Bab 1 - Dapus
Bab 1 - Dapus
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda
dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.1
Lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia mengalami gagal jantung, dan lebih
dari 5 juta di Amerika Serikat. Prevalensi gagal jantung mengikuti pola eksponensial,
yaitu meningkat seiring usia. Gagal jantung mempengaruhi 6% sampai 10% orang
berusia diatas 65 tahun. Ada lebih 1 juta rawat inap dengan diagnosis utama gagal
jantung setiap tahun di Amerika Serikat, dan gagal jantung adalah diagnosis yang
paling umum untuk penerimaan rumah sakit pada usia diatas 65 tahun. Walaupun
kejadian relatif lebih rendah pada wanita dibandingkan pria, wanita merupakan
setidaknya setengah dari kasus gagal jantung karena harapan hidup lebih lama
mereka. Di Amerika Serikat, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan gagal jantung
mencapai lebih dari $34 milyar per tahun, yang sebagian besar dihasilkan dari
rawatan rumah sakit. Rawat inap untuk gagal jantung dekompensasi akut (ADHF)
adalah prediktor kuat dari penerimaan kembali pasien dengan gagal jantung kronis,
Gagal jantung adalah keadaan jantung yang tidak dapat memompa darah pada
tingkat yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.3 Gagal jantung
juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelainan struktur atau fungsi jantung yang
4
(ecs 2012). Disfungsi jantung mungkin berhubungan dengan iskemia, kelainan irama
resistensi sistemik..4
atrium kiri, karena adanya peningkatan beban tekanan dan volume atrium. Gagal
jantung simptomatik (NYHA KELAS II-IV) didapatkan pada 30% pasien FA dan FA
ditemukan pada 30-40% pasien gagal jantung, bergantung pada penyebab dasar dan
stroke, gagal jantung, serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki
risiko stroke 5 kali lebih tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi
5
ILUSTRASI KASUS
Telah datang pasien seorang laki-laki usia 61 tahun ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 19 Mei 2016 dengan keluhan utama sesak nafas yang meningkat
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak menciut, tidak dipengaruhi oleh
makanan atau cuaca, sesak muncul saat istirahat malam disertai batuk. Sesak
berkurang dengan perubahan posisi. Sesak nafas dirasakan pertama kali tahun 2009.
Terdapat riwayat sembab. Sesak dirasakan saat beraktifitas atau berjalan 20 meter.
Nyeri dada dirasakan di seluruh dada dan terasa seperti terhimpit, lebih dari
20 menit dan menjalar ke punggung. Nyeri dada disertai dengan keringat dingin,
mual, muntah, dan pingsan. Terdapat riwayat berdebar-debar sejak 2 tahun yang lalu.
Dada berdebar-debar dirasakan cepat dan tidak teratur, dipengaruhi oleh aktivitas
berat dan dapat hilang spontan. Pasien sudah dikenal sebelumnya menderita
pembengkakan jantung. Faktor resiko CAD pada pasien adalah hipertensi dan
merokok. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien. Pasien memiliki riwayat asma, hipertensi, dan alergi obat tapi pasien tidak
140/70 mmHg, nadi 64 kali permenit irreguler, suhu 36C, pernapasan 41 kali
permenit, keadaan gizi baik, tinggi badan 165 cm dan berat 75 kg. Pasien tidak
mengalami sianosis, anemis, edema dan ikterus. JVP 5-1 cm H20, KGB, kepala,
6
rambut, mata, telinga, hidung, tenggorokkan, gigi dan mulut tidak terdapat kelainan.
Pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, dan tidak terdapat edema pada kedua
ekstremitas.
Pada pemeriksaan paru, didapatkan inspeksi dalam keadaan statis simetris kiri
dan kanan, serta dalam keadaan dinamis pergerakan sama kiri dan kanan. Palpasi
fremitus sama kiri dan kanan. Perkusi sonor sama kiri dan kanan. Pada auskultasi
terdengar suara nafas vesikuler, tidak terdapat rhonki di kedua lapangan paru dan
Pemeriksaan jantung pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat. Palpasi iktus
kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI. Perkusi batas jantung atas adalah RIC II,
batas jantung kanan linea sternalis dekstra dan batas jantung kiri LMCS RIC VI. Pada
supel, hepar dan lien tidak teraba. Perkusi timpani dan auskultasi bising usus positif
normal. Pada pemeriksaan punggung tidak ditemukan kelainan. Alat kelamin dan
leukosit 9.800/mm3, hematokrit 45%, trombosit 257.000. GDS 128 mg/dL. Kadar
ureum darah 40 mg/dL, kreatinin darah 1,9 mg/dL. Kadar Na 141 mmol/L, Ca 9,3
Mmol/L, K 4,1 Mmol/L, Cl 107 Mmol/L. CKMB 8 U/L, Troponin T (-). Dari hasil
AGD didapatkan pH 7,48, pCO2 25 mmHg, pO2 136 mmHg, HCO3 18,6 mmHg,
SaO2 99%.
7
Pemeriksaan EKG saat tiba di IGD menunjukkan gambaran EKG yang
didapatkan adalah irama AF, QRS rate 157 kali per menit, axis normal, gelombang P
dan PR interval sulit dinilai, QRS durasi 0,08, ST elevasi di V1,V2,V3,V4; LVH (-),
RVH (-).
8
Pada hari rawatan ke empat, gambaran EKG yang didapatkan adalah irama AF,
QRS rate 99 kali permenit, axis normal, gelombang P dan PR interval sulit dinilai,
QRS durasi 0,08, ST-T changes sulit dinilai, LVH (-), RVH (-). Terdapat Q
patologis.
9
Pada pemeriksaan foto thorak didapatkan kardiomegali dengan cardi-thorakal
ratio (CTR) 73%, segmen aorta dan pulmonal normal, cardiac weist positif, apeks
2, dengan rincian 1 skor untuk kongestif dan 1 skor untuk hipertensi. Sedangkan
hari ke empat rawatan pasien ini didiagnosis dengan ADHF dry and warm on CHF
dengan Old MCI dan AF NVR persisten lama. Sedangkan pada hari rawatan pertama,
pasien didiagnosis dengan ADHF wet and warm on CHF dengan Old MCI dan AF
10
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah NaCl 0,9% 1 kolf/24 jam, bolus
digoxin 0,25 mg (iv), ramipril 1x2,5 mg, spironolakton 1x25 mg, loading aspilet 1x80
mg, simvastatin 1x20 mg, pradaxa 2x110 mg, digoxin oral 1x0,25 mg, ranitidin 2x1
11
DISKUSI
Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. M. Djamil Padang pukul 01.00 dengan diagnosis
marker jantung .
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu sindrom klinis yang kompleks,
yang terjadi akibat kelainan jantung secara fungsional ataupun struktural yang
merupakan gejala klinis yang umum yang menyebabkan kemacetan pembuluh darah
Pada kasus ini, keluhan utama pasien datang ke rumah sakit adalah sesak nafas.
Sesak nafas dirasakan meningkat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak
tidak menciut dan tidak dipengaruhi oleh cuaca dan makanan. Sesak nafas ddirasakan
pertama kali tahun 2009. Dari anamnesis dapat disingkirkan bahwa sesak yang
dialami pasien ini penyebabnya bukan dari paru, melainkan jantung, sehingga dapat
disingkirkan sesak akibat penyakit asma dan PPOK. Sesak nafas terjadi saat istirahat
dimalam hari (PND +) disertai batuk dan berkurang dengan perubahan posisi
12
Gejala khas dari gagal jantung adalah sesak nafas saat istirahat atau aktivitas
disertai kelelahan atau tidak, dan terdapat tanda retensi cairan berupa kongesti paru
Pada pasien ini, sesak muncul mendadak ketika istirahat dan sesak meningkat
saat beraktivitas. Pasien juga memiliki riwayat edem tungkai, dimana pada penderita
gagal jantung terjadi retensi cairan sehingga dapat ditemukan manifestasi klinis
Berdasarkan Kriteria Framingham untuk gejala dan tanda dari Heart Failure:4
Kriteria Mayor
- Paroxysimal Nocturnal Dyspnea
- Distensi vena jugularis
- Ronkhi
- Kardiomegali
- Pulmonary Edema
- S3 Gallop
- Hepatojugular refluk
Kriteria Minor
- Edema Tungkai
- Batuk Malam Hari
- Dyspnea of Effort
- Hepatomegali
- Efusi Pleura
- Takikardi
13
Orthopnea didefinisikan sebagai kondisi sesak saat posisi berbaring lurus dan
biasanya membaik dengan perubahan posisi menjadi duduk tegak atau menambahkan
bantal saat tidur. Orthopnea timbul akibat cairan yang berasal dari splanknik dan
ekstermitas bawah memasuki sirkulasi pusat pada saat berbaring, sehingga terjadi
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) adalah sesak nafas yang muncul saat
malam hari yang menyebabkan pasien terbangun dari tidurnya disertai dengan batuk,
timbul karena peningkatan tekanan pada arteri bronchial sehingga terjadi kompresi
saluran nafas, disertai dengan edema intersisial paru yang pada akhirnya dapat
menjadi 4 kelas :4
- Kelas I, Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
- Kelas II, terdapat batasan aktivitas ringan, tidak terdapat keluhan saat istirahat,
nafas
- Kelas III, terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat
sesak
14
- Kelas IV, tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala
Pada kasus ini, pasien termasuk dalam kelas IV, karena Pasien mengeluhkan,
saat berjalan 20 meter sudah merasa sesak. Sesak muncul saat istirahat dan
Nyeri dada yang dikeluhkan pasien merupakan nyeri dada khas infark, dimana
nyeri di rasakan bersama dengan sesak. Nyeri pertama kali dirasakan tahun 2009.
Angina terbagi atas dua, yaitu angina tipikal dan atipikal. Pasien termasuk dalam
angina tipikal dengan gejala berupa rasa tertekan, terhimpit atau berat dibawah
retrosternal, dapat menjalar ke lengan kiri, leher, punggung, bahu atau epigastrium,
Nyeri dada biasanya disertai dengan gejala lain seperti diaphoresis atau
keringat dingin, mual, muntah, nyeri abdominal, bahkan sinkop.1 Dalam kasus ini
pasien mengeluhkan keringat dingin, mual (+), muntah 7x sebelum masuk rumah
sakit. Perut begah (-),pasien memiliki riwayat pingsan tahun 2014.Selain itu pasien
sudah dikenal sakit jantung sejak tahun 2009 karena sesak dan nyeri dada.
atrium kiri, karena adanya peningkatan beban tekanan dan volume atrium. Gagal
jantung simptomatik (NYHA KELAS II-IV) didapatkan pada 30% pasien FA dan FA
ditemukan pada 30-40% pasien gagal jantung, bergantung pada penyebab dasar dan
beratnya gagal jantung.4 Proses remodelling yang terjadi di atrium ditandai dengan
15
proliferasi dan diferensiasi fibroblast menjadi miofibroblas yang dapat meningkatkan
deposisi jaringan ikat dan fibrosis di atrium. Proses remodelling atrium menyebabkan
gangguan elektris antara serabut otot dan serabut konduksi di atrium, serta menjadi
faktor pemicu sekaligus faktor yang melanggengkan terjadinya FA.5 Pasien juga
diketahui menderita hipertensi, yang merupakan faktor risiko insiden FA pertama dan
debar biasanya dicetuskan oleh olahraga, emosi atau aktivitas berat.9 Berdasarkan
waktu presentasi dan durasinya, FA pada kasus ini termasuk FA persisten lama. FA
kecepatan laju ventrikel saat di ruang IGD, FA pada kasus ini termasuk FA dengan
respon ventrikel cepat, dengan laju ventrikel 100 kali per menit. Pada hari rawatan ke
empat, pasien termasuk kepada FA dengan reposn ventrikel normal, dengan laju
stroke, gagal jantung, serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki
risiko stroke 5 kali lebih tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi
16
obesitas, penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal kronis maupun penyakit paru
obstruktif kronis. Pada kasus ini, selain berdebar-debar, pasien juga mengeluhkan
sesak napas pada saat aktivitas dan dipengaruhi emosi. Sesak dirasakan pertama kali
pada tahun 2009. Sesak yang dikeluhkan pasien merupakan manifestasi dari adanya
resiko terjadinya sindrom koroner akut dan gagal jantung.2 Pasien merokok 3
jantung. Berdasarkan studi Framingham dalam Cowie tahun 2008 didapati bahwa
91% pasien gagal jantung memiliki riwayat hipertensi. Studi terbaru Waty tahun 2012
di Rumah Sakit H. Adam Malik menyebutkan bahwa 66,5% pasien gagal jantung
mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri
menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel yang
Pasien telah dikenal penyakit jantung, dan mendapat obat berupa nitrat
glyceryl 500g, bisoprolol 2,5 mg sebagai anti iskemia. Aspilet sebagai anti platelet.
17
Spironolakton 25mg dan furosemid 40mg sebagai diuretik. Candesartan acexetil
jantung, JVP meningkat akibat adanya ketidakseimbangan aliran darah dari atau
menuju jantung kanan.12 Namun ketika diperiksa pada hari rawatan ke empat, nilai
JVP pasien 5 1 cmH2O, tidak ada peningkatan karena sudah dikoreksi. Pada
pemeriksaan paru, dinding dada tampak emfisematous, pasien dikenal asma sejak
kecil. Pada auskultasi paru ditemukan rhonki (-), Wheezing (+). Adanya wheezing
pada pasien dapat terjadi akibat obstruksi bronkus yang didasari inflamasi kronik dan
hiperaktivitas bronkus.
Iktus kordis teraba 1 jari lateral linea mid clavicula sinistra RIC 6, perkusi
batas atas jantung RIC 2, batas kiri 1 jari lateral LMCS RIC 6. Dari pemeriksaan fisik
ireguler. Irama yang ireguler pada pasien menandakan adanya gangguan irama atrial
fibrilasi.
telah terjadi infark myocard yang sudah lama pada pasien. Ciri-ciri FA pada
melebihi 450 kali per menit. Pada kasus ini, gambaran EKG yang didapatkan pada
18
saat di IGD adalah irama AF, QRS rate 157 kali permenit, axis normal, gelombang P
dan PR interval sulitdinilai, QRS durasi 0,08, ST-T changes sulit dinilai, LVH (-),
RVH (-). Sedangkan gambaran EKG pada hari rawatan ke empat adalah irama AF,
QRS rate 99 kali permenit, axis normal, gelombang P dan PR interval sulitdinilai,
QRS durasi 0,08, ST-T changes sulit dinilai, LVH (-), RVH (-). Gambaran
gelombang P sulit dinilai dan tidak tampak gelombang P yang sejati serta gambaran
QRS komplek yang sempit serta tidak teratur merupakan kunci untuk mengenali
fibrilasi atrium. Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel, gambaran EKG saat di
gambaran EKG pada hari rawatan ke empat termasuk respon ventrikel normal (laju
ventrikel 60-100x/menit).5
CW (+), apex tertanam (+), infiltrat (-), kranialisasi (+). Dari hasil rontgen thoraks
apeks tertanam (sudut cardiophrenicus >90) yang berarti adanya hipertrofi ventrikel
kiri (LVH).
hari rawatan ke empat pasien didiagnosis dengan ADHF dry and warm on CHF
dengan Old MCI anterior, AF NVR persisten lama. Sedangkan pada hari pertama
rawatan, pasien didiagnosis dengan ADHF wet and warm on CHF dengan Old MCI
19
Perburukan atau gagal jantung kronik dekompensasi, adanya riwayat
perburukan yang progresif pada pasien yang sudah diketahui dan mendapat terapi
sebelumnya sebagai pasien gagal jantung kronik dan dijumpai adanya kongesti
20
KESIMPULAN
kompleks, yang terjadi akibat kelainan jantung secara fungsional ataupun struktural
yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi atau memompa darah. CHF
merupakan gejala klinis yang umum yang menyebabkan kemacetan pembuluh darah
Gejala khas dari gagal jantung adalah sesak nafas saat istirahat atau aktivitas
disertai kelelahan atau tidak, dan terdapat tanda retensi cairan berupa kongesti paru
Pada pasien ini, sesak muncul mendadak ketika istirahat dan sesak
meningkat saat beraktivitas. Pasien juga memiliki riwayat edem tungkai, dimana pada
penderita gagal jantung terjadi retensi cairan sehingga dapat ditemukan manifestasi
atrium kiri, karena adanya peningkatan beban tekanan dan volume atrium. Gagal
jantung simptomatik (NYHA KELAS II-IV) didapatkan pada 30% pasien FA dan FA
ditemukan pada 30-40% pasien gagal jantung, bergantung pada penyebab dasar dan
jaringan ikat dan fibrosis di atrium. Ini menyebabkan gangguan elektris antara serabut
otot dan serabut konduksi di atrium, serta menjadi faktor pemicu sekaligus faktor
21
yang melanggengkan terjadinya FA.5 Pasien juga diketahui menderita hipertensi,
yang merupakan faktor risiko insiden FA pertama dan risiko komplikasi FA seperti
22
DAFTAR PUSTAKA
23