Anda di halaman 1dari 4

RESUSITASI JANTUNGPARU

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


. 1 dari 4
Tanggal Terbit Ditetapkan,
Direktur

SPO
dr. FX. BUDIARTO
1. Pengertian 1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti
nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut
jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.

3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai dengan tak terasanya
hembusan nafas dari kedua lubang hidung.
2. Tujuan Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti napas segera bisa diselamatkan dan tidak
memberikan gejala sisa.
3. Kebijakan 1. SK Direktur No. .. ttg Kebijakan ..

1) Periksa respon:
4. Prosedur a) Petugas segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada respon atau tidak.
b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan kecuali bila
benar-benar diperlukan.
2) Aktifkan system pelayanan emergensi yang ada:

Bila terjadi di luar RS :

a. panggil bantuan,
b. sebutkan jenis bantuan yangdiperlukan,
c. lokasikorban,
d. nomor telpon yang digunakan,
e. apa yang terjadi,
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan
g. kondisi korban, dan informasi lainnya.

3) AIRWAY (Jalan nafas):

Bila korban tak memberikan respon:

a) Petugas tersebut bernafas secara adekuat.


b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
c) Posisi korban:

i. Tempatkan korban pada posisi terlentang,pada tempat yang keras dan datar.

i) Bila korban telungkup,balikkan korban dalam satu kesatuan sehingga kepala,


bahu dan badan bergerak serentak hingga tak ada yang terputar. Kepala dan leher
harus berada pada satu bidang,lengan berada disamping badan.
ii) Satu bidang, lengan berada disamping badan.

d) Posisi petugas/penolong:

Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan


melakukan bantuan nafas dan kompresi dada.

e) Buka jalan nafas:


i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver head tilt-chin lift untuk
membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti trauma kepala atau
leher.
ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuverjaw- thrust.
iii) Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera keluarkan dari dalam
mulut dengan jari tangan yang memakai sarung tangan. Benda yang keras dapat
dikeluarkan dengan jari telunjuk, sementara tangan yang lain tetap
mempertahankan lidah dan rahang.
4) Manuverheadtilt-chinlift:
a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga kepala
menjungkit kebelakang. Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di bawah tulang
rahang bawah dekat dagu.Angkat rahang dan dagu kedepan.
b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggunakan ibu jari untuk
mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan pernafasan spontan dan
memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi korban goyah atau ada
gigi palsu,maka gigi harus dilepaskan
5) Manuverjaw-thrust:
a) Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban, letakkan siku
penolong pada bidang dimana korban berbaring.
b) Raih sudut rahang bawah korban dan angkat dengan keduatangan. Bila bibir korban
terkatup, regangkan atau buka dengan ibu jari kedua tangan.
6) BREATHING(Pernafasan):
a) Periksa ada tidaknya nafas:
i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil tetap
membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korbanlakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakandada;
(2) Listen:dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
ii) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebihdari 10detik.
b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
i) Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada cedera tulang
belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga jalan nafas terbuka
ii) Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2 kali. Bila tak
dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur ulang posisi kepala dan
ulang lagi usaha ventilasi.
iii) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada mengembang, tenaga
terlatih harus melakukan manuver untuk mengatasi sumbatan jalan karena benda
asing (Heimlich manuver atau abdominal thrust/backthrust)
iv) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang diberikan.
v) Periksa ada tidaknya tanda-tandasirkulasi.

7) CIRCULATION (Sirkulasi)
a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
i) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan normal, atau
gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan nafas yang diberikan.
Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik. Periksa
denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan posisi kepala (head tilt)
dengan satu tangan. Raba trachea dengan 2 atau 3 jari tangan yang lain, geser
jari-jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara trachea dan otot.
ii) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan
arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan kompresi dada.
b) Kompresidada:
i) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
ii) Ditelusuri keatas hingga teraba bagian terbawah sternum.
iii) Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah sternum, dan taruh
tangan yang satu lagi diatas punggung tangan yang pertama, sehingga tangan
dalam keadaan paralel. Pastikan sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum
iv) Jari-jari tangan dapa tdibiarkan terbuka atau saling mengunci satu sama lain
tetapi jangan menekan dada
v) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat disternum dengan cara meletakkan
pangkal tangan penolong diantara kedua papillamammae.
vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada korban.
(2) Tekan ditengah sternum.
(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali keposisi normal agar darah masuk ke
dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel di sternum.
(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali keposisi semula
diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan
nafas, masing- masing1detik. Bila sudah dilakukan intubasi kompresi dada
dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.

8) REASSESSMENT:
a. Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP dengan
dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak, periksa
pernafasan.
b. Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dansirkulasi.
c. Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tanda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-12
kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
d. Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio 30
kompresi 2 ventilasi.
e. Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan spontan tiap menit.
f. Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus. Bila didapatkan adanya
pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan
nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi mantap; dengancara:
i. Satu lutut difleksikan.
ii. Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat,lengan yang lain
difleksikan di depan dada.
iii. Pelan pelan digulingkan kearah yang sepihak dengan lutut yang fleksi.
iv. Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi di depan dada diletakkan
mengganjal rahang bawah (agar tidak terguling ke depan)

RESUSITASI JANTUNGPARU
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman
.. 4 dari 4

1. UGD
5. Unit Terkait
2. Unit Rawat Jalan (Polyklinik)
3. Unit Ranap
4. Kamar Bedah
5. ICU

Anda mungkin juga menyukai