Anda di halaman 1dari 17

SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN (RKS)

PEKERJAAN : PERENCANAAN PEMBUATAN JEMBATAN PENGHUBUNG


(JEMBATAN USAHA TANI)
LOKASI : SAREE ACEH BESAR
ANGGARAN : APBA
TAHUN : 2017

SPESIFIKASI UMUM

1. PETUNJUK DAN URAIAN UMUM

1.1 Dalam Spesifikasi Teknis pekerjaan ini diuraikan tentang lingkup pekerjaan, bahan,
peralatan, peraturan dan tata cara kerja serta lain- lain yang dianggap perlu.
1.2 Pemborong di wajibkan mempelajari seluruh isi bestek dan gambar rencana.
1.3 Pemborong di wajibkan menyesuaikan antara bestek, gambar rencana dengan
kondisi lapangan pekerjaan.
1.4 Bila perbedaan antara gambar rencana dan bestek serta antara gambar rencana,
bestek dengan lapangan, maka kontraktor diwajibkan untuk melapor dan
mengkonsultasi dengan pengawas atau Direksi.
1.5 Bestek dan gambar rencana merupakan suatu kesatuan dengan kontrak yang
merupakan lampiran.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Meliputi pekerjaan :

2.1. Pekerjaan Persiapan


2.2. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
2.3. Pekerjaan Beton Bertulang
2.4. Pekerjaan Badan Jembatan & Pengaman

3. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN


Kecuali ditentukan lain dalam syarat teknis ini, berlaku dan mengikat ketentuan-
ketentuan tersebut di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971).
2.2. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton SNI 03-3976-1995.
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971.
2.4. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesia Loading Code 1987 (SKBI
-1.2.53.1987).
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
1
2.5. Ubin Lantai Keramik, Mutu dan Cara Uji SNI 03-3976-1995.
2.6. Ubin Semen Polos SNI 03-0028-1987.
2.7. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia NI 5 (PPKI) tahun 1961
2.8. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1984.
2.9. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987.
2.10. Tata Cara Perencanaan Tangki Septick SNI 032398-1991.
2.11. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
2.12. Peraturan Semen Portland Indonesia SNI 15-2049-2004 dan ASTM C.150-84
2.13. Peraturan Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan NI 10.
2.15. Peraturan Plumbing Indonesia.
2.14. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk rumah dan Gedung SNI 03-2407-1991.
2.15. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI-03-2410-1991.
2.16. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

Apabila penjelasan dalam Syarat-syarat Teknis tidak sempurna atau belum lengkap
sebagaimana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib
mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan di atas.

4. SYARAT- SYARAT BAHAN

4.1. Air

4.1.1 Syarat- syarat air untuk adukan/campuran


a) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang terkandung
dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat
maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar
chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt, dan memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
yang ditentukan dalam SNI 03-6817-2002.
b) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga.
kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi.
Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi.
c) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.
d) Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,
maka Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong untuk
mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan
tersebut atas tanggungan Pemborong.
e) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu
sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


2
walaupun telah digunakan semen yang sama, maka air dari sumber tadi tidak
dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang
berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari mutu
kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini,
Pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima
dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas .

4.2.. Pasir
4.2.1.Syarat-syarat pasir yang digunakan yaitu :
a. Pasir harus bersih, bila diuji memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan
pasir yang kelihatan dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang
dari 70%.

b. Kandungan bagian yang lewat ayakan 0,063 mm1 tidak lebih dari 5% dari
berat (kadar lumpur).

c. Angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2 - 3,2 bila diuji memakai
rangkaian ayakan dengan mata ayakan berukuran berturut-turut 0,16-0,315,
0,63-1,25-2,5-5-10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3mm1 minimal
15% dari berat.

d. Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu
beton. Untuk itu bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan di atas endapan
tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.

e. Kekelan terhadap larutan Na2SO4 atau MgSO4 :

- Terhadap larutan Na2SO4.

- Fraksi yang hancur tidak lebih dari 12% dari berat.

- Terhadap larutan MgSO4.

- Fraksi yang hancur tidak lebih dari 10% dari berat.

f. Pasir untuk keperluan urugan dan pasir pasang penempatannya harus terpisah.

4.2.2. Ada beberapa jenis pasir antara lain :


1. Pasir Urug

Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras atau
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-
1996.

- Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


3
- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
Pasir laut tidak boleh digunakan.

- Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan, harus bersih dan
keras. Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat digunakan asal
dicuci terlebih dahulu dan mendapat izin dari Direksi Pekerjaan.

2. Pasir Pasang

Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-
1996.

- Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%.

- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.

- Pasir laut tidak boleh digunakan.

- Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

.a. Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan


dengan jari.

b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%.

c. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3


mm1.

d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

3. Pasir Beton

Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan


dalam PBI (1971) diantaranya :
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari bahan-
bahan organik, lumpur dan sebagainya
- Butir-butir harus tajam, keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
pengaruh cuaca.
- Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.

- Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,


apabila diayak dengan ayakan ISO maka sisa-sisa butiran di atas ayakan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
4
4mm1, minimal 2% dari berat sisa, butiran-butiran diatas ayakan 1 mm
minimal 10% dari berat sisa, butiran-butiran diatas 0,25mm1 berkisar
antara 80% sampai dengan 90% dari berat sisa.
- Pasir laut tidak boleh dipergunakan Pasir harus bersih, bila diuji
memakai larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan
dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari 70%.
- Kadar lulmpur tidak boleh melebihi 5%.

4.3. Koral Beton/Split

a. Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI (1971)..
b. Butiran-butiran split dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan
tertinggal di atas ayakan berlubang 20 mm.
c. Koral/Split hitam mengkilap keabu-abuan.

4.4. Portland Cement (PC)


4.4.1 Istilah dan Definisi
Portland Cement (PC) bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama
terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain.
Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35
% dari massa semen Portland. Standar ini menetapkan spesifikasi teknis untuk
Portland Cement (PC) yang digunakan konstruksi umum harus PC sejenis (NI-8)
dan masih dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam SNI 15-2049-2004.
a. Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus
diadakan pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
b. Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus
dijaga agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang
kering.
c. Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh
dipakai.
4.4.2 Syarat Mutu Semen (PC)
a. Syarat kimia :
untuk semen Portland, SO3 maksimum 4,0 %.
b. Syarat Fisika :
Kehalusan dengan alat blaine min. 280 m2/kg
Kekekalan bentuk dengan autoclave:
- pemuaian maks. 0,80 %
- penyusutan maks. 0,20 %

Waktu pengikatan dengan alat vicat:


- pengikatan awal
- pengikatan akhir

4.5. Kayu
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
5
4.5.1 Syarat-syarat kayu adalah sebagai berikut :
a. Untuk semua pekerjaan kayu harus menggunakan kayu berkualitas baik, tua
kering, tidak cacat dan tidak terdapat kayu putih atau lapuk.
a. Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa
segala sifat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan
pemakaiannya tidak akan merusak atau mengurangi nilai Konstruksi
(bangunan), memenuhi syarat- syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PPKKI-1961.
b. Mutu kayu ada 2 macam yaitu mutu A dan mutu B.
c. Yang dimaksud dengan kayu mutu A adalah kayu yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
- Harus kering udara (kadar lengas 5%)
- Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh
lebih dari 3,5cm1.
- Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
- Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi dari 1/4 tebal kayu, dan retak-
retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi 1/5 tebal kayu.
- Miring arah serat tidak boleh lebih dari 1/10.
d. Yang disebut kayu mutu B ialah kayu yang tidak termasuk dalam mutu A,
tetapi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Kadar lengas kayu 30%.
- Besar mata kayu tidak boleh melebihi 1/4 dari lebar balok dan juga tidak
boleh melebihi dari 5cm1.
- Balok tidak boleh mengandung wanvlak yang lebih besar 1/10 dari tinggi
balok.
- Retak-retak dalam arah radial tidak boleh lebih dari 1/3 tebal kayu dan
retak-retak menurut lingkaran tumbuh tidak boleh melebihi dari 1/4 tebal
kayu.
- Miring arah serat tidak boleh lebih dari 1/7.
e. Bila menggunakan kayu jati (tectona grandis) dan kayu balau (shorea) yang
dipakai adalah kayu kelas kuat/awet I dengan kering udara minimum 0,59
g/cm3 dan maximum 0,70 g/cm3 dan persyaratan pada SKSN I 03. T-15-2847-
1992.
f. Bahan-bahan kayu yang berlapis :
- Teakwood harus berkualitas baik, corak maupun serat harus terpilih dan
warnanya merata, yang dihasilkan dari kayu jati terpilih yang baik.
- Plywood/triplek harus berkualitas baik, corak maupun serat harus terpilih
dan warnanya merata, dengan susunan lapisan yang padat.
4.6. Besi Tulangan
4.6.1 Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip (ulir). Baja tulangan
polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan
rata tidak bersirip, disingkat (BjTP). Baja tulangan beton sirip adalah baja
tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip
melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk rneningkatkan daya
lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap
beton, disingkat (BjTS).
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
6
4.6.2 Syarat-syarat Besi Tulangan sebagai berikut:
- Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan,
gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan.
- Untuk baja tulangan beton polos, permukaan batang baja tulangan harus rata
tidak bersirip.
- Untuk baja tulangan beton sirip, permukaan batang baja tulangan beton sirip
harus bersirip teratur. Setiap batang diperkenankan rnempunyai rusuk
memanjang yang searah dan sejajar dengan sumbu batang, serta sirip-sirip
lain dengan arah melintang sumbu batang.
- Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang
dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk penyimpangan
terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.
- Uji tarik dilakukan sesuai SNI 07-0408-1989, Cara uji tarik untuk logam,
dengan batang uji sesuai SNI 07-0371-1998, Batang uji tarik untuk bahan
logam (batang uji tarik no. 2 untuk diameter < 25 mm dan batang uji tarik
no. 3 untuk diameter 25 mm). untuk menghitung batas ulur dan kuat tarik
baja tulangan beton polos dan sirip digunakan nilai luas penampang yang
dihitung dari diameter nominal. Sedangkan ujji lengkung dilakukan sesuai SNI
07-0410-1989. Adapun table sifat-sifat mekanis sebagai berikut :

Tabel Sifat mekanis


Uji Uji lengkung
Kelas baja No. Batas ulur Kuat tarik Regangan Sudut Diameter
tulangan batang kgf/mm2 kgf/mm2 (%) lengkung pelengkung
uji
(N/mm2) (N/mm2)
BjTP 24 No. 2 Min. 24 Min. 39 20 1800 3xd
No. 3 (235) (380) 24
BjTP 30 No. 2 Min. 30 Min. 45 18 1800 d > 16 = 3xd d
No. 3 (295) (440) 20 > 16 = 4xd
BjTP 30 No. 2 Min. 30 Min. 45 10 1800 d 16 = 3xd d
No. 3 (295) (440) 18 > 16 = 4xd
BjTP 35 No. 2 Min. 35 Min. 50 18 1800 d 16 = 3xd
No. 3 (345) (490) 20 16<d40 = 4xd
d 40 = 5xd
BjTP 40 No. 2 Min. 40 Min.57 16 1800 5xd
No. 3 (390) (500) 18
BjTP 50 No. 2 Min. 50 Min.57 12 1800 d 25 = 5xd d
No. 3 (490) (620) 14 > 25 = 6xd
CATATAN:
1. Hasil uji lengkung tidak boleh terletak pada sisi luar lengkungan
2. Untuk baja tulangan sirip > S.32 nilai renggang dikurangi 2 %
Untuk baja tulangan sirip S.40 dan S.50 dikurangi 4 % dari nilai yang
tercantum pada tabel 6.
3. 1 kgf/mm2 = 9,81 N/mm2

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


7
SPESIFIKASI TEKNIS

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.1.1 Pembersihan lapangan sekeliling pekerjaan jembatan box culvert
1.1.2 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
1.1.3 Direksi Keet / Barak Kerja
1.1.4 Administrasi & Dokumentasi
1.1.5 Papan Nama Proyek
1.1.6 Pembersihan Akhir
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
8
1.2. Persyaratan Bahan

1.2.1 Untuk Pengukuran bahan-bahan dan peralatan :


Meteran, water pass serta peralatan dan patok-patok yang kuat yang diperlukan
untuk pengukuran. Semua peralatan ini harus dimiliki Pemborong dan harus
selalu ada apabila sewaktu-waktu memerlukan pemeriksaan.
1.2.1 Bahan bouwplank dipakai tiang kayu 5/7 cm dan papan ukuran 2/20 cm.
1.2.2 Papan Nama Proyek dipasang harus mengikuti peraturan-peraturan pemerintah
setempat, sepenuhnya menjadi beban Pelaksana.
1.2.3 Untuk menampung air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi
kualitas yang ditentukan dalam SNI 03-6817-2002.

1.3. Tata Cata Kerja Pelaksanaan

1.3.1 Pembersihan Lapangan


Pembersihan sekeliling bangunan dan pembongkaran gedung lama meliputi
pembersihan semua tanaman yang tumbuh termasuk pembongkaran akar-akar
pohon yang diseluruh luas site (lokasi pekerjaan), peralatan tanah /pembuatan
terasering jika diperlukan. Untuk pembongkaran gedung ditujukan khusus
ruangan yang terkena bongkaran sesuai dengan gambar bestek, Hasil bongkaran
termasuk diatas dibuang keluar lokasi pekerjaan.
1.3.2 Pengukuran
Penentuan lokasi bangunan atau penentuan duga/patok, bangunan, jalan, land
scaping dan lain-lain
1.3.3 Pemasangan Bouwplank
Tiang Bouwplank harus terpasang kuat, Papan ditekan lurus dan pada sisi atasnya
dipasang waterpass (timbang air) dengan sudut-sudutnya harus siku.
1.3.4 Pondok Kerja.
Untuk gudang dan bangsal kerja disewa sekitar lokasi pekerjaan. Pengadaan air
untuk melaksanakan pekerjaan.
1.3.5 Pengadaan air untuk melaksanakan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat,
kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan.
1.3.6 Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah cukup selama melaksanakan
pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971 NI.2.
1. PEKERJAAN TANAH GALIAN / URUGAN
1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja,bahan-
bahan, dan perlengkapan - perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian dan
penimbunan kembali, untuk pekerjaan struktur jembatan box culvert sesuai
dengan peil/elevasi yang telah ditentukan.

1.2 Persyaratan Bahan


1.2.1 Dasar galian tanah sesuai dengan gambar atau sampai mencapai tanah keras.
1.2.2 Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi.
1.2.3 Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


9
1.2.4 Tanah timbunan dan pasir urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar
kayu, serta sampah lainnya.
1.2.5 Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis demi lapis supaya padat.

1.3 Tata Cara Kerja Pelaksanaan

1.3.1 Sebelum digali pondasi buat tanda sesuai dengan petunjuk gambar.
1.3.2 Kemudian gali tanah dengan menggunakan alat atau sekop dan cangkul hingga
mencapai kedalaman yang telah ditentukan.
1.3.3 Bila keluar air pada lobang galian pondasi harus dipompa keluar dengan
menggunakan mesin pompa air.
1.3.4 Tanah urug ditimbun lapis demi lapis serta dipadatkan dengan Vibrator Stempler.
1.3.5 Bila tanah urug sudah mencapai peil ketinggian yang diinginkan maka tanah
tersebut harus diratakan.

2. PEKERJAAN URUGAN PASIR


2.1 Lingkup Pekerjaan
Sebagai alas pengecoran rabat beton diberi urugan pasir seperti yang tertata dalam
gambar bestek. Pengurugan pasir dilaksanakan dengan cara menebarkan,
meratakan, dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan yang
ketinggian yang sesuai dengan gambar.
Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi/ pekerjaan lain sebelum disetujii
oleh konsultan pengawas. Konsultan pengawas berhak membongkar pekerjaan di
atasnya bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui olehnya. Urugan pasir
harus sesuai dengan gambar.

2.2 Persyaratan Bahan


2.2.1 Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar
lumpur tidak boleh melebihi 5%.
2.2.2 Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm persegi.
2.2.3 Pasir laut tidak boleh digunakan.
2.2.4 Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
c. Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm1.
d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan.

2.3 Tata Cara Kerja Pelaksanaan


2.3.1 Tebal Pasir urug
Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus diberi
lapisan pasir urug tebal 5 cm padat. Pemadatan harus dilaksanakan sehingga dapat
menerima beban yang bekerja.
2.3.2 Cara Pemadatan
Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadat dengan alat
pemadat yang disetujui Konsultan MK. Pemadatan dilakukan hingga mencapai
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
10
tidak kurang dari 98% dari kepadatan optimum Laboratorium. Pemadatan harus
dilakukan pada kondisi galian yang memadai agar dapat hasil kepadatan yang
baik. Kondisi galian tersebut harus dipertahankan sampai pekerjaan pemadatan
selesai dilakukan. Pemadatan harus diulang kembali jika keadaan tersebut di atas
tidak memenuhi.
2.3.3 Air Pada Lokasi Pemadatan
Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor wajib
menyediakan Pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug diletakkan.
Kontraktor harus membuat rencana yang benar, agar air tanah dapat dialirkan
kelokasi yang lebih rendah dari dasar galian, misalnya dengan membuat sumpit
pada tempat tertentu.
2.3.4 Tanah di sekitar pasir urug
Kontraktor harus menjaga agar tanah disekitar lokasi tedak tercampur dengan
Pasir Urug. Jika pasir urug tersebut tercampur dengan tanah lainnya, maka
Kontraktor wajib mengganti pasir urug tesebut dengan bahan lainnya yang bersih.
2.3.5 Persetujuan
Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut sudah
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan MK.

3. PEKERJAAN COR BETON & BETON BERTULANG


3.1 Lingkup Pekerjaan
3.1.1 Lingkup Pekerjaan beton antara lain:
- Beton Cor Struktur Jembatan Box Culvert

3.2 Persyaratan Bahan


3.2.1 Semen
a. Digunakan Portland Cement Type I dan II menurut NI-8 dan memenuhi S-400
menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh SNI 15-2049-2004 dan
ASTM C.150-84.
b. Semen yang sudah mengeras sebagian dan seluruhnya dalam satu zak semen,
tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.

c. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat semen


yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen
harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan yang paling tinggi 2 m. Setiap semen
yang baru masuk harus dipisahkan dengan semen yang telah ada (dengan
menerapkan sistim FIFO) agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut
urutan pengirim.
d. Syarat-syarat lain seperti yang telah dijelaskan pada poin 4.4 di atas.

3.2.2 Pasir Beton


a. Pasir beton harus berupa butir butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan
organik, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syaratsyarat yang tercantum dalam PBI (1971).
b. Syarat-syarat lain seperti yang telah dijelaskan pada poin 4.2.2 di atas.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


11
3.2.3 Kerikil
a. Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan oleh PBI (1971).
b. Timbunan kerikil dan pasir harus dipisahkan agar kedua jens material tersebut
tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material
yang akurat.

3.2.4 Air
a Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan bahan organik atau bahan bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum yang disyaratkan dalam SNI 15-2049-2004.
b. Syarat-syarat lain seperti yang telah dijelaskan pada poin 4.1.1 di atas.

3.2.5 Mutu Beton


a. Pemakaian jenis adukan beton, Jenis beton dengan mutu K-225 digunakan
untuk lantai terbuat dari beton
b. Mutu beton dibuat dengan adukan 1 Pc : 2 Ps : 4 Kr
c. Mutu beton untuk pekerjaan yang digunakan adalah berdasar pada Mix Design
dari laboratorium yang disepakati antara Kontraktor dan Pemimpin Proyek.
e. Hal tersebut diatas harus dibuktikan dengan contoh-contoh kubus beton sesuai
menurut PBI 1971 Bab 4.7 dan SKSNI T - 15 - 1991 - 03.
f. Pengujian dilaksanakan setiap 5 m3 dan semua biaya pemeriksaan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.
g. Ukuran Kubus Beton sesuai dengan PBI (NI-2) 1971 ditetapkan memakai
ukuran 15x15x 15 cm dan slinder 15 x 30 cm.
h. Jika dianggap perlu Direksi bisa meminta pemeriksaan kubus untuk suatu
pekerjaan.
3.3 Tata Cara Kerja Pelaksanaan
3.3.1 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai
pedoman tetap dipakai SK SNI T-15.1991.03.
3.3.2 Sebelum melakukan pekerjaan ini pengawas lapangan diwajibkan memeriksa
gambar kerja, kondisi lapangan dan diadakan pengukuran.
3.3.3 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan
yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
3.3.3 Adukan Beton
Pengakuan adukan beton dari tempat pengadukan dan pengecoran harus dilakukan
dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :
a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Tidak terjadi perbedaan waktu yang menyolok antara pengikatan beton yang
sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan
beton harus memenuhi SK SNI T 15.1991.03.
3.3.4 Persiapan Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan di atas
penulangan atau bekisting. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit
dicapai, harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan
dan dapat mempengaruhinya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
12
3.3.5 Pengecoran Beton
a. Memberitahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi Lapangan untuk mengecor
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi
serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
b. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi
jika Direksi Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
c. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindari terjadinya pemisahan
material (segregagation) dan perubahan letak tulangan.
d. Semua pengecoran bagian dasar kontruksi beton menyentuh tanah harus diberi
lantai kerja setebal 5 cm agar menjadi duduknya tulangan dengan baik dan
untuk menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
3.3.6 Pemadatan Adukan Beton
Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum
sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara
celah-celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-benar
memenuhi ruang yang dicor dan menyeliputi seluruh benda yang seharusnya
tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus
dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan peker-
jaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses
pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari
rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai penge-
coran dengan sedikitnya selama 10 (sepuluh) hari. Pembasahan harus dilaku-
kan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang
basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama
mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
3.3.7 Pemeliharaan Mutu Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk
paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut harus ditempatkan
cara sebagai berikut :
a. Dipergunakan karung karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup
beton pada saat proses curing.
b. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti terjadi keropos, permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya besi tulangan pada permukaan
beton, yang lain-lain tidak memenuhi syarat, harus dibongkar lagi sebagian
atau seluruhnya menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti atau
diperbaiki segera atas resiko pemborong.
3.3.8 Benda-benda yang Tertanam dalam Beton
a. Semua anker, baut-baut, pipa, dan sebagainya yang diperlukan tertanam dalam
beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton di cor.
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan bersih dari karat dan
kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempat dengan menggunakan template.
3.3.9 Pembukaan Bekesting
a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan atau jika umur beton melampaui waktu sebagai berikut:

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


13
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Pelat lantai/atap 21 hari
benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala izin yang
diberikan oleh Direksi Lapangan sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk
mengurangi/membebaskan tanggung jawab kontraktor dari adanya kerusakan-
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran
cetakan beton harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.
b. Berkas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam
tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah
kembali.
c. Bekesting bagian konstruksi yang memikul beban pelaksanaan lantai diatasnya
tidak boleh dibongkar sebelum beton lantai diatasnya tersebut mencapai 75 %
dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu sendiri sudah mencapai kekuatan 75
% dari kekuatan umur 28 hari.
d. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan dua bidang harus
tajam dan harus di bidang-bidangnya. Segera setelah cetakan dibuka dan beton
masih relatif segar semua bidang-bidangnya harus dipahat sedangkan lekukan
serta lubang-lubang harus diisi dengan adukan satu semen dan satu pasir.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas harus dibasahi secara
menyeluruh. Semua bagian-bagian atau permukaan yang kasar harus digosok
dengan batu karburandum dengan air dan ditinggalkan dalam warna yang
merata. Penggosokan hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat
cetakan atau tetesan air semen.
e. Permukaan lantai beton harus mempunyai permukaan bentuk fisik yang rata
dan halus. Menaburkan semen kering pada permukaan beton dengan maksud
menyerap kelebihan air tidak dibenarkan sama sekali.
f. Seluruh pekerjaan dan pembuatan dan pembongkaran bekisting harus sesuai
dengan PBI 1971.

4. PEKERJAAN PEMBESIAN
4.1 Lingkup Pekerjaan
4.1.1 Lingkup Pekerjaan beton antara lain:
- Pembesian Struktur Jembatan Box Culvert

4.2 Persyaratan Bahan


4.2.1 Besi Tulangan
a. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip (ulir). Baja
tulangan polos adalah baja tulangan beton berpenampang bundar dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
14
permukaan rata tidak bersirip, disingkat (BjTP). Baja tulangan beton sirip
adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya
memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang
secara relatif terhadap beton, disingkat (BjTS).
b. Baja tulangan beton tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan,
gelombang, cerna yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada
permukaan.
c. Untuk baja tulangan beton polos, permukaan batang baja tulangan harus rata
tidak bersirip.
d. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya
sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak
kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk
penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.

4.2.2 Kawat Ikat


a. Kawat ikat harus dibuat dari baja lunak diameter 1 mm. Kawat ikatan yang
digunakan harus berrnutu baik dan tidak bersepuh seng.
b. Syarat-syarat lain seperti yang telah dijelaskan pada poin 3.2.1 di atas.

4.2.5 Mutu Besi/ Baja Tulangan


a. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan PBI-NI 2 1971, dengan tegangan
leleh ( = 2400 Kg/cm2) atau Baja U 24.
b. Ukuran baja tulangan yang digunakan adalah besi polos 12 dengan jarak
pembesian sebesar 15 cm.
c. Mutu beton untuk pekerjaan yang digunakan adalah berdasar pada Mix Design
dari laboratorium yang disepakati antara Kontraktor dan Pemimpin Proyek.

5. PEKERJAAN CETAKAN/ BEKISTING


5.1 Lingkup Pekerjaan
5.1.1 Lingkup Pekerjaan beton antara lain:
- Pasangan Bekisting Box Culvert

5.2 Persyaratan Bahan


5.2.1 Bekisting
a. Pimpinan Pekerjaan harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana
cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan pengawas. Dalam gambar-
gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan,
sambungan-sambungan dan kedudukan serta sistem rangkanya.
b. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan PBI
1971, NI 2.
c. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


15
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pimpinan Pekerjaan wajib
mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.

5.2.5 Mutu Cetakan


a. Cetakan untuk pekerjaan ini harus mengunakan papan tebal minimal 2,5 cm
atau multiplek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken diameter 8 12 cm,
dapat digunakan dari mutu kelas II.
b. Cetakan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI
1971, NI2.

B. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)


1. Jika terdapat kekurangan-kekurangan penjelasan dalan gambar kerja, atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail atau untuk memungkinkan Pimpinan Pekerjaan
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Pimpinan
Pekerjaan harus membuat gambar tersebut dalam rangkap 3 (tiga) dan biaya atas
pembuatan gambar tersebut menjadi tanggungjawab Pimpinan Pekerjaan. Pekerjaan
berdasarkan gambar tersebut baru dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
pengawas.

2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh pemberi tugas,
dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari perencana.

3. Perubahan kerja hanya berubah apabila diperintahkan oleh pemberi tugas, yang jelas
memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.

3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum


dilaksanakan.

C. GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN PEKERJAAN (AS BUILT DRAWING)

1. Semua yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan, perubahan
atas perintah tugas/pengawas, maka Pimpinan Pekerjaan harus membuat gambar-
gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya (gambar
asli) yang biaya pembuatan ditanggung oleh Pimpinan Pekerjaan.

D. PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK


1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka Pimpinan
Pekerjaan harus menanyakannya secara tertulis kepada pengawas/perencana dan
Pimpinan Pekerjaan harus mentaati keputusan tersebut.

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


16
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang berlaku
dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti daripada ukuran dengan skala
gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari pekerjaan yang telah
selesai.

3. Apabila ada hal-hal yang tersebut pada gambar kerja RKS atau dokumen, yang
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu
terhadap lainnya tetapi untuk menegaskan masalahnya kalau terjadi hal ini maka
diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis atu mempunyai bobot
biaya tinggi.

Dibuat Oleh:
Konsultan Perencana
CV. BAK U ENGINEERING
CONSULTANT

AHMAD YASIR, ST
Direktur

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


17

Anda mungkin juga menyukai