Anda di halaman 1dari 3

Edisi 193/Tahun ke-5 (3 Mei 2004)

Pede Dong jadi Remaja


Muslim!
Bener lho. Percaya diri itu bikin kita enjoy menikmati hidup. Bikin asyik menikmati tan-tangan dan
rintangan. Percaya diri pun diyakini bisa menem-patkan kita sebagai orang yang bisa mengelola emosi.
Duileee sampe segitunya ya? Bener. Sebab, ketika kita memiliki rasa percaya diri, kita tahu apa yang
kudu kita lakukan. Kita bisa ngukur diri. Itu sebabnya, orang yang percaya dengan kemampuan dirinya,
biasanya bakalan rileks en tanpa beban dalam berbuat. Ini, tidak saja membawa hasil maksimal, tapi
juga antistres. Nggak percaya? Silakan dicoba.
Sobat muda muslim, percaya diri alias pede emang kudu ditumbuh-kembangkan dalam diri kita.
Kita rawat, kita bersihkan, kita poles dengan apik, dan kita sirami agar terus bersemi. Insya Allah, itu
akan membuat kita tak pernah merasa terbebani. Kita akan menatap masa depan dengan penuh
semangat dan tentunya tak mudah goyah dengan berbagai godaan en rayuan. Mulai dari rayuan pulau
kelapa ampe rayuan gombal sekali pun. Nggak mudah percaya ama rayuan. Yakin itu.
Mungkin sebagian teman kita sutris banget pas ada yang ngata-ngatain bahwa umat Islam itu
terbelakang en bodoh. Emang dalem banget en nyelekit pernyataan tersebut. Terus karena kalah
mental akhirnya doi nggak pede lagi jadi seorang muslim. Jangan sampe tuh ngendon juga di jiwamu!
Padahal, cobalah kita berpikir lebih jernih. Sikap minder itu muncul justru karena kita merasa
rendah diri. Merasa kerdil di hadapan orang lain. Padahal sejatinya, belum tentu orang lain lebih baik
dari kita. Belum tentu pula kita lebih jelek di hadapan mereka. Itu semua adalah sekadar nilai dan cara
pandang aja. Meski emang kudu ada standar nilai dan standar cara pandang yang benar.
Tapi terlepas dari salah-benar standar hidupnya, rasa percaya diri itu bisa menuntun kita lebih
bijak dalam bersikap. Coba aja pikirkan. Kalo ada pernyataan seperti tadi, kamu jangan terpancing dan
terbawa opini untuk ikut-ikutan merasa terbelakang, hanya karena kita sebagai muslim. Lagian
pernyataan itu kan nggak sepenuhnya benar. Masih perlu diujicoba dan dibuktikan argumentasinya di
lapangan. Tul nggak seh?
Mungkin benar pernyataan tersebut kalo fakta yang ditunjukkinnya adalah kaum muslimin yang
berada dalam kondisi miskin dan tingkat pendidikannya rendah. Tapi kan masih ada kalangan muslim
yang kaya dan jenjang pendidikannya lebih tinggi. Nah, jadi nggak perlu minder kan?
Bahkan jika pernyataan itu memojokkan kita sekali pun, bukan berarti kita pantas untuk minder
en bersedih. Sebaliknya, fakta itu kita jadikan sebagai bahan renungan untuk lebih memberikan
perhatian yang banyak kepada Islam dan umatnya. Tentunya, agar di kemudian hari kita lebih
terhormat. Betul?
Jadi, nggak usah minder ya. Kita berjuang tanpa bosan, tanpa beban, dan tentunya tetap
semangat. Buang jauh-jauh file minder van rendah diri dari daftar file di direktori otak kita. Kita
cerahkan masa depan hidup kita dengan rasa percaya diri. Apalagi, kita adalah pejuang Islam, nggak
pantes deh kalo kita malah nggak pede. Malu banget tuh sama jenggot yang jumlahnya cuma lima
lembar itu. Heheheh (apa hubungannya ya?)

Tetep cool ya
Wuih, cool? Emang mainnya hobi yang dingin-dingan aja ya? Kata teman saya sih, kalo kita cool
berarti profesinya nggak jauh dari tukang reparasi kulkas? Hihihi.. ngaco aja ah. You pasti udah
understand-lah dengan istilah cool ini.
Oke deh, kita sepakati aja dulu tentang istilah ini. Berdasarkan kamus bahasa slang yang
berceceran banyak di internet, istilah cool ini muradif alias padanan katanya sama dengan asyik.
Asyik? Bener. Wah, ternyata enak juga jadi remaja yang cool ya? Jadi, tetep saik alias asyik dalam
menjalani hidup ini. Kita bisa kok. Nggak masalah.
Sobat muda muslim, gimana dong buat yang belum pede? Kita kan pengen juga neh. Iya ya? Yang
belum pede, berarti kudu belajar untuk pede. Kalo yang udah pede mah, kudu dipertahankan ya. Biar
tetep pede.
Oke deh, buat kamu yang belum pede en supaya tetep cool, kita ngasih beberapa tips nih supaya
bisa pede. Secara umum tapi ye. Insya Allah tetap bermanfaat kok.
Pertama, mengenali diri sendiri. Lho, emangnya ada yang masih belum kenal dengan dirinya
sendiri? Wah, jangan heran Bro, banyak di antara kita yang nggak ngeh dengan diri kita sendiri.
Caranya begini. Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar kekayaan pribadi,
seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan
maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung
kemajuan diri.
Kamu kudu nyadar dengan semua aset berharga yang kamu miliki. Terus, silakan temukan pula
aset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri
kamu, seperti: pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri,
kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab
eksternal lain.
Kalo pengen lebih keren, bikin deh hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunity and Threats) diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan
strategi pengem-bangan diri yang lebih realistik. Coba ye..
Kedua, menilai diri sendiri dengan jujur. Nah lho, jarang banget nih ada orang yang pandai
menilai pribadinya dengan jujur. Mayoritas kalo udah bicara tentang dirinya, pasti GUE BANGET. Orang
lain mah LEWAAAT. Ih, jangan sampe begitu ya.
Sobat muda muslim, sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang kamu
miliki. Ingat lho, bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi
(perubahan) diri sejak dulu ampe sekarang. Kalo kamu mengabaikan/meremeh-kan satu saja prestasi
yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu kamu
menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.
Oya, ati-ati lho, kerana ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya
keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik en getop,
mendapat jabatan penting dengan segala cara. Kalo dipiki-piki, semua itu sebenarnya bersumber dari
rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidak-mampuan menghargai diri
sendiri--hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri. Heuheuheu.. jangan ampe hinggap di
dirimu deh!
Ketiga, berpikir positif. Cobalah kamu perangi setiap asumsi, prasangka, atau persepsi negatif
yang muncul dalam benak kamu. Kamu bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobodys perfect dan its
okay if I made a mistake (duileee nih ngomongnya David Beckham banget).
Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar,
bercabang, dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Walah?
Itu sebabnya, jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan kamu. Hati-hatilah
agar masa depan kamu nggak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru. Jika
pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan
rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar. Coba ya? Iya
sih! (nah kalo ini Dian Sastro banget neh! Hihihi)
Keempat, boleh deh pajang slogan-slogan oke. Tempelin dekat meja belajarmu: Saya pasti
bisa!, Saya akan belajar dari kesalahan ini Hari esok milik saya, Islam pasti menang!, Aku ingin
syahid. Wis, pokoke sebanyak-banyak yang bisa menggugah semangatmu.
Kelima, berani ambil risiko. Nah, ini juga perlu kamu kembangkan. Hidup ini selalu berubah sobat.
Seringjkali bahkan kudu berani ngambil risiko. Kami nggak perlu menghindari setiap risiko, melain-kan
lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi risiko
tersebut.
Contohnya, kamu nggak perlu menyenangkan orang lain untuk meng-hindari risiko ditolak. Jika
kamu ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada
risiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju
berkembang dengan mengambil risiko. Ingat: No Risk, No Gain. Huhuy!
Keenam, tetapkan tujuan yang realistis. Nah, ini perlu sobat. Kamu perlu mengevaluasi tujuan-
tujuan yang kamu tetapkan selama ini; apakah tujuan tersebut sudah realistik atau nggak. Dengan
menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan kamu dalam mencapai tujuan
tersebut. Dengan demikian kamu akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan
dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.
Ketujuh, bersyukur dan tawakal. Wajib deh buat kita semua untuk mensyukuri nikmat dari Allah.
Kita kadang sulit menghadapi hidup ini, tapi dengan banyak bersyukur, pikiran dan perasaan kita jadi
lebih tenang menghadapinya.
Moga beberapa tips yang berhasil saya ramu dari berbagai pendapat ini bisa bikin kamu tambah
pede en tentunya tetep cool ya.

Islam bikin kita pede


Ada beberapa alasan yang sebenarnya bisa bikin kita pede dengan jadi muslim. Islam, agama
kita, memiliki banyak kelebihan yang bisa dibanggakan. Dan tentunya bisa bikin pede dong. Jadi bener
ya, kalo kita kenal dengan agama kita sendiri, dan tahu apa aja kelebihan-nya, insya Allah bikin pede.
Pertama, Islam mengajarkan bahwa tuhan kita adalah Allah. Maha segalanya. Tuhan yang lain
mah lewaat deh. Firman Allah Swt.: Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (QS al-Ikhlas [112]: 1-4)
Insya Allah ini juga bisa bikin kita pede. Kepada siapa lagi coba kita akan menyembah kecuali
kepada Allah? Betul?
Kedua, Islam juga punya al-Quran. Ini benar-benar the amazing book. Pedoman hidup kita dari
masalah yang kecil ampe yang besar. Mulai soal bersuci sampe pemerintahan dan negara. Wuih, mana
ada kitab lain yang bisa begitu? Wah bener-bener bikin pede dan membanggakan banget.
Sampe-sampe W.E. Hocking berkomen-tar, Oleh karena itu, saya merasa benar dalam penegasan
saya, bahwa al-Quran mengandung banyak prinsip yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya sendiri.
Sesunguhnya dapat dikatakan, bahwa hingga pertengahan abad ke tigabelas, Islam-lah pembawa
segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat. (The Spirit of World Politics, 1932,
hlm. 461)
Ketiga, kita punya nabi yang dikagumi orang sejagat. Rasulullah saw. diakui oleh kawan dan
lawannya. Penulis buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia, Michael Hart, menyebutkan, Dia
(Muhammad saw.) adalah orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan manusia lebih
dari Newton dan Yesus (Nabi Isa) atau siapapun di dunia ini.
Oke deh, paling nggak itu beberapa alasan kenapa kita kudu pede jadi remaja muslim. Yuk, kita
sama-sama membangun rasa percaya diri dan mempertahankannya.Kita bisa mencoba mulai dari
sekarang. Nggak perlu nunggu lama lagi. Apalagi, kita sebagai remaja muslim dan juga pengemban
dakwah. Kalo sampe nggak pede, aduh, malu atuh! [solihin]

Anda mungkin juga menyukai