Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal
dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan
muntah. (Suratun SKM, 2010)
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan.
Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan-makanan yang
terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. ( Smelzer 2002)
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis merupakn peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronis, difusi atau local. (patofisologi : 378 )
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat diid sembrono,
makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
yang mengandung mikroorgnisme penyebab penyakit, disamping itu penyebab lain
meliputi alcohol, aspirasi, refluks empedu, terapi radiasi ( KMB & vol 2 :1062 )

1.2 ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok.
1.3 PATOFISIOLOGI

Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada
di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu
fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah
fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi
HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung
akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat
erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan
Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang
sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga
menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan
kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan
menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).
PATHWAY GASTRITIS
1.4 KLASIFIKASI

Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan
Suddart, 2000, hal: 188).

1.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Gastritis akut
Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul
kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan
mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar
pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
2. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan
penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan dapat
terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknyatersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernahmelewati mukosa muskularis.
3. Biopsi mukosa lambung
4. Analisa cairan lambung : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada kliendengan gastritis kronik.
5. Pemeriksaan barium
6. Radiologi abdomen
7. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
8. Feces bila melena
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
10. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi..
11. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
12. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456)

1.7 TINDAKAN PENANGANAN


1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,
ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat
tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau
inhibitor pompa proton.

1.8 KOMPLIKASI
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik,
terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
2. Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala
pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,
mual, muntah?
3. Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alkohol?
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau minum
terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji adakah riwayat penyakit lambung
sebelumnya atau pembedahan lambung?
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap gastritis, kelebihan
diet atau diet sembarang.
6. Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam, akan
membantu
7. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik /
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi /
karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi
(perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang
lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999,
hal: 455).

2.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung


teriritasi

1. Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri klien

2. Hasil yang diharapkan : Melaporkan nyeri berkurang intervensi


keperawatan.

3. Intervensi

a. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan.


b. Hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung.

c. Gunakan teknik relaksasi.

4. Rasional

a. Dengan mengkaji tingkat nyeri klien dapat mempermudah dalam


memberikan tindakan keperawatan.

b. Membatasi/menghindari makanan yang dapat mengiritasi lambung,


menurunkan resiko pendarahan gaster/ulkus pada beberapa individu.

c. Teknik relaksasi dengan mengalihkan perhatian pasien dapat


mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

B. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan masukan nutrien
yang tidak adekuat.

1. Tujuan : Menjamin masukan nutrisi adekuat.

2. Hasil yang diharapkan : Pasien menghindari makanan-makanan


pengiritasi atau minuman yang mengandung
kafein atau alkohol.

3. Intervensi

a. Dukungan fisik dan emosional diberikan dan pasien dibantu untuk


menghadapi gejala yang dapat mencakup mual, muntah, sakit uluhati
dan kelelahan.

b. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa


jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang.

c. Bila terdapat terapi intravena pemberiannya dipantau secara teratur.

d. Hindari minum yang mengandung kafein

e. Penggunaan alkohol dihindari

f. Pasien disarankan untuk mengurangi/menghindari merokok

4. Rasional

a. Membantu klien untuk mengurangi stres yang timbul akibat dari


penyakit yang diderita.

b. Memberikan istirahat pada traktus gastrointestinal selama fase


akut/kronis sampai kembali berfungsi normal.

c. Memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat


dimulai, indikator kebutuhan cairan/nutrisi dan keefektifan terapi dan
menghindari terjadinya komplikasi.

d. Kafein dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang dapat


meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin.

e. Zat yang terkandung di dalam alkohol dapat mengiritasi lambung.

f. Zat yang terkandung di dalam rokok yaitu nikotin akan mengurangi


sekresi bikarbonat pankreas dan dapat menghambat netralisasi asam
lambung dalam duodenum. Nikotin juga dapat meningkatkan aktivitas
otot dalam usus yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

C. Diagnosa III : Resiko kekurangan volume cairan


berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena
muntah.

1. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.

2. Hasil yang diharapkan : Mempertahankan keseimbangan cairan :

a. Mentoleransi terapi intravena sedikitnya


1,5 liter setiap hari.

b. Minum 6-8 gelas setiap hari

c. Mempunyai keluaran urine kira-kira 1


liter setiap hari.

d. Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.

3. Intervensi

a. Pantau masukan dan keluaran cairan setiap hari.

b. Pantau nilai elektrolit.

c. Waspada terhadap adanya indiator gejala hemoragik.

d. Ikuti pedoman penatalaksanaan pendarahan saluran gastrointestinal.

4. Rasional

a. Haluan dan masukan cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi


tanda-tanda awal dehidrasi.

b. Nilai elektrolit perlu dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator


awal ketidakseimbangan.

c. Untuk menghindari metastase penyakit yang menimbulkan


hematemesis, takikardia dan hipotensi.

d. Untuk menghindari kesalahan dalam melakukan tindakan yang dapat


menyebabkan terjadinya syok.

D. Diagnosa IV : Ansietas berhubungan dengan pengobatan

1. Tujuan : Mengurangi ansietas

2. Hasil yang diharapkan : Menunjukkan berkurangnya ansietas

3. Intervensi Keperawatan

a. Bila mencerna asam atau alkali, lakukan tindakan darurat.

b. Persiapan pasien untuk pemeriksaan diagnostik endoskopi atau


pembedahan.

c. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai tingkat pemahaman


pasien.

4. Rasional

a. Menghindari stres pasien yang berkelanjutan.

b. Membantu klien untuk menekan tingkat kecemasan yang dirasakan.

c. Dengan mengetahui prosedur dan pengobatan klien dapat


mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.

E. Diagnosa V : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan


diet dan proses penyakit.

1. Tujuan : Meningkatkan kesadaran tentang


penatalaksanaan diet.

2. Hasil yang Diharapkan : Mematuhi program pengobatan

a. Memilih makanan dan minuman bukan


mengiritasi.

b. Menggunakan obat-obatan sesuai resep.


3. Intervensi
a. Evaluasi pengetahuan pasien tentang gastritis.
b. Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari.
c. Obat-obatan diberikan sesuai resep.
d. Jelaskan tentang pola makan.
4. Rasional
a. Memudahkan dalam memberikan tindakan keperawatan.
b. Untuk menghindari/mencegah terjadinya gastritis berulang
dikarenakan mengkonsumsi zat-zat yang dapat mengiritasi mucosa
lambung.
c. Mempercepat proses penyembuhan dan menghindari obat-obatan yang
dapat mengiritasi lambung.
d. Pola makan yang teratur dapat mempercepat penyembuhan dan
meminimalkan timbulnya penyakit gastritis.

2.1.3 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Ignatavicus dan Bayne, 1994). (Nursalam, 2001. Hal : 17).
DAFTAR PUSTAKA

http://dezlicious.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_30.html
Asuhan keperawatan Gastritis di akses pada tanggal 11 desember 2011 di
ttp://www.scribd.com/doc/34134791/asuhan-keperawatan-gastritis#archiv
Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah volume 2,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth
Edition, USA : Mosby Elsevier
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :
Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai