Anda di halaman 1dari 3

1. Anamnesa Anamnesis didapatkan (Lin dkk.

, 2010) :

a. Ekstrim dan konstan gatal.

b. Sebuah sensasi terbakar di daerah vulva

2. Pemeriksaan Fisik (Lin dkk., 2010) :

a. Keputihan

b. Retak kecil pada kulit vulva

c. Kemerahan dan pembengkakan pada vulva dan labia (bibir vagina)

d. Lecet pada vulva

e. Bersisik, patch keputihan tebal di vulva

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan leukosit esterase dengan dipstik merupakan pemeriksaan skrining yang cepat
dalam menegakkan diagnosis vaginitis dan servisitis. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi
trikomonas, kandida, dan vaginosis bakterial, serta infeksi oleh gonokokus dan klamidia.
Biakan sekret vagina,sitologi, dan vaginoskopi perlu dilakukan untuk evaluasi vulvovaginitis,
namun pada kebanyakan kasus vulvitis primer nonspesifik tidak diperlukan vaginoskopi.
Vaginoskopi biasanya diperlukan pada vulvovaginitis persisten atau berulang, perdarahan
vagina, kecurigaan terhadap benda asing, neoplasma, atau anomali kongenital (Wijayanti,
2014).

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah (Wijayanti, 2014):

a. Pengukuran pH Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5) Hasil pengukuran pH


cairan vagina - Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus 8 - Pada pH
vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis - Pada pH vagina 4.0-6.8
sering disebabkan candida albican - Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh
trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik.

b. Penilaian sedian basah Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH
10% dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel
dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam
KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. - Trikomonas
vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit berbentuk lonjong dengan
flagelnya dan gerakannya yang cepat. - Candida albicans akan terlihat jelas dengan KOH
10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. - Vaginitis non spesifik yang disebabkan
oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit
yang tidak seberapa banyak dan banyak selselepitel yang sebagian besar permukannya
berbintik-bintik. Selsel ini disebut clue cell yang merupakan cirri khas infeksi Gardnerella
vaginalis.
c. Perwarnaan Gram - Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra
dan ekstraseluler. - Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran
kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan koko
basil, tanpa ditemukan lakto basil.

d. Kultur 9 Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.

e. Pemeriksaan serologis Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes


Genitalis dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

f. Tes Pap Smear Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil
terapi.

Penatalaksanaan

a. Terapi lama

1. Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu
mengurangi jumlah cairan.

2. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya.

3. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus,


tergantung kepada organism penyebabnya.

4. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka
dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.

5. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu
sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.

6. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.

7. Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan
seksual diobati pada saat yang sama.

8. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen
bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke
vulva dan vagina. b. Terapi baru Jenis infeksi Pengobatan Jamur Miconazole, clotrimazole,
butoconazole atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria) Fluconazole atau
ketoconazole < (tablet) Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina)
atau metronidazole (tablet). Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan
ceftriaxon & tablet doxicyclin Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet) Trikomonas
Metronidazole (tablet) Virus papiloma manusia (kutilgenitalis) Asam triklor asetat (dioleskan
ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan
kekutil) Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)

1. Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara 13 tetap terjaga (misalnya terbuat dari
katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).

2. Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva
atau berendam dalam air dingin.

3. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim
atau salep cortico steroid dan anti histamin peroral (tablet).

4. Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek
lamanya infeksi herpes.

5. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (Abdullah, 2015).

Anda mungkin juga menyukai