Anda di halaman 1dari 6

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Perkembangan Motorik Halus pada anak usia prasekolah


Hasil peneltian menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara signifikan
dalam kemampuan motorik halus antara kelompok Plasticine Clay dan kelompok
Origami, hal ini dibuktikan oleh hasil ratarata nilai pada statistik menunjukkan
pada kedua kelompok memiliki hasil rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu
(10,20) untuk kelompok Plasticine Clay, dan (10,80) untuk kelompok Origami
Perbedaan hasil dalam penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak yaitu Usia, Jenis
kelamin, status anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan
ayah, pekerjaan ibu, dan pekerjaan ayah.
Usia menjadi salah satu yang berpengaruh pada kemampuan motorik
halus, pada anak usia 4 tahun perkembangan motorik halus sangat berkembang
bahkan hampir sempurna, walaupun demikian anak usia 4 tahun masih kesulitan
dalam menggambar bentuk kontruksi, sedangkan pada anak usia 4,6 5 tatahun
telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara
bersamaan. Pada penelitian ini kelompok Origami memiliki responden berusia
4,6 sampai 5 tahun lebih banyak yaitu 6 orang, dibandingkan kelompok
Palsticine yang hanya memiliki 3 orang yang berusia 4,6 sampai 6 tahun.
Jenis kelamin responden sangat mempengaruhi, dimana dalam penelitian
ini pada kelompok Origami lebih banyak responden yang berjenis kelamin
perempuan. Anak perempuan memiliki kemampuan motorik halus yang lebih baik
dari pada anak laki-laki. (Caniato, 2011). Kemampuan setiap anak berbeda-beda,
demikian dengan kecerdasan motorik halus pada anak dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya (Hirmaningsih, 2010). Anak usia 4 tahun yang mahir
berenang, Ada pula anak yang genap 6 tahun belum dapat makan dengan rapih.
Anak perempuan cederung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus, terutama
soal kecekatannya. Sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam melangkah,
melempar, menangkap bola, dan menaiki atau menuruni tangga. Sementara

67
anak perempuan menunjukkan kemampuan yang lebih baik saat meloncat, dan
berlari cepat.
Status anak dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan karena peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam
mewarnai perilaku anak, peran keluarga penting dalam membangung pribadi
anak. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa, orang tua yang menikah
kembali cenderung untuk tidak memberlakukan pengawasan dan kedisiplinan
yang ketat, dibandingkan dengan orang tua tunggal. Mereka yang diasuh oleh
keluarga tiri juga perlakuannya cenderung tidak sebaik mereka dari keluarga
yang lengkap secara emosional,sosial dan psikologis. Pada penelitian ini
terdapat 2 orang anak tiri pada kelompok Plasticine Clay sedangkan pada
kelompok Origami semua responden adalah anak kandung(Hidayat, 2012).
Tingkat pendidikan orang tua j berpengaruh terhadap perkembangan
anak terutama pendidikan ibu. Menurut Subagyo (2010) tingkat pendidikan ibu
yang kurang memadai memungkinkan pemahaman tentang stimulasi kurang
efektif, sebaliknya tingkat pendidikan yang relatif tinggi, memungkinkan banyak
memperoleh pengalaman tentang perawatan anak yang diperoleh dari referensi
dan dari hasil pendidikan, sehingga orang tua memiliki pengetahuan yang terkait
dengan perkembangan anak, pada akhirnya dapat di aplikasikan untuk
memahami kebutuhan perkembangan anak. Sebuah keluarga dapat memberikan
stimulasi dengan cara penyediaan alat bermain, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lainnya terhadap kegiatan anak. Pada penelitian ini tingkat pendidikan
orang tua pada kelompok Origami terdapat lebih banyak orang tua responden
yang memiliki tingkat pendidikan diatas SMA, sebanyak 8 orang (80%) untuk
tingkat pendidikan terakhir ibu. Sedangkan pada kelompok Plasticine orang tua
responden yang memiliki tingkat pendidikan diatas SMA hanya 2 orang (20%).
Pekerjaan Orang tua menjadi salah satu hal yang mempengaruhi tingkat
perkembangan anak karena berhubungan dengan jumlah pendapatan rumah
tangga yang merupakan faktor ekonomi yang secara tidak langsung
mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini berkaitan dengan kemampuan orang
tua menyediakan fasilitas yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak. Selain untuk menyediakan fasilitas yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak, pendapatan rumah tangga mempengaruhi perkembangan
otak melalui jalur nutrisi yang inadekuat, dimana dalam nutrisi terdapat

68
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan
nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya (Hidayat, 2008). Selain terkait pendapatan,
pekerjaan orang tua juga berhubungan dengan intensitas waktu pertemuan
orang tua dan anak dalam keluarga, terutama kebersamaan dengan Ibu, Ibu
rumah tangga atau ibu yang bekerja dengan usaha sendiri (Wirausaha) akan
lebih mempunyai banyak waktu untuk mengurus anak dirumah, dengan demikian
kebutuhan untuk perkembangan anak lebih terpenuhi dibanding dengan ibu yang
bekerja dalam waktu yang penuh, sehingga mempunyai sedikit waktu untuk
mengurus anak.
6.2 Perkembangan Motorik Halus pada kelompok Plasticine Clay
Hasil rata-rata penghitungan nilai postest dapat dijelaskan bahwa
Plasticine clay dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus anak usia
prasekolah (4-5) tahun. Dibuktikan oleh hasil rata-rata nilai yaitu sebanyak
(10,20). Hal ini sesuai dengan penjelasan Bainbridge (1996) dalam Suryani
(2011) menyatakan bermain clay bermanfaat untuk mengasah kemampuan otak
kanan, meningkatkan kreativitas daya imajinasi anak dan melatih kerja syaraf
motorik anak (kususnya motorik halus).
Selain itu pada saat anak melewati tahun keempat dalam kehidupannya,
ada perkembangan yang signifikan pada serebelum (otak kecil yang mengontrol
keseimbangan), sikap tubuh serta perkembangan motorik halus. Selain itu juga,
pada saat ini semua serabut ototnya tumbuh semakin panjang dan tebal.
Terutama otot-otot yang terdapat pada tangan dan kaki berkembang dengan
cepat dibandingkan di tempat-tempat lain di dalam tubuhnya (Tagor, 2007).
Perkembangan motorik sendiri diklasifikasikan menjadi 2 yaitu motorik
kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-
otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Berjalan, berlari, melompat,
melempar dan menangkap benda merupakan contoh gerakan motorik kasar.
Sedangkan Motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang
menggunakn otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu, Kemampuan
menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balok tertentu termasuk contoh
gerakan motorik halus. (Hidayat, 2008)

69
Salah satu alternatif yang efektif untuk membantu perkembangan motorik
halus anak yaitu dengan bermain Plasticine Clay. Media plastisin merupakan
satu dari banyaknya media pembelajaran di Taman kanak-kanak yang mudah
diperoleh atau bisa dibuat sendiri bahannya oleh guru. Media plastisin alat
bermain yang kreatif dan menyenangkan yaitu dapat melakukan kegiatan
rangsangan dan dorongan memperlancar perkembangan kemampuan motorik
halus anak.
6.3 Perkembangan Motorik Halus siswa pada kelompok Origami
Dari uji analisa statistik dapat dijelaskan bahwa Origami juga dapat
mempengaruhi kemampuan motorik halus anak usia prasekolah (4-5) tahun.
Dibuktikan oleh rata-rata nilai yang diperoleh adalah (11,80). Hal ini sesuai
dengan penjelasan Kawashima (2009) yang mengatakan bahwa bermain origami
dapat mengaktifkan otak depan seperti halnya merajut dan pertunjukan musik,
bermain origami adalah sebuah kegiatan yang menggerakan tangan sambil
berfikir untuk menghasilkan sesuatu. Selain menyenangkan, origami memiliki
banyak manfaat lain, diantaranya dapat melatih kreativitas dan motorik halus
anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga saraf
otak akan bekerja dengan baik sehingga akan berdampak positif bagi
perkembangan otak anak usia prasekolah (Kobayashi, 2008).
Lipnick, (2012) menunjukkan Origami adalah intervensi yang tepat, tidak
hanya khusus pada anak, tapi di hampir semua situasi. Origami dapat berfungsi
sebagai sarana untuk meningkatkan kekuatan tangan dan jari, baik keterampilan
motorik, keterampilan spasial visual, dan arah serta memfasilitasi penggunaan
fungsi berpikir lebih tinggi seperti memori, urutan, dan mengikuti petunjuk.
Origami melibatkan beberapa indera dan dapat disesuaikan dengan kemampuan
anak. Origami dapat mengeksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur,
warna karena hasil dari lipatan menjadi model bentuk suatu benda atau hewan
dapat digunakan sebagai sarana memperkenalkan nama-nama benda atau
hewan tersebut (Shalev, 2005). Origami dapat melatih motorik halus pada anak
seperti memegang pensil, menulis, menggambar, dan menggunakan gunting
dengan baik serta melatih kognitif anak dengan belajar macam warna,
mengetahui bentuk, berpikir matematis serta perbandingan (proporsi) lewat
bentuk-bentuk yang dibuat (Hirai, 2010).

70
6.4 Perbandingan antara Bermain Plasticine Clay dan bermain Origami
...terhadap perkembangan Motorik Halus anak
Berdasarkan analisis menggunakan uji komparatif Mann whitney, terdapat
perbedaan yang signifikan pada kedua metode intervensi tersebut. Yang
ditunjukkan oleh hasil ratarata nilai pada statistik pada kedua kelompok memiliki
hasil rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu kelompok (10,20) untuk kelompok
Plasticine Clay, dan (10,80) untuk kelompok Origami.
Dalam sebuah literatur menunjukkan bahwa bermain Plasticine Clay
dapat mengasah kemampuan otak kanan, meningkatkan daya imajinasi dan
melatih kerja syaraf motorik (kususnya motorik halus) Hidayat (2012). Dalam
bermain Plasticine Clay untuk membuat suatu bentuk yang diinginkan,
permainan ini lebih bebas dan tidak harus mengikuti suatu urutan dan aturan
tertentu, sehingga anak bisa berimajinasi membentuk Plasticine sesuai
kreativitas anak. Sedangkan dalam bermain Origami untuk membuat suatu
bentuk yang diinginkan, permainan lebih tertata, dengan mengikuti urutan-urutan
dan aturan tertentu. Dalam bermain Origami, anak terlihat antusias dalam
mengulang suatu bentuk lipatan yang sudah di hafal dan dikuasai, dan
cenderung penasaran untuk jenis bentuk Origami lainnya.Bermain Origami dapat
mengaktifkan otak depan, Menstimulasi kerja syaraf otak yang berdampak positif
bagi perkembangan otak anak usia prasekolah.
Kesamaan dari Plasticine Clay dan Origami adalah dua permainan yang
termasuk dalam permainan membentuk atau konstruksi, dan sama-sama dapat
mempengaruhi kemampuan motorik halus anak usia prasekolah usia (4-5) tahun.
Menurut Moedjiono 1992 dalam Dwijunianto, mengatakan media sederhana tiga
dimensi seperti Clay dan Origami memiliki kelebihan kelebihan: memberikan
pengalaman secara langsung, dan konkrit, tidak adanya verbalisme, obyek dapat
ditunjukkan secara utuh baik konstruksinya atau cara kerjanya dari segi alur
proses secara jelas. Khusus Origami, seseorang tidak perlu bakat alami untuk
menjadi kreatif untuk membuat origami, dengan kata lain setiap orang dapat
mempelajarinya. Untuk kelemahannya bermain Origami pada anak usia
prasekolah ini siswa harus mengikuti aturan - aturan secara disiplin, dan hanya
bisa menggunakan lipatan gunung dan lipatan lembah.
mengoptimalkan perkembangan otak anak.

71
6.5 Keterbatasan penelitian
Keterbatas yang di hadapi peneliti adalah ketika memberikan Intervensi
bermain Plasticine Clay tidak semua responden serius mengikuti instruksi dari
peneliti sehingga lebih memilih mengkreasikan plasticine Clay sesuai kreativitas
sendiri dan setiap hari cenderung hanya membuat bentuk yang sama, sehingga
peneliti meminta 2 teman sejawat untuk membantu mengawasi setiap bentuk
plasticine yang di buat responden dan menginstruksi kan sesuai dengan isntruksi
peneliti. Sedangkan dalam bermain Origami tidak semua anak mampu
memahami instruksi peneliti dalam melipat bentuk kertas, sehingga peneliti
meminta guru responden untuk membantu mengawasi setiap langkah lipatan
responden. Selain itu banyak faktor yang mempengaruhi hasil penelitian dan
tidak dapat dikontrol oleh peneliti seperti: genetik, motivasi responden, peran
keluarga dalam memberikan nutrisi dan stimulasi perkembangan yang kurang
maksimal.

72

Anda mungkin juga menyukai