destraksi pada saat membantu
nyeri. meningkatkan kondisi
- Tingkatkan O2 ruangan yang

pengetahuan tentang: akan berkurang

sebab nyeri yang apabila banyak

berhubungan berapa pengunjung yang

lama nyeri akan berada diruangan dan

berlangsung. menjaga privasi

3. kolaborasi dengan pasien.

dokteruntuk pemberian- Vasodilatasi akan


analgetik. dapat menurunkan
spasme otot dan
kontraksi otot
pinggang sehingga
menurunkan stimulus
nyeri.
- Salah satu metode
distraksi untuk
menstimulasi
pengeluaran endorfin-
enfekalin yang
berguna sebagai
anakgetik internal
untuk memblok rasa
nyeri.
- Meningkatkan
kelancaran asupan O2
sehingga akan
menurukan nyeri
sekunder.
- Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan stimulus
internal dengan
mekanisme
peningkatan produksi
endorfin dengan
ekafalin yang dapat
memblok reseftor
nyeri untuk tidak
dikirimkan ke konteks
serebri sehingga
menurunkan presefsi
nyeri.
- Pengetahuan yang
akan dirasakan
membantu
mengurangi nyerinya
dan dapat membantu
mengurangkan
kepatuhan pasien
terhadap rencana
trapeutik.
2. Alnalgetik memblok
lintasan nyerisehingga
nyeri akam
berkurang.
2. Perubahan pola Setelah dilakukan
1. Kaji pola berkemih, 1. Mempengaruhi
miksi berhubungan
tindakan dan catat produksi pengaru iritasi
dengan retensi
urine, sering BAK, keperawatan urine tiap 6 jam. kandung kemih
hematuria sekunder
selama 3x24 2. Anjurkan pasien untuk dengan frekuensi
dari iritasi saluran
kemih. jamdiharapkan minum 2.000 cc/jam. miksi.
pola eliminasi 3. Hindari minum kopi, 2. Membantu
optimal sesuai teh, kola dan alkohol. mempertahankan
kondisi pasien. 4. Kolaborasi fungsi gijal,
Kriteria Hasil: - Pemberian pemberian air secara
1. Frekuensi miksi medikamentosa oral adalah pilihan
dalam batas 5-8 - Tindakan terbaik untuk
X/24 jam. mendukung aliran
extracorporeal
2. Pasien mampu darah rental dan untuk
Shockwave Lithottripsy
minum 2.000
membilas bakteri dari
cc/24 Jam dan (ESWL).
kooperatif untuk traktus urinarius.
menghindari - Tindakan Endourologi
3. Menurunkan iritasi
cairan yang - Pembedahan terbuka.
mengiritasi dengan menghindari
saluran kemih.
minum yang bersifat
meniritasi saluran
kemih.
4.
- Terapi
medikamentosa
ditujukan untuk batu
yang ukurannya
kurang dari 5 mm dan
diharapkan batu dapat
keluar spontan. Terapi
yang diberikan
bertujuan untuk
mengurangi nyeri,
mempelancar aliran
urine dengan
pemberian
diuretikum, dan
minum banyak agar
dapat mendorong batu
keluar dari saluran
kemih.
- Aliran ini dapat
memecah batu ginjal,
batu ureter proksimal,
atau batu kandung
kemih tanpa melalui
tindakan invasif dan
tanpa pembiusan.
Batu di pecah menjadi
pragmen-pragmen
kecil sehingga mudah
unuk dikeluarkan
melalui saluran
kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu
yang sedang keluar
menimbulkan
perasaan nyeriklonik
dan menyebabkan
hematuria.
- Tindakan
endourologi adalah
tindakan invasif
minimal untuk
mengeluarkan batu
saluran kemih yang
terdiri atas memecah
batu dan kemudian
mengeluarkannya
langsung ke dalam
saluran kemih. Alat
itu dimasukan melalui
insisi kecil pada kulit
(per kutan). Proses
pemecahan batu
dilakukan secara
mekanik, dengan
memakaki energi
hidraulik, energi
glombang suara, dan
dengan energi laser.
- Bedah membuka
pada kondisi pasien
yang mengalami batu
ginjal dilakukan atas
pertimbangan medis,
dimana belum
tersedianya pasilitas
pasien pelaksana
bedah ESWI atau
adanya pertimbangan
adanya komposisi
secara klinis yang
diharuskan untuk
penatalalksanaan
dengan pembedahaan
terbuka.
3. Resiko Setelah dilakukan1. Kaji status nutrisi 1. Memvalidasi dan
ketidakseimbangan
tindakan klien, torgur kulit, menetapkan derajat
nutrisi kurang dari
kebutuhan keperawatan berat badan, dan drajat masalah untuk
berhubungan
selama 1x24 jam penurunan berat badan, menetapkan pilihan
dengan mual,
muntah efek diharapkan intergritas mukosa intervensi yang tepat.
sekunder dari nyeri
asupan nutrisi oral, kemampuan 2. Memperhitungkan
klonik.
klien terpenuhi. menelan, riwayat keinginan individu
Kriteria Hasil: mual/muntah dan dapat memperbaiki
1. Klien dapat diare. asupan nutrisi.
mempertahankan 2. Fasilitasi klien 3. Berguna untuk
status asupan memperoleh diet biasa mengukur keefektifan
nutrisi yang yang disukai klien nutrisi dan dukungan
adekuat. (sesuai indikasi). cairan. Makanan dan
2. Pernyataan 3. Pantau intake dan cairan tidak diijinkan
motivasi kuat
output, anjurkan untuk melalui mulut selama
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. timbang berat badan beberapa jam atau
secara periodik (sekali beberapa hari sampai
seminggu). gejala akut berkurang.
4. Lakukan dan ajarkan Bila
perawatan mulut makanan diberikan,
sabelum dan sesudah adanya gejala yang
makan, dan sebelum menunjukan
dan sesudah berulangnya episode
intervensi/pememriksa gastritis dievaluasi
an peroral. dan dilaporkan.
5. Fasilitasi pasien 4. Intake minuman
memperoleh diet mengandung kafein
sesuai indikasi dan dihindari karena
anjurkan menghindari kafein merupakan
assupan dari agen stimulan sistem saraf
iritan. pusat yang
6. Kolaborasi dengan ahli meningkatkan
gizi untuk menetapkan aktivitas lambung dan
kombinasi dan jenis sekresi pepsin.
diet yang tepat. Penggunaan alkohol
7. Kolaborasi untuk juga dihindari,
memberikan anti-
demikian juga
muntah.
merokok karena
nikotin akan
mengurangkan sekresi
bikarbonat pankreas
dan karenanya
menghambat
netralisasi asam
lambung dalam
duodenum. Nikotin
juga meningkatkan
stimulasi parasimpatis
yang meningkatkan
aktivitas otot dalam
usus dan dapat
menimbulkan mual
dan muntah.
5. Merencanakan diet
dengan kandungan
nutrisi yang adekuat
untuk memenuhi
peningkatan
kebutuhan energi dan
kalori sehubungan
dengan status
hipermetabolik klien.
6. Meningkatkan rasa
nyaman
gastrointestinal dan
meningkatkan
kemauan asupan
nutrisi dan cairan
peroral.
3.5 Implementasi

No. Implementasi

1. 1. Menjelaskan dan bantu pasien dengan tindakan preda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif.
2. Melakukan manajemen nyeri keperawatan:
- Istirahankan pasien.
- Manajemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
- Beri kompres hangat pada pinggang.
- Lakukan tehnik stimulasi per kutaneus.
- Lakukan masase sekitar nyeri.
- Dekatkan orang terdekat.
- Ajarkan tehnik relaksasipernapasan dalam.
- Ajarkan tehnik destraksi pada saat nyeri.
- Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri akan
berlangsung.
3. Mengkolaborasi dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
2. 1. Mengkaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam.
2. Menganjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
3. Menghindari minum kopi, teh, kola dan alkohol.
4. Mengkolaborasi
- Pemberian medikamentosa
- Tindakan extracorporeal Shockwave Lithottripsy (ESWL).
- Tindakan Endourologi
- embedahan terbuka.
3. 1. Mengkaji status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat badan,
intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
2. Memfasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
3. Memantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
4. Melakukan dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan
sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
5. Memfasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan
dari agen iritan.
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat.
7. Mekolaborasi untuk memberikan anti-muntah.

3.6 Evaluasi

1. Penurunan keluhan dan respons nyeri.

2. Terjadi perubahan pola miksi.

3. Peningkatan asupan nutrisi kurang.

4. Penurunan tingkat kecemasan.

5. Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL), dan

perencanaan pasien pulang.

Anda mungkin juga menyukai