Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya gigi yang memerlukan perawatan saluran akar sudah memiliki restorasi
yang besar, karies luas, dan email yang tidak didukung dentin. (Bence, 1997). Pengangkatan
jaringan karies, preparasi kavitas, dan juga pembentukan saluran akar merupakan tindakan
pengambilan dentin yang dapat melemahkan sisa jaringan gigi. Para peneliti menemukan
bahwa restorasi untuk gigi yang sudah dirawat endodontik harus dapat meningkatkan fungsi
gigi dalam jangka waktu yang lama,untuk itu perencanaan restorasi harus dilakukan dengan
teliti. Pertimbangan untuk mempertahankan gigi sebagai unit fungsional dalam jangka
panjang adalah; jaringan gigi yang tersisa , posisi gigi, fungsi gigi, dan estetika. Selain itu
kondisi jaringan periodonsium harus masih baik agar dapat menentukan jenis restorasi akhir
yang akan dibuat (Weine , 2004 ).
Pada gigi anterior pasca perawatan endodontik apabila masih mempunyai marginal
ridge, cingulum, dan insisal edges yang baik, maka cukup menggunakan komposit resin
untuk restorasinya. Hal ini disebabkan karena gigi anterior tekanan fungsionalnya kecil.
Pada beberapa kasus gigi anterior pasca perawatan endodontik membutuhkan penggunaan
pasak karena pertimbangan resistensi sisa jaringan gigi,estetis dan ekonomis. (Guttman,
1997).

1.2. Rumusan Masalah


1. bagaimana penatalaksanaan perawatan pasak post perawatan endodontik?
2. Bagimana Prosedur perawatan pasak post endodontik?
3. apa yang membuat kegagalan perawatan pasak post perawatan endodontik?

1.3. Tujuan
1. untuk mengetahui penatalaksanaan perawatan pasak post endodontik
2. untuk mengetahui prosedur peraatan pasak post endodontik
3. mengetahui kegagalan perawatan pasak pst perawatan endodontik

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh (brittle) yang disebabkan karena
kandungan air yang berkurang, adanya kavitas yang membesar didalam sehingga email
tidak mendapat dukungan dentin, dan akibat pengambilan jaringan gigi pada saat dilakukan
preparasi kamar pulpa dan saluran akar sehingga tekanan fungsional pada tonjol akan
menyebabkan terjadinya fraktur . (Bence, 1997). Atas dasar konsep tersebut maka dibutuhkan
restorasi pasca perawatan endodontik yang dapat menambah resistensi gigi terhadap fraktur
akibat dari pemakaian. Dengan demikian restorasi pasca endodontik pada gigi anterior
kadang-kadang memerlukan penguat pada daerah servikal yang merupakan daerah yang
paling kritis fraktur. (Torabinijad, 2002).

2.1 Klasifikasi Pasak


Pasak dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Pasak tuang
Pasak tuang di buat di klinik dan laboratorium dari hasil reproduksi negatif
saluran akar yang telah dipreparasi. Alloy emas (Tipe III dan IV) merupakan logam
pilihan yang digunakan hingga saat ini.
2. Pasak Prefabricated
Pasak ready made atau prefabricated dapat terbuat dari metal dan non-metal. Pasak
.metal pada umumnya memiliki retensi yang baik (tapi mempunyai modulus elastis
yang berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang jatuh pada gigi terkonsentrasi dan
dapat menimbulkan fraktur (Weine, 2004)

2.1 Jenis-jenis Bahan Pasak Endodontik


Bahan pasak dibedakan atas dua jenis, yaitu logam dan non logam (Wagnild, 2002).
1. Bahan pasak jenis logam, antara lain :
Alloy emas
Alloy titanium
Stainless steel
Nikel kromium
2. Bahan pasak yang termasuk non logam adalah :
Keramik

2
Fiber reinforce
Fiber carbon
Fiber quartz matrix
Fiber glass
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi Pasak
a. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang tersisa
kurang dari setengah.
b. Gigi yang telah dirawat endodontik, dimana gigi tersebut menerima beban yang
besar.
c. Gigi dengan struktur akar saja yang tersisa.
2. Kontraindikasi Pasak
a. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang masih
utuh. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang
besar dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga masih dapat
memberi resistensi yang cukup untuk bahan restorasi (Weine, 2004).

2.4. Pertimbangan restorasi setelah perawatan endodontic

Pasak yang dipasang pada saluran akar setelah perawatan endodontik adalah pilihan
yang baik karena dapat mencegah fraktur akar pada batas gusi. Sebagian besar fraktur akar
pada gigi yang telah dirawat endodontik tanpa diberi pasak, terjadi pada batas gusi karena
akar yang didukung oleh tulang dapat menahan daya yang mengenai mahkota. Integritas
mahkota-akar lebih baik bila pasak digunakan. Semua sistem pasak, baik pasak buatan pabrik
(prefabricated) atau pasak yang dibuat sendiri oleh dokter gigi (pasak individual) harus
sedapat mungkin memenuhi prinsip-prinsip desain sebagai berikut:
1. Panjang Pasak
Panjang pasak penting karena potensi fraktur juga ada pada gigi yang sudah diberi
pasak. Lengan pengungkit dapat terbentuk dari aspek oklusal gigi sampai puncak
tulang alveolar (fulkrum) dan meluas sampai apeks dari pasak di dalam akar. Panjang
pasak sebaiknya sama panjang dengan mahkota klinis gigi yang direstorasi. Panjang
pasak maksimal yang ideal sering sukar dicapai. Disarankan bahwa panjang pasak
sebaiknya paling sedikit sama dengan panjang mahkota yang sedang direstorasi, tapi
bila hal ini tidak memungkinkan, maka panjang pasak harus diperpanjang sampai

3
dengan 5 mm dari ujung apeks. Panjang pasak harus dibuat sedemikian rupa sehingga
meninggalkan minimal 3 mm dari bahan pengisi saluran akar pada apeks untuk
mempertahankan integritas penutupan saluran akar. Pasak harus cukup panjang untuk
mencegah terjadinya stres internal yang berlebihan pada akar dan panjangnya harus
paling sedikit setengah panjang akar yang didukung oleh tulang alveolar. Panjang
pasak bukanlah satu-satunya faktor utama yang dipertimbangkan dalam mendesain
restorasi. Pada suatu studi perbandingan mengenai pengaruh panjang, diameter, dan
bentuk pasak terhadap kekuatan tarik, ditemukan bahwa pasak dengan dinding sejajar
bergurat-gurat mempunyai retensi 4 kali lebih besar dibandingkan pasak berbentuk
kerucut. Penelitian ini juga menemukan bahwa penambahan pada panjang atau
diameter pasak hanya akan meningkatkan retensi sebesar 30% sampai 40%.
2. Dinding-dinding pasak harus se-sejajar mungkin
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar
4. Pasak harus terletak sesuai dengan sumbu panjang akar meskipun bagian inti pasak
dapat menyimpang ke arah lain untuk kepentingan estetik
5. Pemakaian prinsip ferulle
Ferrule dapat didefinisikan sebagai suatu cincin logam atau topi yang diletakkan di sekitar
ujung suatu alat, kaleng, dan sebagainya, untuk menambah kekuatan. Efek ini digunakan
pada preparasi pasak dalam bentuk kontra bevel melingkari gigi (circumferential
contrabevel). Kontrabevel ini menguatkan aspek koronal dari preparasi pasak,
menghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak sebagai bentuk antirotasi. Efek ini
juga digunakan bila tidak ada atau sedikit saja sisa mahkota klinis dengan jalan membuat
kontrabevel yang luas pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih
apikal daripada unit pasak dan inti. Suatu analogi menunjukkan aksi dari ferrule.
7. Hindarkan garis sudut tajam yang akan memulai garis fraktur di dalam akar pada
waktu gigi mendapatkan daya
8. Sebaiknya dipisahkan pasak inti dan mahkota
9. Buat dudukan oklusal atau kontrabevel pada bagian inti untuk mencegah
wedging action dan kemungkinan fraktur akar pada waktu gigi terkena daya
oklusal (Ismiati, 2001).
Adapun pertimbangan untuk rancangan pasak dan preparasinya, yaitu :
Jika terlalu pendek, kemungkinan patahnya akar akan lebih besar. Tekanan yang ada
akan diterima mahkota dan pasak didesak ke akar yang tidak ditunjang oleh tulang.

4
1. Jika preparasi pasak cukup panjang (idealnya 1 1 kali panjang mahkota) tekanan
yang diterima mahkota akan tersebar ke seluruh akar yang berkontak dengan pasak.

Gambar 3. Restorasi pasak dengan panjang yang ideal. A. Mahkota pasak, B. Panjang pasak,
C. Bahan pengisian saluran akar pada bagian apeks.

2. Jika preparasi pasak terlalu lebar, akar akan menjadi lemah dan kemungkinan fraktur
lebih besar. Preparasi yang terlalu lebar mungkin akan mengakibatkan perforasi akar.
Pasak yang pendek dan lebar sering mengakibatkan fraktur akar.
3. Jika preparasi dan pasak terlalu sempit, kesukaran mungkin akan dijumpai untuk
mencetaknya dan karena fleksibilitas pasaknya, gigi tidak akan menjadi lebih kuat.
4. Penentuan diameter pasak harus dikontrol untuk memelihara radicular dentin,
mengurangi potensial perforasi dan mencegah gigi dari fraktur. Idealnya diameter
pasak adalah 1/3 diameter dari akar gigi. Apabila diameter pasak kurang dari 1/3
diameter akar maka pasak tersebut akan mudah fraktur dan retensi yang dihasilkan
berkurang. Sebaliknya dengan bertambahnya diameter pasak lebih dari 1/3 diameter
akar gigi maka akan melemahkan sisa gigi yang disebabkan preparasi saluran akar
yang dilakukan berlebihan untuk mendapatkan ruangan pasak. Menambah diameter
pasak tidak memberikan peningkatan yang signifikan untuk retensi pasak, tetapi
cenderung dapat mengorbankan sisa dentin yang sehat. Sisa dinding dentin yang tipis
tidak dapat menahan tekanan sewaktu gigi berfungsi sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur akar.

5
Gambar 4. Hubungan antara diameter akar dengan diameter pasak. A. Diameter akar, B.
Dudukan, C. Diameter pasak 1/3 diameter akar, D. Lebar pundak 1/6 diameter akar.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, desain pasak dapat diperoleh dalam
berbagai bentuk seperti buatan pabrik yang sudah jadi, tuang atau kombinasi dari keduanya.
Pasak buatan pabrik mempunyai dua bentuk dasar yaitu sisi sejajar dan kerucut yang
ukurannya disesuaikan dengan ukuran reamer yang digunakan dalam preparasi saluran akar.
Sedangkan pasak tuang bentuknya mengikuti bentuk preparasi saluran akar (Ismiati, 2001).
Pasak yang dindingnya sejajar mempunyai retensi yang lebih baik daripada pasak
yang dindingnya mengerucut, sebab pasak yang sisi sejajar memusatkan tekanan secara
merata sepanjang dinding dari pasak, sementara pasak yang bentuknya kerucut memusatkan
tekanan pada bagian koronal dari dinding pasak tersebut. Preparasi yang menyalahi bentuk
saluran akar dengan bentuk sejajar maka dinding lateral akar akan melemah dan mudah
terjadi fraktur horizontal dari akar (Ismiati, 2001).
Pasak yang penampangnya bulat panjang (oval) ke arah labio-lingual lebih kaku dan
mencegah terjadinya rotasi dari pasak yang dibuat dari bahan yang sama tetapi berpenampang
bulat. Penampang yang oval dengan sendirinya dapat mencegah rotasi.

6
Gambar 5. Penampang saluran akar yang oval yang dapat menahan rotasi

2.5.Kegagalan Penatalaksanaan Saluran Akar


Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan restorasi pasak
adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan resistensi pasak serta kegagalan
akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga pada pemakaian restorasi pasak pasien yang
sering merasa tidak nyaman (Kamizar, 2000).
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor mempengaruhi
hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhikeberhasilan dan
kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktorpenderita, faktor anatomi,
faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Kamizar, 2000).
1. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak
mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran
akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat
mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah
a. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan
pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan
pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi
periapikal.
b. Keadaan patologis periapikal
Hanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkanprognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat

7
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua
lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
c. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya
proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh
plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
d. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk
karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah
menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang
teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.
2. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut :
a. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang
mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk
diekstraksi
b. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya
mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi
penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena
giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis
yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya.
c. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah
normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung,

8
diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di
luar kontrol ahli endodontis.
3. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada.
a. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif .
b. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan
menghasilkan prognosis yang buruk pula.
c. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebihpendek dari
akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkatkeberhasilan yang
rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan
iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan
pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi
kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
4. Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
a. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk
abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran
akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.
b. Kelompok gigi

9
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini
disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah
apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis
dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi
anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah
periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi
radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi
anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan
dengan gambaran radiologi gigi posterior.
c. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal
saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap
permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah
percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar
ke ligamen periodontal
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran
tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan
menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir.
5. Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
a. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung
saluran. Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak
sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau
penggunaan instrumen yang lurus serta tidakfleksibel di dalam saluran akar yang
bengkok. Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan
pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai.
b. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar
akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.

10
Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan
yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak
patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi
ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk
jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi.
c. Fraktur akar vertical
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil
perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal.

11
BAB III
KASUS

Pasien laki-laki usia 21 tahun, pernah melakukan perawatan saluran akar sebelumnya dan
pasien ingin dilakukan perawatan lanjutan agar giginya tetap bisa dipertahankan dan
memiliki kekuatan yang cukup dan tidak mengganggu estetik
Pemeriksaan klinis gigi 12 karies profunda perforasi oleh karena karies, perkusi negatif,
palpasi negatif, sondasi negatif, mobilitas 1O pemeriksaan radilogi terlihat radiolusen pada
central mesial gigi sampai ke servikal gigi, pelebaran membran periodontal.
Diagnosis: Nekrosis Pulpa

12
BAB IV

MANAGEMEN KASUS

Untuk memberi kekuatan pada gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar agar tidak
terjadi fraktur diperlukan beberapa stabilisasi. Stabilisasi ini melekatkan restorasi dengan
sisa jaringan gigi. Hal ini didapat dengan menggunakan pasak intrakanal sebagai struktur
penunjang agar didapat stabilisasi mahkota-akar. Namun banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menetapkan perawatan pasak intrakanal tersebut.

13
Penatalaksanaan salurun akar untuk restorasi pasakdapat dilakukan setelah perawatan
saluran akar dan tidak terdapat kelainan pada saluran akar yang dapat mempengaruhi retensi
dan resistensi dari restorasi pasak. Berdasarkan hal ini kita perlu merencanakan perawatan
prostodonsi dalam pembuatan restorasi pasak sehingga diperoleh restorasi pasak yang dapat
memberikan kekuatan dan menggatikan jaringan keras gigi yang tersisa serta mampu
menghasilkan retensi dan resistensi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan saluran akar untuk pembuatan
restorasi pasak yaitu :
1. Bekerja secara asepsis
2. Persiapan saluran akar
Persiapan saluran akar yang baik dapat memberikan retensi dan resistensi yang baik
pada restorasi mahkota pasak. Pasak yang disemenkan kedalam saluran akar akan
memberikan retensi pada inti, tetapi tidak memperkuat bahkan seringkali
memperlemah akar gigi. Karena itu, preparasi saluran akar harus dibuat seminimal
mungkin sesuai dengan keperluan retensinya. Persiapan saluran akar dimulai dari
penentuan kedalaman pasak serta pengangkatan gutta percha dari saluran akar yang
sudah dilakukan perawatan saluran akar pada gigi yang akan menggunakan restorasi
pasak.
3. Penentuan Kedalaman Pasak
Penentuan kedalaman pasak dilakukan dengan menggunakan rumus
Panjang kerja PSA: 21 mm
Panjang mahkota: 9 mm
Panhang saluran akar : 21-9:12 mm
Panjang gutap yang diambil: 2/3 x 12: 8 mm
Panjang gutap yang disisakan: 1/3 x 12: 4 mm
4. Pengangkatan Gutta percha
Pada pengisian saluran akar secara penuh maka harus diusahakan pengangkatan gutta
percha sebanyak 2/3 bagian koronal akar saluran akar, sedangkan gutta percha 1/3 bagian
aspek tetap dipertahankan. Pengangkatan gutta percha harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak mengganggu keharmonisan obturasi di apeks.
Dalam keadaan panjang pasak yang tidak cukup maka lebih baik mempertimbankan
pengurangan panjang pasak sehingg panjang sisa akar bagian apeks yang terisi gutta
percha tetap dipertahankan sepanjang minimal 5 mm. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga hermetis seal apeks sedangkan untuk bagian pasak resistensinya dapat

14
ditingkatkan dengan pemberian retensi tambahan seperti preparasi saluran akar yang oval,
penambahan dudukan maupun kanal tambahan.
Pengangkatan gutta percha dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a) Pesso reamer
Alat ini digunakan untuk mengeluarkan gutta percha dengan cara menembus
gutta percha yang lebih lunak serta tidak menimbulkan perforasi didinding saluran
akar asalkan reamer tidak dipakai pada saluran akar yang bengkok.
5. Melebarkan dan membentuk dinding saluran akar
Untuk mendapatkan ruang yang cukup bagi tempat pasak yang akan dipasang maka
perlu dilakukan peleburan dan pembentukan saluran akar dengan menggunakan
instrumen intra kanal. Diameter pasak pengaruhnya lebih sedikit dalam menciptakan
retensi di bandingkan kedalaman pasak yang tertanam, oleh sebab itu pelebaran saluran
akar tidak boleh terlalu besar sampai ke jaringan dentin sekitarnya, terutama pada bagian
apikal. Sebagai patokan diameter pasak adalah tidak melebihi 1/3 dari akar mesio distal
pada 3-5 mm dari apeks.9

Gambar 7. Preparasi gigi untuk pasak tuang dan mahkota jaket porselen dengan inti yang
sudah dirawat endodontic. a dan b. permukaan mesio distal, c. permukaan buko-lingual

Prosedur penatalaksanaan preparasi saluran akar untuk tempat restorasi pasak adalah
sebagai berikut :
a. Sediakan bur tangan dengan diameter 1,15 sampai dengan 1,15 mm dan 4-5 mm
lebih pendek dari saluran yang telah dipreparasi.
b. Masukkan bur tangan yang berdiameter 1,15 mm dengan gerakan memutar searah
jarum jam yang digunakan untuk melebarkan saluran akar. Preparasi dikerjakan
sampai sejauh 10 mm dari tepi gingiva aproksimal dari mahkotanya dan bisa
dibuat lebih panjang asalkan masih tersisa gutta percha pengisian saluran akar
sepanjang 5 mm. Setelah itu dilanjutkan oleh bur yang ukurannya lebih besar
yaitu 1,25 mm yang dipakai sampai mencapai panjang saluran akar yang sama

15
tersebut. Jika instrumen telah terasa seesak di apek berarti saluran akar tidak perlu
dilebarkan lagi. Jika bur terasa longgar, pakailah bur dengan ukuran yang lebih
besar yaitu 1,35 mm atau bahkan 1,55.
c. Ukuran preparasi bergantung dari ukuran asli saluran akar dari akarnya. Dalam
tindakan preparasi diharapkan saluran akar dapat menjadi bentuk kerucut sehingga
diperoleh retensi yang maksimal.
6. Pencetakan Saluran Akar
Pada pasak buatan pabrik tidak dilakukan pencetakan saluran akar. Hal ini
disebabkan karena pada pasak buatan pabrik dibentuk dengan pasak siap pakai yang
disesuaikan dengan ukuran saluran akar yang telah dipreparasi dan tersedia dalam
bentuk dan ukuran yang bervariasi.

7. Penanaman dalam okludator

8. Pasang coba pasak dan preparasi perbaiakan


9. Insersi pasak
10. Pencetakan mahkota

16
11. Pasang coba
12. insersi

17
DAFTAR PUSTAKA

Ingle JI. Endodontics . 5th ed. BC Decker, Hamilton. 2002 : 913-950 Ford PT, Orstavik D.
Essential Endodontology : Prevention and Treatment of Apical Periodontitis.
Blackwell science. 1998 : 331-366

Ismiatin K. Restorasi kerusakan mahkota klinis gigi yang luas dengan penguat pasak jadi.
Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 2001; 34(4):7679.

Kamizar. Etiologi dan pencegahan kasus-kasus iatrogenic dalam restorasi pasca endodontic.
JKGUI 2000; (Edisi khusus):470-4

Nanik Z. Perbaikan Estetik pada gigi anterior dengan letak berdesakan disertai karies
kompleks. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 2001; 34(3):1168

Wagnild GW, Mueller KL. Restoration of the endodontically treated tooth, Pathway of the
Pulp, 8th ed. Mosby, St. Louis. 2002 : 765-795

Walton RE, Torabinejad M. Principles and Practice of Endodontics, 3th ed. W.B Saunders
Co, Philadelphia. 2002 : 268-281

Weine FS. Endodontics Therapy. 6th ed. Mosby, St.Louis. 2004 : 546-584 Mount GJ.
Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, St. Louis. 1998. 217-252

18
Penggunaan Pasak Tuang Pada Gigi Post Perawatan
Endodontik

Disusun Oleh

Ilman Hasan S

M . Effrin J

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2014

19
20

Anda mungkin juga menyukai