BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak
menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel
tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan
akan tumbuh menjaadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diambil ,
dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada
kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker
payudara umumnya menyerang wanita kelompok umur 40-70 tahun, tetapi resiko
terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan pertumbahan usia. Kanker
payudara jarang terjadi pada usia dibawah 30 tahun.
Mastektomi adalah pengangkatan payudara. Mastektomi radikal adalah
mengangkat seluruh payudara, beberapa atau semua nodus limfe.
B. ETIOLOGI
Tak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetic berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetic masih belum diketahui.perubahan genetic ini termaksud perubahan
atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan kanker payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium mempunyai peran penting dalam kanker. Dua hormone utama-estradiol dan
progesterone-mengalami perubahan dalam lingkungan selular, yang dapat
mempengaruhi factor pertumbuhan bagi kanker payudara.
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,
2
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan
biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium
lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara.
Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan / massa di payudara, ada rasa
sakit dapat juga tanpa rasa sakit, keluar cairan yang abnormal dari puting susu
(biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),
timbul kelainan kulit berupa perubahan warna atau tekstur kulit (dimpling,
kemerahan, ulserasi, peau d'orange) pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu) dan luka yang tidak sembuh
dalam waktu yang lama. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan
atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, kulit di sekitar puting
susu bersisik atau ada lekukan pada kulit, puting susu tertarik ke dalam (retraksi
puting susu) atau terasa gatal atau pembengkakan salah satu payudara. Konsistensi
payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran
kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di
luar payudara.Pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh. Pada
stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan
atau ulserasi kulit. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum kita
buktikan tidak ganas.
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya
kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang
berubah dengan ciri : proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti
pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu
fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi
perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas
tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas diantara sel normal.
3
E. PATHWAY
Kanker Payudara
Cemas
Kurang Informasi
Luka Operasi
(trauma jaringan) Kurang
Pengetahuan
Resti infeksi
Emosional distress Kelemahan
Perubahan penampilan
(ketidakmampuan
mengontrol nyeri)
G. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para
peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Faktor ini penting dalam
membantu mengembangkan program-program pencegahan. Hal yang harus selalu di
ingat adalah bahwa hampir 60 % wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak
mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali hanya lingkungan
hormonal mereka. Dengan demikian, semua wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka. Namun demikian,
mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang
mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang terus meningkat dan pengobatan
dini. Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor resiko akan membantu dalam
mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau memodifikasi kanker
payudara dimasa mendatang.
Faktor-faktor yang mencakup :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker payudara
pada payudara sebelahnya meningkat hamper 1% setiap tahun.
2. Anak permpuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat dua kali jika ibunya
6
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; resiko 4 sampai 6 kali jika kanker
payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai
anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 30 tahun mempunyai resiko
sepergtiganya.
6. Riwayat penyakit tumor payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai perubahan epitel poliferasi mempunyai resiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko
empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun beresiko hamper dua kali lipat.
8. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun,
wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontraseptif oral. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun
dengan cepat setelah penghentian medikasi.
10. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang
resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk
jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen
meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker
payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.
7
Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di
Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur (mis Perancis dan
Itali), angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukan bahwa
wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara
pada tahun-tahun terakhirnya.
Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker payudara.
Kajian epidemiologi pada wanita berkebangsaan Amerika dan Jepang menunjukan
perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua kelompok, dengan
wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi. Wanita Jepang yang
bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka kanker payudara yang serupa
dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi kelompok terbaru menunjukan
hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh antara diet tinggi lemak dan kanker
payudara. Namun, karena lemak mempunyai dampak dalam kanker kolon dan
penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari upaya penyuluhan yang difokuskan
pada pengurangan masukan kalori yang berasal dari lemak secara keseluruhan.
Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan
kontraksi kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti
yang menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko
kanker payudara.
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 :Tumor <>
a. T1a : Tumor <>
b. T1b :Tumor 0,5 1 cm
c. T1c :Tumor 1 2 cm
5. T2 :Tumor 2 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax
atau kulit :
a. T4a : Melekat pada dinding dada
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange
c. T4c : T4a dan T4b
d. T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N) :
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain
atau melekat pada jaringan sekitarnya
5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastas jauh (M) :
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak
terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium IIa : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang
5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
9
Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai
2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya.
Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara secata abnormal keras dan
membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang memburuk dan
biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis lebih cepat di banding pasien
wanita lainnya dengan masa kecil pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan
cepat pada bagian tubuh lainnya; preperta kemoterapi berperan penting dalam
pengendalian kemajuan penyakit ini. Radiasi dan pembedahan biasanya juga
digunakan unttuk mengontrol penyebaran.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker
yang tak teraba atau tomur yang terjadi pada tahap awal.
2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras kedalam aliran duktus.
3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari
mamografi.
4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
5. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan
membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur
masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi.
7. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin
dan tidak untuk mamografi.
8. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan seleksi terapi
yang tepat
12
9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi
mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan,
reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel.
Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor
estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon
menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan
kehidupan.
10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang: dilakukan
untuk mengkaji adanya metastase.
J. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura,
tulang dan hati.
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan).
Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran
knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi
hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
- Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative
tomoorektomi + diseksi aksila
- Terapi ajuvan, :
Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate
40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan
flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide
500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan
flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-
13
2 tahun
- Terapi bantuan, roboransia,
- Terapi sekunder bila perlu
- Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan
(fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :
a. Terapi utama
- pramenopause, bilateral ovariedektomi
- pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan 2)
hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
- operable (mastektomi simple)
- inoperable (radioterapi)
kanker mamae inoperative :
tumor melekat pada dinding thoraks
odema lengan
nodul satelit yang luas
mastitis karsionamtosa
c. Terapi bantuan ; roboransia
d. Terapi komplikasi , bila ada :
- patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah
- odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi
omentum atau kondoleon,
- Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30 mg
dan teramisin 1000 mg, intra pleura
- Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3) mitramisin
-1/2 mg/kg BB IV
- NYeri, terapi nyeri sesuai WHO
- Borok,perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada
14
L. PROGNOSIS
Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup ,
tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini
dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu
tercapai.
operabilitas.
Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)
Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)
Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu
Galktografi
Tulang-tulang
USG abdomen
Bone scan
CT scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- rutin, darah lengkap, urine
- duyla darah puasa dan 2 jpp
- enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/vaginal smear
c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan pleura effusion
- Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi Vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
2. Dignosa Keperawatan
PRA OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
16
POST OPERASI
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap,
nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,
kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,
penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasive pembedahan
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan,
efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan
anemia.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan
neuromuscular, nyeri.
3. Perencanaan
PRE OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan
17
POST OPERASI
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
Tujuan :
- Tampak rileks
- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat
- Mengekspresikan penurunan nyeri
INTERVENSI
20
d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan
sekunder terhadap pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi
stabil
Kriteria hasil :
- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan
orang dekat.
- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya
secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kontak dengan klien a. Perasaan empatik
sering dan perlakukan klien dan perhatian untuk siap membantu
dengan hangat dan sikap positif. klien dalam mengatasi permasalahan
b. Berikan dorongan pada yang ada.
klien untuk mengekpresikan b. Perasaan yang
perasaan dan pikiran tentang diungkapakan pada orang yang
kondisi, kemajuan, prognose, dipercaya akan membuat perasaan lega
sisem pendukung dan pengobatan. dan tidak tekanan batin.
c. Berikan informasi yang
21
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak
ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap a. Memberikan informasi tentang
hari, apakah klien makan sesuai status gizi klien.
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, b. Memberikan informasi tentang
ukuran triceps serta amati penambahan dan penurunan berat
penurunan berat badan. badan klien.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka c. Menunjukkan keadaan gizi klien
yang lambat dan pembesaran sangat buruk.
kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk d. Kalori merupakan sumber energi.
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan e. Mencegah mual muntah, distensi
seperti bau busuk atau bising. berlebihan, dispepsia yang
Hindarkan makanan yang terlalu menyebabkan penurunan nafsu makan
manis, berlemak dan pedas. serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas.
f. Ciptakan suasana makan yang f. Agar klien merasa seperti berada
menyenangkan misalnya makan dirumah sendiri.
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
visualisasi, latihan moderate makan/membangkitkan selera makan.
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka h. Agar dapat diatasi secara bersama-
tentang problem anoreksia yang sama (dengan ahli gizi, perawat dan
dialami klien. klien).
23
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium i. Untuk mengetahui/menegakkan
seperti total limposit, serum terjadinya gangguan nutrisi sebagi
transferin dan albumin akibat perjalanan penyakit, pengobatan
dan perawatan terhadap klien.
j. Berikan pengobatan sesuai j. Membantu menghilangkan gejala
indikasi penyakit, efek samping dan
Phenotiazine, antidopaminergic, meningkatkan status kesehatan klien.
corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6,
antacida
k. Pasang pipa nasogastrik untuk k. Mempermudah intake makanan dan
memberikan makanan secara minuman dengan hasil yang maksimal
enteral, imbangi dengan infus. dan tepat sesuai kebutuhan.
INTERVENSI
a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
b. Awasi vital sign
c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari
e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
g. Kolaborasi, pemberian antibiotik
24
INTERVENSI RASIONAL
25
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan).
Bandung.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. EGC : Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6. EGC : Jakarta
Arif Mansjoer, dkk (Editor). 2000. Bedah Tumor dalam Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
ke-3,
dr. Budi Harapan Siregar,Sp.B. Catatan Kuliah Bedah Jilid 2. Makassar. Bursa
Aesculapius.