PENDAHULUAN
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera
remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) (Depkes RI, 2008).
1
dilaksanakan di hampir semua kota besar di Indonesia dari Sabang sampai
Merauke.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Membantu memetakan masalah kesehatan remaja.
1.2.2. Membantu menyelesaikan masalah kesehatan remaja.
BAB II
VISI DAN MISI
2.1. VISI
Visi Puskesmas Tanjung Karang adalah: Terwujudnya Puskesmas dengan
pelayanan berkualitas menuju Mataram Sehat.
2.2. MISI
Demi terwujudnya visi Puskesmas Tanjung Karang, maka diperlukan adanya
misi-misi sebagai berikut:
2
1. Mewujudkan petugas yang berkualitas dan profesional untuk mendukung
kualitas pelayanan puskesmas melalui upaya pemberdayaan tenaga dan
peningkatan kompetensi petugas.
2. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas pada pelaksanaan program pokok
Puskesmas dengan prioritas pada program kunci Puskesmas (Promosi
Kesehatan, Pencegahan-Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak, Pelayanan Gizi Masyarakat,
Penyediaan Obat dan perbekalan Kesehatan, Pelayanan Rawat Inap) melalui
upaya bimbingan program, pengawasan, pengendalian.
3. Mewujudkan pelayanan berkualitas melalui mekanisme perencanaan,
pencatatan dan pelaporan Puskesmas yang juga berkualitas.
3
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
4
3.2. Sumber Daya Kesehatan
Puskesmas Tanjung Karang mempunyai tenaga sebanyak 60 orang pada
tahun 2010. Sebanyak 45 orang (75%) merupakan tenaga PNS, dan 15 orang
(25%) non PNS. Dari 60 orang tenaga yang ada, sebanyak 50 orang (83.3%)
merupakan tenaga medis, dan selebihnya sebanyak 10 orang (16.7%) merupakan
tenaga non-medik. Tenaga medik yang dimaksud meliputi tenaga Dokter Umum
sebanyak 3 orang, Dokter Gigi sebanyak 1 orang, tenaga paramedik perawatan
(perawat, perawat gigi, dan bidan), tenaga medis non perawatan. Pada sisi
kuantitas, tenaga relatif cukup bahkan mungkin lebih, namun dari sisi kualitas
masih perlu dianalisa lebih lanjut.
Berikut gambaran penyebaran tenaga Puskesmas Tanjung Karang dalam
bentuk tabel:
No Jenis Tenaga * PNS Non PNS WISN Jumlah
1. Medik
- Dokter Umum 3 - 3 3
- Dokter Gigi 1 - 1 1
2. Sarjana Kesehatan
- S. Kep. Ners - 1 - 1
- S. Kep 1 - - 1
- D4 Kebidanan 2 - - 2
- Sarjana Teknik Ling 1 1 - 2
- SKM - - - -
3. Paramedik Perawatan
- Akper 11 3 8 14
- SPK 2 1 - 3
- Akbid 4 3 7 7
- Bidan 2 - - 2
- D3 Perawat Gigi 1 - 3 1
- SPRG 2 - - 2
4.. Paramedik Non Perawatan
- AKL/APK 2 1 3 3
- AAK 3 - 2 3
- AKZI 1 - 4 1
- D3 Farmasi - - - -
- SPAG 1 - - 2
- SPPH - - - -
- SMF/SAA 2 - 2 2
- Pekarya Kesehatan 1 - - 1
5. Non Medik
- Sarjana (S1) 2 - - 2
- Sarjana Muda (DIII) 1 - - 1
- SMU 2 3 - 5
5
No Jenis Tenaga * PNS Non PNS WISN Jumlah
- SMP - 1 - 1
- SD - 1 - 1
Jumlah 45 15 - 60
6
b. Upaya Kesehatan Sekolah
c. Upaya Kesehatan Olah Raga
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
e. Upaya Kesehatan Penyakit Tidak Menular (PTM)
f. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS)
g. Upaya Kesehatan Remaja
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
7
Poli remaja di puskesmas Tanjung karang di bentuk tahun 2014 akan
tetapi kegiatan dan program telah terlaksana sejak tahun 2012 bekerjasama
dengan lintas program yang ada di puskesmas.
Pasien datang
Menunjukan: Menunjukan:
- Kartuaskes - Kartuaskes
- KartuJamkesm - KartuJamkesm
as/ BPJS as/ BPJS
- Informasiidenti - KartuBerkunju
tas ng
Diberikan Medical
Report/ MR
Dibuatkan Medical
Report/ dicarikan MR 8
- Dibuatkan Medical Report/
dicarikanMR
- DiberikaninformasiMacam
-macampelayanan yang
akandiberikan
- Mencatat no register di
loket
- Membayar
( Apabilapasienumum)
Pasienmenujupelayanan yang
ingin di tujukan
tahun 2013
2.
SLTP ALETHEA 24 13 2 24 13 2 16 21 2
9
3.
SLTP ATONIUS 15 7 1 20 14 2 16 16 2
4.
SMP 18 MATARAM 30 39 3 19 18 1 16 20 2
5.
MTs RAODATUL 13 12 1 7 7 1 7 9 1
ULUM
6.
MTs NURUL 26 9 2 27 24 2 24 15 2
JANNAH
7.
MTs ISLAMIYAH AL- 13 16 1 8 9 1 9 12 1
INTISHOR
2.
SMA TRISAKTI 18 5 1 32 9 1 44 19 2
3.
SMA HANGTUAH 21 19 2 23 19 2 30 26 3
4.
MA ISLAMIYAH AL- 4 13 1 8 8 1 12 13 1
INTISHOR
10
572 698 739
11
Diagram berdasarkan Jenis kelamin Laki-laki dan Umur
12
c. Jumlah Remaja Panti Asuhan
13
Diagram Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki Dan Umur
14
3.4.2. Kegiatan Yang Pernah Di Laksanakan
1. Kegiatan kespro di Puskesmas Tanjung Karang 2012
A. Kegiatan Dalam Gedung
Dari januari-Desember jumlah kunjungan berdasarkan Usia
dan jenis kelamin:
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Anemia 36
15
Hamil <20 tahun 120
IMS 2
ISR -
KTD 13
1. 7,9,14 dan 16 SMP 11, SMP 18, SMP Perkembangan organ reproduksi,
Maret 2012 Alethea, Mts Al Inthisor cara menjaga kesehatan organ
dan SMP reproduksi
16
masing kelas remaja berjumlah 10 orang dengan karakteristik
peserta ada yang putus sekolah dan ada juga yang masih
bersetatus pelajar dengan usia berkisar antara 15-19 tahun.
17
Adapun kegiatan kelas remaja dibagi dalam 4 kali pertemuan
dengan materi yang berbeda:
- Pertemuan I : tentang Kehamilan, persalinan, KB, dan
menopause (Bidan).
- Pertemuan II : PHBS (promkes)
- Pertemuan III : IMS dan Narkoba (Dokter)
- Pertemuan IV : psikologi remaja terhadap permasalahan
yang dihadapi oleh remaja dan kesehatan reproduksi dilihat
dari sudut pandang islam. (psikolog dan Ustadz)
Penjaringan
1. 1,2,3 dan 5 SMA 2 Mataram Dari 158 siswa, 75% berstatus gizi
November 2012 normal, 6% gemuk, 11% kurus, 3% kurus
sekali, 4% obesitas, 73,4% tajam
penglihatan normal, 20,5% tidak
normal, 18,9% terdapa serumen, 0%
dengan otitis media, 100% pendengaran
normal, 0% tuli, 22% gigi berlubang,
100% dengan ganguan mental, 45,5%
dengan masalah kesehatan reproduksi
2. 9 November 2012 Mts Nurul Jannah Dari 45 siswa, 91% berstatus gizi normal;
0% gemuk; 2,2% kurus; 6,6% kurus
sekali; 2,2% obesitas; 95,5% tajam
penglihatan normal; 4,4% tidak normal;
11,1% terdapat serumen; 0% dengan
otitis media,; 100% dengan
pendengaran normal; 0% tuli; 13,3% gigi
berlubang dan 0% dengan masalah
kesehatan reproduksi
18
Jaya (15 pemilik kos) penanggulangan masalah Kespro
LAKI-LAKI PEREMPUAN
10 14 45 55
TAHUN
15 19 1090 1420
TAHUN
Anemia 13
Gangguan haid 11
KTD 6
19
Persalinan remaja 75
Abortus 3
IMS 4
ISR 26
SMPK Alethea
2. 6 September 2013 SMPN 11 Mataram Sda
SMPN 18 Mataram
SMPK ST. Antonius
MTS Riadul Ulum
MTS Nurul Jannah
b. Hasil FGD :
Tingkat SMA :
- masalah Eksternal : pengawasan kurang dari pihak
sekolah, teknologi karena pengaruh jaman, dan
pengawasan orang tua yang kurang
- masalah internal : iman kurang, ego, rasa ingin tau,
tidak ada batasan halal dan haram, tidak ada rasa
malu dan moral kurang.
- masalah Eksternal dan Internal merupakan ha yang
biasa dianggap biasa budaya dan permintaan dari
pasangan
20
Pemecahan masalah : tingkatkan keimanan,
batasi diri dengan teknologi, bisa
mengendalikan ego, berpacaran yang sehat dan
memilih pergaulan yang baik.
Tingkat SMP
- Faktor Eksternal : pergaulan bebas, lingkungan,
kurang perhtian dari ortu, teknologi.
- Faktor internal : Nafsu, sifat tertutup, suka sama
suka dan iman kurang.
- Faktor eksternal dan internal : suka sama suka.
Pemecahan masalah : Menjaga pergaulan, orang
tua lebih perhatian pada anaknya, membatasi
diri dari teknologi, terbuka jika ada masalah,
dan tingkatkan keimanan.
B. Kegiatan diluar gedung
Penjaringan siswa
21
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
22
Pembentukan 1 kelas remaja di kelurahan kekalik jaya.
23
f. Diharapkan agar penyebaran informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja diperbanyak, baik dari
kegiatan penyuluhan-penyuluhan maupun dari buku-
buku dan pamflet yang disebarkan
2. Kecamatan Ampenan
Tempat : 26 Mei 2014
Tanggal : Aula Kecamatan
Dihadiri oleh : Tokoh masyarakat, Tokoh Agama,
Lintas Sektoral (camat, lurah), BKKBN, Dinas Kesehatan
dan petugas dari puskesmas
a. Diharapkan agar pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja diperbanyak, tidak hanya diperoleh
dari kegiatan kelas remaja melainkan juga dapat
diperoleh dari ibu-ibu PKK yang telah mendapat
pelatihan
b. Diusulkan agar dapat bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah dalam rangka meningkatkan pengawasan
terhadap kegiatan para remaja, salah satu diantaranya
Pemerintah Daerah membuat aturan tertulis pada
tempat-tempat rekreasi yang sudah dibuat (seperti:jam
berkunjung)
c. Diharapkan dapat menyamakan persepsi batasan usia
menikah antara Dinas Kesehatan dan dari pihak
Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Karena usia
menikah dari KUA minimal 16 tahun, sementara dari
segi kesehatan jika seorang wanita hamil dibawah
usia 20 tahun maka akan beresiko. Oleh karena itu
Dinas Kesehatan menetapkan usia 20 tahun sebagai
usia minimal untuk menikah.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari kegiatan yang telah dilakukan oleh petugas Poli Remaja bekerjasama dengan
lintas program di wilayah puskesmas tanjung karang, ditemukan beberapa kasus sebagai
berikut:
24
JENIS KASUS JUMLAH
Anemia 13
Gangguan haid 11
KTD 6
Abortus 3
IMS 4
ISR 26
Dari data diatas, diperoleh jumlah persalinan remaja <20 tahun sebanyak 75
kasus. Dibandingkan dengan kasus lain (anemia, gangguan haid, KTD, abortus, IMS,
dan ISR), persalinan remaja <20 tahun paling banyak terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang.
Dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak mempengaruhi
remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup. Remaja-remaja Indonesia sedikit demi
sedikit mulai mengadopsi budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun
pola pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah lazim di belahan
dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia. Akibatnya, para remaja
putri semakin banyak yang hamil pada usia muda, yakni antara 13-19 tahun.
Kehamilan dini juga banyak terjadi di desa-desa. Hal itu dikarenakan kebiasaan
para masyarakat yang kurang terdidik (buta huruf, putus sekolah, miskin) untuk
menikah muda. Terkadang, masyarakat yang pola pikirnya masih tradisional ini
menganggap dengan menikahkan anak perempuannya secepat mungkin, mereka dapat
lepas tanggung jawab untuk menafkahi si anak tersebut, karena tanggung jawab tersebut
sudah beralih ke suaminya. Menikah muda juga jadi kebiasaan yang diwariskan secara
turun-temurun. Para orang tua berpikir, pengalaman mereka (dan para leluhur mereka)
menikah di usia muda juga baik untuk anak-anak mereka. Bahkan anak gadis yang
sudah berumur --yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah--yang
belum dapat jodoh bisa direndahkan masyarakat sekitarnya.
Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak tahun 2000 menunjukkan median umur
kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, di mana sebanyak 46% perempuan
25
mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, di desa lebih tinggi (61%)
daripada di kota. Padahal hal itu sangatlah berbahaya. Remaja merupakan kelompok
dengan signifikansi tingkat komplikasi yang lebih tinggi selama kehamilan dan
persalinan.
Kehamilan pada remaja wanita berusia 20 tahun ke bawah memiliki risiko
komplikasi medis lebih besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa karena panggul
belum berkembang dengan sempurna. Dua tahun setelah menstruasi yang pertama,
seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2-9% dan
tinggi badan 1%. Kehamilan di usia dini bisa mengakibatkan komplikasi saat persalinan
akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu (disproporsi sefalo-
pelvik). Selain itu alat reproduksi remaja juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah
ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi.
Di negara-negara yang sudah maju, biasanya problem ini diatasi dengan tindakan
bedah caesar. Namun, di negara berkembang di mana pelayanan kesehatan mungkin
tidak tersedia, hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa
membahayakan nyawa si ibu dan bayinya.
Di negara kita, para remaja yang hamil biasanya terlambat bahkan tidak sama
sekali mendapatkan pelayanan pre-natal (sebelum kelahiran) yang cukup. Padahal,
pelayanan pre-natal sangat dibutuhkan untuk menjaga dan menunjang perkembangan
bayi yang baik selama dalam kandungan serta kesehatan daripada si ibu sendiri. Contoh
pelayanan pre-natal yang utama adalah peran dokter atau bidan dalam memberikan
informasi serta men-cukupkan kebutuhan gizi bagi ibu dan anaknya. Komplikasi yang
ditimbulkan karena tidak cukupnya pelayanan pre-natal antara lain kelahiran bayi
dengan berat badan rendah (di bawah 2,5 kilogram), kelahiran prematur, dan pre-
eklampsia.
Selain risiko fisik, masih ada risiko lain yakni risiko psikis dan sosial-ekonomi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko komplikasi pada kehamilan dan
persalinan pada remaja, khususnya yang berusia 15-19 tahun, lebih dikarenakan faktor
sosial-ekonomi daripada biologis. Di sini, yang terganggu adalah jiwa atau batin
mereka, karena pada usia tersebut remaja putri biasanya belum siap secara mental dan
finansial untuk mengasuh dan menghidupi seorang bayi. Masa remaja memang
merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa, yang sering ditandai dengan
ketidakstabilan emosional, berubah-ubahnya selera dan gaya hidup, pencarian jati diri,
dan masa modelling atau meniru-niru orang lain yang dianggap lebih hebat. Keadaan
26
psikologis mereka sendiri belum stabil, apalagi saat mereka dihadapkan pada tanggung
jawab mengandung, melahirkan, dan mengasuh anak.
Kehamilan pada usia remaja juga berimplikasi pada kehidupan si remaja
selanjutnya. Remaja dengan kehamilan dini biasanya tidak menyelesaikan pen-
didikannya (putus sekolah). Belum lagi remaja yang memilih untuk menjadi orangtua
tunggal. Kurangnya pendidikan akan berdampak menganggur dalam waktu yang lama
ataupun pilihan pekerjaan dengan upah yang rendah. Kedua hal ini sama-sama me-
nimbulkan tekanan ekonomi yang kuat pada si remaja. Selain stres emosional yang
dirasakan, penghasilan yang rendah berujung pada ketidak-layakan lingkungan tempat
tinggal dan ketidak-mampuan untuk mengusahakan pelayanan kesehatan bahkan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Seorang ibu yang masih remaja juga biasanya mengalami alienasi (pengasingan)
dari lingkungan pergaulan dan keluarganya. Kehamilan dapat me-nimbulkan tekanan
yang cukup besar dalam hubungan muda-mudi. Di perkotaan, masih ada stigma atau
pandangan negatif masyarakat yang menempel pada para ibu remaja. Stigma tersebut
dapat mempengaruhi cara pandang si ibu remaja tentang kemampuannya mengasuh
anak, perasaan menjadi seorang ibu secara umum, dan bahkan tentang dirinya
sendirinya. Perlakuan negatif yang ditujukan padanya dapat mengikis kepercayaan diri
dan perasaan berharga sebagai seorang manusia. Hal-hal tersebut menyebabkan risiko
depresi pasca melahirkan yang lebih tinggi pada wanita remaja dibandingkan pada
wanita yang berusia lebih dewasa.
27
Penyediaan pelayanan klinis. Pelayanan klinis kesehatan reproduksi remaja
paling baik dilakukan oleh petugas yang telah terlatih menghadapi masalah khas remaja
dan mampu memberikan konseling untuk remaja yang berkaitan dengan masalah
reproduksi dan kotrasespsi untuk remaja yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan
kontrasepsi yang dinilai sangat peka. Dalam semua kegiatan intervensi, petgas harus
mempertyimbangkan status perkawinan si remaja, keadaan kesehatannya secara
keseluruhan, serta seberapa besar kuasa yang mereka miliki dalam hubungan seks.
Remaja seringkali menyebutkan karakteristik berikut ini sebagai hal yang penting dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan mereka: jaminan kerahasiaan, lokasi dan waktu/jam
yang sesuai, lingkungan yang bersahabat bagi remaja, terbuka bagi remaja purtri
maupun putra, memilki komponen program konseling yang kiuat, petugas yang terlatih
secara khusus serta pelayanan klinis yang komprehensif.
28
kesehatan. Contoh lain dari cara pendekatan ini adalah kuruikulum keterampilan
perencanaan hidup (life planning skills curriculum) yang sedang di laksanakan di
berbagai sekolah lanjutan pertama di kenya. Di samping memberikan informasi tentang
PMS, kehamilan dan kontrasepsi, program tersebut juga melatih pendidikan sebaya
untuk memberikan pendidikan AIDS berbasis sekolah.
Strategi program
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Poli remaja di puskesmas Tanjung karang di bentuk tahun 2014 akan tetapi
kegiatan dan program telah terlaksana sejak tahun 2012 bekerjasama dengan
lintas program yang ada di puskesmas. Pada kunjungan poli remaja yang
bekerjasama dengan lintas program yang ada di Puskesmas Tanjung Karang,
ditemukan beberapa kasus yaitu anemia, gangguan haid, KTD, persalinan
remaja <20 tahun, abortus, IMS, ISR dimana kasus persalinan remaja <20
tahun paling banyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang.
Banyak faktor yang dapat mengakibatkan mengapa persalinan remaja <20
tahun banyak terjadi, seperti contoh perilaku seks bebas yang sudah lazim di
belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia,
kebiasaan para masyarakat yang kurang terdidik (buta huruf, putus sekolah,
miskin) untuk menikah muda, dll. Maka solusi untuk mengurangi hal tersebut
ialah memberikan pendidikan mengenai agama, memberikan pendidikan seks,
kb untuk remaja. Perlu ditanamkan program KB dikalangan remaja
30
digolongkan sehingga pengendalian prilaku seks dapat tercapai dan
pengendalian penyebaran penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan
remaja dapat di batasi.
DAFTAR PUSTAKA
31
32