I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada
perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu
pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak
lain kurang berhasil.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-
ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN DAN MANFAAT
BAB. II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Konflik
Konflik dapat didefinisikan oleh Cassell Concise (1989) sebagai Suatu pertarungan,
suatu benturan, suatu pergulatan; pertentangan berbagai kepentingan, opini-opini
atau tujuan-tujuan; pergulatan mental, penderitaan batin.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Salah satu konflik paling awal dalam sejarah kedhidupan manusia adalah konflik
kakak dengan adik, Habil dan Kobil putra Nabi Adam as. Tidak seorang pun mampu
menghapus konflik dari kgidupannya, meskipun pada kenyataannya setiap orang
tidak ingin hal yang demikian itu terjadi dalam dirinya. Menurut Hoda Lacey (2003)
bertentangan dengan pihak lain bukanlah merupakan hal yang jelek.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
2
Perbedaan Pendapat
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan
beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin
mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke
arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang
bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena
orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang
yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat
berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
3
Dalam sebuh organisasi misalnya , perbedaan pendapat adalah khasanah yang akan
memperkaya pilihan sikap organisasi dan akan meningkatkan dinamika organisasi ,
serta mendorong pada kemajuan organisasi . Jika untuk berbeda pendapat terhadap
suatu fenomena saja tidak diberikan ruang yang memadai , lebih lanjut
mengungkapkan ide , sumbang saran , sumbang gagasan pemikiran atas fenomena
yang ada dalam organisasi tersebut sudah dibonsai , maka bukan tidak mungkin hal
tersebut akan menutup keterlibatan anggota organisasi , bahkan bisa saja menjadi
kontraproduktif dengan semangat organisasi .
4
C. DAMPAK KONFLIK (PERBEDAAN PENDAPAT) TERHADAP
POLA KOMUNIKASI
Setiap orang memliki perbedaan, jadi selama ada perbedaan tersebut konflik akan
selalu muncul. Jangankan antarmanusia, di dalam diri setiap orang pun pasti sering
terjadi konflik. Konflik seperti ini sering disebut dengan konflik batin, yaitu peperangan
antara perasaan dengan pikiran, keinginan dengan penolakan, terutama pada saat
seseorang berusaha melawan hawa nafsunya.
D. TEORI TEORI
Teori Komunikasi
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah
Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model
komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who),
berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada
siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa
dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi
bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil
penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi
stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam
penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
5
3. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam
teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan
oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium
dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai
contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri
menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan
terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain,
Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis
dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
Dari perspektif teori, Gerbner khususnya tertarik pada peran pesan, baik pada tataran
interaksi sosial sehari-hari maupun pada level sosial kultural yang lebih luas, dimana
pesan dihasilkan secara massal dan disebarluaskan. Gerbner mendefinisikan
komunikasi sebagai interaksi melalui pesan, dan dia melihat kultur atau budaya
sebagai sebuah sistem pesan dan citra yang mengatur dan menghasilkan relasi
sosial (Gerbner, 1990, p. 250).
1. Aprehensi Komunikasi
6
merasa takut berkomunikasi. Teori aprehensi komunikasi juga banyak dipergunakan
untuk menjelaskan situasi komunikasi kelompok. Namun, banyak ilmuan komunikasi
yang menggunakan teori ini juga untuk menjelaskan komunikasi antarpribadi atau
menggunakanya dalam latar atau konteks komunikasi antarpribadi.
" McCroskey sendiri menyatakan bahwa aprehensi komunikasi itu muncul pada
manusia karena pengaruh suasana komunikasi di rumahnya. Dinyatakan bahwa
factor-faktor lingkungan rumah, seperti jumlah percakapan dengan anggota keluarga
dan gaya interaksi anak-orang tua akan mempengaruhi perilaku komunikasi anak. Ini
menunjukan bahwa lingkungan keluarga menjadi penentu penting ada tidaknya".
a. Aktivitas berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa secara psikologis kita terlalu
aktif sebelum kegiatannya sendiri dilakukan.
b. Pemprosesan kognitif yang tidak tepat. Hal ini untuk menunjukan rasa tidak
nyaman dalam menghadapi kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, penyebab
aprehensi komunikasi ini dipandang terkait dengan bagaimana kita berpikir
tentang komunikasi dan bagaimana proses komunikasi itu dipandang
menakutkan.
c. Keterampilan komunikasi yang tak memadai. Ini untuk menunjukan bahwa kita
tak tahu bagaimana berkomunikasi secara efektif. Jika kita merasa tidak
terampil berkomunikasi maka dengan sendirinya kita pun akan memandang
kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang menegangkan.
7
Teori pengurangan ketidakpastian ini mengungkap beberapa aksioma, yang berkaitan
dengan apa yang dilakukan manusia dalam menjalin relasi antarpribadi.
Dalam melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima, orang bisa melakukan dua
hal, pertama mengkontraskan dan kedua mengasimilasikan. Kontras merupakan
distorsi perseptual yang membawa pada polarisasi ide. Sedangkan asimilasi
menunjukan kekeliruan penilaian yang bertentangan.Ini terjadi apabila pesan yang
disampaikan diterima dalam sikap pendengarnya pada wilayah penerimaan. Teori
penilaian sosial melihat pengaruh komunikasi antarpribadi melalui bagaimana individu
di pengaruhi oleh kelompok acuannya, yakni kelompok yang digunakan untuk
merumuskan identitas individu tersebut, menurut teori ini maka sikap kita dipetakan
dalam 1 kontinum, menurut teori ini maka sikap kita tidak bisa berada dalam 1 wilayah
tertentu yang dinamakan latitude.
Ada tiga hal yang dikemukaakan Teori Penilaain Sosial ini yang sudah di uji melalui
eksperimen yang bisa di pergunakan untuk mengkaji pengaruh komunikasi
antarpribadi.
8
c. Ada orang yang sangat dogmatis dalam setiap permasalahan. Oleh karena itu,
wilayah penolaknya besar.
Teori ini menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan
pandangan pendengaranya maka akan makin besar juga perubahan sikapnya, sejauh
pesan tersebut berada dalam wilayah penerimaannya. Selain itu keterlibatan ego yang
tinggi.
Teori Konflik
Teori konflik Ralf Dahrendorf menarik perhatian para ahli sosiologi Amerika Serikat
sejak diterbitkannya buku Class and Class Conflict in Industrial Society, pada tahun
1959.Asumsi Ralf tentang masyarakat ialah bahwa setiap masyarakat setiap saat
tunduk pada proses perubahan, dan pertikaian serta konflik ada dalam sistem sosial
juga berbagai elemen kemasyarakatan memberikan kontribusi bagi disintegrasi dan
perubahan. Suatu bentuk keteraturan dalam masyarakat berasal dari pemaksaan
terhadap anggotanya oleh mereka yang memiliki kekuasaan, sehingga ia
menekankan tentang peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam
masyarakat. Bagi Dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan
konsesus yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian diusulkan
agar teori sosiologi dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik dan teori konsesus.
Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang
mengikat masyarakat sedangkan teori konsesus harus menguji nilai integrasi dalam
masyarakat. Bagi Ralf, masyarakat tidak akan ada tanpa konsesus dan konflik.
Masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian,
posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap
posisi yang lain. Jadi ada perilaku yang ditentukan dan perilaku yang otonom, maka
keduanya harus seimbang. Salah satu karya besar Dahrendorf Class and class
Conflict in Industrial Society dapat dipahami pemikiran Dahrendorf dimana
asumsinya bahwa teori fungsionalisme struktural tradisional mengalami kegagalan
karena teori ini tidak mampu untuk memahami masalah perubahan sosial, terutama
menganilisis masalah konflik.Dahrendorf mengemukakan teorinya dengan melakukan
kritik dan modifikasi atas pemikiran Karl Marx, yang berasumsi bahwa kapitalisme,
9
pemilikandan kontrol atas sarana-sarana produksi berada di tangan individu-individu
yang sama, yang sering disebut kaum borjuis dan kaum proletariat. Teori konflik
dipahami melalui suatu pemahaman bahwa masyarakat memiliki dua wajah karena
setiap masyarakat kapan saja tunduk pada perubahan, sehingga asumsinya bahwa
perubahan sosial ada dimana-mana, selanjutnya masyarakat juga bisa
memperlihatkan perpecahan dan konflik pada saat tertentu dan juga memberikan
kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan, karena masyarakat didasarkan pada
paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
E. JENIS-JENIS KONFLIK
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, salah satunya dari segi pihak yang terlibat dalam konflik. Dari segi ini konflik
dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
10
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan
dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara
individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun
antara individu karyawan dengan kelompok pimpinan.
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok
pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun
antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
F. ANALISIS KONFLIK
Kasus Konflik yang saya ambil merupakan konflik yang berada dilingkungan
keluaraga, konflik ini ada hubungnnya dengan perbedaan pendapat antara dua
individu dan masalah komunikasi, berikut pembahasannya:
Perbedaan Pendapat
Sekalipun dalam keluarga yang harmonis konflik di antara anggota keluarga tidak
jarang terjadi, penyebabnya bisa bermacam-macam. Terkadang konflik yang terjadi
dapat semakin menguat ikatan dalamkeluarga, tetapi tak jarang juga yang berujung
dengan permusuhan jangka panjang yang tak kunjung menemukan solusi untuk
mengatasinya. Seperti konflik berikut yang merupakan perbedaan pendapat antara 2
individu karena mereka mempunyai pemikiran yang berbeda atas suatu hal, berikut
pembahasannya.
Dalam lingkungan keluarga ada seorang anak dan ayahnya yang sama-sama
menyukai sebuah seni yaitu seni musik dan mereka pun gemar memainkan musiknya,
masing-masing dari mereka menyukai genre musik yang berbeda yaitu si anak yang
11
menyukai genre musik Reggae dan ayahnya menyukai genre musik Country. Dalam
kasusnya pada suatu saat sang ayah meminta si anak untuk bermain musik bersama
dengan bergenre musik Country untuk tampil dalam beberapa acara musik. Dan
mereka pun tampil walaupun si anak merasa terpaksa, tetapi di beberapa acara
selanjutnya sang anak menolak untuk tampil lagi, karena si anak menilai genre musik
Country tidak sesuai dengannya yang masih muda sehingga dia tidak nyaman
memainkan musik yang dibawakannya. Mendengar hal itu sang ayah tidak setuju
dengan pernyataan si anak, sehingga timbulah perdebatan hebat, dan menimbulkan
perubahan kepribadian individu di antara mereka. Sehingga menjadi konflik
perbedaan pendapat.
Masalah Komunikasi
12
Penyelesaian Konflik
(Perbedaan Pendapat)
Setiap orang pastinya ingin hidup nyaman. Kenyaman sendiri yaitu dimana diri
sesorang memilik perasaan yang enak, santai, rileks, & tenang yang artinya bebas
dari gangguan, bebas dari kejenuhan, bebas dari rasa was-saw, bebas dari rasa iri
dan dengki, dan bebas dari rasa tidak enak. Nyaman dalam hal kebutuhan fisik dan
non-fisik. Misalnya nyaman dalam hal terpeliharanya relasi dengan siapapun terutama
di dalam keluarga. Termasuk nyaman akan keluarga harmonis, karir, harta, tahta, dan
rasa aman.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa si anak yang terpaksa memainkan
genre musik si ayah yang merasa tidak nyaman dan tidak ingin tampil lagi.
Seharusnya sang ayah mengerti akan keadaannya saat itu dan membiarkan sang
anak untuk tidak memainkan jenis musik yang di sukainya. Seperti yang kita ketahui
sifat seorang anak dan sifat orang tua tentu berbeda, termasuk pendapat mereka
tentang genre atau jenis musik yaitu Reggae yang banyak di sukai Remaja begitupun
sebaliknya Country yang di sukai Orang Tua.
(Masalah Konflik)
13
BAB. III
A. KESIMPULAN
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat
berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. SARAN
14
Daftar Pustaka
http://kazekageiir.blogspot.com/2012/11/teori-teori-komunikasi-
antarpribadi.html?m=1
Komunikasi Antar Pribadi. Dr. Edi Harapan M.Pd & Dr. H. Sayarwani Ahmad,
M.M. Hal-127
15