Sebelum melanjutkan ke langkah demi langkah menuju akreditasi puskesmas. Tahap paling awal
adalah melakukan pemetaan dalam menentukan puskesmas mana saja yang akan di lakukan
bimbingan, ini di inisiasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Tentunya dengan berbagai
macam pertimbangan yang di sesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing dan daerah
lah yang mengetahui dan faham hal tersebut.
1. Lokakarya.
2. Workshop.
3. Self assesment.
4. Penyusunan dokumen.
5. Implementasi .
Apa dan siapa saja yang berperan dalam proses implementasi Akreditasi Puskesmas ?
Apa manfaat akreditasi puskesmas bagi FKTP ( fasilitas kesehatan tingkat pertama ) ?
Ini adalah tahapan paling awal yang dilakukan oleh tim pendamping akreditasi puskesmas.
Dalam tahapan lokakarya yang di bahas dan di diskusikan adalah
7. Pembentukan panitia dan pokja yang akan membantu akreditasi puskesmas ( pokja
ADMEN, pokja UKM, pokja UKP serta tim auditor ).
Lama pelaksanaan lokakarya ini adalah 1 ( satu ) hari. Yang di undang dalam kegiatan ini adalah
lintas sektor, Camat, Lurah, Kepala desa, LSM, BPD, organisasi masyarakat, seluruh staf
puskesmas serta tokoh masyarakat.
Di dalam pertemuan lokakarya ini hendaknya di tindaklanjuti dengan pemilihan anggota tim
Mutu akreditasi Puskesmas. Langsung menyusun struktur organisasi tim mutu. Baik itu
pemilihan ketua tim mutu beserta perangkatnya. Pemilihan ketua pokja dan penanggung jawab
masing masing bab ( terdiri dari 9 bab ) serta tim auditor.
SOP pemeliharaan sarana gedung / ruangan
Ini adalah SOP tentang bagaimana upaya puskesmas untuk melakukan pemeliharaan terhadap sarana
yang ada, khususnya adalah sarana gedung. Ruang tunggu dan perlengkapan ruangan.
Pengertian
2. Usaha mempertahankan kondisi bangunan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau
dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap pengaruh yang merusak,
3. Upaya untuk menghindari kerusakan komponen/elemen bangunan akibat keusangan/kelusuhan
sebelum umurnya berakhir,
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemeliharaan sarana (gedung).
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No ......... Tahun ......... Tentang Penangung Jawab Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana di Lingkungan UPT Puskesmas Sukasari.
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Langkah-langkah
2. Petugas memulai pemantauan sarana/gedung sesuai dengan daftar kegiatan yang ada di
checklist
3. Petugas memantau sarana/gedung Puskesmas apakah dalam kondisi baik atau tidak di setiap
ruangan yang ada di Puskesmas,
6. Jika dalam pemeriksaan terdapat kerusakan maka dilaporkan ke unit administrasi untuk diajukan
anggaran perbaikan, atau diajukan di perencanaan anggaran.
Unit Terkait
Tata Usaha
Unit UKP
Unit Admen
SOP Bab 3 Pemeliharaan Prasarana Alkes dan Non Alkes
Supaya anda tidak pusing dengan pemeliharaan prasarana alkes dan non alkes maka SOP jadikan satu
saja, intinya adalah pemeliharaan ini dilakukan rutin atau harian, jadi setiap alat ada checklistnya, mulai
dari fungsi alat, kebersihan, kelengkapan dll. Jadi kalau bisa setiap alat yang membutuhkan perawatan
harian / mingguan buat saja ceklisnya dulu.
yang kedua adalah pemeliharaan servis bulanan, contohnya AC mau tidak mau anda harus servis rutin
walaupun tidak rusak, bisa 6 bulan sekali, atau juga ambulan. nah sesuaikans aja SOPnya. Ini hanya saya
berikan referensi saja.
Pengertian
2. Usaha mempertahankan kondisi alat kesehatan dan non alkes agar tetap berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga dapat memperlancar dalam pelayanan,
4. Sangat diperlukan untuk memperpanjang umur dan kegunaan barang alkes dan non alkes.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemeliharaan prasarana alkes dan non alkes
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No ......... Tahun ......... Tentang Penangung Jawab Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana di Lingkungan UPT Puskesmas Sukamundur
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Langkah-langkah
A. Pemeliharaan Prasarana Rutin
3. Pelaksana pemeliharaan di tiap ruang memantau prasarana Puskesmas apakah dalam kondisi
baik atau tidak,
4. Jika prasarana dalam kondisi baik maka diisikan di ceklist dan dikumpulkan rutin laporan kepada
PJ Pemeliharaan Prasarana.
5. Jika dalam pemeriksaan terdapat kerusakan maka dilaporkan ke unit administrasi untuk diajukan
anggaran perbaikan, atau diajukan di perencanaan anggaran.
8. Penanggungjawab prasarana memonitoring apakah sudah ada tindak lanjut perbaikan atau
pemeliharaan tiap bulannya.
B. Pemeliharaan Service/ Perawatan ringan Prasarana
3. Pemeliharaan servis rutin ini berlaku untuk alat alkes, prasarana kendaraan, kalibrasi alat,
prasarana komputer, dan peralatan lain yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu
tertentu.
4. Penanggungjawab pemeliharaan prasarana memonitoring alat apa saja yang harus di service
sesuai dengan jadwal tiap bulannya.
Unit Terkait
Tata Usaha
Unit UKP
Unit Admen
SOP Gizi Bab 7 Tentang Konseling / Kegiatan Konsultasi Gizi bagi Pasien
Tyanstory 08:18 Add Comment BAB 7, DOWNLOAD SOP
Pengertian
Konseling gizi adalah kegiatan konsultasi gizi dengan pasien Puskesmas yang mempunyai masalah gizi
untuk memecahkan masalah gizi yang ada.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas dalam melakukan konseling gizi di Puskesmas.
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas no ......... tahun ......... tentang standar operasional prosedur UPT
Puskesmas Sukasari.
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat,
Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) Di Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,1997.
Langkah-langkah
2. Petugas gizi menerima rujukan dari Klinik BP Umum, KIA, Klinik MTBM/MTBS yang mengalami
masalah gizi atau P
3. pasien rujukan dari posyandu maupun mandiri yang mendaftar di loket dengan masalah gizi,
4. Petugas gizi membaca dan mencatat hasil pemeriksaan BP dari catatan medik pasien di buku
register, kemudian menganamnesa masalah gizi dan menentukan terapi diit,
Unit Terkait
BP Umum
KIA
Klinik MTBM/MTBS
Laboratorium
Referensi SOP Gizi Bab 7 tentang Distribusi Vitamin A
Tyanstory 08:15 Add Comment BAB 7, DOWNLOAD SOP
Pengertian
Distribusi kapsul vitamin A adalah kegiatan mendistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk ibu
nifas, balita usia 6-59 bulan kepada Posyandu, Bidan Praktek Swasta (BPS), dan Rumah Sakit Bersalin
(RSB) sesuai dengan sasaran dan balita dengan masalah kekurangan Vitamin A (KVA).
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas dalam melaksanakan distribusi kapsul vitamin A di
wilayah kerja UPT Puskesmas Sukasari.
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas no ......... tahun ......... tentang standar operasional prosedur UPT
Puskesmas Sukasari.
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat,
Depkes RI. Vitamin A Untuk Kesehatan Anda. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta. 1999.
Langkah-langkah
Petugas gizi mendata sasaran kapsul vitamin A dari posyandu, kapsul vitamin A biru untuk bayi usia 6-11
bulan dan kapsul vitamin A merah untuk balita usia 12-59 bulan,
Petugas gizi mendata jumlah sasaran ibu nifas dari BPS, Rumah Sakit dan bagian obat Puskesmas,
Petugas gizi merekap kebutuhan kapsul vitamin A,
Petugas gizi menyediakan kapsul vitamin A dan mendistribusikan ke Posyandu, BPS dan RSB dan bagian
obat Puskesmas,
Kader Posyandu, BPS dan RSB melaporkan hasil kapsul vitamin A ke Puskesmas,
Petugas gizi melaporkan hasil distribusi kapsul vitamin A ke Dinas Kesehatan Kota Salatiga,
Petugas gizi mengevaluasi kegiatan,
Petugas gizi melakukan tindak lanjut.
Unit Terkait
Posyandu
BPS
Rumah Sakit Bersalin
Bagian Obat Puskesmas
Pemantauan Penggunaan APD sangat penting jadi harus dilaksanakan berkala, berikut ini adala SOP
contoh :
Pengertian
Pemantauan penggunaan alat pelindung diri bagi petugas laboratorium adalah pemantauan yang
dilakukan oleh tim mutu Puskesmas terhadap petugas laborat dalam pemakaian penggunaan alat
pelindung diri dan sarana serta prasarana yang dikenakan saat bekerja di laborat agar terhindar dari
kecelakaan kerja dan paparan penyakit yang ditimbulkan di laboratorium.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memantau pemakaian alat pelindung diri bagi petugas
laboratorium yang bertujuan agar melindungi kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium itu
sendiri.
Kebijakan
Surat keputusan Kepala Puskesmas No .... Tahun ......... Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja UPT
Puskesmas Sukamiskin.
Referensi
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Langkah-langkah
1. Petugas laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja di laboratorium,
2. Petugas laboratorium harus memperlakukan semua sampel sebagai bahan yang beresiko tinggi
dan memperlakukan sampel sesuai standar operasional prosedur,
3. Alat pelindung diri bagi petugas laboratorium diantaranya adalah pemakaian masker, jas
laboratorium, handscoen, sepatu tertutup,
4. Tim mutu memantau setiap hari apakah petugas laborat sudah memakai alat pelindung diri
dalam bekerja di laboratorium,
5. Tim mutu mencatat dan memberikan penilaian hasil pemantauan pemakaian alat pelindung diri,
6. Tim mutu mengevaluasi hasil pemantauan pemakaian alat pelindung diri melalui rapat
monitoring,
7. Tim mutu memberikan hasil evaluasi kepada Kepala Puskesmas untuk ditindak lanjuti,
8. Kepala Puskesmas berhak mamberikan teguran atau binaan kepada petugas laboratorium
apabila terdapat pelanggaran terhadap pemakaian APD di laboratorium,
Satu lagi referensi di BAB 7 akreditasi puskesmas yaiu SOP mengenai informed consent bagi pasien,
setidaknya ini harus anda lakukan karena dalam hal pelayanan kesehatan yang satu ini memang sangat
penting untuk perlindungan hukum bagi petugas kesehatan.
Pengertian
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut serta resiko yang
mungkin terjadi.
Tujuan
Melindungi pasien secara hukum dari segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya,
Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari tuntutan-tuntutan pihak
pasien yang tidak wajar serta akibat tindakan medis yang tidak terduga dan bersifat negatif.
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No ....... Tahun ....... Tentang Pemberlakuan Standart Operasional
Prosedur UPT Puskesmas Sukamundur
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MENKES/PER/III/ 2008,
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Langkah-langkah
Petugas menjelaskan pengertian, prosedur, tindakan yang akan dilakukan pada pasien,
Petugas memberikan kesempatan pasien untuk bertanya tentang prosedur yang akan dilakukan,
Petugas memberikan lembar Informed Consent kepada pasien untuk dibaca secara teliti lembar
Informed Consent tindakan yang akan dilakukan,
Pasien diberi kesempatan untuk memberikan keputusan setuju atau tidak prosedur yang akan
dilakukan,
Pasien mengisi Informed Consent dengan cara melingkari persetujuan apabila setuju dilakukan
tindakan atau melingkari penolakan apabila tidak bersedia/menolak dilakukan tindakan,
Pasien memberikan tanda tangan pada blangko Informed Consent bersama saksi dari keluarga
( untuk pasien dibawah usia 18 tahun inform consent ditanda tangani oleh orang tua/keluarga)
Petugas menyimpan hasil lembar Informed Consent dalam rekam medis pasien,
Unit Terkait
BP Umum
BP Gigi
MTBS
KIA/KB
Klinik IMS
Laboratorium
Referensi SOP ini adalah tentang pemeliharaan peralatan, fungsinya adalah menjaga peralatan tetap
berguna sesuai dengan fungsinya. SIlahkan anda kembangkan sendiri sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengertian
Pemeliharaan peralatan adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga alat-alat agar tetap
terpantau dan terpelihara dengan baik.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah langkah petugas untuk memelihara alat-alat agar tetap terawat
dengan baik dan aman.
Kebijakan
Surat Keputusan Kepala Puskesmas No ........ Tahun ........ Tentang Pemberlakuan Standart Operasional
Prosedur UPT Puskesmas sukamandi
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat,
Dr. Lies Dina Liastuti, Departemem Kardiologi Dan Kedokteran Vaskuler FKUI, Pelaksanaan Management
Pemeliharaan Peralatan Medis.
Langkah-langkah
Petugas memantau dan mengecek secara berkala alat- alat yang perlu diperbaiki,
Petugas melakukan pemantauan dan pencatatan alat-alat yang perlu dihapus dan perlu
diusulkan penambahan,
Unit Terkait
Pengurus Barang/Penyimpanan Barang
Ada lagi referensi untuk Bab 8 yaitu masih berkutat di keselamatan pasien, yaitu tentang referensi SOP
Pengelolaan bahan beracun dan berbahaya. Kebanyakan Puskesmas kesulitan dalam menerapkan
manajemen bahan berbahaya ini. Maka dari itu perlu disusun SOP yang jelas untuk mengatasi maslaah
ini. Monggo silahkan di copas jika mungkin bisa dipakai di daerah saudara SOP di bawah ini.
Judul
Pengertian
Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di laboratorium adalah pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun baik yang berasal dari proses produksi (limbah) ataupun yang bukan berasal dari proses
produksi di laborat misalnya seperti pada kegiatan pemeliharaan alat, pencucian ataupun dari reagen
kimia yang dibutuhkan untuk suatu pemeriksaan di laborat.
Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengelola bahan berbahaya dan beracun secara benar
sehingga terhindar dari bahaya kecelakaan kerja, gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Kebijakan
Surat keputusan Kepala Puskesmas No ........ Tahun ....... Tentang Penanganan Dan Pengelolaan Bahan
Berbahaya UPT Puskesmas Jabar.
Referensi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat,
Langkah-langkah
Petugas laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dalam mengelola bahan berbahaya dan
beracun,
Alat pelindung diri bagi petugas laboratorium diantaranya adalah pemakaian masker, jas laboratorium,
handscoon, tutup kepala, kacamata google,
Petugas membuang dan menangani limbah berbahaya secara benar sesuai SOP penanganan limbah,
petugas laborat menyimpan reagen dan bahan berbahaya dengan mengelompokkan sesuai jenis dan
sifat antara lain :
yaitu bahan padat, cair, uap yang mudah menyala dan terbakar secara cepat bila terpapar sumber
cahaya contoh methanol gas hidrogen, ethanol. Bahan mudah terbakar meski tidak terpapar sumber
nyala tapi bisa terbakar karena tekanan, perubahan panas. Penyimpanan bahan yang bersifat mudah
terbakar disendirikan dalam ruangan yang sejuk, sirkulasi udara lancar, jauh dari sumber panas,
dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan kartu kontrol suhu.
Bahan explosive : penyimpanan bahan mudah meledak di ruangan yang sejuk, sirkulasi udara lancar, jauh
dari sumber panas, dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan kartu kontrol suhu.
Bahan corrosive :
yaitu bahan padat, cair yang bersifat korosif atau yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan seperti
mata, saluran pernafasan dan kulit, harus disimpan di tempat sejuk dan ada sirkulasi udara yang cukup
untuk mencegah pengumpulan uap. Dinding dan lantai tahan korosi. Contoh reagen : CH3COOH, HCL,
HNO3, FENOL, NAOH pekat.
Bahan toxic/beracun :
yaitu bahan yang dapat menyebabkan bahaya kesehatan atau kematian bila terserap dalam tubuh bila
tertelan, terhirup dan kontak kulit, contoh bahan yang bersifat toksik: MERC*R*
Penyimpanan bahan yang bersifat toksik disendirikan dalam ruangan khusus yang bersikulasi udara
dengan baik.