Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk profesional yang merupakan


bagian intergral dari pelayanan kesehatan .pelayanan keperawatan menjadi bagian
terdepan dari pelyanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan, 40%-60%
pelyanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan ( Gillies,1994). Untuk
mewujudkan pelyanan keperawatan yang berkualitas, pengelolaan pelayanan
keperawatan harus lah ,mendapatkan perhatian secara menyeluruh.

Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayana dirumah sakit


dipengaruhi banyak factor. Faktor-faktor tersebut harus dapat dikelola secarara
efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen,khusunya manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu
pengkajian (kajian situasional), perencanaan ( strategi dan operasional) implementasi
dan evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara prifesional
untuk menjalankan fungsi manajemen agar berhasil secara optimum. Seorang
manajer keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses ysng meliputi 4
fungsi utama dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian ,pengarahan dan
kontrol.

Pelaksanaan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam


tatanan pelayanan kesehatan nyata. Bentuk pelayanan belajar dengan praktek klinik
dan seminar serta mengintergrasikannya pada keperawatan klinik dalam prktek
profesi .

B. Tujuan
1. Tujuan umum

peserta didik mampu mengelola pelayanan keperawatan professional tingkat dasar


secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang professional.

5
2. Tujuan khusus

setelah menyelesaikan kegitan prktek kepemimpinan dan manajemen,


peserta mampu :

a) Menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen keperawatan dalam


pengelolaan pelayanan keperawanan dan pengeglolaan manajemen asuhan
keperawatan pada klien ditingkat unit atau ruang rawat disuatu tatanan
pelayanan kesehatan.
b) Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayan keperawatan profesional tingat dasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


A. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif
dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. (Grant & Massey, 1999)
Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas. (Fayol
dalam bukunya Russel, 2000)
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1985)

B. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan
keperawatan
1. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari :
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan
keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang
berdinas.
a. Kelebihan metode fungsional
Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
b. Kelemahan metode fungsional
Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.

2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total
kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a. Konsep metode tim
Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik
kepemimpinan.
Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
b. Kelebihan metode tim
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses perawatan
Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik
mudah diatasi
Memberikan kepuasan pada anggota tim
c. Kelemahan metode tim
Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng
jawab terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
a. Konsep dasar metode primer
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga.
b. Ketenagaan metode primer
Setiap perawat primer adalah perawat bed side
Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya
maupun non profesional sebagai perawat asisten.
c. Kelebihan metode keperawatan primer
Bersifat kontinuitas dan komprehensif
Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d. Kelemahan metode keperawatan primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

2. Sistem klasifikasi Pasien


Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah :
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria :
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan.
Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
Pengobatan minimal, status psikologis stabil
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.

3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria :
Segalanya diberikan atau dibantu
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
Pemakaian suction
Gelisah atau disorientasi

3. Metode Proses Keperawatan


Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan
penentuan masalah), diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian
tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap
dalam proses keperawatan, yaitu :

1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan
yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan
mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari
keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
Pola koping sebelumnya dan sekarang
Fungsi status sebelumnya dan sekarang
Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
Resiko untuk masalah potensial
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi
ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.
Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera.
Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan
menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu
misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus
segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau
kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
di lakukan intervensi.
c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3) Rencana tindakan keperawatan


Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap
perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat
memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk
memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana
asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang. (potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan.

5) Evaluasi tindakan keperawatan


Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang
telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah
terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

6) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (Potter, 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan.
Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri,
namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem
pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi
Pada Sumber (Source Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi
kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh
karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain informasi
menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada
pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut :
a. Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis
pada saat masuk rumah sakit.
b. Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang
dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c. Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi
kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d. Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e. Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,
masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling
ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan
standar dokumentasi.
a. Ketrampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah
dimengerti. Dalam kenyataannya dengan kompleknya pelayanan
keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.

b. Dokumentasi proses keperawatan


Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses
keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang
tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, problem solving,
dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka
atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil
berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian
integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem
solving.
c. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat memenuhi
standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan
secara adekuaat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
d. Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5
komponen yaitu :
1. Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
2. Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi
terhadap keprofesian mudah untuk menunjang ketrampilan dan
kemampuan pendokumentasian.
3. Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas
memberikan arahan keperawatan.
4. Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan diri
terbelakang dan kemajuan.
5. Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan
sangat diperluakan oleh seorang perawat.

C. Proses Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman
keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input,
proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat
dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf,
serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol
dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan
prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali
mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan
kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)
Gambar 2.1 Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan

MASUKAN/INPUT HASIL/OUTPUT
PROSES

Data Perawatan Pasien

Personalia

Pengumpulan Perencanaa Pengaturan Pengelolaan Kepemimpinan Pengawasan Pengembanga


Peralatan
Data n Pegawai n Staf

Persediaan
Riset

Informasi ttg : Tujuan Sistem : Bentuk Organisasi : Klasifikasi Pasien : Kekuasaan : Kendali mutu :
Pasien Standar Uraian Penentuan Pemecahan Audit
Pegawai Kebijakan jabatan / kebutuhan pegawai masalah Penampilan kerja
Sumber- Budget pekerjaaan Penjadwalan Pengambilan Disiplin
sumber Evaluasi Penugasan keputusan Hubungan kerja
pekerjaan Pengurangan absen Mengatasi konflik Komputer sistem
Kerja Tim / Pengurangan Komunikasi dan
kelompok pindah sistem analisis
Pengembangan transaksional
pegawai

Sumber : Gillies, 1985


Gambar 2.2 Proses Manajemen Keperawatan Mendukung Proses Keperawatan

Diagnosis Perencanaan Implementasi

Evaluasi
Pengkajian

Pengelolaan Kepegawaian

Pengumpulan Data Perencanaan Kepemimpinan Pengawasan

PROSES MANAJEMEN

Sumber : Gillies, 1985


D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori
manajemen umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya
manusia dan materi secara efektif. Empat elemen besar dari teori
manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan atau
memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas
manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih
dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan
nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan
yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi
yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan
informal yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik
antar pribadi. Struktur fotmal direncanakan dan dipublikasikan,
struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang
manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya
secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang
akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal
balik pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang
mempengaruhi efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan
timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan
dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur
formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer
perawat bisa memakai struktur organisasi informal unttuk
mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam
struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang
ia jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan
tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai
dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat
memudahkan pembagian tugas perawat yang disesuaikan
dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat dan sesuai dengan
kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey
(1997) dan Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawatan Perawat Menyuntik Perawat Visite


Pengobatan Luka

Pasien

2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group
kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap askep
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan

4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus
seperti isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan
model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
Keperawatan primer tidak digunakan secara murni
karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar
belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keprawatan dan accountabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat
dan tim kesehatan lainnya.

3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg
memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini
termasuk faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad
tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim,
2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu
: kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu
yg kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan
tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan
pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan
mereka. Di dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien
dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka pada
pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian
perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk
mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya
yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien
yang akan dijalankan, manajer perawat harus menentukan
jumlah kategori pembagian pasien; karakteristik pasien di
masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur perawatan
yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan
pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori.
Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif
yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat
memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori
klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan
tenaga, yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X
hr/tahun
hr/tahun hr libur perawat X jam kerja/hari
= jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
jam kerja / tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = X 4 jam = 2 jam
- Partial care = X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 1 X 4 jam = 4-6
jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5
jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

perawat = klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien


Minimal care Partial care Total care

klien Sor
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Malam
e
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40


3) Rumus Depkes 2003
Berdasarkan :
Tingkat ketergantungan klien
Rata-rata klien/hari
Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. jam perawat = A
Jam kerja efektif per shift
Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar
dan tugas-tugas non keperawatan
b. hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan
bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal
waktu personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi yang mengatur kebijaksanaan
penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka
manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk
menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab
mempersiapkan jadwal waktu untuk personil di masing-
masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal
masuk / libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para
pekerja menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja per hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing
pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi
pergiliran tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-
rata dua hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori
personil.
12) Definisi dari libur akhir pekan untuk personil tugas
malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak
berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan
pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai
harus dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada
hari libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada
masing-masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan
pegawai mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur,
natal, tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan
dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil
sehubungan dengan permintaan waktu liburan dan hari
libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan darurat untuk
penyesuaian jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi dan
perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa
metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu
singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-
masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar,
letak perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya.
Pada materi lokakarya bersifat teknis, administrative dan
sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan
informasi adanya aturan-aturan atau hal hal baru dalam
organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh
peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah
pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan
pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya
diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan
utama sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.
Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan
secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini
disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang
tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
(Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan
erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan
fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb)
selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.
Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan
efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat
lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan
terhadap staf
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas
yang maksimal dengan menyediakan standart keamanan
minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif
serta reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk
menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang
ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar
menggunakan sumber-sumber yang meyakinkan pasien
untuk menerima perawatan sesuai yang diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan
keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian
untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas
keperawatan sebagai hail pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk
standart ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan
menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart
yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja
dengan menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan
dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau
bentuk promosi dan latihan lanjutan.

2.2 Konsep Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Bedah


A. Pengertian
Ruang rawat inap bedah adalah merupakan ruangan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada individu dewasa dan anak-
anak baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai kelainan
dan atau gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang
didiagnosa harus dilakukan tindakan perawatan dan atau
pembedahan, menjelang dan sesudah dilakukan tindakan
pembedahan.

B. Tujuan dan Prinsip Keperawatan


1. Memberikan asuhan keperawatan secara profesional
2. Meminimalkan penderitaan klien sehingga mencapai
kemandirian
3. Mencegah terjadinya komplikasi
4. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar klien selama
perawatan
5. Membina peran serta atau kerjasama dengan keluarga klien
6. Menyediakan lahan pendidikan bagi calon praktisi
keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

C. Lingkup Garapan
Lingkup garapan dari keperawatan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar manusia berdasarkan fokus telaah medikal
bedah. Maka lingkup garapan keperawatan medikal bedah
meliputi segala gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada satu atau
beberapa sistem tubuh yang dialami oleh individu.
Secara umum lingkup garapan keperawatan medikal bedah
adalah :
1. Pemberian asuhan untuk memenuhi rasa nyaman klien selama
dirawat
2. Pemberian bantuan kepada klien dalam meningkatkan dan
memelihara status kesehatan, deteksi penyakit, dan pencegahan
penyakit.
3. Pemberian bantuan kepada klien untuk mencapai kemandirian
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Pemberian bantuan kepada klien untuk meninggal dengan
damai.

D. Flow OF Care Pre Operatif


1. Penerimaan
a. Klien masuk keruangan atas rujukan dari poliklinik dan
UGD
b. Serah terima kepada perawat ruang bedah
c. Melakukan pemeriksaan status, seleksi kasus berdasarkan
diagnosa
d. Memberikan informasi mengenai biaya administrasi dan
fasilitas yang tersedia
e. Memberikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk
memilih fasilitas sesuai dengan kemampuan.
2. Pengelolaan
a. Menempatkan klien sesuai dengan diagnosa dan keinginan
klien
b. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan dan
bangsal (kamar mandi, lemari, kantor perawat, depo
farmasi, ruang panata jasa)
c. Informed consent awal, yaitu menjelaskan kepada klien
bahwa ia harus dioperasi dan atau harus dirawat untuk
perbaikan keadaan umum sebelum dilakukan operasi.
d. Pengkajian awal meliputi pengkajian bio, psiko, sosio dan
spiritual.
e. Pre conference dengan tim kesehatan berkaitan dengan
kondisi klien
f. Pemenuhan kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada pengkajian awal.
g. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, EKG, USG, fungsi
paru dan X-ray)
h. Pembatasan diet
i. Persiapan operasi : daerah operasi (kosmetik, protesa),
pemasangan infus dan kateter wash out, kuras/lavage.
j. Informed consent akhir : diagnosa yang ditegakan, sifat dan
luas tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan urgensi
tindakan, resiko tindakan, konsekuensi tindakan jika
dilakukan dan tidak dilakukan, biaya menyangkut tindakan,
surat izin dari keluarga.
k. Konsul IPD dan anastesi
l. Persiapan mental
m. Premedikasi

E. Flow Of Care Post Operatif


1. Penerimaan
a. Serah terima klien dari perawat RR ke perawat ruangan
b. Melakukan diskusi dengan tim kesehatan tentang kondisi
klien post operasi.
c. Mengembalikan klien ke ruangan semula.

2. Pengelolaan
a. Pengkajian awal post operasi termasuk monitoring keadaan
umum, tanda-tanda vital, aliran cairan IV, jumlah
perdarahan, intake dan output cairan dalam 24 jam pertama.
b. Pemenuhan KDM post operasi
c. Pemeriksaan penunjang post operasi (pemeriksaan darah)
d. Menginformasikan mengenai perkembangan keadaan klien
kepada keluarga dan klien.
e. Mencegah dan mendeteksi komplikasi post operasi.
f. Pencegahan infeksi (perawtan luka menggunakan teknik
aseptik dan antiseptik, pemberian profilaksis).
g. Memulihkan keadaan klien ke kesehatan maksimal dan
meminimalkan ketergantungan setelah operasi.

F. Perencanaan Pasien Pulang


Perencanaan pasien pulang merupakan bagian penting dari
pelayanan klien dan keluarga yang dimulai dari saat klien masuk
rumah sakit. Hal ini merupakan suatu bentuk kerjasama antara tim
kesehatan, klien maupun orang yang penting bagi klien yang
dimulai pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. (Carpenito, 1993)
Tujuan perencanaan pasien pulang adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan klien untuk menyesuaikan diri di rumah dan di
masyarakat setelah pulang dari rumah sakit.
2. Menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap klien serta
keluarga tentang penyakit klien, pemberian obat, aktifitas dan
perawatan sehari-hari, pemberian nutrisi yang tepat, semua
bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan klien
setelah di rumah.
3. Menyiapkan diri klien dan keluarga baik dari segi fisik maupun
psikologis bila terdapat gejala sisa. (Stuart &Sundeen, 1995)
Tahap-tahap perencanaan pasien pulang adalah sebagai
berikut :
1. Tahap pengkajian
a. Perawat mengkaji keadaan umum klien
b. Perawat mengkaji keadaan luka klien
c. Perawat mengkaji adanya penyakit herediter dalam keluarga
d. Perawat mengkaji status sosial klien
e. Perawat mengkaji tingkat ketergantungan klien
f. Perawat mengkaji pemenuhan kebutuhan klien
g. Perawat mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit klien terutama perawatan luka di rumah.
2. Tahap perencanaan
a. Perawat menyiapkan materi yang akan diberikan kepada
klien sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita klien,
seperti pengertian penyakit, tanda dan gejala, cara
penanganan, obat-obatan, diet dan perawatan luka.
b. Perawat mempersiapkan metode pengajaran
c. Perawat mempersiapkan media pengajaran (alat peraga)
3. Tahap pelaksanaan
a. Perawat menjelaskan kepada klien tentang pengertian, tanda
dan gejala penyakit dan penanganan penyakit.
b. Perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan luka di rumah.
c. Pemberian informasi mengenai tanda dan gejala terjadinya
infeksi serta pencegahanya, diet, obat-obatan, aktifitas dan
perawatan diri.
d. Memberitahukan dan menegaskan jadwal kontrol.
4. Tahap evaluasi
a. Perawat bertanya pada klien tentang pengertian penyakit.
b. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
penyakit.
c. Perawat bertanya kepada klien tentang tanda dan gejala
terjadinya infeksi.
d. Perawat bertanya kepada klien tentang cara perawatan luka
di rumah.

G. Lingkungan Fisik
1. Bagunan
a. Ruangan
Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial
keperawatan di ruang rawat inap bedah umum secara
keseluruhan mempunyai : ruang perawatan lengkap dengan
tempat tidur dan kamar mandi klien, ruang perasat, ruang
perawat/nurse station berada di tengah ruang perawatan,
ruang kepala ruangan, ruang tamu, kamar mandi, ruang
peralatan, ruang ganti perawat, kamar mandi perawat, ruang
konferensi, mushola, ruang administrasi, ruang spuelhoke,
dapur dan gudang serta depo farmasi.
b. Letak
Jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat
dengan kamar operasi dan pemeriksaan diagnostik, aman
dan nyaman.
c. Posisi : dekat dengan nurse station.
d. Kondisi
Pencahayaan cukup dan sesuai dengan luas ruangan, besar
ruangan, sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan
ukuran jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat
lembut, tidak berjamur, bersih, pintu pleksibel dan dapat
dilalui brankar, bersih, letak terjangkau oleh pasien, kasur
bersih, dapat dirubah posisinya, terdapat side rails, fasilitas
ruangan tidak mengganggu delivery pasien.
2. Alat dan bahan
a. Alat tenun : Laken, boven laken, sarung bantal, sarung
guling, perlak, stik laken, selimut, baju pasien, wash lap,
alas meja, alas kaki, handuk, sarung buli-buli dan O2, sarung
gorden.
b. Alat-alat perawatan luka : Kom besar, kom betadin, pinset
anatomis, pinset cirurgis, bengkok, gunting verban, gunting
jaringan.
c. Alat-alat pemeriksaan tanda vital : Tensimeter, stetoskop,
termometer.
d. Alat-alat pemeriksaan fisik : Reflek hamer, tongue spatel,
penlight, midline.
e. Alat tansportasi : Brancard, kursi roda
f. Emergency trollY
g. O2 dan manometer
h. Bahan habis pakai : Alkohol 70%, betadin, aquadest,
savlon, H2O2, Nacl, cairan infus, lisol, spuit dengan
berbagai ukuran, kapas, kasa, plester, set infus, kateter,
NGT, kondom kateter, urine bag dan obat-obatan.
i. Alat-alat rumah tangga : Kasur, bantal, guling, meja, jam
dinding, kursi, lemari, lampu, alat makan, kompor, gayung,
tempat sampah, kapstok pakaian, rak handuk, keset,
telephone, white board.
j. Alat tulis kantor : Amplop, buku ekspedisi, buku laporan,
buku tulis, lem, perporator, spidol, formulir (perencanaan,
pengkajian, implementasi, resume pasien
pulang/dirujuk/meninggal, grafik suhu nadi, pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiologi).

H. Lingkungan Non Fisik


1. Hubungan perawat klien
a. Hubungan perawat klien dimulai sejak klien masuk, selama
perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai
pulang.
b. Pada profesi keperawatan, komunikasi jadi lebih bermakna
karena merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Dengan kata
lain kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
sangat tergantung pada hubungan perawat dan klien.
2. Hubungan perawat perawat
a. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
b. Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan
kondisi.
c. Kegiatan serah terima pasien dilakukan setiap pergantian
dinas dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah
direncanakan.
d. Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.
e. Mengadakan rapat bulanan secara rutin.
f. Media komunikasi antar perawat menggunakan buku
laporan, buku ronde dan white board.
g. Mempunyai protap timbang terima
3. Hubungan perawat profesi lain
a. Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk
menangani masalah tim.
b. Komunikasi antar profesi berjalan baik.
c. Proses pendelegasian jelas dilakukan secara tertulis.
d. Tiap profesi membuat dokumentasi secara jelas.
e. Saling menghargai antar profesi.
4. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif yang
menyangkut penyesuaian diri yang positif sehat dari para
karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja termasuk
didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi
psikologis. (Anoraga, 2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut
Anoraga (2006) :
a. Faktor individual, berhubungan dengan sikap, umur, dan
jenis kelamin.
b. Faktor-faktor luar berhubungan dengan keadaan keluarga
karyawan, rekreasi dan pendidikan.
c. Faktor sosial berhubungan dengan interaksi sosial antar
karyawan, atasan, maupun antar karyawan yang berbeda
jenis pekerjaanya, sugesti dari teman kerja, emosi dan
situasi kerja.
d. Faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi lingkungan
kerja dan kondisi fisik karyawan termasuk didalamnya
pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan,
kondisi kesehatan karyawan, dan lain-lain.
e. Faktor finansial yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besaran
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas
yang diberikan, promosi, dan lain-lain.
Beberapa alasan pentingnya kepuasan kerja yang tinggi
dalam sebuah organisasi :
a. Ada bukti bahwa kepuasan kerja yang rendah lebih sering
mangkir dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.
b. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi akan
mempunyai kesehatan yang lebih baik dalam usia yang
lebih panjang.
c. Kepuasan kerja yang tinggi sejalan dengan produktifitas
yang tinggi.

I. Indikator Mutu Pelayanan di Ruang Perawatan


1. Bed Occupancy Rate (BOR)
Merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar nasional adalah 75-85%.
Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu
X 100%
Jumlah TT X Jumlah hari dalam satu satuan waktu

2. Average Length Of Stay (ALOS)


Merupakan rata-rata lamanya perawatan seorang pasien.
Indikator ini merupakan gambaran tingkat efisiensi manajemen
pasien di rumah sakit juga untuk mengukur mutu pelayanan.
Standar nasional adalah 6-9 hari.
Jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit

Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup+mati)

3. Bed Turn Over (BTO)


Merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu
satuan waktu (biasanya pertahun) tempat tidur rumah sakit.
Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian
tempat tidur rumah sakit. Standar nasional adalah 4-5 kali.
Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

4. Turn Over Interval (TOI)


Merupakan rata-rata tempat tidur tidak ditempati dari saat
ke saat sampai terisi berikutnya. Indikator ini menggambarkan
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Standar nasional
adalah 1-3 hari.
(Jumlah TT X hari) hari perawatan rumah sakit

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

5. Net Death Rate (NDR)


Merupakan angka kematian diatas 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 100 penderita keluar rumah sakit. Standar
nasional adalah < 2,5%.
Jumlah pasien mati diatas 48 jam dirawat
X 100%
Jumlah pasien rumah sakit Kematian dibawah 48 jam

6. Gross Death Rate (GDR)


Merupakan angka kematian umum penderita keluar rumah
sakit. Standar nasional adalah < 3%.

Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat


X 100%
Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

Anda mungkin juga menyukai