Anda di halaman 1dari 27

BAB I

IKHTISAR KASUS

I. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. Z Nama suami : Tn. A
Umur : 29 th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Manggarai, Jakarta Selatan
Masuk RSF : 1 April 2013

II. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 3 April 2013, jam 11.00 WIB di ruang Lt.8 Barat
a. Keluhan utama
Mules dan perut bawah nyeri sejak 1 hari SMRS

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan mules dan perut bawah nyeri sejak 1 hari SMRS. Mules-
mules dan perut nyeri ini mula dirasakan sejak kandungan berusia 5 bulan. Keluarnya lendir
dan darah disangkal. Sebelumnya, pada kandungan berusia 5 minggu, pasien merasa aneh
karena perutnya membesar seperti kandungan berusia 12 minggu dan dilakukan pemeriksaan
USG. Hasil USG pasien dikatakan menderita tumor indung telur di sebelah kiri. Namun,
keluhan nyeri dan mules disangkal pada waktu itu. Pada usia kehamilan 20 minggu dan 24
minggu, pasien merasakan nyeri dan mules sehingga di rawat di RS Ciputat namun pasien
kembali ke rumah seperti biasa. Pada kehamilan 30 minggu, pasien ke Puskesmas Kecamatan
Tebet dengan keluhan yang sama dan kemudiannya dirujuk ke RSUD Budhi Asih. Dari
kehamilan 30 minggu hingga ke 36 minggu pasien kontrol di poli kebidanan RSUD Budhi
Asih. Keluhan mual, muntah, sesak nafas, berat badan turun, keputihan, demam dan
perdarahan vaginam disangkal pasien. BAB dan BAK masih dalam batas normal.

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.Pasien menyangkal adanya
penyakit kencing manis, penyakit paru, atau penyakit lain. Tidak ada riwayat alergi obat dan
tidak ada riwayat operasi sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menghidap penyakit seperti ini. Bapa pasien
mempunyai penyakit darah tinggi, asma dan jantung. Tidak ada riwayat penyakit kencing
manis dan riwayat alergi dalam keluarga.

e. Riwayat kebiasaan
Pasien menyangkal adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, minum jamu dan
konsumsi obat-obatan luar.

f. Riwayat pernikahan
Menikah 1 kali, pada usia 25 tahun, dengan suami berusia 28 tahun, lama pernikahan 5
tahun, jumlah anak 1 orang.

g. Riwayat Obstretrik
Riwayat kehamilan
1. Anak pertama lahir tahun 2010, perempuan, cukup bulan, 3300 gr, partus normal, RS
Ciputat, dokter, sehat.
2. Hamil ini.

h. Riwayat abortus : disangkal

i. Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB sebelumnya.

j. Riwayat ANC :
4-5 kali di Puskesmas Kecamatan Tebet. TT 2x di bidan.

2
k. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 thn
Siklus haid : teratur setiap bulan
Lama haid : kira-kira 6 hari
Volume haid : 2x ganti pembalut/ hari
Nyeri saat haid (dismenorea) : tidak pernah
Hari pertama haid terakhir : lupa
Riwayat Keputihan : tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum/ Kesadaran : Baik / CM
Tanda vitalTekanan Darah : 100/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 88x/menit
Frekuensi pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36.6 C
TB : 155 cm
BB : 66 kg
BMI : 27.5 (lebih)

Status Generalis
Kepala : Normochepali, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
THT : Dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
Jantung : S1-S2 regular, murmur(-), gallop(-)
Paru : Sn vesikuler, Rhonki-/- , wheezing-/-

Status Obstetrik dan Ginekologis


Inspeksi
Pipi : Tidak tampak chloasma gravidarum pada kedua pipi

3
Thorax : Hiperpigmentasi papillae dan aerola mammae, papillae mammae menonjol.
Kalenjar Mammae membesar. ASI (+)

Abdomen
Inspeksi : Buncit, tidak tampak striae gravidarum, linea alba (+)
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan + sekitar luka operasi.
Tinggi fundus uteri : 3 jari bawah pusat.
Kontraksi : Baik.
Perkusi : Shifting dullness
Auskultasi : Bising usus + normal
Genitalia : Perdarahan nifas (+), tidak tampak kelainan.

Pemeriksaan Dalam :
Tidak Dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 15/3/2013

Hematologi
Hb : 11.1 g/dl
Ht : 34 %
Leukosit : 12.9 ribu/ul
Trombosit : 418 ribu/ul

Faal Hemostasis
BT/CT : 2/13

Ginjal
Ureum : 9 mg/dl

4
Metabolisme Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu : 66 mg/dl

Faal Hati
SGOT/SGPT : 20/23 U/I

Urin
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
BJ : 1025
pH :7
Sedimen : epitel : (++)
leukosit : 11-17/LPB
eritrosit : 0-1/LPB
silinder :-
kristal :-
Protein :-
Glukosa :-
Keton :-

Laboratorium 18/3/2013
Kimia Klinik
Ginjal
Kreatinin : 0.63 mg/dl

Imunoserologi
Anti HIV
- Screening/Rapid test : non reaktif
- HBsAg Kualitatif : non reaktif

Laboratorium 19/3/2013

5
Penanda Tumor
CA 125 : 13.08 U/mL

Laboratorium 2/4/2013

Hematologi
Hb : 9.6 g/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 15.5 ribu/ul
Trombosit : 418 ribu/ul

Pemeriksaan USG
Tanggal 11/3/2013
Janin tunggal, hidup, pulsasi jantung janin (+), presentasi kepala.
BPD : 75.7 mm
Lingkar perut : 264.3 mm
Kesimpulan: hamil 30 miggu dengan kista ovarium sinistra
Anjuran : Laparotomi

Tanggal 22/3/2013
Janin tunggal, hidup, letak kepala, denyut jantung janin (+)
Plasenta terletak di corpus anterior
Cairan amnion cukup
BPD : 89.2 mm
Lingkar perut : 315.1 mm
TBJ : 2737 gram
Taksiran lahir : 20/4/2013

Kesimpulan : G2P1A0 hamil 35 minggu dengan kista ovarium permagna


Uterus ukuran 7.0 cm x 4,6 cm x 3,9 cm

6
V. RESUME
Pasien, Ny.Z, 29 tahun datang dengan keluhan mules dan perut bawah nyeri sejak 1 hari
SMRS. Mules dan perut merasa nyeri ini mula dirasakan sejak kandungan berusia 4 bulan,
Pada kandungan berusia 4 minggu, pasien dilakukan pemeriksaan USG karena perut
membesar seperti kandungan 12 minggu. Hasil USG pasien dikatakan menderita kista
ovarium sinistra. Pasien telah dirawat di RS Ciputat 2 kali dengan keluhan yang sama. Pada
kehamilan 30 minggu, pasien dirujuk ke RSUD Budhi Asih.

Dari Pemeriksaan Fisik, keadaan umum : baik, kesadaran: compos mentis, tekanan
darah : 100/80, nadi : 88x/menit, pernapasan : 20x/menit. Suhu : 36.6 C. Status generalis
lain dalam batas normal.

Dari status Obstetrik dan Ginekologis, inspeksi ditemukan hiperpigmentasi papillae dan
aerola mammae, papillae mammae menonjol, kalenjar mammae membesar. ASI (+).
Dari abdomen ditemukan linea alba (+), nyeri tekan (+) di sekitar luka operasi, tinggi fundus
uteri : 3 jari bawah pusat, kontraksi baik. Dari genitalia ditemukan perdarahan nifas (+)

Dari pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2/4/2013 ditemukan anemia : Hb: 9.6 g/dL,
hematokrit lebih rendah : 30 % dan leukositosis : 15.5 ribu/uL

Dari pemeriksaan USG pada tanggal 22/3/2013 didapatkan kesimpulan pasien G2P1A0
hamil 35 minggu dengan kista ovarium permagna sinistra.

VI. DIAGNOSA
G2P1A0 hamil 37 minggu dengan kista ovarium permagna sinistra.

VII. PENATALAKSANAAN
Operatif
Laporan Operasi Tanggal 2 April 2013
Operator : dr.Eddi Junaidi Sp, OG. Mkes

7
Diagnosis Pre Operasi : G2P1A0 hamil 37 minggu dengan kista ovarium permagna.
Diagnosis Post operasi : P2A0 partus premature dengan sc atas indikasi kista ovarium
permagna sinistra.
Tindakan pembedahan : SCTPP, salphingovariektomi sinistra, IUD
Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsik di daerah abdomen dan sekitarnya
Dilakukan insisi Pfannenstiel sepanjang 10 cm
Setelah peritoneum dibuka tampak massa kista menutup uterus
Maka diputuskan untuk dilakukan salphingovariektomi
Setelah massa kista diangkat terlihat uterus gravidarum
Kemudian vesica urinaria disisihkan dan ditahan dengan refraktor abdomen
Plika vesika uterina di identifikasi, disayat konkaf ke arah panggul, ligamen
rotundum kiri dan kanan secara tumpul. Ketuban dipecahkan.
Jam 10.00 pagi, bayi dilahirkan jenis kelamin laki-laki dengan meluksir kepala.
BB 2100 gram. PB 43 cm A/S 9/10
Jam 10.53 plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat
SBR dijahit dengan vicryl no. 1. Perdarahan di rawat.
Sebelum tertutup seluruhnya dilakukan insersi IUD Cu T 380 A
Rongga Abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
Luka operasi dijahit lapis demi lapis, fascia dengan vicryl.
Kulit dijahit subkutikuler
Perdarahan operasi 400cc
Diuresis selama operasi 150 cc

Instruksi post operasi


Observasi tanda-tanda vital tensi, nadi, pernapasan dalam 30 menit dalam 1 jam
pertama, selanjutnya tiap 2 jam.
Awasi tanda perdarahan
Diet seperti biasa
IVFD RL : D 5% 2:1 dalam 30 tts/menit
Lain-lain lapor dr.jaga
Medikamentosa :

8
Amoksisilin 3x500 mg
Metronidazole 3x500 mg
Asam Mefenamat 3x500 mg

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanasionam : Dubia ad bonam

Hasil pemeriksaan PA
Hasil belum ada.

Follow Up.

Tanggal Subyektif Obyektif Analisa Perencanaan


2/4/2013 Mules (+) TD: 100/760 mmHg G2P1A0 hamil 37 Pre Op
Nyeri Perut N : 88x/menit minggu dengan
(+) Suhu : 36,7 C kista ovarium
RR : 20 x/menit permagna.

3/4/2013 Nyeri TD: 110/60 mmHg P2A0 partus Amoksisilin


sekitar luka N : 76x/menit premature post sc 3x500 mg
operasi Suhu : 36,5 C atas indikasi kista Metronidazole
Keluhan RR : 20 x/menit ovarium permagna 3x500 mg
lain (-) TFU : 3 jari bawah sinistra Asam
pusat
Mefenamat
Kontraksi : Baik
3x500 mg

BAB II

ANALISA KASUS

Pada kasus ini diagnosa G2P1A0 hamil 37 minggu dengan kista ovarium permagna sinistra
ditegakkan atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

9
Didapatkan data pasien berusia 29 tahun, predisposisi penderita kista ovarium dengan
50% penderitanya berusia antara 30-50 tahun. Keluhan utama pasien adalah mules dan nyeri
perut bawah yang terjadi mulai kandungan berusia 20 minggu. Pasien juga merasakan
kandungannya membesar lebih cepat dari biasa ketika kandungan berusia 4 minggu, dan ini
merupakan gejala kepada kista ovarium. Torsi pada pasien ini juga kemungkinan sudah terjadi
karena keluhan nyeri perut bagian bawahnya. Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah
kehamilan dan pada pasien ini sendiri hamil dengan uterus yang semakin besar yang mendesak
ruang abdomen ini bisa mengubah letak tumor. Torsi pada kista menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infudibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini yang menimbulkan rasa
nyeri pada pasien 1. Terjadinya mules (kontraksi) yang dirasakan pasien sebelum waktunya,
maka bisa dipikirkan kemungkinan kista endometrial karena kista jenis ini menghasilkan
prostagladin yang menyebabkan kontraksi uterus 2.

Pemeriksaan fisik
Pada kasus ini ditemukan perubahan fisiologis pasien yang sesuai dengan ibu yang sudah
melahirkan dengan adanya ASI, dan teraba tinggi fundus uteri 3 jari bawah pusat, kontraksi baik
dan perdarahan yang ditemukan sesuai dengan masa nifas hari pertama.
Pada kasus ini juga tidak ditemukan adanya tanda-tanda keganasan seperti penurunan
berat badan, asites, ataupun tanda-tanda metastase ke paru (sesak napas).

Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil ditemukan pasien anemia dan leukositosis. Anemia yang terjadi mungkin
sahaja disebabkan asupan makanan dari luar yang tidak mencukupi dan tidak menyingkir
kemungkinan disebabkan oleh kista sendiri, karena jika torsi terjadi vena lebih mudah tertekan,
terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat pembesaran tumor dan terjadilah
perdarahan didalamnya 1. Leukositosis yang terjadi adalah sesuai dengan fisiologi kehamilan
dimana selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000/l
dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000-16.000/l 3.
Penyebab peningkatan ini belum diketahui.
Dari pemeriksaaan USG didapatkan penilaian kista ovarium permagna sinistra. Penilaian
diambil berdasarkan temuan klinis berupa diameter kista yang lebih dari 10cm dan dapat

10
ditemukan massa kistik dengan besar yang tak terjangkau tranducer pada parametrium yang luas
hingga epigastrik. Pada pasien ini selepas dilakukan salphingovariektomi didapatkan diameter
kista 20 cm. Ukuran diameter kista yang besar tentu saja dapat memberikan ganguan bagi organ
sekitarnya. Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan miksi, namun
pada pasien tidak dikeluhkan.

Operatif
Penatalaksanaan dari kista ovarium permagna yang tepat adalah dengan operasi
pengangkatan kista untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan terhadap organ disekitar
serta menghindari komplikasi kista yang mungkin terjadi.
Jika ukuran kista lebih dari 10 cm dan asimptomatik 3:
- Jika terdeteksi pada trimester pertama, lakukan observasi untuk pertumbuhan atau
komplikasi yang terjadi
- Jika terdeteksi pada trimester kedua, lakukan pengangkatan kista dengan laparotomi
untuk mencegah komplikasi.
Jika ukuran kista antara 5-10 cm, lakukan follow up. Laparotomi mungkin diperlukan bila
ukuran kistanya membesar dan tidak mengecil. Jika ukuran kista kurang dari 5 cm. Pada
umumnya akan menghilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan lebih lanjut.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor.
Akan tetapi jika tumornya besar dan dengan komplikasi seperti pada pasien ini perlu dilakukan
pengangkatan ovarium1, biasanya dengan disertai pengangkatan tuba. Tindak pada pasien ini
ialah salphingovariektomi.
Kista persisten yang lebih besar dari 10 cm atau kista yang berisiko ganas harus diangkat
secara bedah, lebih dipilih pada trimester kedua, terutama pada usia kehamilan 16-20 minggu.
Pada pasien ini, usia kehamilan 37 minggu baru dilakukan operasi karena pasien datang ke
RSUD Budhi Asih pada usia kehamilan 30 minggu, dan sepanjang pemeriksaan kehamilan di
RSUD, janin dan ibu dalam keadaan baik, sehingga keputusan dilakukan operasi saat janin
viable untuk hidup.
Untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan maka perlu dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi pada tumor.

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Kista ovarium didefinisikan sebagai kantong yang berisi cairan yang sebagai akibat dapat
terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, dapat berupa kistik,
padat atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik. Kista

12
fungsional adalah kista ovarium yang sering terjadi pada wanita saat masa
reproduksinya.Terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid,
produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Dua tipe kista fungsional yaitu kista folikuler dan
kista korpus luteum. Kista disfungsional yaitu yang luar dari fungsi normal siklus menstruasi
misalnya kista dermoid, endometrioma.4,5,7

3.2 Insiden
Angka insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di Indonesia dan
dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan kista yang bersifat jinak.
Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan, namun kistoma ovarii jinak bisa
menjadi ganas jika tidak diobati.5,6

3.3 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari masih menjadi tanda tanya, namun terdapat beberapa teori yang
membahas tentang etiologi dari kistoma ovarii ini. Dimana terdapat 3 teori yang dikatakan
menjadi etiologi dari kistoma ovarii, yaitu teori hiperepitelisasi dari sel epethelium ovari, teori
hormonal dan teori genetika.7

3.4 Klasifikasi
Tumor ovarium ada 2 jenis yaitu :
1. Tumor ovarium non neoplastik
2. Tumor ovarium neoplastik jinak

3.4.1 TUMOR OVARIUM NON NEOPLASTIK


Tumor akibat radang : abses tubo ovarial, abses ovarial, dan kista tubo ovarial.
Tumor lain :
a. Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering
diketemukan secara kebetulan pada pememeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan
menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya
asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun

13
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di
bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan membesar menjadi
kista.
Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di
permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang
jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm. Tidak jarang
terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu hematoma
folikuler. Sebaian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi pada siklus haid
berikutnya dan dapat menghilang spontan.

Kista Folikel

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel teka. Kista lutein labih besar
daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah
menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi peritoneum.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti

14
oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut bagian bawah.
Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat
mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering menimbulkan kesulitan dalam
diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,
biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan pada
trimester terakhir pada wanita hamil.

b. Kista Teka Lutein


Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan berisi
cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau koriokarsinoma. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena
atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon HCG yang berlebihan, dan
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium mengecil dengan spontan. Tetapi
apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus dilakukan ekstirpasi.1

c. Kista Inklusi Germinal


Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita lanjut
umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak
di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous. Kista ini tidak pernah
memberikan gejala-gejala yang berarti.
d. Kista Endometriosis
Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut sebagai
kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai sebesar tinju yang
berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada
dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara permukaan ovarium dengan
uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak ke dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan akut abdomen.

15
e. Kista Stein Leventhal
Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea atau
oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme tanpa
maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium pucat,
membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.
Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi oleh
estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan.

3.4.2.TUMOR OVARIUM NEOPLASTIK JINAK 1


1. Kistik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih, serous,
dan berwarna kuning. Berhubung dengan adanya tangkai, maka dapat terjadi torsi (putaran
tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai
tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Tumor
mucinous yang berasal dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Paling sering pada
wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas. Tumor evarium
ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor
ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovaii musinosum
nerupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.
Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbagala (lobulated)
dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang mengandung niukosa ini kelihatan
biru dari peregangan kapsulnya. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar dan
pada tumor ini tidak dapat ditemukan jaringan yang normal lagi. Tumor biasanya unilateral,
akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral (8-10%).
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabuan terutama apabila terjadi

16
perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada permukaan terdapat cairan lendir
yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari percampurannya dengan darah. Pemeriksaan mikroskopik : tampak dinding kista
dilapisi oleh epital torak tinggi dan sel-sel goblet yang terisi lendir. Sel-sel epitel yang
terdapat dalam satu lapisan bersifat odernatus dan mempunyai potensi untuk tumbuh seperti
struktur kelenjar, kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista
menjadi multilokuler. Jika terjadi suatu sobekan pada dinding kista (spontan ataupun pada
saat operasi), maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut,
dan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudorniksoma peritonei
timbul penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak
perlengketan. Akhirnya penderita meninggal karena ileus. Pada kista kadang-kadang
ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut harus diteliti
karena kemungkinan adanya tanda-tanda ganas (kira-kira 5-10% dari kistadenoma
musinosum).

Kistadenoma Ovarii Musinosum

c. Kistadenoama Ovarii Serosum


Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering ditemukan
bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat membesar
sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding dengan ukuran kistadenoma
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista
serosum pun dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista
putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga
kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan
kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi

17
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran makroskopis
kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan
rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat
dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil
dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi
sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat
ditemukan pengendapan kalsium dalam srtomanya yang dinamakan psamoma. Adanva
psamoma menunjukkan hahwa kista adalah kistadenoma ovarium serosum papiliferum, tetapi
bukan ganas.
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatrif. Kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa
ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen atau pun
ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada
stadium terminal.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik digolongkan ke
dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan
keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor
tersebut mungkin jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap
sebagai neoplasma ovarium ganas (clinicallyy maignant).
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung
dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap
tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan
(frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu
operasi. 1,2,4,5

d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat

18
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini yang ditemukan
oleh Sartesson pada tahun 1969, tidak ada hubungannva dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid
Tumor ini merupakan 10% dan seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling
sering ditemukan pada wanita yang masih muda. 25% dari semua kista dermoid bilateral,
lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat ditemukan pada anak kecil. Tumor
ini dapat mencapai ukuran sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Kista ini tidak mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Dapat ditemukan
kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat
(mesodemal) dan mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut
Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut
bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat
pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan dari kista sangat
jarang, hanya 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.

Kista Dermoid

2. Solid

19
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma, tetapi tidak berarti bahwa semuanya
neoplasma ganas, meskipun semuanya memunyai potensi maligna.

a. Fibroma ovarii
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang dari 1%. Fibroma
ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten.
Tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada
penderita menopause.
Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya 20 kg, dengan 90%
uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. Apabila
konsistensi sangat padat disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle.
Neoplasma ini terdiri atas jaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan kolagen. Apabila
terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang
besar biasanya mempunyai tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumor ini sering ditemukan
sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).

b. Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya pada
wanita dekat atau sesudah menopause. Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Besar tumor ini beraneka ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa
kilogram. Lazimnva tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti
fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang-kadang pada tumor ini temukan sindroma Meigs.
Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang
terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat.
Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih
kecil, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium.
Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini menunjukkan keganasan pada
histopatologi dan klinisnya.

c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)


Tumor ini sangat jarang terjadi. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara

20
0,5-16 cm. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala maskulinasi, terdiri atas hirsutisme,
pembesaran klitoris, atrofi memmae, dan perubahan suara. 1,2,4,5

3.5 Kista ovarium pada kehamilan


Kista ovarium biasanya terdiagnosa pada kehamilan karena penggunaan USG secara
rutin. Kista ini harus dievaluasi dengan cara yang sama dengan wanita yang tidak hamil, dengan
USG dan tes CA 125. MRI lebih dipilih daripada CT scan, namun keduanya harus dihindari pada
trimester pertama.
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus,
partus prematurus. Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus, terjadi
torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut. Dapat juga
menyebabkan kelainan-kelainan letak janin. Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau
persalinan. Tumor besar dan berlokasi di bawah dapat menghalangi persalinan.

3.6 Kistoma Ovarium Permagna


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Kistoma ovarii dapat didefinisikan sebagai
terjadinya pembesaran ovarium yang bersifat fungsional atau disfungsonal, berupa kistik, padat
atau campuran kistik padat dan dapat bersifat neoplastik maupun non neoplastik.
Penegakan diagnosis kistoma ovarium dapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
hingga pemeriksaan penunjang yang cermat. Anamnesis dapat meliputi usia dan status
menopause pasien hingga gejala-gejala yang timbul yang dirasakan secara subyektif oleh pasien.
Berikutnya, melalui pemeriksaan penunjang, dapat berupa pemeriksaan USG guna menentukan
lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa,hingga tingkat serologik marker.
Ukuran pada kistoma ovarium memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis
secara klinis. Bila diameter kista kurang dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista
fungsional. Namun, apabila berukuran lebih dari delapan sentimeter, dapat disebut sebagai kista
neoplastik yang berpotensi terjadinya keganasan. Kistoma ovarii permagna merupakan salah satu
jenis tumor ovarium neoplastik. Sehingga, secara klinis didapatkan diameter kista lebih dari 8
cm. Ukuran diameter kista yang besar tentu saja akan dapat memberikan gangguan bagi organ
disekitarnya. Seringkali ditemukan adanya gangguan dari pola buang air besar dan juga miksi.

21
USG berfungsi untuk mengetahui massa yang terdapat dalam abdomen, darimana asal
massa tersebut apakah dari uterus atau dari indung telur. Pada kistoma ovarium permagna
temuan klinis berupa diameter kista yang lebih dari 8 cm akan didukung oleh temuan USG yang
menunjukkan hasil terdapat massa kistik dengan besar yang tak terjangkau transducer pada
parametrium yang meluas hingga epigastric
Penatalaksanaan dari kista ovarii permagna adalah dengan operasi pengangkatan kista
untuk menghilangkan penekanan yang ditimbulkan kista terhadap organ disekitarnya serta
menghindari komplikasi kista yang mungkin terjadi. Sebelum operasi pengangkatan kista
dilakukan perlu diperhatikan kondisi umum pasien, apabila pasien keadaan umumnya kurang
baik maka perlu diperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengangkatan
kista. Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah Total Abdominal Histerektomi dan
salfingoooforektomi bilateral.

3.7 Gejala Klinis

Gejala- gejala yang timbul sebagai akibat dari kistoma ovarii tergantung dari besarnya tumor,
lokasi dan ada atau tidak komplikasi. Namun secara umumnya tidak akan menimbulkan gejala.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut
mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal
dapat terjadi. Gejala yang sering timbul atau ditemukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah:
a. adanya penekanan terhadap vesika atau rektum
b. perut terasa penuh
c. pembesaran perut
d. perdarahan (jarang)
e. Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
f. Sesak napas, oedem tungkai (pada tumor yang sangat besar)

22
3.8 Diagnosis

Diagnosis dari kista ovarium tergantung dari kombinasi beberapa faktor termasuk usia dan status
menopause pasien, gejala-gejala, gambaran USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa,
dan tingkat serologik marker.
1. Umur dan Status Menopause
Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan dan biasanya bersifat
jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma. Resiko menjadi keganasan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
2. Gejala-gejala
- Timbul benjolan di perut dalam waktu relatif
- Keluhan rasa berat dalam perut
- Kadang disertai gangguan BAK dan BAB, edema pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa serak, dan lain-lain
- Kadang disertai gangguan haid apabila tumor itu megeluarkan hormon
- Nyeri perut bila terinfeksi, terpundir, pecah
3. Pemeriksaan Fisik
- Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran > 5 cm
- Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan atau mengisi
kavum douglasi
- Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
4. Pemeriksaan Penunjang.
- Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125)
adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan karsinoma
ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
- Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-sifat tumor.
- Ultasonografi

23
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut yang
bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium.
Kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya
tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan
kista fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam lumen. Kista
seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma benigna. USG sulit
membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG
endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur pelvis.
Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG transabdominal
lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ intrabdomen
lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.

3.9 Penatalaksanaan Dan Komplikasi

Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista fungsional atau bukan,
sama halnya apakah golongan neoplastik atau non neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau
ovarium itu sendiri tergantung dari jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan
kistoma ovarii biasanya dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi
dan metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.
Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan angka kematian akibat
kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika kistoma ovarii jinak tidak diangkat maka besar
kemungkinan akan menjadi ganas sehingga mengancam nyawa pasien
Dengan pertimbangan bahwa hanya 4% tumor ovarium dalam kehamilan yang dieksisi
adalah ganas, reseksi tumor ovarium merupakan terapi terpilih, dimana dengan operasi
gambarannya konsisten dengan proses jinak. Pemeriksaan potong beku di perlukan untuk terapi
bedah tambahan. Bila tidak dijumpai neoplasia, defek ovarium atau peritonium pelvis diperbaiki
dan ovarium kontralateral diinspeksi. Kecuali dijumpai lesi yang nyata, para ahli lebih suka
tidak mereksi ovarium kontralateral dimana reseksi merupakan penyebab potensial akan
terjadinya infertil sekunder.
Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak preoperatif atau
intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum abdomen dibersihkan dengan saline

24
normal. Para ahli lebih menyukai pencucian dengan saline hangat untuk membantu
mengeluarkan sebum dari komponen yang mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma
dan kista musinosum. Bila dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi dengan
menggunakan tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring elektrolit dianjurkan.
Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses infeksi dicurigai (khususnya selama
masa nifas). Spesimen dikirim untuk dilakukan kultur terhadap kuman aerob dan anaerob; dan
dilakukan drainase isap transperitoneal serta pemberian terapi anti mikroba.
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-kasus adanya masa
adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan gejala-gejala akut yang sesuai daengan
tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila
hanya terjadi torsi parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat
adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan ovarium
difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit memerlukan ooforektomi
(terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari
ureter untuk memungkinkan ligasi tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan
potensial emboli trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi
ovarium ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.
Walaupun jarang, luteoma pada kehamilan adalah jinak, biasanya virilisasi, rata,
kekuningan, tumor ovarium berkapsul yang mengalami regresi spontan setelah melahirkan; ia
jarang kambuh. Kira-kira 30% pasien terjadi maskulinisasi dan 50% dari bayi perempuannya
menunjukkan virilisasi juga. Selain itu, hampir setengah dari wanita yang terpapar mempunyai
lesi bilateral dalam ukuran yang bervariasi. Kondisi ini biasanya didiagnosis selama prosedur
pembedahan selama kehamilan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Penegakkan diagnosis kista ovarium pada kasus ini sudah benar yaitu berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

25
USG digunakan sebagai pemeriksaan penunjang yang membantu menegakkan diagnosis.
Prinsip penatalaksanaannya adalah bahwa kista ovarium membutuhkan operasi dan
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, sudah sesuai.
Komplikasi sekiranya kista tidak diangkat berupa puntiran pada kista yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan bisa membahayakan nyawa ibu. Pada kondisi tidak
terjadinya puntiran, kista yang berukuran besar dapat menganggu proses turunnya janin ke jalan
lahir. Kista yang terlalu besar juag berisiko pecah dan mengganggu rahim serta pertumbuhan
janin.
Prognosis pada kasus kista yamg jinak adalah baik, sedangkan pada yang ganas adalah
buruk karena biasanya ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut.

Saran
Anamnesis harus ditanyakan lebih mendalam agar dapat diketahui faktor resiko
terjadinya kista ovarium.
Perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk setiap jaringan yang telah dieksisi
untuk memeriksakan apakah terdapat keganasan yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo. Ilmu Kandungan.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. h. 346-351.
2. Ovarian Cyst Pain. January 7th 2012. Available at www.ovariancyst-relief.com/ovarian-
cyst-pain/. Accessed on 1 May 2013.

26
3. Sarwono P et al. Ilmu kebidanan. Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008.
H. 184, 215, 664-5.
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Haulth JC, Wenstrom KD. Obstetri
Williams.Edisi ke 21. Vol 2. Jakarta. ECG.2009 p. 934, 1035-7
5. Helm, CW. Ovarian Cyst. 19 Maret 2010. (Available at
www.emedicine.com/topic1699.htm, Accessed on 1 Mayb 2013.
6. Moeloek FA, Nuranna L. Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia ; 2008. P. 130-1
7. Ovarian Cysts by Mayo Clinic Staff. Mayo Foundation for Medical Education and
Research (MFMER). July 2009, 2011. Available at www.mayoclinic.com/health/ovarian-
cysts/DS00129, Accessed on 1 May 2013.

27

Anda mungkin juga menyukai